Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Moh. Afandi Polontalo
471 418 018
Dosen Pegampu :
Muhammad Kasim S.T., M.T.
3. Cara Pengukuran
Menurut Kudwadi (2018) pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike/dip)
• Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi “E” kompas pada bidang
yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat lingkaran
nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum “N” merupakan arah strike
yang diukur (jangan lupa menandai garis strike yang akan dipakai untuk pengukuran
dip).
• Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi “W” kompas pada bidang yang
diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung berada di
atas). Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo tabung.
Gambar 2. Cara pengukuran strike dan dip menggunakan kompas geologi tipe Brunton
b. Diagram Rose
Diagram ini di sajikan dalam bentuk satu lingkaran penuh, sehingga tabulasinya arah
dimulai dari 0° –360°, dengan interval 5° /10°. Cara penggambarannya sama dengan
diagram kipas.
c. Histogram
Dari tabulasi diagram kipas diperoleh jumlah persentase, sehingga dalam histogram
sumbu horizontal diplotkan arah dari barat ke timur dengan patokan arah utara ditengah.
D. Lipatan (Fold)
1. Pengertian
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu batuan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis bidang di dalam batuan
tersebut. Pembentukan lipatan dapat terjadi melalui proses buckling yang merupakan proses
penekanan lateral dari suatu bidang planar dan proses pelengkungan ini terjadi pada kedua sisi
selama terjadi penekanan, serta proses bending yang diakibatkan oleh pengaruh gerakan vertikal
pada suatu lapisan, misalnya penurunan lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran
suatu massa batuan pada bidang yang tidak rata. Lipatan juga dapat terbentuk akibat proses atau
pengaruh dari tektonik, gaya berat (pelengseran), akibat pengaruh-pengaruh setempat, kompaksi,
intrusi batuan beku dalam dan injeksi garam (diapir) (Sapiie, 2011).
2. Geometri Lipatan
Menurut Sapiie dkk (2014) Unsur-unsur Lipatan dapat ditunjukkan pada suatu penampang
lipatan. Beberapa titik pada profil permukaan dideskripksikan antara lain:
• Hinge point adalah titik maksimun pelengkungan pada lapisan yang terlipat.
• Crest adalah titik tertinggi pada pelengkungan
• Trough adalah titik terendah pada pelengkungan
• Inflection point adalah titik batas dari dua pelengkungan yang berlawanan
• Fold axis (sumbu lipatan/hinge line) adalah garis maksimum pelengkungan pada suatu
permukaan bidang yang terlipat.
• Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu pada
suatu lipatan . Bidang ini tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat
melengkung yang umum disebut sebagai axial surface.
• Fold limb (sayap lipatan) adalah sisi-sisi dari bidang yang terlipat yang berada diantara
daerah pelengkungan (hinge zone) dan batas pelengkungan (inflection line).
3. Klasifikasi Lipatan
Menurut Sukartono (2013) pada umumnya lipatan di klasifikasikan berdasarkan pada sifat
yang dapat dideskrepsikan unsur-unsurnya secara geometri. Klasifikasi tersebut berdasarkan
antara lain:
a. Sudut antar sayap (Interlimb angle)
b. Sifat simetri
Disebut lipatan simetri apabila bidang-bidang yang membatasi permukaan lipatan akan
berupa bidang yang lurus dan saling sejajar dan bidang yang melalui titik-titik batas
pelengkungan (inflection point) akan tepat terletak ditengah bidang-bidang tersebut. Apabila
jejak dari bidang yang melalui sumbu lipatan (hinge line) bukan sebagai bidang simetri
(bidang yang melalui sumbu lipatan dan membagi sama besar sudut antar sayap lipatan),
lipatan tersebut sebagai lipatan asimetri.
c. Kedudukan lipatan
Kedudukan lipatan dinyatakan dari kedudukan sumbu lipatan dan bidang sumbu lipatan
Fleuty, 1964 membuat klasifikasi berdasarkan kecondongannya kemiringan bidang sumbu
dan penunjamannya garis sumbu. Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaran
angka dari kemiringan(D) dan penumjaman (P), misalnya Upright fold(D85P20), menurut
Fleuty (1964) adalah Upright gently plunging fold.
