Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN

MINERALOGI

PRAKTIKUM KE : 1 (SATU)
JUDUL PRAKTIKUM : SISTEM KRISTAL ISOMETRIK
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 22 FEBRUARI 2018
LOKASI PRAKTIKUM : LABORATORIUM GEOKIMIA II
KELOMPOK : B (GENAP)

DEWI ROHMAENI

F1D117012

PRODI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan sesuatu yang sangat penting dan berkaitan dengan jurusan
Teknik Pertambangan. Seorang penambang harus memahami darimana asal atau
tempat dan proses terbentuknya mineral yang akan dilakukan penambangan
tersebut. Mineral berkaitan dengan ilmu kebumian, dikarenakan mineral yang
akan dicari dan diambil berasal dari dalam bumi. Seperti yang telah diketahui
bahwa bentuk, struktur dan komposisi penyusun bumi ini adalah batuan. Batuan
sangat banyak ditemukan jenisnya dari berbagai proses yang membentuk batuan
tersebut. Batuan yang terdapat dalam bumi ini mengandung mineral-mineral yang
sangat banyak jenis dan kegunaannya. Proses pembentukan mineral tersusun dari
kristal-kristal. Kristal memiliki bermacam-macam bentuk ataupun jenis, dan agar
dapat membedakan berbagai bentuk dan macam kristal, maka dilakukanlah
pengelompokan kristal-kristal tersebut menjadi sebuah sistem yang disebut
dengan sistem kristal. Pemahaman dan penguasaan mengenai sistem-sistem kristal
sangatlah berkaitan dengan kegiatan penambangan. Oleh karena itu, dalam
mempelajari dan memahami semua tentang kristal, maka dibutuhkan ilmu
pengetahuan yang dapat menjelaskan mengenai sistem kristal. Ilmu yang
mempelajari mengenai bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut dengan
Kristalografi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukan praktikum adalah untuk :


1. Mempelajari bentuk dan struktur dari sistem kristal isometrik
2. Menentukan pembagian klas simetri dari sistem kristal isometrik
3. Mengetahui contoh mineral-mineral yang termasuk dalam sistem kristal
isometrik

Sistem Kristal Isometrik 1


4. Menggambarkan bentuk sistem kristal isometrik dengan jumlah, letak
(posisi) dan bidang kristal serta ratio sumbu dan sudut dengan proyeksi
orthogonal.

1.3 Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Alat tulis
2. Jangka
3. Busur
4. Pensil warna
5. Spidol warna
6. Penggaris panjang
7. Penggaris segitiga siku-siku dan sama kaki
8. Maket
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Market sistem Kristal isometrik
2. Lks

1.4 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilipat kertas lks menjadi dua bagian untuk memperoleh titik tengah
kertas lks. Hal ini dilakukan agar mempermudah menggambar pada
titik tengah kertas lks.
3. Diperoleh titik tengah, langkah pertama yang dilakukan yaitu
menentukan perbandingan panjang antara sumbu a, b, dan c yaitu 3 cm
: 9 cm : 9 cm dan besar sudut a dan b = 300.
4. Diberi tanda atau titik pada perbandingan 3 : 9 : 9 pada sumbu kristal.

Sistem Kristal Isometrik 2


5. Ditarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran
yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda.
6. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua titik atau titik
pada sumbu a dan di sumbu c.
7. Dibuat atau ditarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang
sumbu c pada dua titik pada sumbu b dan sumbu a.
8. Ditarik garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar
garis b dengan garis sejajar garis a), ditarik garis yang sejajar pula
dengan garis c. Dibuat perpotongan garis yang telah dihubungkan.
9. Diwarnai pola yang telah dibuat sesuai dengan warna yang disukai
dengan memperhatikan bidang-bidangnya.

