Anda di halaman 1dari 34

SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI

Posted on 31 Juli 2012


1. PENGERTIAN SEDIMENTOLOGI
adalah Ilmu yang mempelajari mengenai tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan
pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan laut
hingga membentuk batuan sedimen.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air , angin ,
es , atau gletser di suatu cekungan atau proses penimbunan atau terakumulasinya partikel atau
komponen sedimen dalam suatu tempat yang biasanya berbentuk cekungan dengan mengalami
beberapa proses terlebih dahulu.

batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik
secara mekanik maupun secara kimia dan organik.

Pembagian
Terrigenous Clastic Sedimentary Rock

konglomerat
- Chemical Sedimentary Rock

batuan

sedimen:

Rijang
- Bio-Chemical Sedimentary Rock

Coquina
- Precipitate Sedimentary Rock

Iron stone
- Volcanoclastic Sedimentary Rock

Tuffa
Adapun lingkungan pengendapan dibagi menjadi tiga wilayah:

1.
Lingkungan
pengendapan
Continental
yaitu
lingkungan
pengendapan
yang
berada
di
daratan
atau
benua
2.
Lingkungan
pengendapan
Transitional
yaitu lingkungan pengendapan yang berada di batas antara daratan dan laut
3.
Lingkungan
pengendapan
Marine
yaitu lingkungan pengendapan yang berada di laut
Proses-proses
1. Pelapukan

yang

berperan

dalam

sedimentasi

Batuan asal atau Source rock yang dapat berupa batuan Beku,Sedimen,Metamorf yang
mengalami pelapukan yang di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,faktor fisik,faktor kimia
dan
faktor
biologi.
faktor fisik
: suhu(baik panas maupun dingin),tekanan dan kelembaban

faktor
kimia
:
kadar
keasaman/pH,hidrolisis,oksidasi
dll
faktor biologi : pelapukan akibat adanya aktifitas makhluk hidup seperti akar tanaman yang
masuk
kedalam
batuan
dan
pembuatan
lubang
oleh
binatang.
2. Erosi

Setelah batuan asal melapuk,kemudian sedikit demi sedikit terjadi penggerusan atau erosi pada
surface.
3. Transportasi

Batuan yang telah tergerus dan menghasilkan butiran atau partikel, kemudian partikel tersebut di
bawa/di transportkan menuju lingkungan pengendapan oleh beberapa faktor, yaitu air,angin dan
es.
4. Sedimentasi

Yaitu
peristiwa
5. Litifikasi

terakumulasinya

partikel-partikel

pada

suatu

tempat.

Peristiwa pembatuan atau pemadatan sedimen yang di pengaruhi oleh tekanan.


a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang
penting antara lain :
Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya.
Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi,
tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengandapan :

Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan
Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang
dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang
paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi
perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness.
Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai
macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya
angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen sendiri,
sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material
sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi
dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara
butir sedimen.
Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga
terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral
dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton
organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan,
seperti halnya dengan sedimen mekanik.

Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis
parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur,
struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari
batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh
lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen
dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan
karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur,
dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar. Inti
penekanan adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik
properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi.
Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala pengamatan dan
interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika
lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu. Untuk
menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan
kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus pada aspekaspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya.
Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik
analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang
sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ideide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu
multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara
satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen.
Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di
dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik
tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk mengumpulkan data dan bukti pada
sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;

Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;Deskripsi batuan inti
(dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon)
o Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan,
lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit

Sequence stratigraphy

o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom

Menggambarkan lithology dari


batu;Menganalisis geokimia dari
batuGeokimia
isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia batu,
dan kemiripan dengan daerah sumber.
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir, bentuk
butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi sedimen

Lingkungan Sedimen dan Fasies


Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan
kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena
itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh,
lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan
material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel (Gambar 1.4). Ketika sungai banjir,
air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah banjir (floodplain) dimana
sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh
di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen (Gambar 1.5) channel dapat diwakili
oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh
pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur
dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah. Dalam deskripsi
batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering digunakan. Satu fasies
batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan kondisi terbentuknya
(Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua
karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam
menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi
lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai
jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang
terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai
laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan
lingkungan pengendapan. Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk
menentukan kondisi lingkungan ketika sedimen terakumulasi.

Gambar 1.4 Suatu lingkungan sedimen modern: channel sungai pasiran dan floodplain
bervegetasi (dekat Morondava, di bagian barat Madagascar).
Lingkungan Sedimen Modern dan Tua
Kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang bekerja dalam setiap tempat dan setiap waktu
adalah hal unik, produk proses-proses ini jenisnya tak terhingga. Dari sudut pandang ilmu
pengetahuan objektif, proses yang menentukan pembentukan batuan sedimen harus diteliti
berurutan untuk menentukan proses fisika yang terdapat di dalam lingkungan, sifat kimiawi air,
dan sebagainya. Untuk tujuan pelatihan kita dapat mempertimbangkan sejumlah lingkungan
prinsip yang memiliki karakterisitk yang dapat dikenali. Kategori-kategori lingkungan ini terdiri
dari anggota-anggota terakhir dan berada di sepanjang spektrum setting pengendapan.
Kemungkinan keberagaman dari karakter tipikal lingkungan tertentu tidak ada habisnya dan
juga mungkin ada situasi peralihan atau menengah (intermediate) di antara dua setting. Bahaya
kesalahan interpretasi (pigeon-holing) harus selalu dijaga dalam pikiran kita: suatu rangkaian
batupasir tipis dan lapisan batulumpur mungkin memiliki karakter umum pengendapan dalam
setting laut dalam tapi kehadiran rekahan-rekahan (dessication crack) dalam batulumpur akan
menjadi bukti jelas bahwa singkapan tersebut adalah singkapan darat (subaerial), tidak
konsekuen dengan pembentukan di dalam air dalam.
Cara untuk membahas lingkungan pengendapan adalah memulainya dari daerah pegunungan
dimana pelapukan dan erosi menghasilkan detritus klastik, dan turun hingga dasar laut dalam.
Karakter lingkungan kontinen, pantai (coastal) dan laut dangkal diantaranya dipengaruhi oleh
suplai detritus klastik, curah hujan, temperatur, produktivitas biogenik, topografi di darat dan

