Anda di halaman 1dari 24

TUGAS 4.

METODE GEOLOGI LAPANGAN


MODUL STRUKTUR GEOLOGI

Oleh :
Moh. Afandi Polontalo
471 418 018

Dosen Pegampu :
Muhammad Kasim S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
MODUL STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi adalah deformasi yang terjadi pada kerak atau batuan yang ada di bumi dan
bisa kita amati sekarang. Struktur ini adalah jenis fenomena yang telah terjadi selama beratus-ratus
tahun lalu (Sapiie dkk, 2014). Stuktur geologi pada umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu struktur
sekunder dan struktur primer. Struktur primer adalah stuktur yang terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan dan mencerminkan kondisi lokal dari genesa terbentuknya batuan tersebut,
contoh dari stuktur ini adalah gradded-bedding, cross-bedding, vesikuler dan kekar kolom.
Sedangkan, struktur sekunder adalah struktur yang tercipta pada batuan akibat gaya (force) setelah
batuan tersebut terbentuk (Sapiie, 2011).
Struktur geologi dibangun oleh prinsip geometri yang ada pada suatu tubuh batuan yang
terstrukturkan, prinsip geometri suatu bidang atau garis ini adalah unsur yang mempunyai kedudukan
atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan lainnya dapat dideskripsikan.
Suatu bidang atau garis harus mempunyai komponen kedudukan (attitude), yang umumnya
dinyatakan dalam koordinat grafis, arah dan besaran kecondongan (inklinasi). Unsur struktur geologi
berdasarkan geometri dibedakan: struktur bidang (planar) misalnya: bidang perlapisan, bidang foliasi,
bidang rekahan, bidang sesar, bidang belahan (cleavage) dsb dan struktur garis (linear) misalnya :
lineasi, sumbu lipatan, gores-garis dsb (Sukartono, 2013).
Di modul ini struktur geologi yang dibahas adalah tentang struktur geologi sekunder atau
struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Struktur ini diakibatkan oleh suatu gaya yang mengenai
dan mampu mendeformasi batuan sehingga batuan tersebut berubah dari wujud awalnya entah itu
bentuk atau volumenya. Struktur ini pada umumnya disebabkan oleh proses tektonik yang
berlangsung di bumi (Sapiie dkk, 2014). Stuktur sekunder tersebut terbagi menjadi tiga jenis yaitu
kekar, lipatan dan sesar. Struktur ini juga disertai dengan struktur penyerta yaitu struktur bidang dan
struktur garis. Berikut penjelasan dari kelima struktur tersebut:
A. Struktur Bidang
1. Pengertian
Menurut Kudwadi (2018) struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri
bidang. Kedudukan awal struktur bidang perlapisan pada umumnya membentuk kedudukan
horizontal, dan dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi
tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api. Padakondisi ini, kedudukan
miringnya disebut initial dip. Menurut Sukartono (2013) struktur bidang terdiri dari beberapa
jenis yaitu:
• Kedudukan (attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari bidang atau garis di
dalam ruang umumnya dihubungkan dengan koordinat geografi dan bidang horizontal,
dan terdiri komponen arah dan kemiringan.
• Arah (trend) adalah arah dari suatu bidang horizontal, umumnya dinyatakan dengan
azimuth atau besaran sudut horizontal dengan garis tertentu (Bearing).
• Kecondongan (inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah bawah dari bidang
horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila diukur pada bidang yang tidak tegak
lurus strike disebut kemiringan semu (Apperent dip).
• Jurus (Strike) adalah arah garis horizontal yang terletak pada bidang miring.
• Kemiringan (Dip) adalah sudut terbesar dari suatu bidang miring, yang diukur tegak
lurus jurus.

Gambar 1. Kedudukan bidang dan garis di dalam ruang

2. Jurus dan Kemiringan


Jurus dan Kemiringan adalah besaran untuk menyatakan kedudukan semua struktur bidang,
misalnya perlapisan, foliasi, kekar, sesar dsb. Contoh penulisan kedudukan bidang:
Kemiringan & Arah Kemiringan : 30°, N 215° E
Azimuth Kwadran
S 35° E/30° SW
N 145° E/30°
N 35° E/30° SW
Tabel 1. Contoh strike dan dip

3. Cara Pengukuran
Menurut Kudwadi (2018) pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike/dip)
• Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi “E” kompas pada bidang
yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat lingkaran
nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum “N” merupakan arah strike
yang diukur (jangan lupa menandai garis strike yang akan dipakai untuk pengukuran
dip).
• Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi “W” kompas pada bidang yang
diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung berada di
atas). Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo tabung.

Gambar 2. Cara pengukuran strike dan dip menggunakan kompas geologi tipe Brunton

b. Pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan” (dip,dip direction)


• Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi “S” kompas pada
bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat
lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum “N” merupakan
arah kemiringan yang diukur.
• Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.
B. Struktur Garis
1. Pengertian
Menurut Kudwadi (2018) Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri
garis, antara lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Struktur garis dapat
dibedakan menjadi stuktur garis riil dan struktur garis semu.
Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati dan
diukur langsung di lapangan, contoh: gores garis yang terdapat pada bidang sesar. Sedangkan
struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari
orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis
primer yang meliputi: liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah
liniasi struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang meliputi: gores-garis, liniasi memanjang
fragmen breksi sesar, garis poros lipatan, kelurusan-kelurusan dari topografi, sungai dan
sebagainya.