Sistem Kristal Isometrik 3


BAB II
DASAR TEORI

Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik,


perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung.
Namun, bentuk dari kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan
pada  berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari sistem kristal,
yang saat ini mempunyai 7 sistem utama dan tiap sistem dibagi lagi
menjadi beberapa kelas. Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari
ruang kosong yang berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi
dengan simetri translasi di tiga arah, mempunyai mempunyai ciri ciri tersendiri
pada setiap kelas. Ilmu yang mempelajari hal ini lebih lanjut disebut dengan
kristalografi (Justiana.2009).

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua
atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama,
tapi secara umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui
sehari-hari merupakan polikristal, (http://www.academia.edu).

Sistem isometrik juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama
untuk masing-masing sumbunya.

Sistem Kristal Isometrik 4


Gambar: Sistem Kristal Isometrik

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal isometrik memiliki axial ratio


(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini semua sudut kristalnya (α , β dan γ) tegak
lurus satu sama lain (90˚), (Sulastri,
S. dkk).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ ,
(Pellant, Chris.1992).

Sistem Kristal Isometrik terbagi menjadi 5 kelas, yaitu :

1. Simetri Hexoctahedral
 Kelas = 32
 Simetri = 4/m bar 3 2/m
 Elemen simetri : ini adalah kemungkinan yang paling simetris untuk
sistem tiga dimensi dengan 4 tiga sumbu lipat , 3 kali lipat dan empat
sumbu 6 dua sumbu lipat serta 9 pesawat cermin dan pusat.
 Garis Sumbu Kristal : ada tiga sumbu sama disebut a1, a2 dan a3.
 Sudut : Ketiga sudut = 90 derajat.

Sistem Kristal Isometrik 5


 Bentuk umum : kubus, segi delapan, dodecahedron dan trapezohedron,
lebih jarang trisoctahedron tersebut, tetrahexahedron andhexoctahedron.
2. Simetri Hextetrahedral
 Kelas = 31
 Simetri = bar 4 3 m
 Elemen simetri : ada 4 tiga sumbu lipat, tiga empat sumbu rotoinversion
kali lipat (mereka muncul sebagai dua sumbu lipat) dan 6 pesawat cermin.
 Garis Sumbu Kristal : tiga sumbu sama disebut a1, a2 dan a3.
 Sudut : Ketiga sudut = 90 derajat.
 Bentuk umum : kubus, segi delapan, dodecahedron dan trapezohedron,
lebih jarang trisoctahedron tersebut, tetrahexahedron andhexoctahedron.
3. Kelas Giroid
 Kelas = 30
 Simetri = 4 3 2
 Elemen simetri : ada tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar
tiga, dan enam sumbu putar dua.
 Garis Sumbu Kristal : tiga sumbu sama disebut a1, a2 dan a3.
 Sudut : Ketiga sudut = 90 derajat.
 Catatan : Kristal dapat kiri atau tangan kanan
 Bentuk umum: Bentuk giroid unik serta kubus,
s e g i d e l a p a n , d o d e c a h e d r o n d a n trapeoctahedron, lebih
jarang trisoctahedron dan tetrahexahedron.
4. Kelas Diploidal
 Kelas = 29
 Simetri = 2/m 3bar
 Elemen simetri : ada empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
dua, dan tiga bidang kaca dan satu pusat.
 Garis sumbu kristal : tiga sumbu sama disebut a1, a2 dan a3.
 Sudut : Ketiga sudut = 90 derajat.
 Catatan : Kristal dapat kiri atau tangan kanan
 Bentuk umum: diploid yang unik dan
pyritohedron serta kubus, segi

Sistem Kristal Isometrik 6


d e l a p a n , dodecahedron belah ketupat, trapezohedron dan lebih
jarang trisoctahedron tersebut.
5. Kelas Tetartoidal
 Kelas = 28
 Simetri = 2 3
 Elemen simetri : ada empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
dua.
 Garis Sumbu Kristal : tiga sumbu sama disebut a1, a2 dan a3.
 Sudut : Ketiga sudut = 90 derajat.
 Catatan : Kristal dapat kiri atau tangan kanan, enantiomorphic.
 B e n t u k u m u m : tetartoidal, unik serta pyritohedron itu, kubus,
dodecahedron deltoidal, dodecahedron pentagonal, belah ketupat
dodecahedron dan tetrahedron, (Justiana.2009).

