Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Secara umum sedimentologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari


sedimen alami, baik yang telah terlitifikasi maupun belum terlitifikasi dan proses
pembentukannya. Dalam sedimentologi terdapat beberapa unsur yang menjadi dasar
pembahasan serta menjadi objek utama dalam studinya, yaitu sedimen, proses
pembentukan sedimen, mekanisme transportasinya, lingkungan dan proses
pengendapannya serta bentuk yang dihasilkan oleh sedimen tersebut.

Dalam geologi, lingkungan pengendapan sedimen dijelaskan sebagai


kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang terkait dengan pengendapan sedimen
tertentu dan akan terekam dalam batuan setelah litifikasi. Lingkungan pengendapan
akan berkaitan secara spesifik dengan jenis batuan tertentu atau dapat dikaitkan
dengan jenis batuan sesuai analog yang ada. Selanjutnya akan kembali pada saat
sedimen tersebut diendapkan, walaupun tidak semua analog modern masih dapat
ditemukan pada saat sekarang ini. Pada dasarnya lingkungan pengendapan dapat
dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan keterdapatannya yaitu, darat, transisi dan laut.
Selain itu kita juga mengenal lingkungan glacial dan evaporite sebagai lingkungan
pengendapan sedimen. Selanjutnya kita dapat membagi lingkungan pengendapan
tersebut berdasarkan lingkungan.

Adapun Praktikum Sedimentologi adalah menganalisa sampel sedimen dari


lingkungan pengendapan transisi, tepatnya pada Pantai Galesong di Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun transisi atau khususnya pantai,
merupakan lingkungan pengendapan sedimen yang berasal dari darat dan laut
bertemu.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari Praktikum Sedimentologi yaitu mahasiswa dapat


mengetahui karakteristik material sedimen yang ada pada pada lingkungan
pengendapan pantai, yaitu Pantai Galesong. Berikut tujuan dari Praktikum
Sedimentologi, yaitu :
a. Mahasiswa dapat mengenali material sedimen yang ada pada Pantai
Galesong
b. Mahasiswa dapat mengetahui tekstur dan struktur sedimen yang ada pada
Pantai Galesong
c. Mahasiswa dapat mengetahui mineral berat yang ada pada Pantai Galesong
d. Mahasiswa dapat mengetahui proses sedimentasi yang ada pada Pantai
Galesong
e. Mahasiswa dapat mengetahui agen transportasi yang berperan pada proses
sedimentasi pada Pantai Galesong

I.3 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian berlokasi di Pantai Galesong, Desa Boddia,


Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar. Lalu sampel sedimen, kami
bawa ke Laboratorium Sedimentologi Departemen Teknik Geologi Universitas
Hasanuddin.
I.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat Praktikum :


1. Sampel sedimen Pantai Galesong
2. Kertas Alumunium Foil
3. Pengayak
4. Clipboard
5. Cetik tempat sampel
6. Timbangan
7. Penuntun Praktikum Sedimentologi
8. Kertas HVS
9. Kertas grafik
10. Kalkulator ilmiah
11. Laptop
12. Printer
13. Kertas sampul
14. Mika
15. Lakban
16. Tabel data sedimen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sedimentologi

Sedimentologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses


pembentukan, transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai
sedimen di dalam lingkungan darat dan laut hingga membentuk batuan sedimen.

Sebagai ilmu pengetahuan sedimentologi sangat erat berhubungan dengan


tiga ilmu dasar, yaitu biologi, fisika mupun kimia. Biologi mempelajari binatang dan
tumbuhan yang dapat mempelajari sisa kehidupan masa silam yang sudah menjadi
fosil. Ilmu ini dikenal dengan nama Paleontologi.

Sedimentologi telah memberikan kontribusi ke berbagai bidang, baik dalam


pemanfaatan kekayaan alam maupun perekayasaan lingkungan. Banyak ahli
sedimentologi datang dari usaha minyak bumi dan sedikit dari usaha tambang
lainnya.