Gambar 3. Kenampakan struktur garis di lapangan

2. Arah, Penunjaman dan Pitch/Rake


Menurut Sukartono (2013) kedudukan struktur garis adalah diketahuinya arah, plunge dan
rake sebuah garis dari suatu bidang dengan metode grafis. Contoh: Bidang ABCD dengan
kedudukan N 0° E/45° terletak garis AL dengan arah penumjaman N 135° E, tentukan plunge
dan Rake garis AL.
• Buat proyeksi bidang ABCD dengan kedalaman d.
• Buat arah garis N 135° E dari tititk A sehingga memotong jurus di titik K.
• Buat garis dari K tegak lurus sepanjang d di L, maka plunge adalah sudut KAL.
• Putar bidang ABCD ke posisi horizontal dengan poros AB (posisi A-D menjadi A – Dr
dari pusat putar di A).
• Buat jurus dari Dr sedalam d (garis sejajar AB).
• Buat garis tegak lurus dari K memotong CD rebah di Lr.
• Hubungkan Lr dengan A, maka sudut BALr adalah Rake (Ukur dengan busur derajat dan
Rake < 90°).
Gambar 4. Kedudukan Garis
3. Cara Pengukuran
Menurut Kudwadi (2018) cara pengukuran struktur dibagi menjadi dua jenis pengukuran
yaitu:
a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman
1) Cara pengukuran arah penunjaman (trend)
• Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan
sejajar dengan arah yakni struktur garis yang diukur.
• Menempelkan sisi “W” atau “E” kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu
dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis
tersebut.
• Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan
horizontal/gelembung berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh
jarum utara kompas adalah harga arah penunjamannya (trend).
2) Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge)
• Menempelkan sisi “W” kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam
keaadan vertikal.
• Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah nivo
dan besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal yang
ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer.

Gambar 5. Teknik mengukur trend dan plunge suatu struktur garis L1


3) Cara pengukuran rake/pitch
• Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat
(garis horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong
struktur garis.
• Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan
menggunakan busur derajat).
4) Cara pengukuran arah kelurusan (bearing)
• Arah kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan
diukur, misalnya sumbu terpanjang pada fragmen breksi sesar.
• Menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada di tengah nivo),
dengan catatan, posisi kompas masih seperti no.1 tersebut di atas, maka harga
yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah bearing-nya.
b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman
Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)
umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya: arah liniasi fragmen breksi sesar, arah
kelurusan sungai dan arah kelurusan gawir sesar
C. Kekar (Joint)
1. Pengertian
Kekar didefinisikan sebagai rekahan atau pecahan batuan yang tidak mengalami pergeseran,
hanya peregangan (ekstension) dengan bidang planar dan licin yang memotong batuan (Sapiie,
2011). Kekar terbentuk akibat tegasan utama dan merupakan gaya yang diterima oleh batuan
dengan sumber gaya yang berasal dari gaya tektonik. Kebanyakan kekar merupakan hasil dari
pembubungan kerak, kompresi, tarikan (tension) yang berkaitan dengan sesar atau lipatan (Sapiie
dkk, 2014). Kekar terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Kekar Tension
Kekar ini adalah kekar yang diakibatkan oleh pelepasan beban atau pemuaian batuan
(Sapiie dkk, 2014). Kekar ini juga disebabkan akibat adanya regangan oleh stress tektonik
dan temperatur sehingga membentuk rekahan yang lurus, planar dan tidak terjadi pergeseran
(Sapiie, 2011).

Gambar 6. Kekar Tension

b. Kekar Berpasangan (Shear Joint)


Menurut Nugraha (2018) mekanisme terbentuknya kekar berpasangan adalah ketika arah
tegasan utama atau disimbolkan dengan ‫ס‬1 yang merupakan gaya terkuat, ‫ס‬2 dengan kekuatan
tegasan lebih kecil daripada tegasan utama dan merupakan pelepasan gaya dari ‫ס‬1, serta ‫ס‬3
dengan tegasan yang paling kecil hasil pelepasan dari gaya ‫ס‬2, mengenai suatu tubuh batuan
dan dari ketiga gaya tersebut batuan akan menunjukan struktur kekar tension dan juga kekar
berpasangan (shear joint).

Gambar 7. Shear Joint

2. Cara Pengamatan Lapangan


Menurut Nugraha (2018) kekar memiliki kenampakan orientasi struktur bidang yang
terbentuk akibat gaya kompres pada suatu batuan. Dalam pengukuran kekar biasanya data yang
diukur berupa shear joint (kekar berpasangan) yang memiliki sudut 30°-45°. Cara mengukurnya
seperti pengukuran pada struktur bidang, sebelumnya tentukan terlebih dahulu mana yang kekar
berpasangan lalu lihat orientasi arah kekar, kemudian ukur shear 1 dan shear 2 dengan cara yang
sama letakkan penggaris pada kekar tersebut lalu letakkan clipboard dan ukur arah jurus
kekarnya kemudian ukur dip kekar seperti mengukur struktur bidang. Lalu baca dan catat hasil
nilainya misal N 34° E/60°. Data yang diperlukan dalam penentuan arah tegasan utama ini
semakin banyak pengukuran semakin bagus datanya dan nilai dip kekar yang lebih dari 80°
analisisnya menggunakan diagram kipas.