batimetri di laut. Beberapa proses mungkin sangat umum dalam banyak lingkungan yang
berbeda: pengendapan dari suspensi material berbutir halus membentuk lapis lumpur yang
mungkin terdapat di atas floodplain, di dalam danau, laguna, teluk tersembunyi (sheltered bays),
setting paparan bagian luar dan laut terdalam. Proses-proses yang unik untuk setting tertentu:
aliran bolak-balik (reversal) reguler berkaitan dengan aksi tidal adalah ciri unik lingkungan laut
dangkal dan pantai. Secara umum, kombinasi proses-proses dapat merupakan karakter tiap-tiap
setting pengendapan.
Asosiasi proses-proses pengendapan dapat merupakan karakteristik lingkungan pengendapan
yang berbeda dan memperkenankan kita mengenali sejumlah kategori lingkungan utama.

Gambar 1.5 Batuan sedimen yang diinterpretasikan sebagai endapan channel sungai (lensa
batupasir di bawah kaki) yang tergerus hingga batulumpur yang diendapkan di
Dengan dikemukannya doktrin uniformitarisme pada akhir abad ke 19 berdampak besar sekali
pada perkembangan ilmu sedimentologi ini. Hal ini terlihat jelas pada tulisan beberapa penulis,
seperti Sorby (1853) dan Lyell (1865) yang mengemukakan interpretasi modern tentang struktur
dan tekstur dari batuan sedimen. Sampai pertengahaan abad ke 20, sedimentologi lebih dikenal
hanya sebatas pada studi di bawah mikroskop, terutama untuk fosil. Dalam perioda itu mineral
berat dan penghitungan secara petrografis (point counting) berkembang dengan pesat. Secara
serentak, para ahli stratigrafi menemukan fosil-fosil kunci penunjuk umur batuan.
Para ahli geologi struktur mempunyai andil besar mendorong pengembangan ilmu
sedimentologi. Mereka menemui kesulitan dalam menentukan bagian atas dan bagian bawah
suatu lapisan yang sudah terlipat kuat sampai terjadi pembalikan lapisan. Beberapa struktur
sedimen seperti retakan (desiccation crack), silang siur dan perlapisan bersusun, sangat edial
untuk memecahkan persoalan ini (Shrock, 1948). Pada 1950an sampai awal 1960an berkembang
konsep tentang arus turbit. Sementara itu ahli petrografi masih sibuk menghitung zirkon dan ahli
stratigrafi sibuk pula mengumpulkan fosil sebanyak-banyaknya, ahli struktur geologi sudah
mulai bertanya berapa tebal runtunan endapan turbit ini di geosinklin. Pertanyaan ini
menyibukan geologiawan untuk mengetahui hasil endapan turbit pada setiap jenis.

Pendorong lain terhadap perkembangan sedimentologi datang dari perusahaan minyak, dimana
mereka mulai mencari jebakan stratigrafi. Pelopornya adalah American Petroleum Institute
dengan Project 51-nya, yang mempelajari secara multi disiplin dari sedimen moderen di Teluk
Meksiko. Kemudian kegiatan seperti ini diikuti oleh perusahaan lain, universitas dan institusi
oseanografi. Sehingga pada akhir 1960an sedimentologi sudah kokoh menjadi suatu cabang ilmu
pengetahuan sendiri.
Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan fisik ke arah
mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan penggunaan katadoluminisen
dan mikroskop elektron memungkinkan para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang
geokimia. Perkembangan yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara
diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan
batugamping.
Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan mikrosedimentologi.
Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke struktur sedimen. Di lain fihak,
mikrosedimentologi meliputi studi batuan sedimen di bawah mikroskop atau lebih dikenal
dengan petrografi.
SEJARAH SEDIMENTOLOGI
Pemelajaran sedimen sebagai disiplin tersendiri, terpisah dari stratigrafi, dimulai dengan
terbitnya surat terbuka Henry Clifton Sorby (1879) kepada Presiden Geological Society of
London yang berjudul On the structure and origin of limestones.
Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik penelitian batuan sedimen.
Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah satu teknik paling mendasar dalam penelitian
petrologi, baik penelitian petrologi batuan sedimen, maupun penelitian petrologi batuan beku dan
batuan metamorf.
Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli petrologi batuan beku,
khususnya para ahli petrologi Jerman seperti Rosenbusch dan Zirkel.
Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang menggeluti batuan sedimen. Hal
itu mungkin terjadi karena generasi ahli sedimen saat itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi,
bukan ahli petrologi sedimen atau ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa orang yang
dapat dipandang sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux dari Perancis. Studi sayatan
tipis batuan sedimen, yang pernah ditinggalkan, kini ini kembali mendapat perhatian yang cukup
serius dari kalangan.
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen lebih banyak menujukan
perhatian pada pemelajaran mineralogi sedimen, khususnya mineral berat (BJ > 2,85).
Studi mineral berat umumnya dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil penelitian Illing (1916),
yang m enunjukkan bahwa endapan sedimen dalam cekungan tertentu cenderung mengandung
kumpulan mineral berat tertentu, telah mendorong munculnya apa yang disebut sebagai korelasi

