Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN

MINERALOGI

PRAKTIKUM KE : 4 (EMPAT)
JUDUL PRAKTIKUM : SISTEM KRISTAL MONOKLIN DAN
TRIKLIN
HARI/TANGGAL : JUMAT/ 16 MARET 2018
LOKASI PRAKTIKUM : LABORATORIUM LINGKUNGAN DAN
GEOKIMIA 2
KELOMPOK : B (GENAP)

MUHAMMAD AGRI FINALTA

F1D117004

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul
yang teratur dimana keteraturan susunan tersebut dapat dilihat pada
permukaannya yang terdiri dari bidang-bidang datar. Kristal dapat terbentuk
oleh melalui dua cara yakni presipitas dan kristalisasi. Kecepatan kristalisasi
akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir Kristal. Semakin lama proses
kristalisasi berlangsung, maka ukuran Kristal akan semakin besar dan
sebaliknya. Kristal mempunyai sifat dasar yang diutarakan oleh steno yaitu
dua bidang muka Kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang
besarnya tetap pada suatu Kristal. Bidang muka Kristal adalah bidang-bidang
datar yang membentuk permukaan Kristal. Masing-masing akan mempunyai
letak dan arah bidang muka Kristal tertentu dan berbeda-beda.
1.2 Tujuan
1. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu simetri kristal yang ada pada setiap
bentuk kristal.
2. Menentukan Kelas Simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap Kristal.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 1


1.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Jangka
2. Busur
3. Pensil warna
4. Spidol warna
5. Alat tulis
6. Lembar kerja sementara
7. Penggaris panjang
8. Penggaris segitiga siku siku dan sama kaki
b. Bahan
Bahan yang akan di gunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Maket sistem kristal
2. LKS
1.2 Prosedur kerja
a. Sistem Kristal Monoklin
Berikut adalah proses penggambaran sistem kristal monoklin dengan
proyeksi orthogonal:
1. Dibuat garis antara sumbu b tegak lurus dengan sumbu c.
2. Dibuat garis antara sumbu a- dan b+ sebesar 45º.
3. Dibuat garis yang menghubungkan a+ dan b-, a- dan b-, a+ dan b+ serta
a- dan b+.
4. Dibuat garis yang menghubungkan c+ dengan a+ dan a- serta c- dengan
a+ dan a-.
5. Dihubungkan masing masing ujung titik c+, b-, c-, dan b+.
b. Sistem Kristal Triklin
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Dibuat perbandingan sumbu a : b : c = 2 : 8 : 12 cm.
2. Dibuat sumbu c dengan panjang 12 cm.
3. Dibuat sumbu b dengan sudut 80º sumbu c dengan panjang 8 cm.
4. Dibuat sumbu a dengan sudut 45º dari sumbu c dengan panjang 2 cm.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 2


5. Diproyeksikan sumbu a pada masing-masing ujung sumbu b dan c.
6. Dibuat garis lurus pada setiap ujung hasil proyeksi sumbu a
7. Dihubungkan masing – masing titik terluar hingga membentuk bangun
balok.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 3


BAB II
DASAR TEORI

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. (Rizqi. 2013).
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling
tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring) (Afantery. 2011).
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992).
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya (Doddy. 1987).
Sistem triklin Pinakoidal, Kelas : ke-2,Simetri : 1 dan Elemen Simetri :
hanya sebuah pusat. Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang
saling berpotongan pada sisi miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan
aluminium) merupakan contoh dari mineral dengan sistem kristal triklin. Sistem
ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus.. System kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠
c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, (Ahmad. 2012).

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 4


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum keempat kristalografi dan mineralogi yang dilaksanakan pada