Gambar 8. Skematik tegasan yang membentuk kekar akibat gaya tektonik

3. Cara Pengamatan Laboratorium atau Pengolahan Data


Menurut Sukartono (2013) data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah menggunakan
cara yaitu:
a. Diagram Kipas
Tujuannya adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur struktur.
Sejumlah data pengukuran( N ...° E) tersebut dimasukkan dalam tabel (Pembagian interval
arah, Notasi, Jumlah dan Persentase) untuk mempermudah pembuatan diagram. Dalam
pembagian interval arah: 0° – 5° (=180° – 185°), 5° – 10° (=185° – 190°), ...dst.
Tabel 2. Tabulasi diagram kipas
Arah
N ...° E N ... ° E Notasi Jumlah Persentase
0-5 180-185 III 4 16%
5-10 185-190 IIII I 6 24%
10-15 190-195 II 2 8%
15-20 195-200 I 1 4%
20-25 200-205
25-30 205-210
. .
. .
175 355-360

Gambar 9. Diagram Kipas

b. Diagram Rose
Diagram ini di sajikan dalam bentuk satu lingkaran penuh, sehingga tabulasinya arah
dimulai dari 0° –360°, dengan interval 5° /10°. Cara penggambarannya sama dengan
diagram kipas.
c. Histogram
Dari tabulasi diagram kipas diperoleh jumlah persentase, sehingga dalam histogram
sumbu horizontal diplotkan arah dari barat ke timur dengan patokan arah utara ditengah.

Gambar 10. Histogram Kekar

D. Lipatan (Fold)
1. Pengertian
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu batuan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis bidang di dalam batuan
tersebut. Pembentukan lipatan dapat terjadi melalui proses buckling yang merupakan proses
penekanan lateral dari suatu bidang planar dan proses pelengkungan ini terjadi pada kedua sisi
selama terjadi penekanan, serta proses bending yang diakibatkan oleh pengaruh gerakan vertikal
pada suatu lapisan, misalnya penurunan lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran
suatu massa batuan pada bidang yang tidak rata. Lipatan juga dapat terbentuk akibat proses atau
pengaruh dari tektonik, gaya berat (pelengseran), akibat pengaruh-pengaruh setempat, kompaksi,
intrusi batuan beku dalam dan injeksi garam (diapir) (Sapiie, 2011).

Gambar 11. Lipatan

2. Geometri Lipatan
Menurut Sapiie dkk (2014) Unsur-unsur Lipatan dapat ditunjukkan pada suatu penampang
lipatan. Beberapa titik pada profil permukaan dideskripksikan antara lain:

Gambar 12. Geometri Lipatan

• Hinge point adalah titik maksimun pelengkungan pada lapisan yang terlipat.
• Crest adalah titik tertinggi pada pelengkungan
• Trough adalah titik terendah pada pelengkungan
• Inflection point adalah titik batas dari dua pelengkungan yang berlawanan
• Fold axis (sumbu lipatan/hinge line) adalah garis maksimum pelengkungan pada suatu
permukaan bidang yang terlipat.
• Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu pada
suatu lipatan . Bidang ini tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat
melengkung yang umum disebut sebagai axial surface.
• Fold limb (sayap lipatan) adalah sisi-sisi dari bidang yang terlipat yang berada diantara
daerah pelengkungan (hinge zone) dan batas pelengkungan (inflection line).
3. Klasifikasi Lipatan
Menurut Sukartono (2013) pada umumnya lipatan di klasifikasikan berdasarkan pada sifat
yang dapat dideskrepsikan unsur-unsurnya secara geometri. Klasifikasi tersebut berdasarkan
antara lain:
a. Sudut antar sayap (Interlimb angle)

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan sudut antar sayap (Fleuty , 1964)


Sudut antar sayap Deskripsi Lipatan
180°-120° Gentle (landai)
120°-70° Open (terbuka)
70°-30° Close (tertutup
30°-0° Tight (ketat)
0° Isoklinal

b. Sifat simetri
Disebut lipatan simetri apabila bidang-bidang yang membatasi permukaan lipatan akan
berupa bidang yang lurus dan saling sejajar dan bidang yang melalui titik-titik batas
pelengkungan (inflection point) akan tepat terletak ditengah bidang-bidang tersebut. Apabila
jejak dari bidang yang melalui sumbu lipatan (hinge line) bukan sebagai bidang simetri
(bidang yang melalui sumbu lipatan dan membagi sama besar sudut antar sayap lipatan),
lipatan tersebut sebagai lipatan asimetri.

