Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ.
Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ
tidak tegak lurus (miring). Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Oleh karena itu, pentingnya membahas atau mempelajari sistem Kristal Monoklin
yaitu kita dapat mengetahui deskripsi dari sistem Kristal Monoklin, memahami
lebih dalam tentang Kristal Monoklin Hemibipyramidal dan Monoklin
Hemibipyramidal, serta mengetahui cara penggambaran Kristal Monoklin
Hemibipyramidal dan Monoklin Hemibipyramidal, serta contoh-contoh mineral
dari sistem Kristal Monoklin.
Gipsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gipsum batuan,
gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam, berasosiasi dengan
belerang, terbentuk sekitar fumarol vulkanik, efflorescence pada tanah atau gua-
gua kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi (gossan) pada endapan
pirit di daerah batu gamping.
Untuk nilai Sc C2h, di peroleh notasi C karena pada gambar sistem monoklin
sumbu c ini tidak bernilai, kemudian notasi 2 ini karena terdapatnya 2 bidang
simetri, dan terakhir notasi h karena terdapatnya bidang simetri horizontal,
vertical, dan diagonal oleh karena itu dinotasikan h.
Sistem Kristalografi
Untuk mempermudah dalam memahami bentuk kristal, dibuatlah
pengkelompokkan yang lebih sistematis. Pengkelompokkan ini berdasarkan
perbandingan panjang, letak atau posisi, jumlah dan nilai sumbu tegak.
Berdasarkan sifat simetrinya, bentuk kristal dibagi menjadi bidang simetri dan
Sistem Isometrik, sistem ini dikenal dengan sebutan sistem kristal kubus atau
kubik dengan jumlah sumbu pada kristal sebanyak 3 dan saling tegak lurus antara
satu dengan yang lainnya. Perbandingan ketiga sumbu memiliki panjang yang
sama. Kerena memiliki panjang sumbu yang sama, sudut kristalografi yang dibuat
sebesar 90o, hal ini disebabkan setiap sumbu berada pada posisi tegak lurus.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 kelas yaitu, tetaoidal, gyroida, diploida,
hextetrahedral, dan hexoctahedral. Beberapa mineral yang memakai sistem kristal
isometrik yaitu galena, emas, flourite, pyrite, dan halite. Sistem isometrik
merupakan sistem yang paling simetri dalam ruang 3 dimensi.
Sistem Tetragonal, Sistem kristal ini memiliki 3 sumbu kristal yang masing –
masing sumbu saling tegak lurus. Hanya satu sumbu memiliki ukuran lebih
panjang atau lebih pendek dibandingakan dengan dua sumbu yang lain. Pada
sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu, piramid, bipiramid, bisfenoid,
trapezohedral, ditetragonal piramid, skalenohedral, ditetragonal bipiramid. Contoh
dari mineral sistem tetragonal yaitu rutil, autunite, leucite, scapolite, pyrolusite.
Sistem Hexagonal, Pada sistem ini terdapat 4 sumbu kristal dimana salah satu
sumbu tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain. Ketiga sumbu tersebut
membentuk sudut 120o terhadap sumbu satu dengan yang lainnya. Tidak hanya
itu, ketiga sumbu memiliki panjang yang sama, sedangkan sumbu yang tersisa
memilliki ukuran lebih panjang. Contoh dari mineral pada sistem hexagonal yaitu
quartz, hematite, corundum, apatite, calcite.
Sistem Trigonal, Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, beberapa
ahli berpendapat jika sistem ini masuk ke dalam sistem kristal hexagonal, sebab
cara penggambarannya cukup sama. Hanya saja terdapat perbedaan yaitu sistem
trigonal, setelah terbentuk bidang datar berupa segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan cara menghubungkan dua titik sudut di mana titik tersebut
Sistem Orthorhombik Sistem ini juga dikenal dengan sebutan sistem Rhombis,
memiliki 3 sumbu simetri kristal saling tegak lurus antara satu dengan yang
lainnya. Masing – masing sumbu mempunyai panjang yang berbeda. Pada sistem
orthorhombik dibagi menjadi 3 kelas yaitu piramid, bipiramid, dan bisfenoid.
Contoh dari mineral ini yaitu stibnite, aragonite, chrysoberyl dan witherite.
Sistem Monoklin, Monoklin sendiri memiliki arti yaitu hanya terdapat satu sumbu
yang miring dari tiga sumbu yang ada. Selain itu, ketiga sumbu tersebut tidak
mempunyai panjang yang sama. Salah satu sumbu berukuran pendek dan salah
satu yang lain memiliki ukuran yang panjang. Sistem monoklin ini terbagi
menjadi 3 kelas, sfenoid, doma dan prisma. Contoh mineral ini yaitu azurite,
gypsum, epidot, colemanite, malachite.