Sedimentologi juga sangat berkaitan dengan ilmu geologi teknik dan


hidrologi yang berhubungan dengan aliran air misalnya pelabuhan, penahan erosi
pantai, dan jaringan pipa di dasar laut, sangat membutuhkan studi rinci tentang
keadaan lokasi dimana bangunan itu akan ditempatkan. Studi ini meliputi angin, arus
gelombang, pasang surut dan sedimentasi serta sifat fisik batuannya

II.2 Transpor Sedimen

Transpor sedimen adalah proses perpindahan material sedimen sejak terlepas


dari batuan induknya hingga terakumulasi di suatu cekungan dengan dipengaruhi
oleh beberapa aspek lainnya. Pada proses ini melibatkan air (fluida), angin, gletser,
dan gaya gravitasi. Namun transport sedimen banyak terjadi pada media berupa
fluida dengan dipengaruhi oleh berat jenis atau dencity, ukuran butir, bentuk butir,
kekentalan fluida atau viskositas, dan berat jenis fluida.
II.2.1 Jenis Transpor Sedimen pada Media Fluida
Transpor sedimen oleh aliran air adalah perpindahan material sedimen yang
melewati penampang lintang suatu aliran air. Transpor sedimen umumnya
dikelompokkan berdasarkan cara transport seperti disajikan pada skema di bawah ini.

Gambar 2.1 Pengelompakan cara transport sedimen

1. Transpor sedimen dasar (bed load) adalah gerak butir sedimen yang
selalu berada di dekat dasar saluran atau sungai. Butir sedimen bergerak
dengan cara bergeser atau meluncur, mengguling, atau dengan lompatan
pendek. Transpor dengan cara ini umumnya terjadi pada butir sedimen
yang berukuran relatif besar.
2. Transpor sedimen suspensi (suspended solid), adalah gerak butir sedimen
yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Butir
sedimen bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap di dalam aliran.
Transpor dengan cara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang
berukuran relatif kecil.
3. Transpor sedimen dasar dan suspensi atau transport material dasar total
adalah gerak butir sedimen yang selalu berkaitan atau bersinggungan
dengan dasar sungai atau saluran.
4. Transpor sedimen wash load, adalah gerak butir sedimen yang hampir
tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Pada wash
load, butir sedimen bergerak bagaikan digelontor oleh aliran dan tidak
pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Transpor dengan cara ini
umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran sangat halus.
II.3 Aliran Laminar dan Aliran Turbulen

Berdasarkan pada kecepatan aliran, viskositas fluida, dan kekasaran


permukaan dasar aliran yang dilewati, aliran fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
aliran laminar dan aliran turbulen.
II.3.1 Aliran Laminar

Aliran laminar adalah aliran yang bergerak perlahan pada arah yang hampir
lurus dengan memiliki lebar jarak yang tetap. Aliran ini dapat divisualisasikan
dengan garis-garis sejajar yang disebut garis aliran. Gerakan-gerakan tersebut terjadi
dalam ukuran mlekul yang bergerak secara konstan dan translasi molekul fluida.
Garis aliran dapat melengkung jika menabrak sebuah benda, tetapi garis-garis ini
tidak pernah bergabung menjadi satu. Aliran laminar hanya terdapat pada fluida yang
mengalir dengan kecepatan sangat rendah yang melalui dasar aliran yang halus dan
rata.
Produk utama hasil mekanisme aliran laminar adalah struktur sedimen
gelembur (ripples). Gelembur merupakan struktur sedimen yang umum ditemukan
dalam lingkungan saat ini, baik pada sedimen silisiklastik ataupun karbonat. Struktur
ini dapat terbentuk melalui transpor air dan angin.
II.3.2 Aliran Turbulen

Pada aliran laminar, jika kecepatan aliran berubah-ubah, maka aliran larutan
yang tidak akan bertahan lebih lama sebagai aliran yang sejajar dan akan berubah.
Perubahan aliran ini bersifat konstan dan juga terjadi perubahan ukuran butir material
yang tertranspor oleh fluida yang tegak lurus dengan arah aliran. Garis aliran akan
menyatu menjadi lebih kompleks. Jenis aliran ini disebut aliran turbulen yang
disebabkan oleh gerakan naik-turun dari massa oleh fluida.
Gambar 2.2 Aliran Laminar dan Aliran Turbulen