Gambar 13. Lipatan simetri dan tidak simetri

c. Kedudukan lipatan
Kedudukan lipatan dinyatakan dari kedudukan sumbu lipatan dan bidang sumbu lipatan
Fleuty, 1964 membuat klasifikasi berdasarkan kecondongannya kemiringan bidang sumbu
dan penunjamannya garis sumbu. Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaran
angka dari kemiringan(D) dan penumjaman (P), misalnya Upright fold(D85P20), menurut
Fleuty (1964) adalah Upright gently plunging fold.

Tabel 4. Klasifikasai fleuty, 1964


Sudut (°) Istilah Dip bidang sumbu Plunge garis sumbu
0 Horizontal Recumbent fold Horizontal fold
1-10 Subhorizontal Recumbent fold Subhorizontal fold
10-30 Gentle Gently inclined fold Gentle plunging fold
30-60 Moderate Moderately inclined fold Moderate plunging fold
60-80 Steep Steeply inclined fold Steeply inclined fold
80-89 Subvertical Upright fold Vertical fold
90 Vertical Upright fold Vertical fold

Tabel 5. Klasifikasi lipatan berdasarkan kedua bidang sayap, kedudukan bidang sumbu dan
ketetatan sudut antar kedua sayapnya (Sapiie dkk, 2014).
Nama lipatan Ciri-ciri yang dipunyai
Bedasarkan kedudukan sayap (limb)
Lipatan simetri Kemiringan sayap sama
Lipatan asimetri Kemiringan sayap tidak sama, yang satu
lebih tegak dari sebelahnya
Bedasarkan kedudukan bidang sumbu
Lipatan tegak Kedudukan bidang sumbu tegak atau vertikal
Lipatan miring Kedudukan bidang sumbu condong atau
miring
Lipatan rebah (recumbent fold) Bidang sumbunya sangat miring/hampir
rebah
Berdasarkan keketatan (tightness)
Lipatan landai (gentle) Sudut antara kedua sayap 170° atau lebih
Lipatan terbuka (open) Besar sudutnya 90°
Lipatan ketat (tight) Besar sudutnya 10°
Lipatan isklonal Kedua sayapnya sejajar atau bersudut 0°

Gambar 14. Tipe Lipatan

4. Jenis-Jenis Lipatan
Menurut Sapiie (2011) lipatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Lipatan Silindris/Lipatan Pararel
Lipatan ini adalah jenis lipatan yang memiliki tebal lapisan jika diukur tegak lurus dengan
bidang lapisan memiliki ukuran yang sama dan konstan. Jenis lipatan ini terbagi menjadi
• Lipatan Concentric, dimana semua lapisan yang terlipat mempunyai pusat lingkaran
yang sama dan jari-jari lingkaran menurun ke arah pusat lingkarang. Jenis lipatan ini
sama dengan lipatan isoklinal.
• Lipatan Kink, dicirikan oleh sumbu yang sudut dan sayap yang lurus. Lapisan-
lapisan tidak memiliki satu pusat lingkaran.

Gambar 15. Lipatan Kink

• Lipatan Similar, dicirikan oleh tebal lapisan yang sejajar dengan sumbu akan tetap,
tetapi tebal pada arah tegak lurus lapisan tidak. Lipatan ini memiliki lengkungan
yang sama.
b. Lipatan Non-Silindris
Lipatan jenis ini permukaan lipatannya tidak dapat diikuti dengan mengerakan garis
sejajar. Secara praktis bentuk lipatan jenis ini geometrinya berubah sepanjang garis sumbu.
Lipatan ini terbagi menjadi beberap jenis khusus yaitu:
• Lipatan Conical, permukaan lipatan jenis ini adalah kerucut. Lapisan yang terlipat
berhenti pada sebuat titik dimana sudah tidak terjadi perlipatan lagi.

Gambar 16. Lipatan Conical

• Lipatan Sheath, jenis ini adalah lipatan khusus yang terbentuk dalam lingkungan
strain yang tinggi seperti shear zones dan milonit.

Gambar 17. Lipatan Sheath


• Lipatan Terlipat (Superimposed).

Gambar 18. Lipatan Superimposed

5. Cara Pengamatan Lapangan


Lipatan umumnya ditemukan pada batuan sedimen karena batuan ini merupakan batuan jenis
ductile yang memiliki sifat elastis sehingga ketika suatu tegasan atau gaya mengenai batuan
tersebut, batuan ini tidak akan hancur atau membentuk kekar melainkan akan membentuk lipatan.
Menurut Nugraha (2018) untuk lipatan orientasi sebaran strike/dip yang memperlihatkan arah
berlawanan atau berhadapan yang dapat digunakan dalam penarikan zona lipatan. Dengan kata
lain data yang diambil sebagai data lipatan aadalah kedudukan bidang dari kedua sayapnya dan
kedudukan dari puncak lipatan tersebut.
6. Cara Pengamatan Laboratorium
Menurut Sukartono (2013) di dalam analisa lipatan , hubungan sudut antara garis dan bidang
dapat diselesaikan dengan deskripsi geometri. Cara yang lebih pratis adalah dengan menggunakan
jaring steriografi, terutama bila kita berhadapan dengan struktur yang kompleks.

S-pole/Pi (π) dan Beta (β) diagram.


