Geologi adalah cabang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, proses pembentukan planet bumi beserta isinya yang pernah ada. Bumi disusun oleh batuan, dan batuan disusun oleh berbagai macam mineral-mineral. Mineral merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas- batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Kristalografi merupakan ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya. Menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar sudut yang dibentuk antar sumbu pada bentuk kristal. Mendeskripsikan bentuk kristal berdasarkan parameter penggambaran, jumlah, dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang memiliki oleh setiap bentuk kristal. Dalam studi geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat mempelajari kristalografi terutama dalam pengenalan bentuk kristal yang ada tujuan mempelajari kristalografi terutama dalam pengenalan bentuk kristal yang ada pada setiap bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh kristal baik proyeksi orthogonal maupun stereografis Mineral kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan susunan yang teratur didalamnya. Batuan merupakan kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses geologi dan sebagai unit terkecil dalam geologi adalah dengan mempelajari kristal. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 1
atom untuk menentukan strukturnya dan keadaan terciptanya kristal tersebut di bidang. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukan praktikum ini yaitu : 1. Untuk mengetahui ciri-ciri sistem kristal monoklin dan triklin. 2. Untuk mengetahui kelas simetri sistem kristal monoklin dan triklin. 3. Untuk mengetahui contoh mineral pada sistem monoklin dan triklin. 1.3 Alat dan Bahan A.Alat Alat yang digunakan pada pratikum 1. Alat tulis 2. Jangka 3. Busur 4. Pensil warna 5. Spidol warna 6. Lembar sementara 7. Penggaris panjang 8. Penggaris segitiga siku – siku dan sama kaki B.Bahan Bahan yang digunakan pada pratikum 1. Kertas HVS 2. LKS 3. Maket sistem kristal monoklin dan triklin 1.4 Prosedur Kerja A. Sistem Kristal Monoklin Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan yaitu : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1: 4 :6 2. Membuat garis a-/b+ = 30o 3. Memberikan keterangan pada garis-garis sumbunya seperti a+,a-, b+ ,b,c+, dan c-. 4. Hubungkan titik-titik pada bagian a- ,b-, a+ ,b+menjadi sebuah bidang 5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+, dan
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 2
c-
B. Sistem Mineral Triklin
1. Muatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1 :4: 6 2. Membuat garis dengan sudut a+/b- = 45o 3. Membuat garis dengan sudut b+/c- = 80o
4. Memberikan keterangan pada garis-garis sumbunya seperti a+,a-, b+ ,b-
menjadi sebuah bidang 5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+, dan c-
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 3
BAB II DASAR TEORI Sistem kristal monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring) (Ningsih, 2016). Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = γ = 90˚ ≠ β. Hal ini berarti, pada sudut α dan γ saling tegak lurus (90˚), sedangkan β tidak tegak lurus. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal monoklin memiliki perbandingan sumbu a:b:c= sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+/bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ (Rusyanto, 1991). Sistem monoklin dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas Prismatik, kelas sphenoidal, Kelas domatik. Yang mana kelas prismatik Kelas: ke-5, simetri: 2/m, elemen simetri 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus, sumbu tidak ada yang sama panjang, sudut a dan b = 90˚, tapi a dan c tidak saling tegak lurus. Bentuk umumnya monoklin prisma dan pinakoid. mineral yang umum akanthit, aktinolit, aegirin, azurite, allamit, annabergit, arsenopyrit, biotit, borak, boulangerit, brazilianit, brochantit, butlerit, calaverit, carnotit, catapleit, caledonit, celsian, klinoklas, kriolit, datolit, diopside, gypsum, manganit, olivenit, psilomelan, rosasit, talc, wolframit, titanit, dan lain-lain. Kelas sphenoidal, kelas ke-4, simetri : 2, elemen simetri : 1 sumbu putar. Sumbu : tidak ada yang sama panjang, sudut : a dan b = 90˚, tapi a dan c
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 4
tidak saling tegak lurus. Bentuk umum : sphenoid, pedion, dan pinakoid. Mineral yang Umum : Boltwoodit, Halotrichit, Franklinfurnaceit, Goosekrecit, Mesolit, Rinkit, Wollastonit-2M dan lain-lain. Kelas domatik, Kelas ke-3, simetri : m, elemen simetri : 1 bidang simetri. Sumbu : tidak ada yang sama panjang, sudut : a dan b = 90˚, tapi a dan c tidak saling tegak lurus. Bentuk umum : Kubah, Pedion, dan Pinakoid. Mineral yang Umum : Alamosit, Antigorit (Serpentin) (Hadi, 2001). Sistem kristal triklin mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama saling berpotongan pada sisi miring (Barmawi, 2012 ). Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Sistem kristal triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Mukti, 2010 ). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+/bˉ = 45˚ ; bˉ/c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+. Sistem triklin memiliki tiga sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang setiap sumbunya berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axio ratio a ≠ b ≠ c. Artinya panjang sumbunya tidak ada yang sama atau berbeda satu sama lain. Triklin juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90o, hal ini berarti pada