Tabel 5. Klasifikasi lipatan berdasarkan kedua bidang sayap, kedudukan bidang sumbu dan
ketetatan sudut antar kedua sayapnya (Sapiie dkk, 2014).
Nama lipatan Ciri-ciri yang dipunyai
Bedasarkan kedudukan sayap (limb)
Lipatan simetri Kemiringan sayap sama
Lipatan asimetri Kemiringan sayap tidak sama, yang satu
lebih tegak dari sebelahnya
Bedasarkan kedudukan bidang sumbu
Lipatan tegak Kedudukan bidang sumbu tegak atau vertikal
Lipatan miring Kedudukan bidang sumbu condong atau
miring
Lipatan rebah (recumbent fold) Bidang sumbunya sangat miring/hampir
rebah
Berdasarkan keketatan (tightness)
Lipatan landai (gentle) Sudut antara kedua sayap 170° atau lebih
Lipatan terbuka (open) Besar sudutnya 90°
Lipatan ketat (tight) Besar sudutnya 10°
Lipatan isklonal Kedua sayapnya sejajar atau bersudut 0°
4. Jenis-Jenis Lipatan
Menurut Sapiie (2011) lipatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Lipatan Silindris/Lipatan Pararel
Lipatan ini adalah jenis lipatan yang memiliki tebal lapisan jika diukur tegak lurus dengan
bidang lapisan memiliki ukuran yang sama dan konstan. Jenis lipatan ini terbagi menjadi
• Lipatan Concentric, dimana semua lapisan yang terlipat mempunyai pusat lingkaran
yang sama dan jari-jari lingkaran menurun ke arah pusat lingkarang. Jenis lipatan ini
sama dengan lipatan isoklinal.
• Lipatan Kink, dicirikan oleh sumbu yang sudut dan sayap yang lurus. Lapisan-
lapisan tidak memiliki satu pusat lingkaran.
• Lipatan Similar, dicirikan oleh tebal lapisan yang sejajar dengan sumbu akan tetap,
tetapi tebal pada arah tegak lurus lapisan tidak. Lipatan ini memiliki lengkungan
yang sama.
b. Lipatan Non-Silindris
Lipatan jenis ini permukaan lipatannya tidak dapat diikuti dengan mengerakan garis
sejajar. Secara praktis bentuk lipatan jenis ini geometrinya berubah sepanjang garis sumbu.
Lipatan ini terbagi menjadi beberap jenis khusus yaitu:
• Lipatan Conical, permukaan lipatan jenis ini adalah kerucut. Lapisan yang terlipat
berhenti pada sebuat titik dimana sudah tidak terjadi perlipatan lagi.
• Lipatan Sheath, jenis ini adalah lipatan khusus yang terbentuk dalam lingkungan
strain yang tinggi seperti shear zones dan milonit.
Misal: data kedudukan lapisan dari sayap lipatan, akan ditentukan kedudukan sumbunya. Data
pengukuran :
Gambar 19. Proyeksi Stereografi dari bidang-bidang pada suatu lipatan (a) Diagram Beta;
dan (b) Diagram Pi
E. Sesar (Fault)
1. Pengertian
Menurut Sapiie (2011) sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran melalui bidang rekahnya. Sesar merupakan patahan/rekahan tunggal atau suatu zona
pecahan pada kerak bumi bersamaan dengan terjadinya pergerakan yang cukup besar, pararel
dengan rekahan atau zona pecahan.
Gambar 21. Sesar
2. Geometri Sesar
Menurut Sapiie (2011) sesar terdiri dari dua bidang bagian (definisi ini berlaku pada sesar
normal) yaitu hangingwall yang merupakan blok yang terletak diatas bidang sesar dan relatif yang
melakukan pergerakan, serta footwall merupakan blok yang terletak di bawah dan relatif diam
terhadap hangingwall. Geometri bidang sesar secara tiga dimensi dapat sangat bervariasi antara
lain:
• Planar, sesar dengan geometri bidang lurus.