II.4 Angka Reynold

Perbedaan mendasar antara aliran turbulen dan aliran laminar ditentukan oleh
rasio gaya inersia/kelembaman (inertial force) terhadap gaya kekentalan (viscous
force). Gaya inersia yang berhubungan dengan skala dan kecepatan gerak fluida
cenderung menyebabkan fluida mengalami turbulensi. Gaya kekentalan yang
bertambah seiring dengan peningkatan viskositas fluida, menahan deformasi fluida
sehingga cenderung untuk meredam turbulensi. Hubungan gaya inersia dengan gaya
kekentalan dapat ditunjukkan secara matematis dengan angka/bilangan Reynold atau
Reynold number (Re).

Persamaan 2.1 Angka Reynold

Ketika gaya kekentalan lebih dominan, Reynold number akan bernilai kecil
dan memiliki aliran laminar. Hal ini juga terjadi pada aliran yang sangat lambat dan
pada area dangkal. Ketika gaya inersia lebih dominan dan kecepatan bertambar
besar, Reynold number bernilai besar dan aliran menjadi turbulen. Transisi dari aliran
turbulen menjadi aliran laminar berada di atas nilai kritis dari Reynold number,
umumnya di antara 500 hingga 2.000 yang juga bergantung pada kondisi batas
(boundary conditions) seperti kedalaman channel dan geometri. Jadi pada konsisi
batas yang ditentukan, Reynold number dapat digunakan untuk memprediksi apakah
aliran akan laminar atau turbulen, dan untuk mendapatkan magnitudo turbulen.

II.5 Teori Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan


secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada umumnya, sedimentasi
digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan air limbah, dan pada pengolahan
air limbah tingkat lanjutan. Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi
khususnya untuk ;
1. Pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan dengan filter pasir
cepat.
2. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring
dengan filter pasir cepat.
3. pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.
4. pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.
Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:
1. penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau).
2. penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama.
3. penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier
akhir.
4. penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.
Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk
penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu,
prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian partikel di udara.
Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama,
demikian juga untuk metoda dan peralatannya.
Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama,
demikian juga untuk metoda dan peralatannya.
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe
(lihat juga Gambar 3.1), yaitu: - Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit,
partikel mengendap secara individual dan tidak ada interaksi antar-partikel
- Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-
partikel sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah
- Settling tipe III: pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya
antarpartikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap
- Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap yang
terjadi karena berat partikel

Namun, pada praktikum ini hanya membahas mengenai sedimentasi tipe 1 sajaa,
yaitu discrete setting region atau partikel diskret.

II.6 Sedimentasi Tipe 1

Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel


yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi
antar partikel. Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain pengendapan lumpur
kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan
pasir pada grit chamber. Sesuai dengan definisi di atas, maka pengendapan terjadi
karena adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya drag dan gaya
impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag dan diimbangi oleh gaya
impelling, sehingga kecepatan pengendapan partikel konstan.
Gaya impelling diyatakan dalam persamaan:
𝐹1 = (𝜌𝑠 − 𝜌)𝑔 𝑉
Dimana
F1 : gaya impelling
p : densitas massa liquid

p : densitas massa partikel

V : volume partikel

g : percepatan gravitasi

Gaya drag dinyatakkan dalam persamaan

𝑉𝑠 2
𝐹𝑑 = 𝐶𝑑 𝐴𝑐 𝜌
2
Dimana :
Fd : gaya drag
Cd : Koefisien drag
Ac : luas potongan melintang partikel
Vs : kecepatan pengendapan
Dalam kondisi yang seimbang ini, maka Fd=F1, maka di peroleh persamaan :
𝑉𝑠 2
(𝜌𝑠 − 𝜌)𝑔 𝑉 = 𝐶𝑑 𝐴𝑐 𝜌 ( )
2
Atau