Pada proyeksi orthogonal benda ditampilkan secara dua dimensi dengan


beberapa pandangan. Oleh karena itu proyeksi ortogonal sering disebut juga
sebagai proyeksi pandangan jamak (multiview projection). Jadi proyeksi
orthogonal adalah proyeksi dua dimensi yang digunakan sebagai gambar kerja
atau gambar desain, karena proyeksi ini didapatkan dengan cara memproyeksikan
setiap sisi benda atau objek gambar dari arah tegak lurus bidang yang
diproyeksikan, sehingga menghasilkan bentuk dan ukuran yang sama persis
dengan aslinya. Proyeksi orthogonal pada umumnya tidak memberikan gambar
lengkap dari  benda hanya dari satu proyeksi saja. Oleh karena itu diambil
beberapa bidang  proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat
ditambah dengan  bidang bantu dimana diperlukan. Bendanya diproyeksikan
secara orthogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda
tersebut pada bidang- bidang dua dimensi. Gambar proyeksi orthogonal
memberikan informasi yang tepat dan lengkap mengenai bentuk dan ukuran suatu
benda, karena cara ini dapat menampilkan gambar hasil pandangan dari beberapa
arah yaitu: depan, belakang, atas, bawah, kiri, dan kanan. Dengan
menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut dapatlah diperoleh gambaran
jelas dari benda yang dimaksud

Sistem Kristal Isometrik 7


(Austin, GT.1986).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem kristal terbagi menjadi 7 sistem dan setiap sistem


tersebut dibagi lagi menjadi beberapa kelas. Masing-masing
sistem kristal memiliki keunikan tersendiri yang diantara
semua sistem kristal tersebut tidak memiliki kesamaan. Semua
jenis mineral-mineral termasuk kedalam ketujuh sistem kristal
tersebut
Terdapat hal-hal penting yang menjadi dasar dari
pembagian sistem kristalografi, yaitu : perbandingan panjang
dari sumbu-sumbu kristalografi, letak atau posisi kedudukan
dari sumbu kristalografi dan jumlah sumbu simetri serta nilai
sumbu C atau sumbu tegaknya (vertikal). Oleh karena dasar-
dasar atau syarat tersebut sistem kristal dapat dibedakan
menjadi 7 sistem kristal, yaitu: sistem kristal isometrik,
tetragonal, hexagonal, trigonal, othorhombik, monoklin, dan
triklin.
Axial ratio dari sistem kristal isometrik memiliki
perbandingan antara sumbu a1=a2=a3, hal tersebut mengartikan
bahwa dari a1 sampai a3 memiliki panjang yang sama besar.