mineral berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral berat sebagai alat korelasi dan
penerapannya dalam korelasi bawah permukaan dalam kegiatan eksplorasi migas telah
menambah daya tariknya.
Puncak fasa perkembangan studi mineral berat ditandai dengan terbitnya Principles of
Sedimentary Petrography karya Milner (1922). Buku itu pernah dijadikan rujukan oleh para ahli
yang ingin mempelajari mineral detritus dalam pasir.
Makin lama pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli sedimen. Hal itu terjadi
karena:
(1)timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan pada kehadiran mineral berat
seperti yang diajukan oleh Sidowski dan Weyl;
(2)adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs sebagai alat korelasi
bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah yang mengakhiri era studi mineral berat.
Pada 1919, thesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and Laboratory Study of
Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of Geology.
Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada University of Iowa,
mengembangkan satu rancangan baru untuk meneliti material sedimen. Dia juga mampu
mendefinisikan kebundaran sebagai suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur.
Kuantifikasi sifat itu mampu menggantikan penilaian subjektif yang sebelum-nya digunakan oleh
para ahli sedimentologi dalam menentukan kebundaran.
Lebih jauh lagi, kuantifikasi memicu munculnya data kuantitatif serta memungkinkan
dilakukannya studi laboratorium terhadap proses sedimentasi, misalnya abrasi kerakal.
Dengan demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era pengukuran dan
percobaan terkontrol.
Lahirnya geokimia sebagai cabang ilmu geologi baru menyebabkan munculnya metoda dan
data observasi baru mengenai berbagai hal yang banyak menarik perhatian para ahli
sedimentologi.
Sebagian besar penelitian geokimia pada mulanya diarahkan pada penelitian kuantitatif untuk
mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia di alam, termasuk penyebarannya dalam batuan
sedimen. Lambat laun data tersebut menuntun para ahli untuk memahami apa yang disebut
sebagai siklus geokimia (geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang mengontrol
penyebaran unsur dan proses-proses yang menyebabkan timbulnya pola penyebaran unsur seperti
itu.
Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan sebuah jam dan
termometer yang pada gilirannya membuka era penelitian baru terhadap sedimen.

Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K, memungkinkan dilakukannya metoda


penanggalan langsung terhadap batuan sedimen tertentu.
Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada endapan resen. Metoda
40K/40Ar terbukti dapat diterapkan pada glaukonit, felspar autigen, mineral lempung, dan silvit
yang ditemukan dalam endapan tua. Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan
temperatur purba. Metoda Ureyberdasar-kan nisbah 16O/18O yang merupakan fungsi dari
temperaturdapat dipakai untuk menaksir temperatur pembentukan cangkang fosil yang ada
dalam endapan bahari.
Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang stabilitas mineral pada berbagai kondisi
oksidasi-reduksi (Eh) dan pH dilakukan oleh Garrels dan beberapa ahli lain (lihat Garrels &
Christ, 1965). Penelitian aspek-aspek geokimia sedimen banyak menambah pengertian kita
tentang endapan sedimen. Buku-buku yang membahas tentang topik-topik geokimia sedimen
antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya Degens (1965) dan Principles of Chemical
Sedimentology karya Berner (1971).
Gambaran tiga dimensional untuk mempelajari sedimen resen mendorong orang untuk meninjau
lebih jauh geometri dan penampang vertikal sedimen, baik sedimen resen maupun sedimen
purba.
Bentuk dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak menarik perhatian para
ahli dan telah dijadikan tema simposium pada 1960 (Peterson & Osmond, 1961). Demikian pula
dengan morfologi terumbu modern dan purba (lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin AAPG
vol. 34, no. 2).
Kecenderungan untuk mempelajari struktur sedimen mendorong para ahli untuk memahami cara
pembentukannya. Karena banyak diantara struktur sedimen itu terbentuk oleh arus, maka studi
hidrodinamika proses pembentukan sedimen dan struktur sedimen kemudian mendapat perhatian
khusus. Hal inilah yang mendorong terbitnya Primary Sedimentary Structures and Their
Hydrodynamic Interpretation (disunting oleh Middleton, 1965) serta sejumlah makalah penting
yang disusun oleh Allen (1969, 1970, 1971) dan beberapa ahli lain.
Ketertarikan pada geometri, urut-urutan vertikal, dan struktur sedimen menyebabkan terjadinya
perubahan besar dalam penelitian sedimen, yakni penekanan kembali pentingnya studi
mineralogi dan tekstur sedimen serta pengembangan studi struktur sedimen, geometri, dan uruturutan vertikal. Penelitian sedimen yang dipandang sebagai bentuk fusi dari stratigrafi dan
petrologi sedimen ini disebut sedimentologi (Doeglas, 1951).
Lahirnya sedimentologi telah menyebabkan bertambah luasnya ruang lingkup studi sedimen: dari
hanya sekedar studi lingkungan pengendapan menjadi studi cekungan.

