STRUKTUR BIDANG
1.2 Deskripsi
Kedudukan(attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari bidang atau garis
didalam ruang umumnya dihubungkan dengan koordinat geografi dan bidang horizontal
, dan terdiri komponen arah dan kemiringan.
Arah(trend) adalah arah dari suatu bidang horizontal, umumnya dinyatakan
dengan azimuth atau besaran sudut horizontal dengan garis tertentu(Bearing).
Kecondongan(inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah bawah dari
bidang horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila diukur pada bidang yang tidak
tegak lurus strike disebut kemiringan semu(Apperent dip).
Jurus(Strike) adalah arah garis horizontal yang terletak pada bidang miring dan
Kemiringan(Dip) adalah sudut terbesar dari suatu bidang miring, yang diukur tegak lurus
jurus
Trend
Bearing
Dip
Dip semu
Arah Dip
Jurus dan Kemiringan adalah besaran untuk menyatakan kedudukan semua struktur
bidang, misalnya perlapisan, foliasi, kekar, sesar dsb.
d K
L
C
d
K
A B
B
A
Gambar 3.2. Metode grafis dengan proyeksi ortografi
ABCD menunjukkan struktur bidang dengan strike A-D & B-C dan d adalah beda
tinggi antara AD dan BC. Sudut adalah sudut true dip sedangkan LAK adalah
apperent dip.
Contoh I:
0
Dari lokasi O diukur dua kemiringan semu. Masing-masing pada arah N X E
0 0 0
sebesar b1 dan pada arah N Y E sebesar b2 .
Ditanyakan:
Jurus dan kemiringan bidang yang sesungguhnya.
Penyelesaian:
Lihat diagram blok pada gambar II.2 dan hasil proyeksi gambar II.3. Urutan
penyelesaian sebagai berikut:
(4) Ukurkan LK sepanjang d pada garis DC. Sudut LOK merupakan kemiringan
sebenarnya dari bidang ABFE.
(5) Jadi kedudukan bidang tersebut adalah N Z0 E/a0 .
OC = N X° E
OD = N Y° E
OL = N Z° E
Ketinggian pengukuran =
d
a = true dip
Contoh II:
0 0
Pada lokasi O dengan ketinggian 400 meter diukur kemiringan semu β1 pada arah N X E
dan pada lokasi P dengan ketinggian 300 meter diukur kemiringan semu β2 0 pada arah N
Y0 E. Letak O dan P tertentu (diketahui).
Ditanyakan:
Penyelesaian:
Cara I:
(2) lokasi ketinggian 300 m pada garis OE dengan cara membuat garis tegak lurus
OD berjarak 100 m (r) yang merupakan beda tinggi O dan P, yaitu di Q.
Proyeksikan Q pada OD sehingga diperoleh Q'. Titik Q' merupakan proyeksi Q
pada bidang horisontal.Hubungkan titik P dan Q'. PQ' merupakan proyeksi
horisontal jurus bidang ABFE pada ketinggian 300 m.
(3) Melalui O buat garis tegak lurus PQ' sehingga memotong di V.
(4) Ukur VW pada garis PQ' sepanjang d. Sudut VOW merupakan kemiringan
sebenarnya dari bidang ABFE.
(5) Jadi kedudukan bidang tersebut adalah N Z0 E / α0 .
D = N X° E
PG = N Y° E
(a)
(b)
Gambar II.4. Penyelesaian contoh II cara I. (a) diagram blok, (b) rekonstruksi.
1.6 Pembahasan
1.7 Form
MODUL 2
STRUKTUR GARIS
Dalam geologi struktur ada beberapa macam analisa struktur diantaranya adalah strukt ur
garis. Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh sepasang angka : penunjaman (plunge) dan
arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada sebuah struktur bidang yang
kedudukannya diketahui, maka orientasi struktur garis tersebu t dapat diwakili oleh sebuah angka yang
disebut pitch.
Dalam pengertian geologi, suatu struktur garis dapat berdiri sendiri, misalnya struktur garis berupa
arah butiran mineral dan arah memanjangnya suatu tubuh batuan. Pada umumnya struktur garis
berada pada suatu struktur bidang, misalnya sumbu perlipatan pada bidang perlapisan, gores -garis
pada bidang sesar, lineasi mineral pada bidang foliasi, dan perpotongan dua buah bidang.
Penunjaman (Plunge) Dan Arah Penunjaman (Trend) Struktur Garis
Penunjaman sebuah struktur garis adalah sudut yang dibentuk oleh struktur garis tersebut dengan
bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal (Gambar 4.1). Nilai dari penunjaman berkisar antara 0°
dan 90°, penunjaman 0° dimiliki oleh garis horizontal, dan penunjaman 9 0° dimiliki oleh garis vertikal.
Secara umum, penunjaman yang berkisar antara 0° dan 20° dianggap landai (shallow), penunjaman
yang berkisar antara 20° dan 50° dianggap sedang (moderate), dan penunjaman yang berkisar antara
50° dan 90° dianggap terjal (steep).
Definisi Struktur Garis
Garis adalah unsur geometri yang merupakan kumpulan dari titik-titik, dapat berbentuk lurus
maupun lengkung
Sedangkan struktur garis merupakan struktur yang memiliki geometri yang linear.
Contohnya gores garis,lineasi mineral,kekar kolom,sumbu lipatan dll.
