Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai sedimen, yaitu
pembentukan lapisan tanah karena pengendapan tanah yang berpindah dari tempat
lain. Proses pembentukannya berasal dari berbagai sumber diantaranya dari
pelapukan material batuan didaratan, sisa kehidupan organisme, luar angkasa, serta
proses fisika, biologi, dan kimia lainnya.Walaupun batuan sedimen hanya
berjumlah 0,029% dari total volume bumi, namun distribusinya di permukaan bumi
amatlah luas, tidak hanya di daratan tetapi juga di lautan.(sitasi)
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut
oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di
tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara
berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir
di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang
atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah.Hembusan angin juga
bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makinkuat
hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya.pengendapan material batuan yang
telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi. Dari
semua proses di atas akan membentuk partikel-partikel yang berbeda.
Pada satuan litostratigrafi penentuan satuannya berdasarkan ciri litologi
yang teramati di lapangan. Ciri tersebut meliputi janis batuan, kombinasi antar
batuan (unconformity, superposisi, crosscutting), struktur dan lain-lain. Dalam
pangadaannya secara langsung di lapangan seorang geologist haruslah
melakukan pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer
mengenai jenis litologi yang dijumpai pada suatu area penelitian. Tentunya pada
daerah pemetaan yang sangat luas seorang geologis tidak akan mengamati

1
meter demi meter dari daerah tersebut, melainkan akan menentukan stasiun-
stasiun pengamatan tertentu pada daerah tersebut yang dianggap mewakili
keseluruhan daerah yang akan dipetakan.

1.2.Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari diadakannya Fieldtrip ini adalah untuk mengetahui
bentuk butir dari setiap material sedimen serta proses pembentukan dan
transportasi dari material sedimen tersebut.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui mekanisme transportasi dari material sedimen.
2. Mengetahui ukuran butir dari tiap perlapisan sedimen
3. Mengetahui fasies berdasarkan analisis ukuran butir sedimen pada
daerah penelitian.

1.3.Lokasi Penelitian
Lokasi tempat praktikum geologi laut dikelurahan pantoloan kecamatan
Taweli, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah Adapun praktek lapangan
dilakukan pada :
Hari : Jumat - Minggu
tanggal : 13 April 2019
Jam : 16.00 - selesai

2
Ket. Lokasi Praktikum

Gambar 1.1.Peta Tunjuk Lokasi Praktikum Lapangan Sedimentologi()

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan
(Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan
sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang
kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada
akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen
adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara
mekanik maupun secara kimia dan organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen
batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain :
 Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh
material-material asalnya.Komposisi mineral-mineral batuan
sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung
dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
 Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga
bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut.
Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang
dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
 Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun
yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah
media air.Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan
terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk

4
dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap
butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat
terhadap batuam sedimen.
 Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga
berada di bawah titik daya angkutnya.Ini biasa terjadi pada cekungan-
cekungan, laut, muara sungai, dll.
 Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari
material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi
berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
 Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan
terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses
pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana
material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang
mengisi pori-pori antara butir sedimen.
 Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh
pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi
adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam
batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif
rendah.
 Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan
berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang
disebabkan oleh kimia dan fisika.

b. Secara Kimia dan Organik

5
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau
akumulasi dari sisa skeleton organisme.Sedimen kimia dan organik
dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya
dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia,
dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu
sedimemen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti.Kita mengacu
kepada badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai
bentuk.Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic,
struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan.Sebuah bentuk sedimen
dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki
pengaturan karakteristik properti.Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti
warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen.Biogfacies didefinisikan pada
karakteristik palentologi dasar.Inti penekanannya adalah bahwa lingkungan
depositional menghasilkan bentuk sedimen.Karakteristik properti dari bentuk
sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian
dalam sejarah bumi.Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian
kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk sedimen
memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan pengendapan.
Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen memperkenankan kita
menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu. Untuk menentukan
perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan
kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang
terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi,
petrologi, geokimia, dan sebagainya.Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu
pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah
diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama karena
kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-

6
ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah
ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat
berhubungan antara satu dengan lainnya.Sedimentologi perhatiannya tertuju pada
pembentukan batuan sedimen.Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu
dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan
sedimen.Tektonik lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.