Sejarah Sedimentologi Tahapan perkembangan Sedimentologi :

1.Tahap studi endapan sedimen sebagai satuan stratigrafi

2.Pengumpulan data batuan sedimen dan formulasi tafsiran-tafsiran tentatif


3.Lahirnya petrografi sedimen sebagai disiplin ilmu baru dengan penekanan pada studi sayatan
tipis sedimen purba dan analisis laboratorium mengenai tekstur dan mineralogi sedimen lepas.
4.Studi tiga dimensi sedimen serta analisis lingkungan berdasarkan geometri, penampang
vertikal dan struktur sedimen. Perkembangan ini meliputi studi lapangan dan laboratorium
sehingga lebih tepat disebut sedimentologi.
APLIKASI SEDIMENTOLOGI
Sebagai ilmu pengetahuan sedimentologi sangat erat berhubungan dengan tiga ilmu dasar:
biologi, fisika mupun kimia. Biologi, yang mempelajari binatang dan tetumbuhan, dapat
mempelajari sisa kehidupan masa silam yang sudah menjadi fosil. Ilmu ini dikenal dengan
namapaleontologi. Paleontologi sangat bermanfaat dalam studi stratigrafi, terutama dalam
penentuan umur runtunan batuan berdasarkan kandungan fosilnya (biostratigrafi) dan kaitannya
dengan litostratigrafi. Hal ini sangat berguna bagi analisa struktur dan sedimentologi regional.
Selain itu paleontologi juga melukan studi lingkungan purba dimana fosil itu hidup dan
berhubungan dengan kehidupan lainnya. Studi lingkungan kehidupan fosil secara mendalam
akan dapat membantu mengetahui cuaca, musim, bahkan kecepatan arus dan pengendapan
batuan yang menyertai fosil tersebut.
Sedimentologi telah memberikan kontribusi ke berbagai bidang, baik dalam pemanfaatan
kekayaan alam maupun perekayasaan lingkungan. Banyak ahli sedimentologi datang dari usaha
minyak bumi dan sedikit dari usaha tambang lainnya.
Pada pekerjaan teknik sipil yang berhubungan dengan aliran air misalnya pelabuhan, penahan
erosi pantai, dan jaringan pipa di dasar laut, (Tabel 1.1) sangat membutuhkan studi rinci tentang
keadaan lokasi dimana bangunan itu akan ditempatkan. Studi ini meliputi angin, arus gelombang,
pasang surut dan sedimentasi serta sifat fisik batuannya.
Tabel 1.1: Aplikasi sedimentologi (Selley, 1988)
APLIKASI

I.Lingkungan

Konstruksi di laut
Jaringan pipa
Penahan erosi pantai
Dermaga dan pelabuahan
Penggalian dan terowongan

BIDANG TERKAIT

Oseanografi

Indentifikasi lokasi

pembuangan limbah nuklir


Fondasi jalan rayaGeologi teknik Landasan pacu pesawat
terbang
Pasir, kerikil dan campuranPenggalianII. Penggalian

1. PengambilanSeluruh Batuan
Lempung BatugampingGeologi tambang Batubara Bijih sediment

B. Pengambilan

cairan dalam
pori-poriAirHidrologi Minyak bumiGeologi minyak bumi Gas
NILAI EKONOMIS DARI SEDIMEN
Menurut data statistik yang ada saat ini, sekitar 8590% produk mineral tahunan berasal dari
mineral sedimenter dan endapan bijih (Goldschmidt, 1937). Kenyataan itu sudah cukup
menjadi alasan untuk mempelajari sedimentologi.
Sedimen memiliki nilai ekonomis karena beberapa hal :

Merupakan wadah tempat dimana bahan bakar fosil (migas) serta air terkandung.

Merupakan material bahan bakar, misalnya batubara dan serpih minyak (oil shale).

Merupakan material baku industri keramik, semen portland, serta bahan bangunan.

Material tempat dimana mineral logam dan non-logam terakumulasi.

Nilai Ekonomis Dari Sedimen sangat penting artinya dalam dunia rekayasa dan geomorfologi,
terutama untuk memahami dan mengantisipasi fenomena erosi pantai, pembuatan pelabuhan,
manajemen dataran banjir, dan erosi tanah. Jadi, tidak salah bila dikatakan bahwa untuk menjadi
ahli geologi-ekonomi, seseorang pertama-tama harus menjadi ahli sedimentologi.
Partikel Sedimen :

Jenis Partikel Sedimen

Bentuk Partikel Sedimen; Sphericity dan Roundness

Tekstur permukaan sediment permukaan

Ukuran dan Sebaran partikel sedimen

Bahan penyusun partikel sedimen

2. PENGERTIAN STRATIGRAFI
merupakan cabang Geologi yang membahas tentan pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan
klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya.

Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut
studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi).
stratigrafi :
Strata = Perlapisan, sedimen
Grafi = Pemerin / Uraian
Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian / pemerian perlapisan
batuan. Sedangkan
Arti luasnya adalah aturan, hubungan dan kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi
ruang dan waktu geologi.