Unsur-unsur struktur garis :
Arah penunjaman(Trend) adalah garis horizontal atau jurus dari bidang vertikal yang melalui garis,
yang menunjukkan arah kecondongan garis tersebut.Arah penunjaman dapat dideskripsikan
menggunakan konveksi azimuth ataupu kuadran. Arah penunjaman harus menunjuk kepada arah
kemana struktur garis tersebut menunjam. Struktur garis yang menunjam ke timur tidak sama dengan
struktur garis yang menunjam kebarat. Kedua struktur garis tersebut berlawanan arah.
Penunjaman (Plunge) adalah besaran sudut pada bidang vertikal , antara garis dengan bidang
horizontal. Nilai dari penunjaman berkisar antara 0° dan 90°,penunjaman 0° dimiliki oleh garis
horizontal, dan penunjaman 90° dimiliki oleh garis vertikal. Secara umum,penunjaman yang berkisar
antar 0° dan 20° dianggap landai(shallow), penunjaman yang berkisar antara 20° dan 50° dianggap
sedang(moderat),dan penunjaman yang berkisar antara 50° dan 90° dianggap terjal (steep)
Pitch/Rake adalah besaran sudut lancip antara garis dengan horizontal yang diukur pada bidang
dimana garis tersebut terletak. Kisaran nilai pitc adalah antar 0° dan 90°. Jika arah penunjaman sejajar
dengan garis jurus,maka pitch= 0°. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus,maka pitch= 90°
Definisi Struktur Garis
Garis adalah unsur geometri yang merupakan kumpulan dari titik-titik, dapat berbentuk lurus
maupun lengkung
Sedangkan struktur garis merupakan struktur yang memiliki geometri yang lin ear.
Contohnya gores garis,lineasi mineral,kekar kolom,sumbu lipatan dll.
Unsur-unsur struktur garis :
Arah penunjaman(Trend) adalah garis horizontal atau jurus dari bidang vertikal yang melalui garis,
yang menunjukkan arah kecondongan garis tersebut.Arah penunjaman dapat dideskripsikan
menggunakan konveksi azimuth ataupu kuadran. Arah penunjaman harus menunjuk kepada arah
kemana struktur garis tersebut menunjam. Struktur garis yang menunjam ke timur tidak sama dengan
struktur garis yang menunjam kebarat. Kedua struktur garis tersebut berlawanan arah.
Penunjaman (Plunge) adalah besaran sudut pada bidang vertikal , antara garis dengan bidang
horizontal. Nilai dari penunjaman berkisar antara 0° dan 90°,penunjaman 0° dimiliki oleh garis
horizontal, dan penunjaman 90° dimiliki oleh garis vertikal. Secara umum,penunjaman yang berkisar
antar 0° dan 20° dianggap landai(shallow), penunjaman yang berkisar antara 20° dan 50° dianggap
sedang(moderat),dan penunjaman yang berkisar antara 50° dan 90° dianggap terjal (steep)
Pitch/Rake adalah besaran sudut lancip antara garis dengan horizontal yang diukur pada bidang
dimana garis tersebut terletak. Kisaran nilai pitc adalah antar 0° dan 90°. Jika arah penunjaman sejajar
dengan garis jurus,maka pitch= 0°. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus,maka pitch= 90°
Definisi penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend) dari struktur garis. b adalah sudut
arah penunjaman. (a) Struktur garis menunjam ke timur. (b) Struktur garis menunjam ke barat. Arah
penunjaman kedua struktur garis berbeda meskipun kedua struktur garis tersebut memiliki besar yang
sama ( φ ), dan keduanya terletak pada bidang yang sama.
Struktur garis dalam Geologi Struktur dapat dibedakan menjadi ” struktur garis riil “ dan “ struktur
garis semu”.
Struktur garis riil adalah : struktur garis yang arah dan kedudukanya dapat diamati langsung
dilapangan. Misalnya : gores garis yang terdapat dalam bidang sesar.
Struktur garis semu adalah : semua struktur garis yang arah dan kedudukannya ditafsirkan
dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi. Misalnya : liniasi fragmen
breksi sesar, liniasimineral-mineral dalam batuan beku, arah liniasi struktur sedimen (flute cast, cross
beeding) dan sebagainya. Juga dapat dimasukkan di sini kelurusan-kelurusan sungai, topografi dan
sebagainya.
7.9 Form
MODUL 3
PROYEKSI STREOGRAFIS
3.2 Deskripsi
Proyeksi steriografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang efisien untuk
menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara langsung.Pada proyeksi
sterio grafi , unsur struktur geologi digambarkan dan dibatasi didalam suatu permukaan bola
(sphere). Bidang proyeksi ini akan berbentuk suatu lingkaran primitif dan juga merupakan
proyeksi dari struktur bidang yang kedudukannya horizontal ( dip= 0), maka kedudukan
bidang miring pada Wulf net dan Schmidt net, 0(nol) di lingkaran primitip dan 90 terletak
pada pusat lingkaran.
Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari
permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis. Dengan demikian,
proyeksi stereografis adalah suatu metode proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan
setengah bola.Biasanya, yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere).
Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri berupa
besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena proyeksi ini dapat
menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang
digunakan.