2.2. Struktur Sedimen


Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi
penampakan dari perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan
dan/atau juga modifikasi dari perlapisan yang disebabkan proses baik selama
pengendapan berlangsung maupun setelah pengendapan berhenti. Oleh sebab itu
perlu kiranya dijelaskan dulu apakah sebenarnya yangdimaksud dengan perlapisan
(bedding) itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasan struktur sedimen.
Sebenarnya belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak,
walaupunsebenarnya istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam pemerian
runtunan sedimen. Difinisi yang paling luas digunakan adalah yang diusulkan Otto
(1938), suatu perlapisan tunggal adalah satuan sedimentasi yang diendapkan pada
kondisi fisik yang tetap konstan. Sejalan dengan itu mengartikan perlapisan sendiri
sebagai bidang-bidang permukaan pengendapan yang disebabkan oleh suatu
perubahan rezim sedimentasi dari waktu ke waktu.Perubahan ini meliputi:

A. Perubahan fisik:
1. perubahan butir, termasuk bentuk, ukuran, orientasi, kemasan dan
komposisinya.
2. perubahan ragam batuan, misalnya dari batugamping kemudian
napal.
3. Perubahan warna walaupun masih mempunyai komposisi yang sama.
B. Perubahan kimia.

7
Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan
temperatur,tekanan, dan konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan
juga.
C. Proses biologi.
Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan
menyebabkan perlapisan. Walaupun organisme yang mati tidak tersisa
sebagai fosil (cacing misalnya) tetapi jejaknya kemungkinan akan
ditemukan.
Studi struktur sedimen paling baik dilakukan di lapangan (Pettijohn,
1975), dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu:
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena
proses sedimentasi dapatmerefleksikan mekanisasi pengendapannya.
Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang
siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 :
47).
Struktur Primer adalahStruktur yang terbentuk ketika proses
pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin
dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primerini penting
sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang
tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.Struktur yang terbentuk
sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk
lapisanmendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi
silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak.
(Mohamed, 2007).
A. Cross Bedding (Perlapisan Silang)
Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk
sruktur penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang
lainya, atau lapisan batuan yang lebih mudamemotong lapisan batuan
yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh Pettijohn
(1972)sebagao struktur yang membatasi suatu unit sedimentasi dari

8
jenis yang lain dan dicirikandengan perlapisan dalam atau laminasi
disebut juga dengan foreset bedding miring ke permukaan bidang
akumulasi (deposisi).
B. Graded Bedding (Perlapisan Bersusun)
Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang
menunjukan perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang
membentuk suatu lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk karena
adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi saat terjadinya
pengendapan pada sedimen tersebut.
Sedimen yang memiliki ukuran butir lebih dahulu mengendap
dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran yang lebih kecil
sehingga struktur graded bedding akan selalu menunjukan sturktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang
dijumpai akan semakin kecil.
C. Parallel Laminasi (Perlapisan Sejajar)
Parallel Laminasi adalah struktur primer lapisan sedimen yang
sejajar.
D. Riple Mark (Gelembur Gelombang)
Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang
menunjukan adanya permukaan seperti ombak yang disebabkan adanya
pengikisan oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan
sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air
dan angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau angin
sehingga menyisahkan cekungan-cekungan yang membentuk seperti
gelombang.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau
pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan
pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan
organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik

9
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca,
cacing atau binatang lainnya. Antara lain: kerangka, laminasi
pertumbuhan.Jenis-jenis struktur sedimen :
1) struktur sedimen biogenik, merupakan struktur yang dibentuk
dikarenakan aktivitas organisme, contohnya adalah bioturbasi
Struktur biogenic: trace fossil Trace fossil terbagi menjadi 2
kelompok yaitu:
 Trace fossil yang dibentuk oleh organisme epibentik pada
permukaan sediment (track dan trail).
 Trace fossil yang dibentuk oleh organisme endobentik di dalam
sediment (burrow).
2) Struktur sedimen pra pengendapan, yaitu struktur yang terbentuk
sebelum pengendapan berlangsung, contohnya adalah struktur-struktur
erosional
3) Struktur sedimen saat pengendapan (depositional sedimentary
structure), yaitu struktur yang terbentuk selama proses pengendapan,
contohnya adalah perlapisan, laminasi, crossbeding, dan lain-lain.
 Struktur Perlapisan: Struktur ini dikatakan perlapisan dikarenakan
mempunyai jarak lapisan >1 cm struktur ini terbentuk karena
pengaruhendapan lapisan atau arus gelombang yang tenang
dan pengendapan yang lama.
 Struktur Laminasi: Struktur ini hampir sama dengan perlapisan
namun yang membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang
dari 1 cm. Biasanya struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis
sediment yang cepat dengan media pengendapan yang tenang.
4) Struktur sedimen setelah pengendapan, yaitu struktur sedimen yang
terbentuk setelah pengendapan berhenti, contohnya adalah nendatan
atau slump.
5) Struktur sedimen lain-lain, yaitu struktur sedimen yang terbentuk selain
dari 3 proses yang telah disebutkan diatas, misalnya: rain drop &mud
crack. Struktur sedimen merupakan data dinamis yang sangat berguna