Tujuan dari Stratigrafi yaitu :


1. Memberikan pengertian tentang

Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi

Unsur-Unsur Stratigrafi

Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi

Hubungan Strata

Spesies Sedimenter

Lingkungan Pengendapan

2. Memberikian pengertian tentang penggamaan konsep-konsep dasar Stratigrafi untuk


analisis Stratigrafi.
1).
A. Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi
Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasar yang sangat
penting aplikasinya sekarang ini.Sebagai dasar dari studi ini Nicolas Steno membuat empat
prinsip tentang konsep dasar perlapisan yamg sekarang dikenal dengan Stenos Law.
Empat prinsip steno tersebut adalah :
1.The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)
Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada diatas lapisan
yang lebih tua. pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua
massa yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu
terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya. Steno, 1669

2.Principle of Initial Horizontality


Jika lapisan terendapkan secara horizintal dan kemudian terdeformasi menjadi beragam
posisi.Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap horizon, pada awalnya
paralel terhadap horizon. Steno, 1669

3.lateral Continuity
Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan berkelanjutan jauh
sebelum akhirnya terbentuk sekarang. Material yang membentuk suatu perlapisan terbentuk
secara menerus pada permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat langsung
berhenti pada saat mengalami transportasi. Steno, 1669

4.Principle of Cross Cutting Relationship


Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan selalu
berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya. Jika suatu tubuh atau diskontinuitas
memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk.
Steno, 1669

William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari inggris. Smith adalah seorang insinyur yang
bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan teori biostratigrafi dan korelasi stratigrafi. Smith
mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu lapisan

yang satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan
korelasi stratigrafi maka dapat mengetahui sejarah geologinya pula.
Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu hukum
yaitu Law of Faunal Succession, pernyataan umum yang menerangkan bahwa fosil suatu
organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui sejarah geologi yang pernah dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus biostratigrafi
membuat ia dikenal dengan sebutan Bapak Stratigrafi.
Ahli stratigrafi lainn seperti DOrbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam
perkembangan ilmu stratigrafi. DOrbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis
mengikuti yang lainnyayang memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel berjasa
dalam mencetuskan konsep Biozone.Biozone adalah satu unitskala kecil yang mengandung
semua lapisan yang diendapkan selama eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu.Kedua
orang nilah yang juga mencetuskan pembuatan standar kolom stratigrafi.
B. Unsur-Unsur Stratigrafi
Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di
ketahui, yaitu:
1. Unsur batuan
Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi.
Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen
95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen
25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen
yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan
ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah
pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang
dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan
dengan yang lainnya.
2. Unsur perlapisan
Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidangbidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan
batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan
tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada
proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:
Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan
endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak
seragamnya massa yang diendapkannya.

Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan
sedimentasi di bawahnya.
C. Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi
Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan berbagai
jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga
termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan
batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun
demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli geologi didalam
menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom
dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir,
Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan Pengendapan.
Kolom stratigrafi yang diperoleh dari jalur yang diukur siap dijadikan dasar untuk :
1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal, yang
dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkan ketepatan dari
pemetaan geologi yang dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran tadi.
2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom tersebut serta sejarah
geologi sepanjang waktu pembentukan kolom tersebut.
3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.
4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah tersebut.
5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari seluruh satuan yang ada
ataupun sebagian dari satuan yang terpilih, misalnya saja :
a. lapisan batupasir yang potensial sebagai reservoir.
b. lapisan batubara.
c. lapisan yang kaya akan fosil tertentu.
d. Lapisan bentonit dan lain-lain.
Ada dua metoda yang biasa dilakukan dalam usaha pengukuran jalur stratigrafi. Metoda
tersebut adalah :
Metoda rentang tali.
Metoda tongkat Jacob (Jacobs staff method).

Metoda rentang tali atau yang dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape (Compton, 1985;
Fritz & Moore, 1988)
dilakukan dengan dasar perentangan tali atau meteran panjang. Semua jarak dan ketebalan
diperoleh berdasar rentangan terbut.
Pengukuran dengan metoda ini akan langsung menghasilkan ketebalan sesungguhnya hanya
apabila dipenuhi syarat sebagai berikut:
Arah rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan.
Arah kelerengan dari tebing atau rentangan tali tegak lurus pada arah kemiringan.
Diantara 2 ujung rentangan tali tidak ada perubahan jurus maupun kemiringan
Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang tersusun dari kiri
ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan
lingkungan pengendapan.

D. Kondasi Dan Waktu Geologi


Terdapat dua penjelasan yang berbeda tentang stratigrafi, antara lain :

Waktu geologi, dimana meliputi jutaan tahun yang lampau sejak keterbentukan bumi.
Bukti material batuan, mineral dan fosil, untuk kejadian-kejaidan dalam sejarah bumi.
Kejadian-kejadian tersebut digambarkan dalam terminologi waktu dan penentuan waktu yang
berjalan pada setiap material geologi, sehingga kedua penjelasan diatas saling berhubungan.
Namun dari pandangan keilmuan yang objektif kedua konsep tersebut tetap terpisah dan sangat
penting keberadaannya.
Waktu Geologi
Alur waktu sejak terbentuknya bumi terbagi menjadi satuan-satuan geokronologi, yang
merupakan pembagian waktu dalam taun atau dalam penamaan tertentu yang mempresentasikan
waktu tertentu.
Hirarki dari waktu geologi telah diterapkan, berikut dari periode terpanjang sampai terpendek :
Eon, merupakan periode waktu terpanjang, terbagi menjadi 3 eon, yakni arkeozoikum,
proterozoikum, dan fanerozoikum.