Proyeksi stereografis merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang atau garis
dengan suatu bidang proyeksi yang berupa bidang horizontal yang melalui sebuah bola.Bidang iniakan
berbentuk lingkaran, disebut lingkaran primitive. Lingkaran primitif merupakan proyeksi yang
kedudukannya (dip = 0). Oleh sebab itu, penentuanproyeksi dip untuk bidang dimulai pada lingkaran
luar, dan dip 90o terletak pada pusat lingkaran.Untuk menentukan kemiringan bidang yang dip-nya
antara 0– 90o, maka proyeksinya akanberbentuk busur yang jari-jarinya lebih besar dari jari-jari
lingkaran primitif, sehingga disebutlingkaran besar atau great circle, atau stereogram. Untuk struktur
bidang yang vertikal, makaproyeksinya akan berupa garis lurus yang melalui pusat lingkaran primitive.
Para peneliti di struktur geologi prihatin dengan orientasi dari Bidang datar dan baris untuk
sejumlah alasan.foliasi dari batu adalah struktur planar yang
sering berisi struktur linier yang disebut Lineasi . Demikian pula, sebuah kesalahan Bidang datar
adalah struktur planar yang mungkin berisi struktur linier seperti slickensides .Orientasi ini garis dan
Bidang datar pada berbagai skala dapat diplot dengan menggunakan metode-metode Visualisasi garis
dan Bidang datar bagian atas.Seperti dalam kristalografi, Bidang datar biasanya diplot oleh tiang
mereka.Tidak seperti kristalografi, belahan bumi selatan digunakan sebagai ganti dari utara (karena
struktur geologi di bawah permukaan terletak pertanyaan bumi).Dalam konteks ini proyeksi
stereografis sering disebut sebagai menurunkan proyeksi belahan bumi-sama sudut.Yang sama area
yang lebih rendah-proyeksi belahan bumi ditentukan oleh azimuth sama daerah proyeksi Lambertjuga
digunakan, terutama ketika plot harus dikenakan analisis statistik selanjutnya seperti kepadatan
contouring .
Dalam dunia geologi struktur yang penuh dengan analisa unsur titik, garis, bidang dan sudut
bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya, diperlukan berbagai metode yang dapat
digunakan untuk menganalisa unsur-unsur tersebut secara lebih mudah dan praktis serta memberikan
hasil yang akurat demi efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal. Untuk itu, muncullah suatu
metode analisa yang cukup praktis dan mudah untuk mengaplikasikannya dalam analisa struktur
geologi, yaitu metode proyeksi stereografis. Proyeksi merupakan suatu metode atau langkah untuk
menggambarkan suatu bentuk tertentu menjadi bentuk yang lain dengan cara atau langkah yang
tertentu dalam satu bidang atau garis yang disebut sebagai bidang proyeksi atau garis proyeksi.
Proyeksi stereografis merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan suatu bidang atau
garis dengan satu bidang proyeksi yang berupa bidang permukaan horizontal yang melalui sebuah
pusat bola. Bidang dari proyeksi ini akan berbentuk sebuah lingkaran yang disebut lingkaran primitif.
Lingkaran primitif ini juga merupakan proyeksi dari struktur bidang yang kedudukannya
horizontal, karena itu penentuan proyeksi dip untuk bidang adalah yang kedudukannya miring pada
wulf net dan schmidtnet 00 yang dimulai dari lingkaran primitif 900 yang terletak pada pusat lingkaran.
Di samping lingkaran primitif ada juga yang disebut lingkaran kecil.Lingkaran ini merupakansuatu
perpotongan antara bidang permukaan bola dengan bidang dan yang tidak melalui pusat bola.
Proyeksi ini digunakan sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalahbelahanbola
bagian bawah.Selanjutnya proyeksi permukaan bola digambarkan pada permukaan bidang horizontal
dalam bentuk proyeksi stereografis.Hal tersebut di dapat dari perpotongan antara bidang horizontal
yang melalui pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-titik pada lingkaran besar terhadap
titik zenith-nya.
Aplikasi proyeksi stereografis untuk struktur bidang dan struktur garis meliputi:
Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil
penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagai stereogram.Hasil dari equal angle projection adalah
wulff net.
3. Orthogonal Projection
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada proyeksi ortogonal,
titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang proyeksi danlingkaranhasil
proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ortogonal disebut
sebagai orthographic net.
Orthografis berasal dari kata-kata Yunani orthos, berarti lurus atau tegak lurus dan graphikusyang
berarti menulis atau menggambar dengan garis.
Ciri proyeksi orthografis adalah semua garis proyeksi sejajar terhadap satu sama lain dan tegak
lurus terhadap bidang pada saat benda tersebut diproyeksikan.
Gambar proyeksi orthografis dapat dilakukan pada sistem kwadran yaitu Proyeksi Kwadran
Pertama (First Angle Projection) dan Proyeksi Kwadran Ketiga (Third Angle Projection).Proyeksi
kwadran pertama banyak digunakan di beberapa negara Eropa dan Asia, sehingga disebut dengan
proyeksi metoda Eropa.
*Sumber : (lingua-diefuehrerinnen.blogspot.com, 2014)
a. Tampak Depan (A), memiliki lebar dan tinggi dari dimensi benda.
b. Tampak Samping (B), memiliki tinggi dan tebal dari dimensi benda.
c. Tampak Atas (C), memiliki lebar dan tebal dari dimensi benda.