Suatu hasil pengukuran kedudukan bidang-bidang perlapisan di plot pada jaring steriografi.
Hasil perpotongan dari proyeksi –proyeksi tersebut akan mengumpul pada satu titik yang disebut
Diagram Beta, yang menunjukkan kedudukan sumbu lipatan . Apabila diplot kutubkutub dari
bidangnya akan menghasilkan kelompok titik–titik proyeksi yang penyebarannya mengikuti garis
lingkaran besar. Titik-titik proyeksi ini disebut Diagram S-Pole. Dari diagram ini akan terbaca
kedudukan sumbu lipatan dan besar penunjamannya.

Misal: data kedudukan lapisan dari sayap lipatan, akan ditentukan kedudukan sumbunya. Data
pengukuran :

N 248° E/30° N 268° E/16° N 41° E/50°


N 240° E/45° N 35°E/35° N 20° E/20°
Hasil analisanya dengan diagram beta maupun diagram S-pole relatif sama.

Gambar 19. Proyeksi Stereografi dari bidang-bidang pada suatu lipatan (a) Diagram Beta;
dan (b) Diagram Pi

a. Diagram Beta (β)


Gambar stereogram data di atas sebagai lingkaran besar. Semua bidang akan
berpotongan pada satu titik B yang disebut dengan beta axis. Maka titik tersebut merupakan
stereogram dari sumbu lipatan.
b. Diagram S-Pole
Diagram ini juga disebut diagram Pi. Gambar proyeksi kutub(pole) data diatas sebagai
titik, dan melalui titik-titik tersebut dibuat lingkaran besar (disebut Pi-circle). Maka pole dari
Pi-circle merupakan beta-axis, jadi sebagai sumbunya.
Contoh cara membuat Diagram Beta dan Diagram Pi.
Data : N 30° W, 60° NE dan N 50° E, 30° NE.
• Diagram Beta : Plot bidang 1- 2 berpotongan di β di 29°, N 47° E.
• Diagram Pi : Plot Pole (Proyeksi Kutub) dari bidang 1 – 2, buat lingkaran
besar melalui Pole ke 2 bidang tersebut, S 38° W, 60° NW.
• Biseting surface : Tentukan titik pembagi dua diantara pole 1 dan pole 2 (29°).
• Buat lingkaran besar melalui β dan titik pembagi tersebut, N 60° E, 68° SW.
• Sudut antara Pole 1 dan Pole 2 (29 x 2) = 58° berdasarkan klasifikasi Inter Limb
angle adalah termasuk “Tight fold”.

Gambar 20. Diagram β dan Diagram π

E. Sesar (Fault)
1. Pengertian
Menurut Sapiie (2011) sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran melalui bidang rekahnya. Sesar merupakan patahan/rekahan tunggal atau suatu zona
pecahan pada kerak bumi bersamaan dengan terjadinya pergerakan yang cukup besar, pararel
dengan rekahan atau zona pecahan.
Gambar 21. Sesar

2. Geometri Sesar
Menurut Sapiie (2011) sesar terdiri dari dua bidang bagian (definisi ini berlaku pada sesar
normal) yaitu hangingwall yang merupakan blok yang terletak diatas bidang sesar dan relatif yang
melakukan pergerakan, serta footwall merupakan blok yang terletak di bawah dan relatif diam
terhadap hangingwall. Geometri bidang sesar secara tiga dimensi dapat sangat bervariasi antara
lain:
• Planar, sesar dengan geometri bidang lurus.
• Listric, sesar dengan geometri bidang cekung ke atas (kemiringan bidang sesar makin
dalam makin berkurang).
• Steepening downward, sesar dengan geometri bidang cembung ke atas (kemiringan
bidang sesar makin dalam makin besar).
• Anastomising, sesar dengan bidang bercabang-cabang yang tidak beraturan.
• Tipline, adalah dimana pergeseran sesar menjadi nol, ini adalah garis yang memisahkan
batuan yang bergeser dan yang tidak, atau ujung dari rekahan.
• Branch line, adalah garis dimana sesar berpotongan atau bercabang menjadi sesar lain.
• Surface trace, adalah garis berpotongan sesar dengan permukaan bumi.

Gambar 22. Geometri Sesar

Sedangkan, secara umum unsur geometri sesar dapat dibedakan menjadi:


• Bidang sesar – bidang rekahan tempat terjadinya pergeseran, yang kedudukannya
dinyatakan dengan jurus dan kemiringan.
• Hangingwall – bagian terpatahkan yang berada di atas bidang sesar.
• Footwall – bagian terpatahkan yang berada di bawah bidang sesar.
• Throw – besaran pergeseran vertikal pada sesar.
• Heave – besaran pergeseran horizontal pada sesar.
• Slip – pergeseran relatif sebenarnya.
3. Klasifikasi Sesar
Menurut Sapiie (2011) klasifikasi sesar menurut para ahli dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:

Klasifikasi Sibson (1982)


Klasifikasi yang terkenal untuk batuan sesar adalah dari Sibson (1982). Klasifikasi tersebut
mempunyai dua kategori yaitu berfoliasi atau random.