Sistem Kristal Isometrik 8


Selain itu, perbandingan sudut dari sistem isometrik adalah
α=β=γ=90֩. Dengan besar sudut tersebout diketahui bahwa
sistem isometrik memiliki semua sudut yang tegak lurus satu
sama lainnya.
Perbandingan sumbu sistem kristal isometrik adalah
1:3:3, hal ini mengartikan bahwa sumbu a1 ditarik garis
dengan nilai 1, pada a2 di tarik garis dengan nilai 3 dan pada
a3 ditarik dengan nilai 3. Namun, makna tersebut hanyalah
perbandingan saja bukan berarti nilai atau perbesaran nya
diwajibkan 1:3:3, melainkan hanya perbandingan atau dasar
bahwa perbandingan sistem isometrik adalah 1:3:3. Sudut
antara antara a1 dengan a2 = 90֩, sudut antara a2 dengan a3 =
90֩, sedangkan sudut antara a3 dengan a1 = 90 ֩, sedangkan
sudut antara a1 dengan –a2 = 30 ֩. Hal tersebut menjelaskan
bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 ֩ terhadap sumbu –a2.
Sumbu simetri adalah garis yang dibuat menembus pusat
kristal dan bila kristal diputar dengan poros tersebut sejauh
putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang
sama. Sumbu simetri terbagi menjadi tiga, yaitu gyre, gyoride
dan sumbu invers vertikal. Sedangkan sudut simetri adalah
sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis-garis dalam sistem
kristal.
Dalam praktikum pertama ini, mempelajari mengenai
macam bentuk dan struktur dari sistem kristal isometrik.
Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling
simetris. Hal ini didasarkan pada perbandingan (ratio) dari
jumlah, posisi (letak), panjang sumbu simetri serta sudut yang
dibentuk dari perpotongan garis sumbu simetri dari titik pusat.
Cara penggambaran yang digunakan untuk menentukan garis
sumbu, bidang serta sudut dari perpotongan garis-garis
tersebut dilakukan dengan menggunakan proyeksi orthogonal.

Sistem Kristal Isometrik 9


Perbandingan yang ditentukan untuk menggambarkan sistem
kristal isometrik adalah 3:9:9.
Penggambaran bentuk sistem kristal dilakukan dengan
proyeksi orthogonal. Proyeksi orthogonal adalah cara alternatif
yang bertujuan untuk mempermudah dalam menggambar.
Menggunakan proyeksi orthogonal juga dapat digunakan untuk
membuat sketsa atau gambar lain dengan syarat yang
berdasarkan dengan hukum-hukum geometri. Cara menggambar
dengan metode proyeksi orthogonal membuat garis sumbu
a,b,c, lalu dari perpotongan sumbu-sumbu tersebut akan
terbentuk bidang-bidang kristal dan akan membentuk gambar
tiga dimensi.
Terdapat cara penamaan sistem kristal yaitu dengan jumlah
u n s u r s i m e t r i n y a a d a l a h 3 L4, 4 L36, 6 L2, d a n 9 P C . P e n a m a a n
d a r i 3 L4 a d a l a h m e m i l i k i a r t i s y m b o l b a h w a t e r d a p a t n y a 3
sumbu utama, dan huruf L adalah arti simbol memutar atau
inversi, sedangkan pangkat 4 merupakan simbol bahwa
terdapat kenampakkan sebanyak 4 kali yang sama.
Selanjutnya maksud dari 9PC adalah angka 9 merupakan
symbol daribanyakknya warna yang terdapat pada gambar
sistem tersebut, sedangkan PC merupakan symbol bahwa
kristal tersebut dibagi dengan besar yang sama.

Sistem Kristal Isometrik 10


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Sistem kristal isometrik memiliki bentuk dan struktur seperti kubus.
2. Sistem kristal isometrik terbagi menjadi 5 klas simetri.
3. Emas, pyrite, galena, halite dan fluorite termasuk contoh mineral sistem
kristal isometrik.
4. Sistem krital isometrik menggunakan ratio panjang sumbu 1:3:3 dengan
sudut 300.

4.2 Saran
Sebaiknya waktu dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat
diperpanjang agar praktikan dapat lebih memahami materi dan penjelasan
mengenai sistem kristal.

Sistem Kristal Isometrik 11


Sistem Kristal Isometrik 12
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik Geologi ITB.

Bandung.

http://www.academia.edu/16193472/Definisi_Kristal_dan_Mineral, (diakses 23

februari 2018 pukul 17.30)

Justiana, 2009. Chemistry 3. Yudhistira. Jakarta.

Pellant, chris: 1992. Rocks and Minerals. Dorling Kinderslay. London.

Warmada.I.W. 2004. Agromineralogi. Fakultas teknik UGM. Yogyakarta.

Sistem Kristal Isometrik 13

Anda mungkin juga menyukai