Pandangan tambahan pada proyeksi orthografis kwadran I antara lain :
a. Tampak Samping kanan
b. Tampak Bawah
c. Tampak belakang
Prinsip pandangan pada proyeksi kwadran pertama (First Angle Projection) terletak pada tiga
tampak utama, yaitu tiga tampak utama tersebut akan memberikan informasi yang jelas mengenai
kondisi benda.
4. Polar Projection
Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu titik. Stereogram dari
proyeksi kutub ini adalah polar net atau billings net. Polarnet ini diperoleh dari equal area
projection, sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi bidang dari suatu titikpada polar net, harus
menggunakan schmidts net.
*Sumber: (http://geoenviron.blogspot.com, 2014)
Perbedaan utama yang dapat diketahui antara wulf net dan schmidt net adalah:
1. Wulf net adalah lingkaran besar dan lingkaran kecil didapat dari proyeksi permukaan bola ke arah
titik zenith.
2. Schmidt net adalah lingkaran besar dan lingkaran kecil dibuat berdasarkan luas yang mendekati
kesamaan dari jaring yang dihasilkan dari perpotongannya, sehingga interval tiap lingkaran akantetap
merata pada setiap kedudukan. (Simalango, 2010).
3.4. Alat dan Bahan
Alat & Bahan yang digunakan :
- Hvs
- Alat tulis
- Penggaris
- Jangka
- Busur 360o
- Kalkir
- Streonet
(1) Letakan kertas kalkir diatas Streonet (Wulf/Schimdt), dan gambarkan lingkaran.
(2) Beri tanda N,E,S,W pada kertas kalkir, lalu tusuk titik pusat dari streonet menggunakan
paku payung.
(3) Gambarkan garis strike sesuai dengan apa yang diberikan asisten.
(4) Putar kalkir kearah dip yang diberikan asisten.
(5) Putar kembali kalkir kearah N.
3.6. Pembahasan
- Kesimpulan
6.2. Deskripsi
Pada pratikum ini kita akan membahas dan mempelajari mengenai metode
inventaris kekar, yaitu penyusunan dan penulisan data kekar dilapangan dan di studio.
Kemudian dari data kekar tersebut diolah ke diagram kipas dan proyeksi streografis
Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
mengalami pergeseran. Struktur kekar merupakan salah satu struktur geologi yang paling
mudah ditemukan hampir disemua batuan yang tersingkap di permukaan. Terbentuknya
struktur kekar ini dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan batuannya atau sesudah
batuan terlitifikasi dan dapat terjadi setiap saat
Tectonic Joint
Ciri-ciri di lapangan :
b. Kekar tegangan (tension joint), kekar yang terbentuk akibat tarikan. Disebut
juga extension fracture, tension gashes (terisi mineral)
Cirri-ciri di lapangan :
- Tidak mempunyai pola dan arah yang jelas
- Bidang kekar tidak rata
- Rekahan terbuka.
c. Kekar hybrid (hybrid Joint), merupakan campuran dari kedua kekar diatas,
dan umumnya terisi mineral sekunder.
Contoh yang akan dibahas disini adalah pembuatan “diagram kipas” dari data-data
pengukuran jurus kekar gerus vertikal sebanyak 50 buah (tabel 6.1)
Dari pemasukan data-data pengukuran ke dalam tabel 6.1 diperoleh harga persentase
maksimum 24 %. Harga ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan panjang jari-jari
diagram setengah lingkaran. Pada contoh (gambar 6.1a) dibuat
Panjang jari-jari dari harga maksimum 24% = 6 cm. Kemudian panjang jari-jari tersebut
dibagi enam, sehingga setiap satu nterval berharga 4%. Selajutnya dari setiap interval
dibuat busurnya dengan pusat titik nol dan panjang jari-jari sama dengan interval yang
bersangkutan (gambar 6.1 a) kemudian bagilah sisi paling luar bsur sesuai dengan
pembagian arahnya. Melalui pembagian interval tersebut tariklah garis-garis ke arah pusat
busur (gambar 6.1 b)
Langkah terakhir masukkanlah hasil perhitungan presentase (tabel 6.2) kedalam gambar
6.1 sehingga didapatkan hasil analisa arah umum kekar gerus : N 7 o 30’E – N 187o 30’E
(gambar 6.1 c)
6.6. Pembahasan
LIPATAN
Pratikan dapat mengetahui tipe dan klasifikasi lipatan, dapat membuat rekontruksi lipatan
5.2. Deskripsi
Pada pratikum ini kita akan membahas proses terbentuknya lipatan, jenis lipatan, dan
bagian-bagian pada lipatan. Pada saat pratikum kita akan mendapatkan 2 strike dip yang
berbeda dengan jarak antar strike/dip yang jaraknya kita dapat dari pengkuran secara tidak
langsung melalui jarak pada peta. Kemudian dari data tersebut kita olah menjadi data
rekontruksi lipatan.
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan
tersebut. Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk
bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tidak seragam yang terjadi
pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang (bidang perlapisan, foliasi). Suatu
masa batuan yang tidak mempunyai unsur struktur garis atau bidang tidak menunjukkan tanda
perlipatan.
1. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan
lempeng
2. Bending (pelengkungan) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus permukaan
lempeng.
Gambar 5.1 lipatan
Unsur-unsur lipatan
Antiklin, adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk convex keatas dengan urutan
lapisan batuan yang tua dibawah dan yang muda diatas.
Sinklin, adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk concave ke atas dengan urutan
lapisan batuan yang tua dibawah dan yang muda diatas.