2𝑔 𝜌𝑠 − 𝜌 𝑉
𝑉𝑠 = √ + ( )
𝐶𝑑 𝜌 𝐴𝑐

Bila V/Ac = (2/3)d, maka diperoleh:

4𝑔 𝜌𝑠 − 𝜌
𝑉𝑠 = √ +( )𝑑
3𝐶𝑑 𝜌
atau

4𝑔
𝑉𝑠 = √ + (𝑆𝑔 − 1)𝑑
3𝐶𝑑

Dimana Sg adalah specific gravity. Besarnya nilai Cd tergantung pada bilangan


Reynold.
 Bila NRe < 1 (laminer), Cd = 24/ NRe
 Bila NRe = 1- 104 (transisi), Cd = 24 / NRe + 3 / NRe 0,5 + 0,34
 Bila NRe > 104( turbulen), Cd = 0,4
Bilangan Reynold dapat dihitung menggunakan persamaan :
𝜌𝑑𝑉𝑠
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
Pada kondisi aliran laminer, persamaan (2.6) dapat disederhanakan men jadi :
𝑔
𝑉𝑠 = (𝑆𝑔 − 1)𝑑 2
18𝑣
Atau
𝑔
𝑉𝑠 = (𝜌 − 𝜌)𝑑 2
18𝑣
Persamaan (2.8a) atau (2.8b) merupakan persamaan Stoke’s.
𝑉𝑠 = √3.3𝑔 (𝑆𝑔 − 1)𝑑
Pada kondisi aliran transisi, persamaan 2.8 tidak dapat disederhanakan, sehingga
perhitungan kecepatan pengendapannya harus dicari cara coba-cova atau metode
iterasi.
Namun, rumus diatas memiliki kekurangan, yaitu terlalu sederhana dan terdapat
pemisahan antaran aliran laminar (dtokes flow) dan aliran turbulen sehingga tingkat
akurasi dan presisi dari rumus tersebut rendah. Kita membutuhkan rumus sederhana
dan tingkat akurasi tinggi agar rumus tersebut dapat digunakan pada semua jenis
aliran dan partikel.
Menurut Zhiyao, dkk. (2008), ada dua asimtotik (pendekatan) untuk menentukab
kecepatan pengendapan yang tergantung pada bilangan Reynold-nya, yaitu Cd =
A/Re ketika Re < 1 (stokes flow) dan Cd = B ketika 105 < Re < 2x105 (turbulent
flow), dimana A dan B konstan. Kita bisa membentuk rumus untuk kondisi Stokes
flow :
4 ∆𝑔𝑑 2
𝑊𝑠 =
3𝐴 𝑣
𝜌𝑠
Dimana ∆= (𝜌−1)3 , 𝜌𝑠 adalah densitas partikel padalah densitas fluida. Sedangkan,

kecepatan pengendapan untuk turbulent flow bisa dituliskan :


4
𝑊𝑠 = ∆𝑔𝑑
3𝐵
Sebagian besar dari rumus semi empirik yang sudah ada didasarkan pada dua
pendekaan diatas.
Cheng(1997) mencatatkan bahwa hubungan antara Cd dan Re memiliki kemiripan
dengan kebanyakan semi empiris dan koefisien drag. Dasarnya adalah pendekatan
dasar dari kecepatan pengendapan dan Re. Hal ini mempengaruhi rumus kecepatan
pengendapann Ws menggunakan parameter partikel tidak berdimensi . proses ini
digambarkan oleh Camenen (2007) sebagai berikut.
Cd dab Re memiliki hubungan :
𝐴 1/𝑛
𝐶𝑑 = [( ) + 𝐵1/𝑛 ]
𝑅𝑒
Dimana n adalah eksponen. Diameter dimensionless particle didefiniskan sebagai:
1
∆𝑔 3
𝑑 ∗ = ( 2) 𝑑
𝑣
4 𝐴𝑔𝑑
Rumus diatas dimasukkan dalam persamaan 𝐶𝑑 = (rumus menentukan
3 𝑊𝑠2