10
untuk mengidentifikasi lingkungan pengendapan. Struktur sedimen
oleh proses fisika sebelum,selama dan sesudah sedimentasi. Proses
tersebut disebabkan antara lain oleh :
a. Arus fluida
b.Aliran massa
c. Transportasi oleh agen erosi (angin,salju)
d.Proses biogenik
e. Proses kimia
f. Proses fisika Struktur sedimen mencerminkan kondisi lingkungan
saat sedimentasi dan perubahan- perubahan yang mengontrolnya,
dan karena itulah struktur sedimen mempunyai banyak kegunaan,
antara lain yaitu :
a) Interpretasi lingkungan pengendapan (mekanisme transport,
arah aliran, kedalaman, kekuatan angin & kecepatan relative
arus, tektonik sedimentasi, dan kondisi lingkungannya itu
sendiri.)
b) Menentukan bagian atas dan bawah lapisan yang terdeportasi.
c) Menentukan paleogeografi dan arus purba suatu daerah.

A. Klasifikasi Struktur Sedimen


1. Struktur erosi : merupakan struktur yang terbentuk akibat oleh erosi
aliran fluida dan aliran sedimen sebelum pengendapan diatas bidang
lapisan. Jenis struktur erosi antara lain sole mark (flute cast, groove
cast) dan channels and scours.
a. Sole Mark : Struktur sedimen yang terdapat pada bagian atas
atau dasar suatu lapisan (Boggs, 1992) Berbentuk cetakan positif
pada batu pasir atau yang lebih kasaryang menindih batuan yang
lebih halus. Sole mark ini biasanya ditemui pada batuan sedimen
yang telah mengalami pembalikan Gambar 1 : Sole mark yang
mengalami pembalikan

11
b. Flute cast : berbentuk seperti sole mark yang ujungnya seperti
jilatan api. Biasanya ditemukan pada batupasir turbidit
(Tucker,1991)
c. Groove cast
Tampak sebagai tonjolan rektilinier, membundar hingga
berpuncak tajam, serta terletak pada bidang perlapisan bawah
batupasir. Sebagian groove cast berkelompok dan
memperlihatkan adanya himpunan tonjolan dan lekukan yang
dapat dipandang sebagai groove cast orde-2. Sebagian himpunan
groove cast orde-2 itu memperlihatkan pola divergen dan
tersebar secara simetris di kedua sisi groove cast utama. Struktur
itu diperkirakan terbentuk akibat terjadinya pengisian lekukan-
lekukan yang terbentuk pada lumpur keras oleh berbagai benda
yang bergerak. Struktur seperti itu disebut juga struktur seretan
(Kuenen, 1957).
Groove cast umumnya muncul berkelompok. Lebih dari
satu himpunan groove cast biasanya terlihat pada bidang yang
sama, dimana himpunan kedua memotong himpunan pertama
dengan sudut pemotongan yang lancip. Sebagian himpunan
groove cast biasanya terhapuskan oleh himpunan groove cast
kedua. Dalam satu himpunan groove cast, hanya akan ada
sedikit bahkan mungkin tidak ada deviasi azimuth. Groove cast
jarang muncul secara bersama-sama dengan flute cast; kedua
struktur itu agaknya bersifat ekslusif satu terhadap yang lain.
Individu-individu groove cast memperlihatkan relief hanya
sekitar 1 atau 2 mm, sangat lurus, dan dalam kebanyakan
singkapan tidak memperlihatkan titik awal maupun titik akhir.
Asal-usul groove cast telah menjadi teka-teki selama
beberapa lama. Groove cast merupakan struktur yang dihasilkan
oleh arus. Orientasi groove cast berkorelasi sangat baik dengan
arah arus sebagaimana yang diindikasikan oleh struktur lain.