Antiform, adalah unsur struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan yang
tua diatas dan yang muda dibawah.
Sinform, adalah unsur struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan tua diatas
dan yang muda dibawah
Axial line (hinge line), adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik
pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan.
Axial surface (hinge surface), adalah bidang khayal dimana terdapat semua axial line
dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini merupakan suatu bidang planar
dinamakan “axial plane”
Crestal line, adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada
setiap permukaan lipatan suatu anticline
Trough line, adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada
suatu sinklin.
Crestal surface, adalah suatu bidang khayal dimana terletak semua crestal line dari
suatu antiklin
Trough Surface, adalah suatu bidang khayal dimana terletak semua through line dari
semua antiklin
Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horizontal diukur pada
bidang vertikal
Bearing adalah sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini merupakan
arah dari penunjaman suatu axial line/hingeline
Rake adalah sudut antara axial line/hinge line dengan bidang/garis horizontal yang
diukur pada axial plane/surface
Fold vergence adalah arah kecenderungan lipatan asimetri, apabila ada bagian sayap
yang curam terletak dibagian utara maka Fold Vergence-nya ke utara
Gambar 5.3 bagian bagian lipatan
Klasifikasi Lipatan
Pada umumnya lipatan di klasifikasikan berdasarkan pada sifat yang dapat dideskrepsikan unsur-
unsurnya secara geometri. Klasifikasi tersebut berdasarkan antara lain :
Metode ini digunakan untuk lipatan pada batuan yang incompetent, dimana akan terjadi penipisan
dan penebalan yang tidak teratur. Cara menggambarkannya dengan menghubungkan batas-batas
lapisan mengikuti orientasi kemiringan.
Metode ini digunakan untuk lipatan pada batuan yang competent, misalnya lipatan paralel. Dasar
dari metode ini adalah anggapan bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu lingkaran
dengan pusatnya adalah perpotongan antara sumbu-sumbu kemiringan yang berdekatan. Untuk
batas-batas lapisan yang dijumpai berulang pada lintasan yang direkontruksi, maka pembuatan
busur lingkaran dilakukan dengan interpolasi.
Pada lintasan/ penampang atah E-W, dilokasi A dan B dijumpai batas lapisan yang sama dengan
kedudukan yang berlawanan. Dilokasi A kemiringan 40 o kebarat dan B miring ke timur 50o .
Rekontruksi :
Pada lintasan/ penampang atah E-W, dilokasi A dan B dijumpai batas lapisan yang
sama dengan kedudukan yang berlawanan. Dilokasi A kemiringan 40 o kebarat dan B miring
ke timur 50o .
Rekontruksi :
5.6. Pembahasan
- Jenis lipatan
5.7. Form
-
MODUL 6
TEBAL DAN KEDALAMAN
4.2. Deskripsi
Pada praktikum ini kita akan membahas proses perhitungan tebal pada praktikum Tebal,
penentuan tebal dan kedalaman dala geologi struktur pada dasarnya merupakan aplikasi dari
metode grafis dan goneometris.
4.3. Landasan teori
Tebal merupakan jarak tegak lurus antara dua bidang yang sejajar, merupakan batas
lapisan batuan.
Gambar 4.1
Secara garis besar, masalah masalah penentuan
ketebalan dapat dibedakan atau dibagi berdasarkan cara perhitunganya menjadi :
1. Perhitungan berdasarkan pengukuran langsung
2. Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak langsung
(gambar 4.3)
Data data yang diperoleh ini dimasukan kedalam rumus rumus geometri. Yang sesuai dengan
kondisi medannya apakah datar ataukah miring dan arah pengukuran lintasan apakah tegak lurus
jurus lapisan atau tidak.
4.6 Adapun rumus-rumus dan symbol geometris yang digunakan dalam perhitungan ketebelan
adalah sebagai berikut.
P = panjang rentang ukur
Y = kemiringan perlapisan
B = kemiringan lereng
D = arah kemiringan perlapisan
S = arah kemiringan lereng
(a) = besar sudut lintasn terhadap arah strike
Rumus untuk lintasan tegak lurus jurus
Bila lereng horizontal maka berlaku rumus :
t = p sin Y…………………………………. ( Rumus 1 )
Dalam hal kemiringan lapisan 900 maka digunakan rumus :
t = p …………………………………………. ( Rumus 2 )
Bila lereng miring, dimana kemiringan lereng berlawanan arah dengan kemiringan lapisan, maka
digunakan (rumus 3)
Dip lebih kecil dari slope.
t = p sin ( y +B ) …………………………… ( Rumus 3 )
Dip lebih besar dari slope
T = p cos (900 – ( Y + B ))
= p cos (900 -Y – B )
Dalam hal kemiringan lapisan 00 maka :
t = p sin B ………………………………… ( Rumus 4 )
Bila jumlah kemiringan lapisan dan kemiringan lereng = 90 0, maka diperoleh t = p ( lihat rumus
2)
Tetapi bila kemiringanlapisan 900 ( gambar 4.4 ) maka :
t = p cos B ………………………………….. ( Rumus 5 )
sementara itu bila kemiringan lapisan lereng searah dengan kemiringan perlapisan , maka :
untuk beta lebih besar dari gama .
t = p sin ( B – Y ) …………………………… ( Rumus 6 )
untuk beta lebih kecil dari gama.