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 5
sistem ini, α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas, yaitu pedial dan pinakoidal. 3.2 Pembahasan Pada Praktikum keempat ini praktikan ditugaskan untuk memahami dan menggambarkan 2 dari 7 sistem kristal yaitu monoklin dan triklin. Sistem kristal monoklin adalah salah satu dari tujuh sistem kristal. Sebuah sistem kristal di deskripsikan oleh tiga vector. Dalam sistem Monoklin, kristal di deskripsikan oleh vector dengan panjang tidak sama, seperti dalam sistem orthorombik. Mereka membentuk prisma persegi panjang dengan jajar genjang sebagai dasarnya. Oleh karenanya dua pasang vector berbentuk tegak lurus sedangkan pasangan ketiganya membuat sudut selain 90˚. Beberapa contoh mineral kristal monoklin ini adalah actinolite, aegirine, augite, biotite, chlorite, gypsum. Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan kisi-kisi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi bidang simetri, sumbu simetri, dan pusat simetri. Praktikum ini sama halnya dalam praktikum sebelumnya yaitu penggambaran bidang sistem kristal ortorombik dan trigonal. Namun perbedaannya terletak pada sumbu dan bidang yang dihasilkan dari penggambaran yang dilakukan. Pertama pada sistem kristal Monoklin. Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Dalam hal ini penggambaran dilakukan dengan menggunakan semua alat yang harus disediakan oleh praktikan yaitu pensil, penggaris, pensil warna serta alat dan bahan pendukung lainnya. Untuk penggambaran monoklin, praktikan menggunakan perbandingan sumbu a : b : c yaitu 1 : 4 : 6. Dimana sumbu a dibuat sepanjang 1 cm, sumbu b digambar 4 cm dan sumbu c digambar 6 cm dengan sudut antara a+ dan b- adalah 30°. Dalam hal ini sumbu c merupakan sumbu terpanjang dan sumbu a merupakan sumbu terpendek. Sudut α yaitu sudut yang dibentuk sumbu b dan sumbu c memiliki besar sudut 90° dan untuk sudut β
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 6
merupakan sudut sumbu b dan sumbu c memiliki besar sudut 90°. Namun, berbeda halnya dengan sudut γ ≠ 90°.Jadi, sudut – sudut yang digunakan α = γ = 90° β ≠ 90°. Sistem monoklin dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas prismatik, kelas sphenoidal, kelas domatik. Yang mana kelas prismatik kelas ke-5, Simetri : 2/m, elemen simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus, Sumbu : tidak ada yang sama panjang, sudut α dan β = 90°, tapi a dan c tidak saling tegak lurus. Bentuk monoklin pinakoid. Dari penggambaran sudut dan sumbu yang telah dilakukan maka tiap sumbu disambung sesuai dengan simetri yang terbentuk dari penggambaran. Dari penggambaran tersebut akan terbentuk pola tiga dimensi. Setelah semua hal tersebut dilakukan maka dapat dibuat garis simetri bidang. Dari penggambaran proyeksi orthonal untuk sistem kristal monoklin ini, hanya didapatkan 1 bidang simetri. Untuk memperjelas simteri tersebut, gambar sistem monoklin yang telah dibuat dapat diwarnai dengan pensil warna sesuai bidang simetrinya. Kedua yaitu pada sistem kristal triklin. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbu a+dan bˉ adalah 45˚ dan sudut antara bˉ dan c+ adalah 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+. Sistem ini mempunyai tiga sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Sistem kristal triklin memiliki axial ratio a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α ≠ β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Beberapa contoh mineral sistem kristal triklin adalah albite, andesine, anorthite, bytownite, kaolinite, kynite, rhodonite, labradorite, microlin. Penggambaran dilakukan dengan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk menggambar proyeksi orthogonal sistem. Dibuat garis sumbu c terlebih dahulu dan kemudian disusul dengan dibuatnya sumbu b dengan besar sudut antara sumbu c+ dan b- adalah 80°. Kemudian dibuat lagi sumbu yang besar sudut
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 7
nya 45° pada a+ dan b-. Hal sama juga dilakukan , yaitu menghubungkan rangka yang telah terbentuk. Dalam sistem kristal triklin ini, tidak ada simetri. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa : 1. penggambaran proyeksi kristal monoklin hanya mempunyai satu sumbu miring dari tiga sumbu yang dimilikinya, sedangkan proyeksi kristal triklin mempunyai tiga sumbu simetri yang satu dengan Yang lainnya tidak saling tegak lurus. 2. Proyeksi sistem kristal monoklin dan triklin ini berbeda dengan sistem kristal yang lainnya, karena sudah terlihat jelas pada sumbu dan sudut. Setiap proyeksi sistem kristal memiliki bidang yang berbeda-beda, dan sistem kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya seperti bidang simetri dan sumbu simetri. 3. Beberapa contoh mineral kristal Monoklin ini adalah actinolite, aegirine, augite, biotite, chlorite, gypsum. contoh mineral sistem kristal triklin adalah albite, andesine, anorthite, bytownite, kaolinite, kynite. 4.2 Saran Untuk kedepan nya dalam menjalankan pratikum semakin semangat, lebih mudah untuk memahami yang di sampaikan oleh asisten dosen serta dapat memahami materi dan konsep pratikum.
Sistem Kristal Monoklin dan Triklin 8
DAFTAR PUSTAKA Barmawi, T. 2012. Kristalografi Dan Mineralogi Kuarsa. Jurnal Ilmiah MTG. Vol. 5 (1). Bayu, Nanda Hadi. 2001. Mineral dan Kristal. Jakarta : Yudistira. Mukti, Ganjar. 2010. Kristalografi dan Penerapannya. Bandung : Masmedia. Ningsih, S. 2016. Sintesis Anorganik. Padang: UNP. Rusyanto, S. 1991. Kristalografi dan Mineralogi. Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP Malang : Malang.