12
Selain itu, bukti bahwa groove cast merupakan suatu tool mark
terbukti dari fakta yang sangat jarang ditemukan, yaitu
adanya partikel pasir atau fragmen rangka binatang pada ujung
hilir dari groove cast. Walau demikian, detil-detil dinamika
pembentukan groove cast masih belum jelas. Sebagian
besar benda yang diangkut oleh arus bergerak dengan cara
menggelundung atau melonjak-lonjak, sebagaimana yang
diindikasikan oleh berbagai tipe jejak tumbukan. Pembentukan
groovecast, di lain pihak, memerlukan adanya kontak menerus
antara “alat” dengan dasar, bahkan memerlukan adanya tekanan.
Selain itu, sebagaimana diindikasikan oleh groove
berornamen,―alat‖ itu tidak melakukan pergerakan rotasional.
Eddy menghasilkan flute, bukan groove. Dengan demikian,
mekanisme pembentukan groove belum dipahami sepenuhnya.
Adanya himpunan-himpunan groove cast yang saling
memotong juga merupakan sebuah masalah tersendiri. Groove
diasumsikan terbentuk oleh arus turbid yang bergerak sebagai
aliran pekat menuju bagian bawah lereng. Namun, jika suatu
himpunan groove merekam pergerakan ke bagian bawah lereng,
maka himpunan yang lain tidak akan merekam pergerakan ke
arah bagian bawah lereng.
Karena sering ditemukan, groove merupakan salah satu
indikator arus purba yang sangat bermanfaat. Walau demikian,
groove hendaknya digunakan bersama-sama dengan struktur
lain, groove hanya memberikan informasi mengenai azimuth,
namun tidak memberikan informasi mengenai arah aliran.
d. Channels and scours : terdapat hampir di semua lingkungan
pengendapan. Tampak sebagai permukaan erosi pada dasar
lapisan, dan dikenali dengan mudah karena memotong
bidang perlapisan. Batuannya lebih kasar disbanding batuan

13
sekitarnya. Dalam suatu channel kemungkinan dijumpai struktur
silang siur.
2. Struktur Pengendapan merupakan struktur sedimen syndepositional,
struktur yang sering dijumpai yaitu perlapisan-laminasi, silang siur,
gelembur gelombang, lapisan bergradasi,lapisan massif, dune,
antidune, dll. Yang akan dijelaskan adalah 4 struktur pertama.
a. Perlapisan dan laminasi: berdasarkan hokum horizontalitas,
sedimen diendapkan secara horizontal danmembentuk lapisan-
lapisan karena adanya perbedaan litologi. Struktur ini merupakan
penciri dasar batuan sedimen. Perlapisan adalah lapisan sedimen
yang ketebalannya diatas 1cm, sedangkan yang kurang dari 1cm
adalah laminasi. Kumpulan lapisan datar yang mempunyai
kesamaan karakteristik disebut bedsets. Bedsets ada 2 yaitu planar
bedsets dan composite bedsets.
b. Perlapisan silang : perlapisan yang menunjukkan adanya sudut
yang jelas antara layer-layer internal dengan bidang batas
perlapisan. Apabila yang bersilang adalah lapisan, disebut
cross- bedding. Bila laminasi, disebut cross lamination (Lewis and
McConchie, 1994). Perlapisan silang ada 2 jenis, yaitu planar dan
trough.
c. Perlapisan gradasi : perlapisan yang ukuran butirnya berubah
secara gradasi. Jika yang terjadi adalah menghalus ke atas, maka
disebut nirmal grading. Sebaliknya, bila mengkasar ke atas disebut
inverse grading.
d. Perlapisan massif: adalah perlapisan yang tidak menunjukkan
adanya struktur dalam tubuh perlapisannya.Perlapisan ini terjadi
akibat pengendapan yang begitu cepat, gelontoran hasil endapan
densitas tinggi, atau endapan hasil gravitasi.
3. Struktur Pasca Pengendapan merupakan struktur ini terbentuk setelah
pengendapan terjadi, hasil dari proses deformasi sebelum terjadi
pembatuan secara sempurna. Struktur yang terbentuk antara lain yaitu :