t = p sin ( Y – B ) ……………………………. ( Rumus 7 )
4.7 Metode
1. Metode Jacob Staff
Metode Jacob Staff adalah metode yang digunakan untuk megukur ketebalan suatu lapisan
batuan yang menggunakan alat yang bernama tongkat jacob yaitu tongkat yang panjangnya 150
cm, diberi tanda atau grid yang panjangnya 10cm berwarna hitam putih atau merah putih untuk
memudahkan perhitungan tebal lapisan tersebut dan pada ujung tongkat terdapat busur derajat
untuk menyesuaikan kemiringan lapisan batuan. Metode ini lebih praktis dan cepat dalam
pengolahan datanya dikarenakan langsung dapat mengetahui tebal sebenarnya. Tetapi tidah
semua bidang perlapisan bisa diukur dengan metode ini, karena diperlukan singkapan yang ideal.
Cara penggunaan metode ini adalah : Mengukur dip bidang perlapiasn tersebut setelah itu
tempelkan ujung bawah tongkat Jacob Staff ini pada lapisan yang paling bawah, kemudian
dimiringkan sesuai dengan dip lapisan tersebut.
Metode rentang tali adalah metode yang lakukan untuk mengukur ketebalan sebenarnya suatu
bidang perlapisan dengan cara merentangkan tali yang sudah di beri tanda atau grid setiap 10 cm
atau 1 meter, kemudian direntangkan pada singkapan batuan dan sebelumnya diukur dip dan
slope bidang singkapan tersebut. Selanjutnya dalam pengolahan data lapangan menggunakan
metode matematis dengan rumus. Metode ini lebih akurat dibandingkan dengan Metode Jacob
Staff.
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng berpotongan tegak
lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka: T = d
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus
jurus, maka : T = d sin (1800 - ∂ - s)
penampang atas
penampang samping
Perhitungan :
Diket : ; AB = 125 m
BD ( ketebalan ) ; BC sin 35o { penampang vertikal }
BC ( dip direction ) ; AB cos 15o { penampang horisontal }
Jadi BD ( ketebalan ) ; 125 cos 15o sin 35o
; 69.2540 meter
2.
Tebal batugamping 8 sin (50 +12)
Tebal batupasir 4 sin (50 + 15)
Tebal breksi 6 sin (50 – 13)
Tebal batupasir2 10 sin (50 + 17)
Tebal mudstone 5 sin (50)
3.
Cek arah bukan barat tapi utara, lebar lapisan batuan bukan 5 tapi 10 m.
Tebal = 10 sin 30
Kedalaman = d = 30
Panjang lintasan yang dilalui adalah 30 m ke utara
(karena segitiga sama kaki maka lintasan yang dilalui adalah sama dengan kedalaman)
4.
AD = L cos b
BD = AD sin d
= L cos b sin d
CD = L sin b
Ketebalan = EF = DF – DE g = 90 – a
= BD cos g – DC cos ( 90 – g )
= BD cos ( 90 – a ) – DC cos ( 90 – ( 90 – a ) )
= L cos b sin d cos( 90 – a ) – L sin b cos a
a = alfa, b = beta, g = gamma
4.7.Pembahasan
- Tebal
4.8. Form
Kedalaman
4.9 Kedalaman
Tujuan Praktikum
Dengan cara perhitungan matematis, yang perlu diperhatikan adalah kemiringan lereng,
kemiringan lapisan dan jarak jurus dari singkapan ke titik tertentu.
4.1.0 deskripsi
Kedalaman adalah jarak vertical dari ketinggian tertentu ( permukaan air laut ) kearah
bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang.
Gambar 4.10
Gambar diagram blok menunjukan kedalaman dari sebuah permukaan horizontal.
Secara garis besar, masalah - masalah penentuan kedalaman dapat dibedakan /dibagi berdasarkan
cara perhitungannya menjadi :
1. Perhitungan berdasarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan.
2. Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak tegak lurus jurus lapisan.
4.1.1. pengukuran kedalaman pada arah lintasan tegak lurus jurus lapisan.
1. Medan datar /topgrafi tidak berelif ( gambar 4.4 )
D = 1 tg ao
Keterangan :
D = kedalaman
L = panjang lintasan pengukuran
2 . medan topografi dengan slope
a. Dip searah dengan slope ( gambar 4.15 )
D = I ( cos B0 . Tg a0 – sin Bo )
b. Dip berlawanan dengan slope (gambar 4.16)
D = I ( cos Bo . tg a, + sin Bo )
Gambar 4.15/ 4.16
4.2.2 Pengukuran kedalaman pada arah tidak tegak lurus jurus lapisan.
a. dip searah dengan slope ( gambar 4.2.2 )
4.6.Prosedur pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan.
Misalnya jarak lokasi pengukuran ke batas lapisan adalah 600 ft dan kemiringan lapisan 20 o dan
kemiringan lapisan 20o , maka kedalamanya : harga 600 di plot pada skala “ distance “ dan 20 o di
plot pada skala “ dip ”, kemudian keduanya dihubungkan dengan garis dan akan memotong pada
skala “ depth of bed “ di angka 220 , maka kedalamanya adalah ft.
4.7..Pembahasan
- kedalaman
4.8. Form
-
MODUL 7
POLA SINGKAPAN DAN PETA GEOLOGI
7.2 Deskripsi
Pada praktikum ini akan membahas tentang pembuatan pola singkapan dan peta geologi dengan
mementukan tebal lapisan, topografi, besar kemiringan, bentuk struktur lipatan.