resistensi gesekan), yakni hubungan antara resistensi gesekan (drag resistensi) dan
diameter dimensionless particle yang bosa dituliskan sebagai :
4𝑑 ∗3
𝐶𝑑 =
3𝑅𝑒 2
Akhirnya, kecepatan pengendapan bisa dihitung menggunakan persamaan 2.14 dan
persamaan 2.14 yang dikombinasikan menjadi (Carmenen, 2007) :
𝑛
2/𝑛 3 1/𝑛 1/𝑛
𝑣 1 𝐴 4𝑑 ∗ 1 𝐴
𝑊𝑠 = [√ ( ) +( ) − ( ) ]
𝑑 4 𝐵 3𝐵 2 𝐵
Beragam nilai untuk A, B dan n telah didapatkan dari berbagai peneliti untuk partikel
Sperical dan sedimen natural yang terangkum dalam tabel dibawah ini.
Author (s) Material A B N

Dallavalle (1948) Spherical particles 24,0 0,40 2,0

Concha and Almendra (1979) Spherical particles 30,6 0,37 2,0

Zigrang and Sylvester (1981) Spherical particles 23,2 0,40 2,0

Brown and Lawler (2003) Spherical particles 21,4 0,36 2,0

Zanke (1977) Natural sedimen particles 26,7 1,33 1,0

Zhang (1989) Natural sedimen particles 34,1 1,22 1,0

Julien (1995) Natural sedimen particles 24,0 1,50 1,0

Soulsby (1997) Natural sedimen particles 26,4 1,27 1,0

Cheng (1997) Natural sedimen particles 32,0 1,00 1,5

Camenen (2007) Natural sedimen particles 24,0-66,0 0,40-7,00 0,8-2,0

Camenen (2007) mengajukan tiga persamaan, satu untuk koefisien dalam persamaan
2.15 yang memperhitungkan bentuk dan kebundaran partikel. Metode iini
mengizinkan persamaan 2.15 untuk menghasilkan hasil yang lebih baik untuk
partikel yang berbeda bentuk, ukuran dan densitas, tetapi rumus itu sedikit susah
untuk digunakan, terutama ketika n=1,5. Rumus tersebut tidak seakurat dengan
rumus yang diajukan oleh Cheng (2007). Untuk itu, dibutuhkan rumus lain utnuk
memprediksikan kecepatan pengendapan dari sedimen natural yang sederhana dan
akurasi tinggi.
Untuk alasan tersebut, Re pada persamaan 2.12 dibuat ulang dengan menggabungkan
persamaan 2.10 dan persamaan 4.13, yaitu :
4𝑑 ∗3
𝑅𝑒 =
3𝐴
Sehingga persamaan 2.12 bisa ditulis ulang menjadi :
2/𝑛
√3𝐴
𝐶𝑑 = [( ) + 𝐵1/𝑛 ]
2𝑑 ∗3/2

Akhirnya, kita memperoleh solusi untuk kecepatan pengendapan yang mirip dengan
persaman 2.15 dan bisa diaplikasikan pada semua Bilangan Reynold < 2x105 :
−𝑛/2
𝑣 3𝐴 2/𝑛 3𝐵 1/𝑛
𝑊𝑠 = 𝑑 ∗3 [( ) + ( 𝑑 ∗3 ) ]
𝑑 4 4
Nilai A,B dan n dari persamaan di atas dapat dilihat pada table 2.2
Autrhor (s) Material A B N

McGauhery (1956) Spherical particles 24,0 0,69 2,00

Swanson (1967) Spherical particles 26,2 1,19 2,00

Swanson (1975) Spherical particles 26,2 1,91 2,00

Turton and Clark (1987) Spherical particles 24,0 0,43 2,43

Guo (2002) Spherical particles 24,0 0,44 2,00

Brown and Lawler (2003) Spherical particles 24,0 0,44 2,22

Jimenez and Madsen Spherical particles 24,6 0,83 2,00


(2003)