14
slide and slump, convolute bedding, load cast, stylolite, sandstone dykes,
dish and pillar dan sheet dewatering.
a. Slide and slump: gerakan massa diatas bidang gelincir disepanjang
lereng yang menimbulkan sedikit deformasi pada tubuh sedimennya
(Tucker, 1991). Lipatan, sesar naik dan breksiasi secara keseluruhan
dapat terjadi pada proses slump. Slide akan menghasilkan lipatan
synsedimentary (potter and Pettijohn, 1977). Gerakan slump akan
menghasilkan lipatan dan patahan.
Lipatan yang bentuknya tidak teratur dan menyebar ke segala arah
disebut convolute. Struktur ini hanya terletak di atas bidang
perlapisan (Tucker,1991). Genesanya belum dapat dipastikan,
namun kemungkinan terjadi akibat perbedaan aliran secara vertical
dan lateral.lipatan menghasilkan antiklin dan sinklin, biasanya
antiklin dimanfaatkan untuk mendeteksi prospek hidrokarbon.
b. Load cast: struktur sole mark yang terjadi akibat pembebanan dan
perbedaan antara densitas yang kontras. Biasanya terjadi pada
batupasir yang dibawahnya adalah batulumpur. Batu pasir sebagian
akan menyusup ke dalam batulumpur akibat pembebanan.
c. Dish and pillar : struktur sedimen yang sering dijumpai secara
bersama-sama. Dish (mangkok) terlihat seperti laminasi tipis dan
cekung bila dilihat secara vertical. Pillar hamper sama dengan dish,
namun struktur ini memotong lapisan batupasir secara vertikal
(Boggs,1992). Terbentuk akibat lepasnya air dari tubuh batuan
akibat pengendapan yang cepat.
4. Struktur biogenik merupakan struktur biogenik sebenarnya masuk ke
dalam ranah ichnology (Collinson & Thompson, 1982). Struktur ini
dapat menunjukkan lingkungan pengendapan, tingkat dan proses
sedimentasi (Compton, 1985) Binatang dapat meninggalkan jejak
dengan cara menyentuh, menapak, bergerak melintasi, makan pada
permukaan sedimen, member/melubangi endapan sedimen untuk
mencari makanan, menggali lubang untuk hidup dan membentuk suatu

15
bentukan setelah keluar dari lubang sedimen (Compton, 1985). Terdapat
3 aspek klasifikasi fosil jejak (Collinson & Thompson, 1982), yaitu :
a. Aspek morfologi: identifikasi berdasarkan morfologi dan
penamannya sesuai nomenklatur biologis (ichnogenus dan
ichnospecies), acuannya adalah ukuran, cara hidup dan preservasi.
b. Aspek preservasi-sedimentologi: identifikasi morfologi, model,
posisi, dan proses preservasi.
c. Aspek cara hidup-lingkungan : berdasarkan cara hidup (cubichnia,
repichnia, dll) Fosil selain dapat menunjukkan lingkungan
pengendapan ternyata dapat dipakai untuk mengetahui sedimentasi
apakah berlanjut atau tidak. Fosil juga dapat
mendokumentasikan perilaku makhluk hidup yang telah punah dan
juga organism yang tidak mempunyai bagian tubuh yang keras.
Selain itu dapat menunjukkan penunjuk arah atas suatu lapisan.
5. Interpretasi Arus Purba
Struktur sedimen dapat menunjukkan indikasi arus purba, yaitu
paleoslope, arah/pola penyebaran sedimen, hubungan arus purna dengan
geometri satuan batuan dan lokasi sumber sedimen.Interpretasi tersebut
juga dapat memiliki arti ekonomis, misalnya untuk
mengetahui penyebaran placer deposit (Graham, 1988) Sebelum
melakukan interpretasi arus purba, harus diteliti dahulu struktur yang
menunjang dan genesa dari struktur tersebut. Selain itu penampang 3D
lapisan sedimen harus diketahui untuk diukur plunge, dip, strike, dll. Jika
kemiringan kurang dari 15 derajat dan batuan belum mengalami
deformasi, maka bisa diukur dengan kompas.Jika kemiringannya lebih
dari 15 derajat, kemungkinan telah terkena struktur geologi, maka harus
diidentifikasi dahulu strukturnya.Arus purba dapat ditentukan melalui
dip-strike, atau pula dip-plunge.
6. Interpretasi Current Ripple
Ripple dan dune merupakan kenampakan undulasi pada pasir
kasar-sedang. Biasanya dihasilkan oleh arah angin/air yang tidak searah.

