OLEH:
DIANTRI WIDIA SIPAYUNG
15307026
B. KIMIA KRISTAL
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa
sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak
hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari
atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.
C. BENTUK KRISTAL
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Ditinjau dari cara pengamatannya, dikenal tiga bentuk kristal
Kristalin, untuk kristal yg dapat diamati secara baik dgn mata telanjang
Mikrokristalin, untuk kristal yang pengamatannya baru terlihat bila dengan
bantuan mikroskop
Kriptokristalin, untuk kristal yng baru dapat diamati dengan bantuan difraksi
sinar X
D. SISTEM KRISTAL
1. SISTEM ISOMETRIK
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
a1 = a2 = a3
sudut antara a2 dan a3 = 90
2. SISTEM TETRAGONAL
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
a1 = a 2 ≠ a3
sudut antara a1 dan a2 dan a3 = 90
a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 6
sudut antara a1 dan -a2 = 30
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite
3. SISTEM HEXAGONAL
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).
a ≠b≠c
sudut antara a,b, c = 90
a :b : c = sembarang
sudut antara a dan –b = 30
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.
4. SISTEM ORTHOROMBIK
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
a ≠b≠c
sudut antara a,b, c = 90
a :b : c = sembarang
sudut antara a dan –b = 30
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite.
5. SISTEM TRIGONAL
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua
titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinnabar.
6. SISTEM MONOKLIN
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n, n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c ≠ 90
sudut antara a dan –b = 45
a : b : c = sembarang
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
7. SISTEM TRIKLIN
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
a ≠ b≠ c
α ≠ β ≠ γ ≠ 90
sudut antara a dan –c = 45
sudut antara b dan –c = 80
a : b : c = sembarang
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase
1. Equigranular
Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar.
Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi
tiga, yakni
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
2. Inequigranular
Inequigranular yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
MINERALOGI
A. PENGERTIAN
Mineralogi adalah studi kimia , struktur kristal , dan fisik (termasuk optik sifat)
dari mineral . Studi khusus dalam mineralogi meliputi proses asal mineral dan
pembentukan, klasifikasi mineral, distribusi geografis mineral, serta pemanfaatan
mineral.
B. KIMIA MINERAL
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat
mineral/Kristal tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada
susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun
kristal/mineral.
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah
bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat
fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan
konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung
terhadap daya ikat.
1. Warna
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap at
dibedakan menjadi dua, yaitu
Idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai
pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena,
magnetit, dan pirit.
alokromatik, bila warna mineral tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya,
seperti kuarsa dan kalsit.
2. Kilap
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam. Kilap
logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih,
seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Kilap bukan-logam tidak memberikan
kesan seperti logam jika terkena cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila terkena
cahaya, misalnya kalsit, kuarsa, dan halit.
Kilap intan (adamantine luster), memberikan kesan cemerlang seperti intan,
contohnya intan.
Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera, umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit,
dan gypsum.
Kilap damar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar, contohnya:
sfalerit dan resin.
Kilap mutiara (pearly luster), memberikan kesan seperti mutiara atau seperti
bagian dalam dari kulit kerang. Misalnya talk, dolomit, muskovit, dan
tremolit.
Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun. Contohnya talk
dan serpentin.
Kilap tanah (earthy) atau Kilap guram (dull), kenampakannya buram seperti
tanah, misalnya kaolin, limonit, dan bentonit.
3. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat
fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs (1773 - 1839), yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang
paling keras. Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4)
fluorit, (5) apatit, (6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10)
intan.
4. Gores
Gores Adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Gores / Cerat dapat sama
atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna gores tetap.
5. Belahan
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya
sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu
Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang belahan agak sukar.
Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain.
Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah
pada arah lain dengan mudah.
Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinan untuk membentuk belahan dan
pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar.
Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata,
sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada
untuk membentuk pecahan.
6. Pecahan
Pecahan dalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata
dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi
Pecahan Konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan.
Pecahan Berserat/Fibrus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya asbes & augit.
Pecahan Tidak Rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan
kasar, misalnya pada garnet.
Pecahan Rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral
lempung.
Pecahan Runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya
runcing- runcing, contohnya mineral kelompok logam murni
Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
7. Bentuk/Struktur
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas
kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk
kristalin atau amorf yang ideal karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya
terganggu oleh proses-proses yang lain.
Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai
dimensi sama/isometrik.
Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya
ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan mempunyai
struktur brus atau berserat.
Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.
Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.
Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular,
liformis, membilah, dll.