PENDAHULUAN
2.1 Lipatan
Secara umum, lipatan (fold) adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi
akibat dari gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula
membentuk lengkungan. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari
suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan
pada unsurgaris atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang
terlibat didalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau
foliasi.Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari
deformasi terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan
bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur yang
telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis
lengkungm (Asikin, 1978).
Struktur lipatan sendiri adalah merupakan salah satu struktur geologi yang
paling umum dijumpai pada batuan sedimen klastik, dan sering pula ditemukan
pada batuan vulkanik dan metamorf atau bentuk yang terjadi pada lipatan bidang-
bidang datar dimana kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuk
itu sendiri. Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan
dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang
sama pula (Ahmad, 2011).
Gambar 2.1 Lipatan (Fold)
Lipatan yang berukuran besar dapat mencapai berkilo-kilometer untuk
melaluinya, sedangkan yang berukuran kecil hanya beberapa meter sampai
sentimeter.Struktur lipatan di samping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai
dari yag terkecil (mikro fold) hingga berukuran regional (mega fold) juga
memiliki bentuk yang bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk
tersebut tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan, dan
mekanisme pembentukanya serta waktu serta besarnya gaya yang bekerja (Thya,
2013). Mekanisme yang menyebabkan terbentuknya lipatan ada dua macam,
yaitu:
1. Buckling (Melipat)
Buckling disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan
permukaan lempeng
.
Gambar 2.2 Buckling
2. Bending (Pelengkungan)
Bending disebabkan oleh adanya gaya tekan yang arahnya tegak lurus
permukaan lempeng.
Dalam dunia geologi struktur yang penuh dengan analisa unsur titik, garis,
bidang dan sudut bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya,
diperlukan berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa unsur-unsur
tersebut secara lebih mudah dan praktis serta memberikan hasil yang akurat demi
efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal. Untuk itu, muncullah suatu
metode analisa yang cukup praktis dan mudah untuk mengaplikasikannya dalam
analisa struktur geologi, yaitu metode proyeksi stereografis. Proyeksi merupakan
suatu metode atau langkah untuk menggambarkan suatu bentuk tertentu menjadi
bentuk yang lain dengan cara atau langkah yang tertentu dalam satu bidang atau
garis yang disebut sebagai bidang proyeksi atau garis proyeksi.
Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis adalah gambaran dua
dimensi atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi
geometri bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi stereografis adalah suatu
metode proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola.
Biasanya yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere). Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur
geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau
orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.
Proyeksi stereografis merupakan proyeksi yang didasarkan pada
perpotongan suatu bidang atau garis dengan satu bidang proyeksi yang berupa
bidang permukaan horizontal yang melalui sebuah pusat bola. Bidang dari
proyeksi ini akan berbentuk sebuah lingkaran yang disebut lingkaran primitif.
Lingkaran primitif ini juga merupakan proyeksi dari struktur bidang yang
kedudukannya horizontal, karena itu penentuan proyeksi dip untuk bidang adalah
yang kedudukannya miring pada wulf net dan schmidt net 00 yang dimulai dari
lingkaran primitif 900 yang terletak pada pusat lingkaran.
Di samping lingkaran primitif ada juga yang disebut lingkaran kecil.
Lingkaran ini merupakan suatu perpotongan antara bidang permukaan bola
dengan bidang dan yang tidak melalui pusat bola.
Proyeksi ini digunakan sebagai gambaran posisi struktur di bawah
permukaan adalah belahan bola bagian bawah. Selanjutnya proyeksi permukaan
bola digambarkan pada permukaan bidang horizontal dalam bentuk proyeksi
stereografis. Hal tersebut di dapat dari perpotongan antara bidang horizontal yang
melalui pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-titik pada lingkaran
besar terhadap titik zenith-nya.
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada
proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak
lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang
ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ortogonal disebut sebagai orthographic
net.
Orthografis berasal dari kata-kata Yunani orthos, berarti lurus atau tegak
lurus dan graphikus yang berarti menulis atau menggambar dengan garis. Ciri
proyeksi orthografis adalah semua garis proyeksi sejajar terhadap satu sama lain
dan tegak lurus terhadap bidang pada saat benda tersebut diproyeksikan.
Gambar proyeksi orthografis dapat dilakukan pada sistem kwadran yaitu
Proyeksi Kwadran Pertama (First Angle Projection) dan Proyeksi Kwadran
Ketiga (Third Angle Projection).
Gambar 2.8 Orthografic Net
Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu
titik. Stereogram dari proyeksi kutub ini adalah polar net atau billings net.
Polar net ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila ingin
mendapatkan proyeksi bidang dari suatu titikpada polar net, harus
menggunakan schmidts net.
Gambar 2.9 Polar Net Hasil Polar Projection
Perbedaan utama yang dapat diketahui antara wulf net dan schmidt net
adalah : (Simalango, 2010)
1. Wulf net adalah lingkaran besar dan lingkaran kecil didapat dari proyeksi
permukaan bola ke arah titik zenith.
2. Schmidt net adalah lingkaran besar dan lingkaran kecil dibuat berdasarkan
luas yang mendekati kesamaan dari jaring yang dihasilkan dari
perpotongannya, sehingga interval tiap lingkaran akan tetap merata pada
setiap kedudukan.
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari tiga tahap, yang
meliputi tahap pendahuluan, tahap praktikum, dan pengerjaan laporan.
3. 1 Tahap pendahuluan
Tahap praktikum terdiri atas analisis data manual dan analisis dengan
software. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan hasil dari dua analisis
pengolahan data.
Tahap Pendahuluan
Tahap Praktikum
Analisis data Manual
Analisis data menggunakan
software
Penyusunan Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
1. Plot nilai limb dari data kedudukan strike/dip bidang perlipatan atau
foliasi. Kemudian tentukan pole masing-masing bidang. Langkah tersebut
adalah tata cara struktur bidang.
2. Hitung nilai sudut antara kedua pole lipatan, gunakan small circle atau
great circle lingkara stereogram untuk membantu menentukan sudut inter-
limb. Nilai inter-limb yang dihasilkan adalah :
Tabel 3.2 Hasil Klasifikasi Lipatan Berdasarkan Inter-limb
Lipatan Nilai Sudut Jenis Lipatan Sudut
I 63° Close Fold 70°-30°
II 40° Close Fold 70°-30°
III 58° Close Fold 70°-30°
5.1 Kesimpulan
Lipatan II
Lipatan III
L
A
M
P
I
R
A
N