16
Ripple memiliki panjang kurang dari 50cm dan tingginya 0,5 – 3 cm,
sedangkan dune lebih dari itu (Collinson and Thompson, 1982).
7. Mekanisme Transportasi Sedimen
Ada dua kelompok cara mekanisme transportasi sedimen dari
batuan induknya ke tempat pengendapannya, yakni supensi
(suspendedload) dan bedload transport. Berikut ini akan diterangkan
keduanya, yaitu:
 Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam
suspensi, jika arus cukup kuat.Dalam kenyataannya yang terjadi di
alam hanya material halus saja yang dapat diangkut suspensi.Sifat
sedimen dari hasil pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan
butir yang buruk. Ciri yang lain dari jenis ini adalah butir sedimen
yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
 Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, endapan
sedimen dapat dibagi menjadi endapan arus traksi, endapan arus
pekat (density current) dan endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen
yang berada didasar.Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari
pada yang lainya seperti pasang-surut air laut atau angin. Sifat-sifat
dari sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa
pasir yang berstruktur silang siur yaitu:
1. pemilahan baik
2. tidak mengandung masa dasar
3. ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau
ke bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun
(graded bedding).

17
Sistem arus yang pekat dihasilkan dari kombinasi antara
suspensi dan arus traksi.Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu
endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan struktur
silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan
karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini disebabkan karena
perlapisan panas, turbiditi dan terdapat perbedaan kadar garam.
Karena gravitasi, maka media yang lebih pekat akan bergerak
mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, turbiditi
merupakan aliran arus pekat di dalam cairan. Sedangkan arus yang
sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes (wedus gembel)
suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan suspensi
pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang
dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam.
Selley (1988) membuat hubungan antara proses sedimentasi dan
jenis endapan yang dihasilkan.
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak
hanya dikuasai oleh mekanisme tertentu saja, contohnya yaitu arus
pekat saja atau arus traksi saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme.Dalam berbagai hal, merupakan
gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu
yaitu:
1. sistem arus traksi dan suspensi
2. sistem arus turbit dan pekat
3. sistem suspensi dan kimiawi.
Setiap jenis struktur sedimen terbentuk karena pengaruh dari
dalam dan luar tersendiri. Sehingga untuk mengetahui data di
lapangan dibutuhkan cara tersendiri. Berikut ini adalah beberapa
contoh pemerian struktur sedimen di lapangan.
 Perlapisan
Amati besar butir, ketebalan, hadir tidaknya lineasi arus primer
dan lineasi sebagian (upper flow regime), kehadiran perarian

18
lempung atau lanau (lower flow regime). Catat apabila
ada perubahan ke struktur sedimen yang lain, dan catat juga arah
arus primer.
 Silang siur
Mengukur ukuran butir, arah dan kemiringan silang siur, arah
dan kemiringan perlapisan, ketebalan, jika pada bidang datar catat
arah bidang bagi mangkok dan arah gerakannya, keadaan sentuhan
alas dari foreset strata, keadaan permukaan bagian bawah, gambaran
interfal dari cross-strata (ketebalan, permukaan aktif kembali,
slumped forset clay, bersusun, regressive riples atau carbonaceous
drapes dll.); keadaan dan ketebalan coset, peralihan ke struktur
sedimen lain.
 Ripple bedding
Mengukur ketebalan set dan coset, ukur tinggi, arah dan
kemiringan cross-beds dan panjang gelombang kalau terekam ripple
bedform; kalau dalam bidang datar catat bentuk ripplenya, curvative,
panjang crest, bifurcation dll.; mengukur parameter yang berbeda
seperti bentuk simetri, planed ripple, flaser-bedding, tulang ikan,
ladder ripple dll.
 Struktur Sedimen Biologi
Aplikasi struktur sedimen Seperti dijelaskan di depan bahwa
pada hakekatnya struktur sedimen adalah bentuk kelainan dari
perlapisan normal. Kelainan ini disebabkan berbagai ragam
penyebab yang belum semuanya dapat dijelaskan. Penyebab
kelainan-kelainan inilah kita dapat mempelajari
proses pengendapan batuan yang mengandung struktur sedimen
tersebut.
Analisa struktur sedimen membutuhkan beberapa tahapan
(Selley, 1988): pengukuran struktur sedimen di lapangan,
 Pemilihan (deduksi) arus purba (palaeocurrent),
 Manipulasi data arus purba dan

