Tingkat panas yang tinggi harus dikendalikan sehingga batubara tidak pecah dan
hancur akibat batubara mengalami pertambahan atau penyusutan volume. Batubara
yang telah terkarbonisasi (coke), didinginkan hingga mencapai suhu 100o C atau lebih
rendah. Suhu di pendinginan (pada tahap viii) oleh gas yang bersuhu normal
dimasukkan dari bawah tungku sebelum kokas dikeluarkan dari tungku.
Gas hasil pemanasan kokas (300-350o C) meninggalkan bagian atas tungku yang
didinginkan oleh recooler ( pada tahap ix ) dan pendingin utama ( pada tahap x ).
Setelah menghilangkan asap tar ( pada tahap xi ), sebagian besar gas dikembalikan
ke tungku. Porsi gas yang berlebihan dikeluarkan dari sistem, yang kemudian
mengalami rectification dan desulfurisasi untuk menjadi bahan bakar bersih yang
memiliki nilai kalori tinggi, (3800kcal/Nm3).
Cairan dalam gas dibawa ke decanter ( pada tahap xii ) yang memisahkan
ammonia dan tar dengan dekantasi dan pengendapan . Masing-masing produk
sampingan tersebut digunakan untuk tanaman yang ada untuk perawatan lebih
lanjut. Setelah dinormalisasi, tar digunakan kembali sebagai pengikat untuk
pembentukan kokas.
Gas hasil pemisahkan kabut tar di electric precipitator dipanaskan sampai sekitar
1000o C pada suhu tungku pemanas gas yang tinggi ( pada tahap xiii ), dan kemudian
dimasukan ke zona karbonisasi bersuhu tinggi ( pada tahap vii ). Gas yang
dipanaskan sampai 450o C pada suhu tungku pemanas gas rendah ( pada tahap xiv )
kendalikan ejektor ( pada tahap xv ). Ejektor ( xv ) menghisap gas bersuhu tinggi
yang digunakan untuk mendinginkan kokas untuk memberi umpan ke zona
karbonisasi bersuhu rendah (vi) pada suhu gas sekitar 600o C.
C. Karbonisasi
Cara kedua adalah karbonisasi batubara dengan pemanasan tak langsung atau
sistem destilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak sempit
dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Cara ini selain menghasilkan kokas
juga diperoleh produk samping berupa tar, amoniak, gas methana, gas hidrogen dan
gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan
produk cair berupa tar, amoniak dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan bahan-bahan kimia, umumnya berupa senyawa aromatik.
DAFTAR PUSTAKA
BOYD, R (1987), Fly ash collection, UNDP Coal Technology Course, Institute Coal of
Research, Newcastle, Australia, 1987
Center for Coal Utilization, Japan; and Japan Iron and Steel Federation Period: 1978
1986
http://bangngabua.blogspot.com/2011/06/kokas-batubara.html
http://www.jualbatubara.com/2012/10/sejarah-produksi-dan-penggunaan-kokas.html