Tabel 6. Klasifikasi batuan sesar Sibson (1982)


Random Fabric Foliates Fabric

Fault breccia
Incohesive

(visable fragment > 30%)

Fault gouge
(visable fragment < 30%)

Crush breccia
(fragment > 0.5 cm)

Proportion of Matrix
Fine crush breccia
0 – 10%
(fragment 0.1 - 0.5 cm)
Cohesive

Crush micro-breccia
(fragment < 0.1 cm)

Protocataclasite Protomylonite 10 – 50%


Cataclasite Mylonite 50 – 90%
Ultracataclasite Ultramylonite 90 – 100%

Gambar 23. Klasifikasi dan Distribusi


batuan sesar secara vertikal (Twiss dan
Moore, 1992)
Teori Sesar Anderson (1951)
Teori ini membagi jenis sesar berdasarkan atas principle stress. Principal stress adalah stress
yang bekerja tegak lurus bidang sehingga harga komponen shear stress pada bidang tersebut
adalah nol. Bidang tersebut dikenal sebagai bidang utama atau principal surface. Terdapat tiga
principal stress yaitu s1, s2, dan s3, dimana σ1 (S1) > (S2) > σ3 (S3). Dari 3 sumbu tersebut dapat
pisahkan menjadi 2 sumbu berdasarkan orientrasi sumbu, yaitu sumbu horizontal (Sh) dan sumbu
vertikal (Sv), dimana Sh terdiri dari 2 sumbu yaitu sumbu horizontal dengan nilai maksimum
(SHmax) dan sumbu horizontal dengan nilai minimum (Shmin), sedangkan Sv hanya mempunyai
satu sumbu saja. Sumbu ini lah yang mengontrol terbentuknya klasifikasi sesar, yaitu sesar
normal, sesar naik dan sesar mendatar.

Gambar 24. Klasifikasi Sesar Anderson (1951)

• Sesar normal (normal fault) terbentuk apabila SV merupakan principal stress maksimum (S1),
SHmax adalah principal stress menengah (S2), dan Smin merupakan principal stress minimum
(S3).
• Sesar naik (reverse fault) terbentuk apabila SHmax merupakan principal stress maksimum (S1),
Shmin adalah principal stress menengah (S2), dan SV merupakan principal stress minimum
(S3).
• Sesar mendatar (strike-slip fault) terbentuk apabila SHmax merupakan principal stress
maksimum (S1), SV adalah principal stress menengah (S2), dan Shmin merupakan principal
stress minimum (S3).
Menurut Sukartono (2013) aspek terpenting dari geometri sesar adalah pergeseran. Atas dasar
ini, sesar dapat diklasifikasikan:
a. Berdasarkan sifat pergeseran relatif semu
1) Strike sparation adalah pergeseran relatif semu searah dengan jurus bidang sesar,
yang terdiri dari :
• Strike left separation fault, jika pergeseran semu terlihat jejak bergeser ke arah
kiri.
• Strike right separation fault, jika pergeseran semu terlihat jejak bergeser ke arah
kanan.
2) Dip separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan kemiringan
bidang sesar, yaitu terdiri dari :
• Normal separation fault, jika jejak pergeseran HW relatif turun.
• Reverse separation fault, jika jejak pergeseran HW relatif naik.
b. Bedasarkan sifat pergeseran relatif sebenarnya
1) Strike slip fault, adalah pergeseran relatif sebenarnya searah jurus bidang.
• Left-handed strike fault, jika pergeseran relatif terlihat bergerak ke arah kiri
• Right-handed strike fault, jika pergeseran relatif terlihat bergerak ke arah kanan
2) Dip slip fault adalah pergeseran relatif sebenarnya searah kemiringan bidang sesar.
• Normal slip fault, bila HW relatif turun terhadap FW dengan dip sekitar 60°.
• Reverse slip fault, bila HW relatif naik terhadap FW dengan dip >45°.
• Low angle normal slip fault, bila HW relatif turun terhadap FW dengan dip
<45°.
• Thrust slip fault, bila HW
relatif naik terhadap FW
dengan dip <45° (±30°).
3) Oblique slip fault adalah
pergeseran miring relatif
sebenarnya terhadap bidang sesar.
Untuk penamaan sesar memakai
kombinasi dip dan strike fault,
seperti dibawah ini.
• Normal left slip fault
• Normal right slip fault
• Reverse left slip fault
• Reverse right slip fault

Gambar 25. Klasifikasi Sesar

4) Rotational fault, adalah yang memperlihatkan pergeseran berputar pada bidang


sesarnya.
• Clockwise rotational fault, blok yang berlawanan bergerak searah jarum jam.
• Anticlockwise rotational fault, blok yang berlawanan bergerak berlawanan arah
jarum jam.