19
 Pemilihan (deduksi) lereng purba (paleoslope).
Pemilihan pertama, beberapa jenis struktur sedimen tidak
menunjukan arah arus yang sebenarnya.Silang-siur (foresets) sering
membuat sudut atau bahkan tegak lurus dengan arus sebenarnya,
bahkan antidune dapat memberikan gambaran yang terbalik dengan
arus sebenarnya.Sebelum diukur, struktur sedimen harus
diperhatikan dengan saksama di lapangan untuk diketahui jenis dan
penyebabnya.Sedangkan pemilahan terakhir dimaksudkan
pembototan pada setiap jenis struktur sedimen.Silang siur dapat
memberikan gambaran arus lokal dibandingkan dengan dune yang
regional.Akan tetapi dune lebih lokal dibandingkan struktur alur
sungai (channel).
Pemanfaatan struktur sedimen, terutama yang dibentuk oleh
aktifitas organisme, sudah sejak lama dipergunakan sebagai
indikator penentuan lingkungan pengendapan batuan
sedimen. Jejak binatang akan banyak ditemukan pada daerah yang
sering terbuka (tidak dibawah air), penggalian binatang akan banyak
ditemukan di daerah yang selalu di bawah air. Daerah dimana energi
tinggi, maka galian akan cenderung mendatar; sebaiknya yang
energinya relatif rendah binatang akan cenderung menggali tegak
lurus dasar air.

2.3 Metode Penyamplingan Data


(pengantar)
2.3.1 Measuring Section (MS)
Measuring section (MS) adalah suatu penampang atau kolom yang
menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang secara sengaja telah
dipilih dan di ukur untuk mewakili daerah tempat di adakannya
penelitian.Metode ini dapat menggambarkan bagaimana hubungan antar
lapisan batuan serta proses-proses geologi yang pernah terjadi pada daerah
tersebut. Penampang stratigrafi terukur (measured stratigraphic section)

20
adalah suatu penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi
stratigrafi suatu jalur, yang secara sengaja telah dipilih dan telah diukur
untuk mewakili daerah tempat dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur
yang diukur tersebut dapat meliputi satu formasi batuan atau lebih.
Sebaliknya pengukuran dapat pula dilakukan hanya pada sebagian dari
suatu formasi, sehingga hanya meliputi satu atau lebih satuan lithostratigrafi
yang lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan beberapa
perlapisan saja.
Hukum-hukum Stratigrafi
1. Hukum Superposisi (Nicolas Steno,1669)
Dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang
terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding lapisan diatasnya
selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi.
2. Hukum Horizontalitas (Nicolas Steno,1669)
Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau
perubahan, sedimen terendapkan secara horizontal
3. Original Continuity (Nicolas Steno,1669)
Batuan sedimen melampar dalam area yang luas di permukaan
bumi.
4. Uniformitarianism (James Hutton, 1785)
Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa
geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang
mengendalikan peristiwa pada masa kini. Hukum ini lebih dikenal
dengan semboyannya yaitu “The Present is the key to the past.”
Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat
sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi
masa lampau.
5. Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)
Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan
fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan Fosil
yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan

21
atasnya. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan
(terlindih) dengan fosil yang ada sesudahnya, dengan kenampakan
fisik yang berbeda (karena evolusi). Perbedaan fosil ini bisa
dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam lithostratigrafi atau
dalam koreksi stratigrafi.
6. Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)
Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan
melihat kandungan fosilnya yang khas
7. Facies Sedimenter (Selley, 1978)
Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang
merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan yang tertentu.
Aspek fisik, kimia atau biolog suatu endapan dalam kesamaan waktu.
Dua tubuh batuan yang diendapakan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda fsies apabila kedua batuan tersebut berbeda fisik, kimia atau
biologi (S.S.I.)
8. Cross-Cutting Relationship (A.W.R Potter & H. Robinson)
Apabila terdapat penyebaran lap. Batuan (satuan lapisan batuan),
dimana salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain,
maka satuan batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda dari
pada satuan batuan yang di potongnya.

9. Law of Inclusion
Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak,
menelan fragmen2 besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing
yang tidak meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam
suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah
fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang
mengandung fragmen inklusi, lebih muda dari batuan/lapisan batuan
yang menghasilkan fragmen tersebut.

22
2.3.2 Test Pit
Test Pit merupakan salah satu cara dalam pencaraian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumut uji
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih ( > 2,5 m ). Pada umumnya
suatu deretan ( series ) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan
dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Atau dengan kata lain
Test Pit adalah suatu cara pengambilan conto dngan jalan membuat sumuran
yang dapat dikombinasika dengan Channel Sampling.
Sumur uji ini umumnya dilakukan pada eksplorasi endapan – endapan
yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan – endapan berlapis.
 Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untu mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, varisai litologi atap dan
lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal,
serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang
dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat ( vein ).
 Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan ( laterik atau residual
), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas – batas zona
lapisan ( zona tanah, zona residual, zona laterik ), ketebalan masing –
masing zona,

Variasi vertikal masing – masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat
dilakukan pemodelan bentuk endapan.