Sistem Triklin, Sistem ini terdapat 3 sumbu simetri di mana antara satu sumbu
dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus dan juga ketiga sumbu tidak
memiliki panjang yang sama. Contoh dari mineral pada sistem ini yaitu albite,
labradorite, kaolinite, dan anortoclase.
Untuk nilai Sc C2h, di peroleh notasi D karena pada gambar sistem tetragonal
sumbu c ini tidak bernilai, kemudian notasi 2 ini karena terdapatnya 2 bidang
simetri, dan terakhir notasi h karena terdapatnya bidang simetri horizontal,
vertical, dan diagonal oleh karena itu dinotasikan h.
Kristalografi merupakan cabang dari mineralogi yang terfokus pada sistem kristal.
Sedangkan kristal sendiri adalah suatu padatan yang secara esensial memiliki
suatu pola difraksi tertentu. Dapat dikatakan jika kristal adalah padatan yang
disusun oleh atom berulang tiga dimensional serta dapat difraksikan oleh sinar X.
Secara sederhana kristal merupakan zat padat yang terdiri atas susunan atam dan
molekul yang teratur. Hal ini dapat dilihat dari permukaan kristal yang berupa
bidang datar dan rata, mengikuti suatu pola tertentu. Bidang yang terlihat rata
pada krital ini dinamakan muka kristal.
Bentuk Kristal
Terdapat beberapa tahap untuk menjadi sebuah batuan kristal, dan setiap tahap
yang terjadi pada batuan kristal akan berpengaruh pada sifat – sifat dari kristal.
Tahapan itu juga sangat bergantung dari bahan dasar dan kondisi lingkungan
kristal itu berasal. Fase – fase atau tahapan pembentukan kristal secara umum
yaitu:
Fase cair ke padat pada fase ini cairan yang merupakan bahan dasar pembentukan
kristal mengalami proses pembekukan atau pemadatan sehingga membentuk
batuan kristal. Proses ini sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
Kristal yang berasal dari bahan cair, biasanya terjadi dalam skala luas, bisa jadi
kerena faktor alam maupun faktor industri. Fase gas ke padat (sublimasi)
pembentukan kristal bisa dapat berasal dari perubahan gas dalam hal ini uap
menjadi padatan, tanpa harus melalui tahap cair terlebih dahulu. Bentuk kristal
yang dihasilkan biasanya berukuran lebih kecil dan juga berbentu rangka. Kristal
yang dihasilkan merupakan hasil dari proses sublimasi gas-gas yang memadat
akibat dari perubahan lingkungan. Gas – gas ini berasal dari aktivitas gunung api,
kemudian gas-gas tersebut membeku karena adanya perubahan suhu. Fase padat
ke padat proses pembentukan kristal ini biasanya terjadi pada agregat kristal di
bawah pengaruh dari tekanan dan juga temperatur. Hanya strukturnya saja yang
berubah namun unsur – unsur kimia di dalamnya tetap. Pada proses ini batuan
kristal sudah terbentuk sebelumnya akibat dari suhu dan tekanan, sehingga kristal
tersebut berubah bentuk dari segi unsur – unsur fisik saja.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang didapatkan :
- Sistem Kristal Monoklin Prisma + Pinacoid dan Monoklin
Hemibipyramidal memiliki deskripsi yang sama-sama mempunyai proyeksi
orthogonal, keduanya merupakan sistem kristal Orthorombik, HM keduanya
sama 2/m, Sc nya juga sama yaitu C2h, dan untuk klas simetri Monoklin
Prisma + Pinacoid dan Monoklin Hemibipyramidal juga sama yaitu
Prismatik.
- Dalam sistem Kristal Monoklin Hemibipyramidal, klas simetri yang Hm
(Herman Mauguin) nya 2/m, yang mana kita ketahui 2/m ditentukan karena
adanya bidang yang tegak lurus dengan sumbu a, dan oleh karena itu ada m.
- Contoh mineral sistem kristal Monoklin Prisma + Pinacoid yaitu Azurite
dan Monoklin Hemibipyramidal yaitu Gypsum.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan selanjutnya diharapkan dapat
lebih menguasai materi agar dapat memudahkan untuk menjawab responsi
selanjutnya, dan kita bisa melakukan praktikum secara offline agar lebih efisien.