• Listric, sesar dengan geometri bidang cekung ke atas (kemiringan bidang sesar makin
dalam makin berkurang).
• Steepening downward, sesar dengan geometri bidang cembung ke atas (kemiringan
bidang sesar makin dalam makin besar).
• Anastomising, sesar dengan bidang bercabang-cabang yang tidak beraturan.
• Tipline, adalah dimana pergeseran sesar menjadi nol, ini adalah garis yang memisahkan
batuan yang bergeser dan yang tidak, atau ujung dari rekahan.
• Branch line, adalah garis dimana sesar berpotongan atau bercabang menjadi sesar lain.
• Surface trace, adalah garis berpotongan sesar dengan permukaan bumi.
Fault breccia
Incohesive
Fault gouge
(visable fragment < 30%)
Crush breccia
(fragment > 0.5 cm)
Proportion of Matrix
Fine crush breccia
0 – 10%
(fragment 0.1 - 0.5 cm)
Cohesive
Crush micro-breccia
(fragment < 0.1 cm)
• Sesar normal (normal fault) terbentuk apabila SV merupakan principal stress maksimum (S1),
SHmax adalah principal stress menengah (S2), dan Smin merupakan principal stress minimum
(S3).
• Sesar naik (reverse fault) terbentuk apabila SHmax merupakan principal stress maksimum (S1),
Shmin adalah principal stress menengah (S2), dan SV merupakan principal stress minimum
(S3).
• Sesar mendatar (strike-slip fault) terbentuk apabila SHmax merupakan principal stress
maksimum (S1), SV adalah principal stress menengah (S2), dan Shmin merupakan principal
stress minimum (S3).
Menurut Sukartono (2013) aspek terpenting dari geometri sesar adalah pergeseran. Atas dasar
ini, sesar dapat diklasifikasikan:
a. Berdasarkan sifat pergeseran relatif semu
1) Strike sparation adalah pergeseran relatif semu searah dengan jurus bidang sesar,
yang terdiri dari :
• Strike left separation fault, jika pergeseran semu terlihat jejak bergeser ke arah
kiri.
• Strike right separation fault, jika pergeseran semu terlihat jejak bergeser ke arah
kanan.
2) Dip separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan kemiringan
bidang sesar, yaitu terdiri dari :
• Normal separation fault, jika jejak pergeseran HW relatif turun.
• Reverse separation fault, jika jejak pergeseran HW relatif naik.
b. Bedasarkan sifat pergeseran relatif sebenarnya
1) Strike slip fault, adalah pergeseran relatif sebenarnya searah jurus bidang.
• Left-handed strike fault, jika pergeseran relatif terlihat bergerak ke arah kiri
• Right-handed strike fault, jika pergeseran relatif terlihat bergerak ke arah kanan
2) Dip slip fault adalah pergeseran relatif sebenarnya searah kemiringan bidang sesar.
• Normal slip fault, bila HW relatif turun terhadap FW dengan dip sekitar 60°.
• Reverse slip fault, bila HW relatif naik terhadap FW dengan dip >45°.
• Low angle normal slip fault, bila HW relatif turun terhadap FW dengan dip
<45°.
• Thrust slip fault, bila HW
relatif naik terhadap FW
dengan dip <45° (±30°).
3) Oblique slip fault adalah
pergeseran miring relatif
sebenarnya terhadap bidang sesar.
Untuk penamaan sesar memakai
kombinasi dip dan strike fault,
seperti dibawah ini.