Gambar 26. Sesar Rotasi

4. Jenis-Jenis Sesar
Menurut Sapiie dkk (2014) sesar terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Sesar Turun (Normal Fault)

Gambar 27. Sesar Normal

Sesar ini adalah sesar yang disebabkan oleh stress tensional yang seolah-olah
menarik/memisahkan kerak. Hangingwall relatif turun terhadap footwall pada sesar jenis ini.
b. Sesar Naik (Reverse & Thrust)

Gambar 28. Sesar Naik

Sesar naik berkembang karena adanya stress kompresional. Hangingwall relatif naik
terhadap footwall pada sesar jenis ini. Bila kemiringan (dip) bidang sesarnya lebih kecil dari
45° maka sesar tersebut dinamakan dengan sesar anjakan (thrust fault). Jenis sesar ini
umumnya berasosiasi dengan struktur perlipatan.
c. Sesar Geser atau Mendatar
Sesar jenis ini terjadi karena bekerjanya shear stress dengan arah gerak utama sesar ini
adalah horizontal dan sejajar dengan bidang sesarnya.

Gambar 29. Lateral Fault

5. Cara Pengamatan Lapangan


Menurut Sapiie (2011) gejala umum terdapatnya sesar di suatu daerah adalah:
Dari peta topografi, foto udara atau citra satelit:
• Berupa kelurusan gawir, bukit, lembah, sungai
• Pergeseran bentuk morfologi/geologi (bukit, lembah, sungai, lapisan)
Gambaran fisik di lapangan:
• Kelurusan gawir, bukit, lembah, sungai
• Gawir dengan triangular facet,bentuk segitiga dari muka pegunungan akibat terpotong
sesar (terutama pada sesar aktif)
• Mata air panas
• Kelurusan mata air atau mata air panas
• Hancuran (breksiasi, milonit, gouge)
• Rekahan-rekahan (rekahan gerus (shear joint), rekahan tarikan (tensional joint))
• Lipatan (minor)
• Bidang sesar dan cermin gores-garisnya (slickencsides, striation, groove)
• Lipatan seretan (drag fold)
• Ketidakteraturan stratigrafi; terpotongnya lapisan, hilang atau berulangnya lapisan atau
kedudukan yang tidak teratur
Menurut Nugraha (2018) suatu sesar mempunyai dua data yang perlu untuk diambil yaitu
bidang sesar dan struktur goras garis. Bidang sesar merupakan bidang yang terbentuk akibat
adanya pergerakan yang menyebabkan satu blok yang utuh terpisah dan bidang geser batas dari
dua blok yang terpisah tersebut adalah bidang sesar. Goras garis adalah struktur garis yang
terbentuk akibat adanya pergerakan sesar yang menyebabkan salah satu sisi bidang akan
meninggalkan struktur garis.
Bidang sesar diukur dengan cara pengukuran menggunakan kompas seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan struktur bidang, hanya saja mengukurnya mengikuti arah bidang
sesar. Caranya yaitu dengan menempelkan buku/clipboard pada bidang sesar lalu letakkan
kompas geologi pada bidang east lalu posisikan gelembung berada pada tengah bull’s eye lalu
baca arahnya pada arah utara misal N 24° E. Dan dari arah jurus bidang sesar digaris dan beri
tanda menggunakn pensil lalu letakkan klinometer tegak lurus dengan arah jurus tersebut dan
tempelkan west mikrotabung usahakan posisi gelembung berada di tengah lalu baca dan catat,
sehingga hasil kedudukan bidang sesar contohnya adalah N 24° E/30°.

Gambar 30. Bidang Sesar

Goras garis adalah struktur garis sehingga mengukurnya menggunakan kompas geologi dan
mengukur arah bearing/plunge. Cara mengukur arah bearing/plunge telah dijelaskan pada
pembahasan struktur garis yaitu dengan meletakkan buku/clipboard tegak lurus dengan arah goras
garis seperti pada gambar 32.

