Anda di halaman 1dari 5

MODUL 1

SEDIMENTASI NATURAL

I. TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum sedimentasi ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Memahami proses sedimentasi dengan metode alamiah.
2. Mengukur lamanya proses sedimentasi dengan metode alamiah.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap lamanya pengendapan secara alamiah.
4. Membuat kurva hubungan antara kecepatan pengendapan (v) dengan konsentrasi
padatan (c1) pada operasi sedimentasi.

II. KESELAMATAN KERJA


Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:
1. Hati - hati saat bekerja dengan larutan kimia.
2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan.
3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.
5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

III. DASAR TEORI


Sedimentasi merupakan proses penghancuran, pengikisan, dan pengendapan material
pada suatu tempat melalui media air laut, air tawar, angin dan es.
Beberapa faktor alam yang menyebabkan terjadinya proses pendangkalan atau proses
sedimentasi, yaitu :
a. Adanya sumber sedimentasi yang mengakibatkan banyaknya sedimen yang terbawa
oleh arus.
b. Adanya sungai-sungai yang bermuara terjadinya sedimentasi.
c. Adanya arus laut yang memungkinkan terjadinya sedimentasi.
d. Berat dan besar butir-butir material pembentuk sedimen memungkinkan tempat
pengendapannya.
e. Tempat pengendapan, untuk daerah relatif tenang seperti bentuk-bentuk lekukan
teluk yang kecil, dimana air relatif tenang kemungkinan sedimentasi akan lebih besar
dibandingkan dengan daerah yang arusnya kuat dan letaknya didaerah yang bebas.
Menurut asalnya sedimen dibagi menjadi tiga macam yaitu;
1) Sedimen lithogenous
Ialah sedimen yang berasal dari sisa pengikisan batu-batuan didarat.
2) sedimen biogenous
Ialah sedimen yang berasal dari sisa rangka organoisme hidup juga akan membentuk
endapan-endapan halus yang dinamakan ooze yang mengendap jauh dari pantai
kearah laut.
3) sedimen hydrogenous
Yakni sedimen yang dibentuk dari hasil reaksi Idmia dari air laut (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Sebagai dasar proses terjadinya sedimentasi disebabkan oleh beberapa peristiwa
yang mempengaruhi terbentuknya permukaan bumi yaitu :
a. proses pengangkatan.
b. proses transportasi.
c. proses pengendapan.
d. proses berikutnya berulang lagi terus menerus.

Berdasarkan teori klasik partikel sedimen tidak akan bergerak apabila kecepatan
aliran sangat kecil. Sediment akan mulai bergerak jika kecepatan aliran cukup kuat
sehingga gaya pengerak partikel sedimen melebihi gaya stabilnya, Kecepatan ini
dikatakan kecepatan aliran kritis.
Sebagian besar kriteria mulai bergerak partikel sedimen umunya diturunkan atas dua
pendekatan, yaitu: pendekatan tegangan geser dan kecepatan. Untuk sungai biasa, slope
channel cukup kecil dimana komponen dari gaya gravitasi pada aliran arah arus dapat
diabaikan dengan gerak gaya partikel sediment spherical. Pada Gambar 3.1
memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada partikel sedimen di dasar.

Gambar 3.1 Diagram gaya yang bekerja pada partikel sediment.


Keterangan :
d = diameter partikel,
D = kedalaman perairan,
FD = gaya penarik (drag force),
FL = gaya pengangkat,
Ws = berat di bawah permukaan air.
FR = gaya penahan (resistance force ).