Era, eon terbagi lagi menjadi beberapa era, fanerozoikum terbagi menjadi paleozoikum,
mesozoikum, dan kenozoikum.

Period, merupakan bagian dari era, contohnya mesozoikum terbagi menjadi triastik, jura,
dan kapur.

Epoch, pembagian selanjutnya dari periode, contohnya yaitu awal kapur, perengahan
kapur, dan akhir kapur.

Age, merupakan pembagian akhir yang hanya terdiri dari rentang beberapa juta tahun.

Material Satuan Stratigrafi


Kontras dengan waktu geologi, satuan stratigrafi didasarkan pada kesatuan materialnya. Ada dua
tipe dasar material stratigrafi yang dapat dikenali, antara lain :
(1) lithostratigraphy
Melengkapi pembahasan tentang litostratigrafi sebelumnya, bahwa satuan litostratigrafi dapat
didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik litologi
dan posisi stratigrafi relatif terhadap tubuh batuan lainnya.
(2) Chronostratigraphy

Merupakan suatu tubuh batuan yang batas atas dan bawahnya memiliki permukaan yang isokron
(memiliki kesamaan waktu). Suatu permukaan yang isokron terbentuk pada waktu yang sama
dimanapun.
Satuan kronostratigrafi dibedakan dengan menentukan umur-umur dari batuan-batuan yang ada
baik langsung melalui perhitungan isotop atau dengan kalibrasi informasi biostratigrafi. Satuan
kronostratigrafi merupakan kesatuan fisik bSukanlah konsep abstrak, yang memiliki persamaan
langsung dengan satuan waktu geologi.
E. Hubungan Strata
Hubungan Stratum adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata lain yang terletak di atas
atau dibawahnya. William Smith, Bapak stratigrafi, adalah orang yang pertama-tama
menyadari kebenaan fosil yang terkandung dalam sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi
terutama membahas tentang penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada didalamnya.
Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada konsep waktu sehingga pemelajaran
litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu
tujuan yang dipandang lebih penting, yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.
Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah memberikan konsep
yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang baru itu tidak hanya menekankan
masalah penggolongan dan umur, namun juga litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh
yang menggambarkan konsep-konsep tersebut di atas.
Moore (1941, h. 179) menyatakan bahwa stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang
membahas tentang definisi dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan sedimen,
serta penafsiran kebenaannya dalam sejarah geologi. Menurut Schindewolf (1954, h. 24),
stratigrafi bukan Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi sejarah yang
membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang skala waktu dari berbagai
peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert (1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan
yang lebih kurang sama dalam mendefinisikan stratigrafi sebagai cabang ilmu geologi yang
membahas tentang strata batuan untuk menetapkan urut-urutan kronologinya serta penyebaran
geografisnya. Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga tidak terlalu menekankan komposisi
batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal, 1961, h. 3).
Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan International Geological Congress di
Copenhagen pada 1960. Salah satu kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi
perminyakan, tidak menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang
telah dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari
strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur) serta tujuannya adalah bukan
hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi yang terkandung didalamnya,
melainkan juga untuk memperoleh jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya
pengetahuan mengenai nilai ekonomisnya (International Subcommission on Stratigraphy and
Terminology, 1961, h. 9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut
yang, sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi yang ada saat itu,
menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul, komposisi, umur, sejarah, hubungannya

dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya (International Subcommission on
Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).
Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin banyak digunakan untuk
mempelajari strata dan makin lama makin menjadi bagian integral dari penelitian stratigrafi,
maka kelihatannya cukup beralasan bagi kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas
sebagaimana yang diyakini oleh subkomisi tersebut.
F. Fasies Sedimenter
Pengertian Fasies
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat
dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda
dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut
berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala
lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari
suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi
tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan
dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil,
dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan
sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan
tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi
dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri :
a

(regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)

(intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)

2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log
sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core
Model Fasies (Facies Model)
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies adalah suatu model
umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus ( Walker , 1992).Model fasies dapat

diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan.
Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan
framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari
situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir
hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan,
mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan bentuk
lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh
waktu .
c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend
permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter
lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam
sebuah proses-respon model.
Facies Sequence
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik
berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu
sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya
pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen
analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan
genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1.

membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.

2.

terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).

3.

mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.

4.

selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.

5.

batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.

Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan
lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang
berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang

sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang
membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini
mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan lingkungan sedimen
tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan dapat
dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas. Litologi
sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream berenergi tinggi.
a. Asosiasi fasies 1
Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi, tinggi energi braided
stream yang membentuk dataran outwash sebuah sistem aluvial. Trace fosil yang hampir tidak
ada, karena energi yang tinggi berarti depositional menggali organisme tidak dapat bertahan.
b. Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-kadang terganggu oleh
lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar dan disortir dengan baik. Bed
sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit bedded sandsheets- lapisan batu pasit yang
membentuk lithology dominan fasies ini.
Sudut rendah (<20 ), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7 inci) tebal,
kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah arus di sini adalah ke arah
selatan timur hingga lereng dan memperkuat interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir.
Sebuah suite lebih lanjut lapisan padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak
saat ini tanda, yang mungkin terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan
hosting mungkin pencipta jejak fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih acara
musiman, kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak terduga seperti
badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran kursus.
c. Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili dalam rekor
sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian terbesar di bagian bawah unit,
menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil palung lintas-unit tempat tidur hingga empat
meter tebal. Jejak fosil langka. Sheet-seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai kontrol
dominan pada sedimentasi di fasies ini.
d. Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di pinggiran laut.
Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7 kaki) skala, dengan salib
melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak. Baik shales batu pasir dan hijau juga ada.