7.3 Landasan Teori
POLA SINGKAPAN GEOLOGI
Umumnya bentuk relief muka bumi dipengaruhi oleh bentuk struktur batuan yang telah ada.
Batuan dikatakan tersingkap bila ketinggiannya sama dengan permukaan bumi. Bila setiap
singkapan batuan yang sama dihubungkan dengan batas yang jelas pada peta maka akan terlihat
suatu bentuk penyebaran batuan. Bentuk penyebaran tersebut dikenal dengan pola singkapan.
Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi suatu daerah dan juga
dapat dibuat peta singkapan batuan geologi yang menggambarkan tentang keadaan daerah
tersebut, meliputi suatu penyebaran batuan atau litologi, penyebaran tersebut diatas disebut juga
dengan peta dasar geologi.
Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan,
penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta
merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari
permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang
merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti.
Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini
pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi
lapangan. Peta geologi umumnya dibuat di atas suatu peta dasar (peta topografi/rupabumi)
dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya di atas peta
dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan
menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat
ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga
menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.
Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatkan lahan, air dan
sumberdaya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan
tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling
baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk
mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari resiko bencana alam dan
menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan.
Geomorfologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
bentuk – bentuk dari permukaan bumi yang terjadi karena diakibatkan adannya gaya yang
bekerja dalam bumi maupun di permukaan bumi.
Mempelajari permukaan bumi sangatlah penting bagi para ahli geologi , karena ekspresi
topografi itu terkadang dapat dilihat serta dapat menunjukkan keadaan geologi baik struktur
maupun batuannya.
Proses perkembangan ini selalu dikontrol oleh adanya kekuatan yang besar dan selalu terus
berlangsung secara berkesinambungan, baik yang berasal dari dalam maupun luar bumi.
Adanya kekuatan yang bekerja didalam bumi serta meyebabkan batuan – batuan tersebut ternkat
dan terlipat, sedangkan kekuatan yang bekerja di permukaan bumi akan menyebabkan terjadinya
pelapukan dan juga terjadinya erupsi denudasi yang menyebabkan perubahan terhadap roman
muka bumi.
Kekuatan tersebut di atas menyebabkan terjadinnya perubahan pada roman muka bumi, berupa
suatu tonjolan dan lekukan yang membentuk relief pada permukaan bumi. Bentuk relief
permukaan bumi ternyata dapat tergantung atau terkontrol oleh keadaan geologi setempat seperti
pada susunan batuan maupun struktur yang ada di daerah tersebut.
Batuan yang keras (resisten) cenderung dapat membentuk suatu relief yang lebih menonjol dari
pada daerah batuan yang lunak. Sedangkan daerah yang terdiri dari batuan gamping akan
membentuk suatu pola bentang alam “kars topografi” merupakan bentang alam yang kars.
Seperti yang kita ketahui bumi terdiri diri berbagai bentuk, bagian yang paling luar adalah kerak
bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Pada kedudukan tersebut setiap tempat
tidaklah sama, tergantung dari sesuatu kekuatan tektonik yang selalu mempengaruhinya.
Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi suatu daerah dan juga
dapat dibuat suatu peta singkapan batuan geologi yang menggambarkan tentang keadaan suatu
daerah tersebut, meliputi suatu penyebaran batuan atau litologi, penyebaran tersebut di atas
disebut juga dengan peta dasar geologi.
Akibat adanya kedudukan yang tidak sama pada berbagai batuan serta adanya suatu relif pada
permukaan bumi menyebabkan bentuk penyebaran batuan dengan struktur yang digambarkan
dalam peta geologi akan membentuk suatu pola tertentu dan bentuk penyebaran dengan istilah
dari pola singkapan.
Besar dan bentuk dari pola peyebaran atau singkapan tergantung dari beberapa hal, yaitu :
1. Tebal lapisan
Dalam hal ini suatu singkapan dengan tebal yang berbeda walaupun pada kemiringan yang sama,
tetapi keadaan topografi besar dan lebar pada peta singkapan akan berbeda.
2. Topografi / morfologi
Tebal kemiringan suatu lapisan pada suatu peta topografi menggambarkan suatu peta singkapan
batuan yang relatif besar, sedangkan peta morfologi adalah kenampakan pada pemukaan kulit
bumi yang relatif memperlihatkan bentuk ketidakselarasan secara vertikal baik dalam ukuran
besar maupun ukuran yang sangat kecil dari permukaan litosfer.
3. Besar kemiringan lapisan
Lapisan yang tebalnya sama dengan topografi, tetapi bila suatu kemiringan yang tebalnya
berbeda dimana arah kemiringan suatu lapisan batuan yang sangat berbeda pula.
4. Bentuk struktur lipatan
Struktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang sangat berlainan, untuk lipatan yang
menunjam terdiri dari sinklin dan antiklin akan membentuk pola zig-zag serta mempunyai
ekspresi topografi punggung.
a) Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis kontur.
b) Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng maka
kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf "V" yang
berlawanan dengan arah kemiringan lembah.
c) Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus dimana pola singkapan
ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.
d) Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lereng dimana kemumgan lapisan lebih
besar danpada kemiringan lereng akan membentuk pola smgkapan dengan huruf "V" mengarah
sama (searah) dengan arah kemiringan lereng.
e) Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng dimana besar kemiringan
lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng , maka pola singkapannya akan membentuk huruf "V"
yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng /lembah.
f) Lapisan yang kemiringan nya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan
lapisan sama dengan kemiringan lereng/lembah maka pola singkapan tampak .