• Normal left slip fault
• Normal right slip fault
• Reverse left slip fault
• Reverse right slip fault
4. Jenis-Jenis Sesar
Menurut Sapiie dkk (2014) sesar terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Sesar Turun (Normal Fault)
Sesar ini adalah sesar yang disebabkan oleh stress tensional yang seolah-olah
menarik/memisahkan kerak. Hangingwall relatif turun terhadap footwall pada sesar jenis ini.
b. Sesar Naik (Reverse & Thrust)
Sesar naik berkembang karena adanya stress kompresional. Hangingwall relatif naik
terhadap footwall pada sesar jenis ini. Bila kemiringan (dip) bidang sesarnya lebih kecil dari
45° maka sesar tersebut dinamakan dengan sesar anjakan (thrust fault). Jenis sesar ini
umumnya berasosiasi dengan struktur perlipatan.
c. Sesar Geser atau Mendatar
Sesar jenis ini terjadi karena bekerjanya shear stress dengan arah gerak utama sesar ini
adalah horizontal dan sejajar dengan bidang sesarnya.
Goras garis adalah struktur garis sehingga mengukurnya menggunakan kompas geologi dan
mengukur arah bearing/plunge. Cara mengukur arah bearing/plunge telah dijelaskan pada
pembahasan struktur garis yaitu dengan meletakkan buku/clipboard tegak lurus dengan arah goras
garis seperti pada gambar 32.
Gambar 32. Posisi dan cara memegang kompas saat mengukur struktur garis plunge/bearing
Sehingga dicatat dan dibaca nilai hasil pengukurannya misal 60°, dan N 40° E itu adalah nilai
arah goras garis. Data goras garis memiliki data rake/pitch yaitu sudut yang terbentuk dari arah
jurus kedudukan bidang sesar yang berpotongan dengan arah goras garis. Cara pengukurannya
yaitu dengan menentukan terlebih dahulu arah dari jurus bidang sesar lalu beri tanda pada bidang
sesar tersebut, lalu pakai busur 180° yang lentur kemudian hitung nilai nol dari busur ke arah
goras garis sehingga didapat nilai rake misal 66°, kemudian pada bidang sesar tersebut arah
pergerakan sesar dapat dilihat dari step-fault akibat pergerakan sesaar, jika menghalus ke bawah
maka sesar naik sedangkan menghalus ke atas maka sesar turun dan dilihat juga dari offset lapisan
atau morfologi.
6. Cara Pengamatan Laboratorium
Menurut Sukartono (2013) Analisa sesar secara langsung dapat dilakukan apabila data – data
unsur struktur beserta struktur penyertanya , meliputi bidang sesar, gores-garis, arah slip
berdasarkan dragdan atau ofset batuan, maka kita dapat menamakan langsung sesar ini
dilapangan.
Analisis Sesar tak langsung, apabila data lapangan belum bisa memastikan kedudukan bidang
sesar, orientasi gores-garis(net slip), maka perlu bantuan proyeksi kutub dan metode proyeksi
steriografi dari data struktur penyerta (orientasi breksi sesar, shear dan gash frakture, sumbu-
sumbu mikro fold), maka kita dapat menentukan kinematikanya.
a. Menentukan arah umum masing-masing data
Mengeplotkan semua data kelurusan fraksi breksi, shear fracture dan gash fracture pada
kertas kalkir diatas “Polar Equal Area Net”. Kemudian dibaca arah umumnya pada Polar
Net, untuk kelurusan frgamen breksiasi menggunakan diagram kipas, setelah dilakukannya
tabulasi analisa sesar untuk data diatas.
1) Data SF dan GF di plotkan dalam kalkir menggunakan polar menghasilkan titik
2) Kalkir dipindahkan ke kalsbeek net kemudian dikelompokkan pada segi 6 buat
sebanyak mungkin dari segi 6 menghasilkan titik baru di titik tengah segi 6.