Unit atas sangat bioturbated, dengan kelimpahan Skolithos sebuah fosil biasanya ditemukan di
lingkungan laut.
Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan
kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena
itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh,
lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan
material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel.
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah banjir
(floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah
dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel dapat
diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang
terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis
batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering
digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan
kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan
dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang
dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies,
suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan
channel sungai jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun
bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk
delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar
yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan.
Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan
ketika sedimen terakumulasi. Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi
yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari
setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari
daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi
pertumbuhan sedimen secara konstan untuk
membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].Tiap lingkungan sedimen
memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk

menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat
komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada
perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang
terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu
pengendapan pada lingkungan.
G. Lingkungan Pengendapan
Prinsip dari analisa stratigrafi untuk mengetahui lingkungan pengendapan.Lingkungan
pengendapan akan berhubungan dengan bahan galian yg bernilai ekonomis, ex : minyak bumi,
batu bara, bijih2 logam dsb.
Definisi tentang lingkungan pengendapan :
a. Krumbein & Sless (1963)
Suatu kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
b. Potter (1967)
Suatu tempat yg ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa varietasnya yg akan
dibatasi dengan adanya suatu satuan geomorfik dalam ukuran dan bentuk tertentu.
c. Selley (1970)
Suatu bagian di permukaan bumi dimana sifat-sifat fisik, kimia dan biologis berpengaruh
terhadap proses pengendapan, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan kondisi tempat sekitarnya.
Kesimpulan : Lingkungan pengendapan adalah suatu tempat pengendapan yang dipengaruhi oleh
sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
Berdasarkan konsep Uniformitarisme : The Present is The Key to The Past , selamanya tidak
selalu benar, karena lingkungan pengendapan purba berbeda dgn lingkungan pengendapan saat
ini :
a. Rekonstruksi endapan purba sering dilakukan dengan interpretasi, sehingga belum tentu
dianggap benar.
b. Data-data dari endapan purba hanya bersifat interpretasi secara global, sehingga data-data
belum spesifik.
c. Interpretasi lapangan untuk endapan saat ini lebih spesifik dan telah dilakukan secara
kontinyu, sehingga data lebih akurat dan up to date.
Analisa endapan saat ini dilakukan berdasarkan analisa genesanya (genetic unit) atau proses
pembentukan batuan :

a. Rekonstruksi didasarkan pd sayatan litologi, dgn memperhatikan setiap jengkal perubahan /


kelainan litologi.
b. Rekonstruksi didasarkan pengelompokkan strata dengan mempunyai ciri-ciri genesa yg sama.
c. Penyebaran satuan yg sama genesanya ditentukan oleh proses yg terjadi dimana lingkungan
sedimen tsb terbentuk.
d. Pengamatan sayatan litologis utk melihat kelainan litologis yg mencerminkan kapan suatu
proses atau rangkaian proses tsb mempengaruhi sedimentasi dan kapan rangkaian tersebut
berhenti mempengaruhi sedimentasi.
e. Satuan genetik hampir selalu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan formasi.
Ciri-Ciri Beberapa Lingkungan Pengendapan :
1. Endapan alluvial ciri-cirinya:
a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum, bila dibandingkan
dengan energi lain, maka sortasinya sangat jelek.
b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan sumbernya, maka abrasi
relatif kecil.
c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya tinggi.
d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.
e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka biasanya kaya kandungan
air.
f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan kipas alluvial ini
berada di kaki bukit.
2. Endapan sungai yang teranyam (Braded river) cirinya:
a. Multi channel, maksudnya banyak dijumpai endapan yang arahnya memanjang sesuai alur
sungai purba.
b. Banyak dijumpai adanya perlapisan silang siur (cross bedded) dengan komposisi pasir kasar
dan sudut inklinasi kecil.
c. Alur-alurnya tida k begitu dalam, jadi endapan yang dihasilkan tidak begitu tebal.
d. Kemiringan cukup besar pada waktu terjadinya.

e. Pengendapan lateral lebih besar.


3. Endapan sungai yang telah bermeander cirinya:
a. Single channel, yaitu alurnya biasanya hanya satu.
b. Slope kecil
c. Erosi yang intensif ke arah lateral.
d. Adanya desa-desa yang mempunyai pola tertentu, misalnya melengkung-melengkung (bekas
danau tapal kuda atau ex Bow Lake).
e. Cross bedding dapat dijumpai dalam skala kecil.
4. Endapan delta, cirinya:
a. Endapan delta umumnya tebal, beberapa ratus sampai beberapa ribu meter.
b. Endapan delta banyak mengandung pasir yang berasal dari darat/terigen.
c. Umumnya mengandung sisipan batu bara, yang terjadi pada deltaic plainnya.
d. Secara umum makin ke atas makin mengkasar, terkecuali kalau kemudian diikuti dengan
shifting (perpindahan delta).
e. Porositas endaan delta relatif tinggi.
5. Endapan Delta front, ciri-cirinya:
a. Pengendapan kadang-kadang sub-aerial kadang sub-aqueous.
b. Variasi litologi, pasir, lanau, lempung dan kandungan organik sehingga dapat terbentuk lignit
atau batubara.
c. Biasanya dibagian permukaan telah mengalami erosi.
d. Jika dijumpai kemiringan yg kecil, maka arah kemiringan tsb ke arah laut.
e. Struktur sedimen yang mungkin dijumpai:
Silang siur, current fill, graded bedding, ripple mark.
f. Karena pengaruh gelombang sehingga sortasinya tidak baik.
g. Fauna dapat fauna darat dapat laut.