hari Jum’at 16 Maret 2018 dengan judul Kristalografi membahas dan mempelajari
tentang menentukan bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi, jumlah
sumbu, dan kelas simetri dari 7 sistem kristal.
Pada praktikum kali ini yaitu menggambar bentuk sistem Kristal Triklin dan
sistem Kristal Monoklin. Terlebih dahulu kami menggambar sisitem kristal
Triklin. Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Untuk sistem kristal Monoklin
digunakan perbandingan 2 : 8 : 12 cm. Sedangkan pada proyeksi Triklin
digunakan perbandingan 2 : 8 : 12 cm.
Monoklin adalah sistem kristal yang hanya memiliki satu bidang simetri,
satu sumbu simetri diagonal dan 1 pusat simetri. Penggambaran kristal Monoklin
termasuk kelas simetri Prismatik. Kelas simetri Prismatik memiliki jumlah unsur
simetri sebagai berikut L2 PC, dengan P menyatakan pieces yang berarti kelas
simetri prismatik hanya memiliki 1 bidang simetri yang mengisi prisma tersebut.
Selanjutnya dalam penamaan simbol kristalografi menurut Herman
Mauguin (Hm) untuk kelas prismatik: 2/m, maksut dari penamaan ini adalah
menerangkan nilai dari sumbu b dan adanya bidang simetri yang tegak lurus
terhadap sumbu b tersebut. Simbol kristal menurut Schoenflish untuk kelas
Prismatik adalah : C2h, dengan bagian pertama menjelaskan tentang nilai dari
sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral. Karena sumbu tersebut
tidak bernilai maka dinotasikan dengan C. Untuk bagian kedua menjelaskan
tentang nilai dari sumbu c, karena memiliki nilai sumbu 2 maka dituliskan
disamping kanan agak bawah dari notasi C. Sedangkan bagian ketiga menjelaskan
tentang bidang simetrinya dan yang sudah di ketahui bahwa Sistem monoklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 5


garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+ˆbˉ = 30°. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a⁺
memiliki nilai 45° terhadap sumbu bˉ.
Penggambaran dilakukan dengan membuat sumbu c sepanjang 12 cm dan
sumbu b sepanjang 8 cm terlebih dahulu, setelah itu kedua sumbu tersebut akan
membentuk sudut 90°, akan tegak lurus tepat dibagian tengah dari sumbu b dan c.
Kemudian, penggambaran sumbu a dengan memproyeksikan sumbu a dengan b
hingga terbentuk sudut 45° dengan panjang garis 2 cm.
Pada sistem kristal triklin yang telah digambar termasuk ke dalam kelas
pinakoidal, karena bentuknya yang menyerupai balok. Sistem kristal triklin kelas

pinakoidal ini memiliki jumlah unsur simetrinya C, Hm nya dan sc nya CI. Pada
1

kelas pinakoidal terdapat beberapa bentukkan lainnya seperti pedial. Pada


penggambaran kali ini, sistem kristal Triklin yang diproyeksikan termasuk
kedalam kelas simetri Pinakoidal. Sistem kristal Triklin memiliki jumlah unsur
simetri C, hal ini karena sistem kristal triklin tidak memiliki satupun bidang
simetri. Yang ada hanyalah sebuah pusat simetri.
Untuk penamaan simbol menurut Herman Mauguin (Hm) kelas simetri
Pinakoidal memiliki notasi 1̅. Hal ini karena pada kelas simetri pinakoidal hanya
memiliki titik simetri sehingga dinotasikan dengan 1̅. Sedangkan jika tidak
memiliki unsur simetri akan memiliki notasi 1. Untuk penamaan simbol menurut
Scloenflish (Sc) kelas simetri Pinakoidal memiliki notasi C1 Dengan bagian
pertama menjelaskan tentang nilai sumbu yang tegak lurus terhadap sumbu c,
karena sumbu tersebut tidak bernilai maka dinotasikan dengan C. Sedangkan pada
bagian kedua menjelaskan tentang nilai dari sumbu c, nilai sumbu c pada kelas
Pinakoidal adalah 1. Untuk bagian ketiga, karena tidak memiliki satupun bidang
simetri maka tidak dituliskan notasinya.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 6


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah unsur simetri adalah notasi-notasi yang digunakan untuk
menjelaskan nilai-nilai yang ada dalam sebuah kristal, nilai sumbu-
sumbunya, jumlah bidang, simetrinya, serta titik pusat dari kristal tersebut.
2. Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas: Prismatic, Sphenoidal dan
Domatik. Sistem Triklin juga dibagi menjadi 2 kelas : Pedial dan
Pinakoidal.
4.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih paham apa yang akan di kerjakan saat
melakukan percobaan praktukum yang akan di laksanakan ,serta tidak rebut
di ruang laboratorium.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 7


DAFTAR PUSTAKA

Afantery, 2011. Sistem kristal. Jakarta : Gramedia Nasional.


Ahmad, S.2012. Kristalografi dan Mineralogi Teknik Pertambangan USTJ.
Jayapura: SUTJ Press.
Doddy , Graha, Setia. 1987. Batuan dan Mineral.Bandung: Nova
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley.
Rizqi, Alif. 2013. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional.

Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 8

Anda mungkin juga menyukai