Guo (2002) Natural sedimenparticles 32,0 1,00 2,00

Jimenez and Madsen Natural sedimen particles 23,5-33,4 0,90-1,92 2,00


(2003)

Jimenez dan Madsen (2003) mengajukan koefisisen A dan B berdasarkan


karakteristik dari faktor kebundaran partikel, tetapi tidak memberikan persamaan
relatif untuk itu, sehingga rumus diatas kurang meyakinkan untuk diaplikasikan.
Selanjutnya, diantara peneliti pada table diatas, hanya Guo (2002) dan Jimenez and
Madsen (2003) yang dapat diperhitungkan koefisiennya pada percobaan sedimen
natural.
Faktanya, koefisien A, B, dan n dalam persamaan 2.18 tidak konstan. Rumus tersebut
merupakan fungsi yang menyulitkan untuk bentuk dan kebundaran dari partikel
natural, sebagaiman yang dicatat oleh Camenen (2007) mengenai penjelasan
teoritisnya, ini membuat rumus ini sulit digunakan di kebanyakan masalah Sediment
engineering.
Karena terdapat masalah pada persamaan diatas, maka perlu mencari rumus yang
lebih akurat untuk memanfaatkan koefisien A, B dan n. Kita menggunakan prosedir
trial and error untuk meminimalkan kesalahan antara prediksi data pada persamaan
2.17 dan data eksperimen yang disediakan oleh Engelund and Hansen (1972) dan
Cheng (1997). Hasilnya diperoleh rumus kecepatan penegndapan (Zhiyoau, dkk.
2008)

𝑣 −7/8
𝑊𝑠 = 𝑑 ∗3 [38,1 + 0,93𝑑 ∗12/7 ]
𝑑
Dimana :
Ws : Kecepatan pengendapan
V : Viskositas kinematik
d : Diameter partikel
d* : dimensionless particle I
untuk mengetahui akurasi dari koefisien rumus yang digunakan, maka kita dapat
menentukan rata-rata nilai dari kesalahan relatif, yang didefinisikan sebagao :
𝑁 2
1 𝑊𝑠𝑒
𝐸 = ∑| − 1| 𝑥 100%
𝑁 𝑊𝑠𝑐
𝑖=1

Dan koefisien variasi, yang didefinisikan sebagai :

1 𝑊𝑠𝑒 2
𝜎 = √𝑁 ∑𝑁
𝑖=1 |𝑊𝑠𝑐 − 1| x 100 %

Dimana Wsc adalah nilai yang didapatkan dari persamaan, Wse adalah nilai dari
percobaan laboratorium dan N adalah jumlah data (She, dkk. 2005)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada saat praktikum dilaksanakan, metode yang digunakan praktikan yaitu
dengan mengolah sampel sedimen yang telah diambil dari lapangan. Adapun tahap -
tahap selama praktikum, yaitu :

III.1. Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini, dilakukan asistensi acara oleh asisten ke praktikan untuk
dipaparkan bagaimana sistematika pengolahan sampel dimulai dari pengovenan
sampel yang dimaksudkan agar sampel kering, kemudian dilakukan pengayakan
untuk mendeterminasi dan mengelompokkan sampel sedimen berdasarkan
ukurannya. Lalu akhirnya, yaitu menimbang sampel yang telah dikelompokkan
masing - masing.

III.2. Tahap Praktikum

Pada tahap Praktikum, praktikan melakukan pengolahan sampel meliputi,


pengovenan sampel, pengayakan sampel, pengelompokkan sampel berdasarkan
ukurannya, serta menimbang sampel.

III.3 Tahap Asistensi Laporan

Pada tahap ini, praktikan akan mengasistensikan laporannya yang hanya


berisi dari Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, dan Bab III Metodologi
penelitian beserta tabel data sampel.

III.4. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap ini, laporan yang sudah diasistensikan akan dibuatkan laporan lengkap
Praktikum Sedimentologi.

Tahap Pendahuluan

Tahap Praktikum
Tahap Asistennsi
Laporan

Tahap Penyusunan
Laporan

Gambar 3.1 Flow Chart

Anda mungkin juga menyukai