Gambar 31. Struktur Goras Garis

Gambar 32. Posisi dan cara memegang kompas saat mengukur struktur garis plunge/bearing
Sehingga dicatat dan dibaca nilai hasil pengukurannya misal 60°, dan N 40° E itu adalah nilai
arah goras garis. Data goras garis memiliki data rake/pitch yaitu sudut yang terbentuk dari arah
jurus kedudukan bidang sesar yang berpotongan dengan arah goras garis. Cara pengukurannya
yaitu dengan menentukan terlebih dahulu arah dari jurus bidang sesar lalu beri tanda pada bidang
sesar tersebut, lalu pakai busur 180° yang lentur kemudian hitung nilai nol dari busur ke arah
goras garis sehingga didapat nilai rake misal 66°, kemudian pada bidang sesar tersebut arah
pergerakan sesar dapat dilihat dari step-fault akibat pergerakan sesaar, jika menghalus ke bawah
maka sesar naik sedangkan menghalus ke atas maka sesar turun dan dilihat juga dari offset lapisan
atau morfologi.
6. Cara Pengamatan Laboratorium
Menurut Sukartono (2013) Analisa sesar secara langsung dapat dilakukan apabila data – data
unsur struktur beserta struktur penyertanya , meliputi bidang sesar, gores-garis, arah slip
berdasarkan dragdan atau ofset batuan, maka kita dapat menamakan langsung sesar ini
dilapangan.
Analisis Sesar tak langsung, apabila data lapangan belum bisa memastikan kedudukan bidang
sesar, orientasi gores-garis(net slip), maka perlu bantuan proyeksi kutub dan metode proyeksi
steriografi dari data struktur penyerta (orientasi breksi sesar, shear dan gash frakture, sumbu-
sumbu mikro fold), maka kita dapat menentukan kinematikanya.
a. Menentukan arah umum masing-masing data
Mengeplotkan semua data kelurusan fraksi breksi, shear fracture dan gash fracture pada
kertas kalkir diatas “Polar Equal Area Net”. Kemudian dibaca arah umumnya pada Polar
Net, untuk kelurusan frgamen breksiasi menggunakan diagram kipas, setelah dilakukannya
tabulasi analisa sesar untuk data diatas.
1) Data SF dan GF di plotkan dalam kalkir menggunakan polar menghasilkan titik
2) Kalkir dipindahkan ke kalsbeek net kemudian dikelompokkan pada segi 6 buat
sebanyak mungkin dari segi 6 menghasilkan titik baru di titik tengah segi 6.
3) Titik baru dihubungkan dengan nilai yang sama (buat kontur) warnai
4) Buat struktur garis dari pusat ke titik tertinggi kontur
5) Plot kedudukan umum dari Shear Fracture dan Gash Fracture pada kalkir
6) Perpotongan Shear farcture dan Gash fracture adalah σ2σ2’
7) Titik σ2σ2’ dibawa E-W untuk membuat Bidang Bantu dan titik σ2σ2’ gitung 900 ke
arah pusat lingkaran, buat bidang nya
8) Plotkan bidang sesar tandai kemudian dibawa ke N gambar Bidang sesarnya. Bidang
sesar nilainya pada bidang yang melewati titik σ2σ2’
9) Buat net slip titik perpotongan bidang strike dan bidang bantu adalah net slip
kemudian buat struktur garisnya, baca net slip dan rake ( baca rake bidang sesar
dibawa N-S).
10) Arah pergerakkan sesar dilihat dari bidang sesar dan Gash Frecture arah
pergerakkan sesar dilihat dari sudut lancip antara Bidang Sesar dan Gash Frecture.
11) Menentukan ketegasan/arah gaya
a) Pure Shear
0
• σ1 30 dari netslip kea rah Gash Frecture sepanjang Bidang Bantu (Bidang
bantu dibawa N-S)
• σ2 di pertemuan Gash Frecture dan Shear Fracture
0
• σ3 90 dari σ1 sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)
b) Simple Shear
• σ1’ searah dengan Gash Frecture, berada di titik perpotongan Gash Frecture
dan Bidang Bantu
• σ2’ di pertemuan Gash Frecture dan Shear Frecture
• σ3’ 900 dari σ1’ sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)
c. Menentukan jenis sesar dan penampang geologi a-a’ pada peta geologi
1) Plot kedudukan sesar sebesar N E/ , bearing N E
2) Setelah itu sesar dianalisa sesuai yang tertera pada soal, kemudian menentukan jenis
sesarnya berdasarkan Klasifikasi Richard (1972)
3) Kemudian plot sesar yang diperoleh pada peta, kemudian membuat penampang
geologinya A-A’
4) Setelah itu peta diberi warna sesuai dengan batas litologinya.
d. Menentukan analisis sesar melalui bidang sesar/breksiasi dengan net-slip
1) Plot Breksiasi dan Net-Slip pada kalkir
2) Dari titik potong breksiasi dengan Net-slip dihitung 90o searah bidang breksiasi dan
itu merupakan bidang
3) Perpotongan bidang bantu dengan breksiasi merupakan nilai σ2
4) Menentukan σ1 300 dari netslip dan perpotangan dengan Bidang Bantu
5) σ3 900 dari σ1 sepanjang Bidang bantu (Bidang Bantu dibawa N-S)

Contoh: Diukur sejumlah kekar shear fracture , gash fracture, dan arah breksiasi.
• Plotkan proyeksi kutub ke dua jenis kekar tersebut pada sebuah kalkir diatas polar equal
area net.
• Plot harga kerapatan dengan menghitung titik pada segienam dari Kalsbek acounting net.
• Buat kontur yang menghubungkan angka data yang sama
• Hitung prosentase kerapatan, yaitu seperdata x 100 %. Harga tertinggi dianggap
kedudukan umumnya. Kemudian baca kedudukan pada jaring Polar equal area net.
• Tentukan arah umum breksiasi dengan diagram kipas( N 20° E)
• Plot data kekar dan arah breksiasi diatas wulf net, tentukan kedudukan net slip.
• Tentukan jenis sesar.berdasarkan klasifikasi Sesar Anderson (1951).

Gambar 33. Steriogram hubungan antara jenis pergerakan sesar dengan kekar tarik , kekar gerus
dan arah breksiasi
DAFTAR PUSTAKA
Kudwadi, B., Mardiani. 2018. Modul 4 Pengukuran Geologi Struktur. Bandung: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nugraha, D. 2018. Panduan Dasar Pemetaan Geologi. Yogyakarta:Institut Sains dan Teknologi
Yogyakarta Press.
Sapiie, B. 2011. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Bandung: ITB Press.
Sapiie, B., Magetsari A. N., H. H. A., A. I. C. 2014. Geologi Dasar. Bandung: ITB Press
Sukartono. 2013. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta: Laboratorium Geologi
Dinamis – STTNAS

Anda mungkin juga menyukai