Partikel sedimen berada pada kondisi mulai bergerak apabila salah satu dari kondisi
berikut terpenuhi yaitu :
FL = WS
FD = FR
MO = MR
dimana :
MO = Moment penggelinding yang disebabkan oleh FD dan FL
MR = Momen penahan yang disebabkan oleh FL dan Ws.
a) Transport Sedimen
Transport sedimen adalah gerak partikel yang dibangkitkan oleh gaya yang bekerja.
Transport sediment merupakan hubungan aliran air dan partikel-partikel sediment.
Pemahaman dari sifat-sifat fisis air dan partikel sediment sangatlah penting untuk
mengetahui tentang pengertian transport sediment. Sifat-sifat pokok dari air dan
partikel-partikel sediment , parameter yang menggambarkan beberapa sifat yang sering
digunakan dalam persamaan transport sediment. Metode komputasi dan beberapa contoh
digunakan dalam menjelaskan prosedur untuk mendeterminasikan beberapa sifat-sifat
sediment.
Pada umumnya transport sedimen dikelompokkan atas tiga kelompok, yaitu : bed
load, suspended load dan wash load. Bed load didefinisikan sebagai transport sedimen
yang mengalami kontak terus menerus dengan dasar selama pergerakannya (sliding,
jumping dan rolling). Sedangkan Suspended load dalam gerakannya tidak mengalami
kontak yang terus menerus dengan dasar dan ukuran partikelnya lebih kecil.
b) Transport Sedimen kohesif dan non kohesif
Sedimen kohesif merupakan butiran-butiran partikel Lumpur yang berada di dasar
maupun di badan air yang bila bergabung bersama akan membentuk suatu unit
yanglebih besar yang disebut floc. Proses ini sangat bergantungpada konsentrasi
sedimen. Flokulasi yang terjadi sangat mempengaruhi kecepatan jatuh sedimen kohesif.
Semakin besar konsentrasi dari flokulasi yang terjadi maka akan semakin besar pula
kecepatan jatuh sedimen (Irham, 2000)
Sedimen non-kohesif merupakan sedimen dengan butiran-butiran partikel yang
umumnya berasal dari pasir. Pergerakan sedimen ini sangat bergantung pada besar
kecilnya diameter partikel sedimen. Berbeda dengan sedimen kohesif, partikel sedimen
non-kohesif tidak pernah membentuk flokulasi sehingga antara partikel sedimen tidak
pernah bergabung membentuk suatu unit baru.
c) Pengendapan (deposision) dan erosi (erosion)
Pengendapan dan resuspensi sedimen halus selama siklus pasut merupakan
karakteristik penting dari transport sedimen kohesif di estuari. Hal tersebut sangat
diperlukan dalam memodelkan dinamika sedimen untuk memperoleh informasi secara
kuantitatif proses perubahan didasar, yaitu pengendapan dan erosi (Dronkers and Van
Leussen, 1988)
Pengendapan merupakan suatu peristiwa dimana material sedimen tersuspensi
(partikel, agregat atau floc) jatuh ke dasar perairan dan menjadi sedimen dasar. Pada
peristiwa ini arus sudah tidak mampu lagi mengangkat atau mempertahankan partikel
sedimen berada dalam kolam air. Dengan pengertian lain bahwa tegangan geser dasar
aliran lebih kecil dibandingkan tegangan geser kritis pengendapan (Umar, 2000 dalam
Mubarak, 2004)
Sedangkan peristiwa tergerus atau terangkatnya sedimen dari dasar perairan ke
dalam kolam perairan menjadi sedimen tersuspensi disebut dengan erosi. Kecepatan
erosi didefinisikan sebagai jumlah massa sedimen yang tererosi per satuan waktu.
Partikel sedimen, gumpalan (flocs) atau bongkahan (lumps) di permukaan dasar akan

tererosi jika tegangan geser dasar (b ) yang ditimbulkan oleh arus dan gelombang
melebihi tegangan geser kritis erosi (ce ). Hal ini tergantung pada karakteristik material
dasar (komposisi mineral, material organik, salinitas, densitas dan lain-lain) atau
struktur dasar (Van Rijn, 1993)

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Seperangkat Tabung Sedimentasi
 Gelas beaker 500 mL sebanyak 4 buah
 Gelas beaker 100 mL sebanyak 4 buah
 Timbangan digital 1 buah
 Spatula besi
 Stopwatch
 Meteran 4 buah

b. Bahan
 Plastik Bening 4 lembar
 Karet gelang 8 buah.
 Kalsium Karbonat (CaCO3)
 Air
 Pewarna Makanan

V. LANGKAH KERJA
1. Menimbang 15 gram CaCO3 dengan timbangan digital. Masukkan ke dalam gelas ukur
100 ml. Ulangi penimbangan 4x sehingga diperoleh 4 gelas ukur 100 ml memuat 15
gram CaCO3.
2. Menyediakan air sebanyak 350 ml, 400 ml, 450 ml, dan 500 ml ke dalam gelas ukur 500
ml. Lalu teteskan 1 tetes pewarna makanan ke dalam gelas ukur.
3. Menuang masing – masing gelas ukur ke 4 buah tabung sedimentasi yang disediakan.
4. Menutup ujung tabung yang terbuka dengan plastik, kencangkan dengan karet.
5. Mengocok tabung hingga seluruh CaCO3 menyebar secara merata sebagai slurry.
6. Memasang tabung ke slot yang telah disediakan.
7. Mengukur ketinggian slurry awal dihitung dari dasar tabung ke ketinggian slurry yang
terlihat oleh mata. Mencatat ketinggiannya.
8. Menghidupkan stopwatch sesegera mungkin.
9. Melakukan langkah 7 setiap interval 30 detik, selama 40 menit. Atau hingga ketinggian
slurry sudah konstan (tidak berubah lagi terhadap waktu).

Anda mungkin juga menyukai