6. Endapan Fore set (bagian dari prodelta), ciri-cirinya:


a. Materialnya merupakan campuran material darat dan laut. Secara umum material ini agak
kasar jika dibandingkan delta front, sebab kedalaman tempat ini 15-20 m dimana pengaruh
ombak sangat besar.
b. Material yang diendapkan mempunyai kemiringan yang lebih besar sesuai dengan initial
dip, jika dibanding dengan delta front.
c. Komposisinya: lempung, pasir dan lanau.
d. Kadang-kadang bagian prodelta dijumpai batu gamping yang hal ini disebabkan influx
sedimen dari darat yang besar, sehingga menghambat pertumbuhan batu gamping.
e. Bagian ini mungkin sekali dijumpai konversi silika ataupun oksida besi.
7. Endapan Prodelta clay, ciri-cirinya:
a. Materialnya merupakan campuran material darat-laut.
b. Marine clay lebih banyak dibanding yang asal darat.
c. Sedimen ini mempunyai kemiringan yang sama dengan dasar pengendapannya.
d. Komposisi yang dominan lempung.
e. Fauna lautnya sudah melimpah.
TUJUAN ANALISA STRATIGRAFI DAN PENGGUNAAN MODEL
Dalam analisa stratigrafi hal yang penting adalah dengan menyederhanakan sesuatu yang
kompleks menjadi hal yang sederhana maka digunakan model.
Model adalah penyederhanaan ideal dari kelompok sesuatu yang digunakan untuk mencoba
mengerti (mempelajari) kondisi maupun proses alam yang kompleks.
Istilah-istilah yang sering digunakan dalam stratigrafi:
1. Stratum, yaitu kesatuan dari batuan yang berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum
satu dengan stratum lain dibatasi dengan bidang perlapisan atau ciri lain yang membedakannya.
2. Stratotipe atau perlapisan jenis, yaitu tipe perwujudan alamiah satuan-satuan stratigrafi yang
memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan stratigrafi.

Stratigrafi Gabungan, ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi beberapa sayatan
komponen Hipostratotipe, ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder)untuk memperluas
keterangan pada stratotipe.
Lokasi tipe, ialah letak geografi semua stratotipe atau tempat mula-mula ditentukannya suatu
satuan stratigrafi.
3. Horizon, ialah suatu bidang (dalam praktek; lapisan tipis di muka bumi atau di bawahnya)
yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu.
4. Korelasi, ialah penghubungan titik-titik yang mempunyai kesamaan waktu.
5. Sebandingan, mempunyai arti yang lebih umum daripada korelasi, yaitu penghubungan antara
satuan-satuan stratigrafi tanpa mempertimbangkan kesamaan waktu.
6. Fasies, ialah aspek fisika, kimia dan biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua
tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua
batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia dan biologinya.
7. Litosome, adalah masa batuan yang seragam yang dapat dibedakan dengan masa batuan
yang lain. Sehingga satuan litostratografi dapat terdiri dari litosome atau beberapa litososme.
8. Satuan morfostratigrafi, yaitu pengelompokan satuan batuan berdasarkan atas bentuk
permukaan (morfologi).
9. Arus turbid, yaitu arus yang terjadi akibat adanya suatu sedimen yang longsor secara tiba-tiba
dengan kecepatan tinggi.
10. Flysch, yaitu suatu urutan endapan yang tebal yang merupakan suatu perulangan dari
selang-seling antara pasir dan serpih.
Tujuan analisa stratigrafi
a. Rekonstruksi lingkungan pengendapan purba yang didapatkan dengan harapan lebih teliti.
b. Rekonstruksi paleogeografi yang lebih teliti.
c. Rekonstruksi sejarah geologinya lebih teliti.
d. Rekonstruksi pengendapan yang lebih teliti.
e. Penafsiran dari bagian-bagian sedimen yang prospektif mengandung mineral dan arah
penyebarannya.

Misalkan: dijumpai bijih timah, maka bijih ini ditafsirkan terjadi pada tanggal yang braded
(teranyam), dari pengertian tentang braded ini maka akan diketahui arah penyebarannya, yaitu
mengikuti alur sungai purba.
Langkah-langkah dalam analisa stratigrafi:
a. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
b. Membuat kolom litologi selengkap mungkin dari data yang didapat dan diadakan pencatatan.
c. Jika ingin menyusun peta, kelompokkan urutan menjadi satuan-satuan.
d. Interpretasikan proses-proses yang berlangsung selama pembentukkannya.
e. Dari struktur dan tekstur yang dijumpai dan digabungkan dengan data yang ada dapat untuk
menentukan lingkungan pengendapan.
f. Dengan mengetahui lingkungan pengendapan purba maka dapat dibatasi pengertian tentang
prospek dan tidaknya bahan galian ekonomis atau minyak bumi misalnya, dengan demikian tidak
membuang biaya dan tenaga paling tidak dapat mengurangi biaya eksplorasi.

Anda mungkin juga menyukai