3) Titik baru dihubungkan dengan nilai yang sama (buat kontur) warnai
4) Buat struktur garis dari pusat ke titik tertinggi kontur
5) Plot kedudukan umum dari Shear Fracture dan Gash Fracture pada kalkir
6) Perpotongan Shear farcture dan Gash fracture adalah σ2σ2’
7) Titik σ2σ2’ dibawa E-W untuk membuat Bidang Bantu dan titik σ2σ2’ gitung 900 ke
arah pusat lingkaran, buat bidang nya
8) Plotkan bidang sesar tandai kemudian dibawa ke N gambar Bidang sesarnya. Bidang
sesar nilainya pada bidang yang melewati titik σ2σ2’
9) Buat net slip titik perpotongan bidang strike dan bidang bantu adalah net slip
kemudian buat struktur garisnya, baca net slip dan rake ( baca rake bidang sesar
dibawa N-S).
10) Arah pergerakkan sesar dilihat dari bidang sesar dan Gash Frecture arah
pergerakkan sesar dilihat dari sudut lancip antara Bidang Sesar dan Gash Frecture.
11) Menentukan ketegasan/arah gaya
a) Pure Shear
0
• σ1 30 dari netslip kea rah Gash Frecture sepanjang Bidang Bantu (Bidang
bantu dibawa N-S)
• σ2 di pertemuan Gash Frecture dan Shear Fracture
0
• σ3 90 dari σ1 sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)
b) Simple Shear
• σ1’ searah dengan Gash Frecture, berada di titik perpotongan Gash Frecture
dan Bidang Bantu
• σ2’ di pertemuan Gash Frecture dan Shear Frecture
• σ3’ 900 dari σ1’ sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)
c. Menentukan jenis sesar dan penampang geologi a-a’ pada peta geologi
1) Plot kedudukan sesar sebesar N E/ , bearing N E
2) Setelah itu sesar dianalisa sesuai yang tertera pada soal, kemudian menentukan jenis
sesarnya berdasarkan Klasifikasi Richard (1972)
3) Kemudian plot sesar yang diperoleh pada peta, kemudian membuat penampang
geologinya A-A’
4) Setelah itu peta diberi warna sesuai dengan batas litologinya.
d. Menentukan analisis sesar melalui bidang sesar/breksiasi dengan net-slip
1) Plot Breksiasi dan Net-Slip pada kalkir
2) Dari titik potong breksiasi dengan Net-slip dihitung 90o searah bidang breksiasi dan
itu merupakan bidang
3) Perpotongan bidang bantu dengan breksiasi merupakan nilai σ2
4) Menentukan σ1 300 dari netslip dan perpotangan dengan Bidang Bantu
5) σ3 900 dari σ1 sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)
Contoh: Diukur sejumlah kekar shear fracture , gash fracture, dan arah breksiasi.
• Plotkan proyeksi kutub ke dua jenis kekar tersebut pada sebuah kalkir diatas polar equal
area net.
• Plot harga kerapatan dengan menghitung titik pada segienam dari Kalsbek acounting net.
• Buat kontur yang menghubungkan angka data yang sama
• Hitung prosentase kerapatan, yaitu seperdata x 100 %. Harga tertinggi dianggap
kedudukan umumnya. Kemudian baca kedudukan pada jaring Polar equal area net.
• Tentukan arah umum breksiasi dengan diagram kipas( N 20° E)
• Plot data kekar dan arah breksiasi diatas wulf net, tentukan kedudukan net slip.
• Tentukan jenis sesar.berdasarkan klasifikasi Sesar Anderson (1951).
Gambar 33. Steriogram hubungan antara jenis pergerakan sesar dengan kekar tarik , kekar gerus
dan arah breksiasi
DAFTAR PUSTAKA
Kudwadi, B., Mardiani. 2018. Modul 4 Pengukuran Geologi Struktur. Bandung: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nugraha, D. 2018. Panduan Dasar Pemetaan Geologi. Yogyakarta:Institut Sains dan Teknologi
Yogyakarta Press.
Sapiie, B. 2011. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Bandung: ITB Press.
Sapiie, B., Magetsari A. N., H. H. A., A. I. C. 2014. Geologi Dasar. Bandung: ITB Press
Sukartono. 2013. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta: Laboratorium Geologi
Dinamis – STTNAS