2.4. Aplikasi Sedimentologi


Sebagai ilmu pengetahuan sedimentologi sangat erat berhubungan dengan
tiga ilmu dasar: biologi, fisika mupun kimia. Biologi, yang mempelajari
binatang dan tetumbuhan, dapat mempelajari sisa kehidupan masa silam yang
sudah menjadi fosil. Ilmu ini dikenal dengan nama paleontologi. Paleontologi
sangat bermanfaat dalam studi stratigrafi, terutama dalam penentuan umur
runtunan batuan berdasarkan kandungan fosilnya (biostratigrafi) dan kaitannya

23
dengan litostratigrafi. Hal ini sangat berguna bagi analisa struktur dan
sedimentologi regional. Selain itu paleontologi juga melukan studi lingkungan
purba dimana fosil itu hidup dan berhubungan dengan kehidupan lainnya. Studi
lingkungan kehidupan fosil secara mendalam akan dapat membantu mengetahui
cuaca, musim, bahkan kecepatan arus dan pengendapan batuan yang menyertai
fosil tersebut.
Sedimentologi telah memberikan kontribusi ke berbagai bidang, baik
dalam pemanfaatan kekayaan alam maupun perekayasaan lingkungan. Banyak
ahli sedimentologi datang dari usaha minyak bumi dan sedikit dari usaha
tambang lainnya. Selain itu, berikut adalah aplikasi ilmu sedimentologi dalam
berbagai bidang :
1. Fossil fuel/oil and Gas industries, hampir semua minyak dan gas bumi
serta batubara terbentuk pada batuan sedimen. Beberapa bagian dari
sedimentologi yang sangat penting dalam industri minyak dan gas
bumi:
 Depositional environment => sediment body geometry
=> reservoir heterogeneity => petrophysics => exploration and
production strategy
 Transportation processes => hydrodynamics => forward
prediction of texture =>reservoir quality &
distribution =>exploration and production strategy
 Diagenesis/lithification processes => basin fluid-flow & burial
history => petroleum system analyses => exploration and
production strategy
 Depositional environment tends to become a template, no
respect on processes-response analyses =>mis-interpretation=>
failure in exploration and production strategy
2. Industri Mineral, beberapa mineral bijih terbentuk pada endapan
sedimen dengan kondisi lingkungan tertentu.

24
3. Mineral Industri, beberapa mineral industri yang penting terbentuk dari
proses pementukan batuan sedimen, seperti mineral lempung (kaolin,
bentonit dsbnya), pasir kuarsa, batugamping
4. Problem keteknikan, konstruksi bendungan, jalan raya, erosi pantai,
sedimen transport di kawasan pantai dan pekerjaan teknik lainnya.
5. Eksplorasi keberadaan air tanah.

25
BAB III
METODOLOGI

3.1.Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum, sebagai berikut :
1. Rol meter
2. Kompas
3. Sekop
4. Sendok semen
5. Kantong sampel
6. Spidol permanent
7. Penggaris
8. Karung
9. Alat tulis
10. Buku catatan lapangan
11. Larutan HCL
12. Tabel Measuring Section (MS)

3.2. METODE PENGUKURAN


Metode untuk pengukuran ukuran butir ialah dengan pengambilan
sampel (sampling) yaitu dengan melakukan tespit berukuran 2x2 m, yang
kemudian di lakukan pengambilan data-data seperti pengukuran tebal lapisan,
deskripsi litologi, sketsa dan pengambil sampel.

3.3 LANGKAH KERJA


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
 Memilih sampel material yang akan diukur dari satu sisi test pet.
 Mempersiapkan alat dan bahan.
 Mengerinkan material pasir.

26
 Memisahkan material pasir dengan sekat silang intuk mendapatkan hasil
yang refresentatif.
 Mengambil material pasir yang telah dipisahkan dengan ukuran berat 100
gram.
 Setelah diukur material batuan kemudian dimasukkan kedalam alat
pengayak dengan waktu ayakan sekitar 10 menit..
 Setelah dilakukan pengayakan , material kemudian dipisahkan
berdasarkan ukuran dari setiap mesh.
 Mengukur berat dari setiap material berdasarkan ukuran mesh.
 Selanjutnya untuk setiap lapisan dilakukan urutan perlakuan yang sama.

27

Anda mungkin juga menyukai