7.5 contoh gambar
Semangkin banyak data singkapan yang diketahui, hasilnya akan semangkin baik ( dapat di
pertanggung jawabkan )
contoh permasalahan.
pada pemetaan geologi didaerah “TARAKAN”telah di ketahui dan diplotkan beberapa data
singkapan batuan.
Dilokasi A, tersingkap antara batu lempung dengan batu gamping dengan kedudukan N
90o E/20o .
Buatlah pola singkapan ( peta geologi ) daerah tersebut, dan tentukan statigrafinya
Rekontruksi
1. Pada lokasi A diketahui batas kedua batuan, maka buatlah jurus bidang di lokasi A,
kedudukan N 90o E
2. Buat “folding line” yaitu garis OB yang tegak lurus garis jurus.
3. Buat kemiringan bidang lapisan sebesar 20o di ukur dari garis OB.
4. Buatlah strike line ( kontur struktur ) dengan interval yang sesuai dengan interval garis
kontur peta, yaitu 100 meter.
5. Beri tanda titik pada setiap perpotongan antara strike line/kontur struktur dengan garis
kontur yang mempunyai ketinggian yang sama.
6. Gubungkan titik – titik potong tersebut secara berurutan.
7. Garis penghubung tersebut merupakan pola singkapannya maka jadilah peta geologi
daerah “TARAKAN”
8. Dengan memperhatiakn penyebaran masing – masing batuanya dan arah kemiringan
perlapisan, maka dapay disimpulkan batu lempung terletak dibawah batu gamping.
Contoh. gambar pola singkapan
7.9 Form
MODUL 8
SESAR
9.2. Deskripsi
Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Sifat pergeserannya dapat
mendatar, miring,naik dan turun. Didalam mempelajari struktur sesar disamping geometrinya
yaitu bentuk , ukuran, arah dan polanya, yang penting juga untuk diketahui adalah
mekanismenya pergerakannya.
1. Pengertian Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi
yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap
blok yg lain. Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona
rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004). Sesar
terjadi sepanjang retakan pada kerak bumi yang terdapat slip diantara dua sisi yang
terdapat sesar tersebut (Williams, 2004). Beberapa istilah yang dipakai dalam analisis
sesar antara lain
a. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar dengan
bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
b. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar
dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.
c. Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang
sesar akibat adanya sesar.
d. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran
horisontal searah jurus) pada bidang sesar.
Gambar 1. Bagian-bagian Sesar
Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall sebagai
penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan
yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang
relatif berada di bawah bidang sesar.
3. Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan genesanya
a. Klasifikasi geometris
1) Berdasarkan rake dari net slip.
· strike slip fault (rake=0º)
· diagonal slip fault (0 º < rake <90º)
· dip slip fault (rake=90º)
2) Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang perlapisan atau
struktur regional
· strike fault (jurus sesar sejajar jurus lapisan)
· bedding fault (sesar sejajar lapisan)
· dip fault (jurus sesar tegak lurus jurus lapisan)
· oblique / diagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan)
· longitudinal fault (sejajar struktur regional)
· transversal fault (menyudut struktur regional)
3) Berdasarkan besar sudut bidang sesar
· high angle fault (lebih dari 45o)
· low angle fault (kurang dari 45o)
4) Berdasarkan pergerakan semu
· normal fault (sesar turun)
· reverse fault (sesar naik)
5) Berdasarkan pola sesar
· paralel fault (sesar saling sejajar)
· en chelon fault (sesar saling overlap dan sejajar)
· peripheral fault (sesar melingkar dan konsentris)
· radial fault (sesar menyebar dari satu pusat)
Gambar 8. Klasifikasi sesar
b. Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson, 1951) sesar dapat
dibedakan menjadi :
· Sesar naik (thrust fault) bila tegasan maksimum dan menengah mendatar.
· Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
· Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to regional structure)
Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan bumi yang
menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainnya. Fault
scarp adalah bidang miring imaginer tadi atau dalam kenyataannya adalah
permukaan dari bidang sesar.
DIP
6.4. Alat dan Bahan
Alat & Bahan yang digunakan :
- Hvs
- Alat tulis
- Penggaris
- Jangka
- Busur 360o
- Kalkir
- Streonet
Contoh: Diukur sejumlah kekar shear fracture , gash fracture, dan arah breksiasi.
(1) plotkan proyeksi kutub ke dua jenis kekar tersebut pada sebuah kalkir diatas schimdt
net.
(2) Plot harga kerapatan dengan menghitung titik pada segienam dari Kalsbek acounting
net.
Buat kontur yang menghubungkan angka data yang sama
(3) Hitung prosentase kerapatan, yaitu seperdata x 100 %. Harga tertinggi dianggap
kedudukan umumnya. Kemudian baca kedudukan pada jaring schimdt net.
(4) Tentukan arah umum breksiasi dengan diagram kipas( N24 E)
(5) Plot data kekar dan arah breksiasi diatas wulf net, tentukan kedudukan net slip.
(6) Tentukan jenis sesar.berdasarkan klasifikasi( Rickard, 1972 ).
8.6. Pembahasan
- Hasil Sesar
- Kesimpulan