Anda di halaman 1dari 7

1.

Secara umum proses produksi uap (steam) sebagai penggerak turbin yang bersumber dari
panas bumi mengalami berbagai penyaringan. Uap yang keluar dari sumur dimasukkan ke
dalam separator untuk dipisahkan antara uap dengan air. Kemudian uap dialirkan melaui
steamline untuk menggerakkan turbin, sebelum masuk untuk menggerakkan sudu – sudu
turbin uap disaring dalam scrubber. Scrubber ini berada padalokasi power plant. Untuk
mencapai sumber panas bumi dilakukan pengecekan lokasi dan pengeboran yang mencapai
kedalaman kurang lebih 2000 ± 2500meter, dari kedalaman tersebut dihasilkan uap (steam)
yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Turbin digunakan sebagai
penggerak generator dengan kecepatan putar 3000 rpm, sehingga menghasilkan daya
sebesar 60 MW. Sebagian besar listrik hasil produksi disalurkan kejaringan PLN sebesar
55 MW sedangkan yang 5 MW digunakan oleh PT.Geo Dipa Energi unit Dieng untuk
menggerakkan pompa dan kegiatan produksi lainnya.
2. Sumur Produksi Sumur produksi merupakan tempat pengeboran yang menghasilkan uap
panas. Potensi uap (steam) yang dihasilkan di Dieng menghasilkan 60% uap berupa cairan
dan 40 % berupa uap. Untuk mendapatkan uap dilakukan proses pemisahan dengan separator,
sehingga dimungkinkan steam akan benar-benar murni dan dialirkan menuju power plant
untuk menggerakkan turbin. Ketika brine dan steam masuk separator melalui pipa inlet, brine
akan jatuh ke bagian bawah separator dan steam akan terangkat keluar melalui pipa outlet.
Hal ini dapat terjadi karena berat jenis brine lebih berat dari pada steam. Setelah uap keluar
dari separator akan dialirkan menuju power plant, sedangkan brine dikeluarkan melalui pipa
dibagian bawah separator dan akan dibantu brine injection pump untuk mengalirkannya ke
sumur ± sumur injeksi. Di dalam separator level dan tekanannya harus dijaga. Untuk menjaga
tinggi permukaan brine yang ada di separator digunakan LCV (Level Control Valve), dan
untuk menjaga tekanan dari brine yang ada didalam separator digunakan PCV (Pressure
Control Valve) adalah valve yang bekerja pada tekanan tertentu, valve ini membuka ketika
tekanan yang ada di dalam separator lebih besar dari tekanan yang telah diatur dan begitu
juga sebaliknya. PCV merupakan partner kerja dari dump valve. Dump valve berfungsi untuk,
mengatur aliran brine apabila LCV sudah membuka100% brine akan dialirkan ke silencer
kemudian dari silencer akan didinginkan di balong (kolam). Jalur pipa yang terdapat di
industry tersebut di lapisi dengan Kalsit yang dapat menjaga agar pipa tersebut tidak panas,
karena panas yang asli dikeluarkan dari bumi adalah 240 0C yang jika terkena kulit dapat
melepuh, namun jika telah dilapisi Kalsit, panas berkurang hingga menjadi kurang lebih
20 0C.
Hasil produksi dari perusahaan ini berupa listrik yang dibeli oleh PT. PLN (Persero) dan langsung
tersambung dengan sistem interkoneksi Jawa ± Bali. Pada PLTP Unit 1 Dieng beban listrik yang
ditargetkan untuk dicapai setiap harinya adalah sebesar 60 MW, dimana kurang lebih 5 MW
digunakan untuk operasional perusahaan.

Lapangan panas bumi Dieng merupakan sumber panas bumi Pulau Jawa dengan potensi sebesar
± 200 MW yang dikelola oleh PT. Geo Dipa Energi, sebelumnya dikelola oleh HCE (Himpurna
California Energy). Pada 2011 perusahaan ini berstatus sebagai BUMN dan memiliki hak untuk
mengelola dua lapangan geotermal di Pulau Jawa yaitu Dieng (Jawa Tengah, 60 MW) dan
Patuha (Jawa Barat, 10 MW). Secara umum sistem panas bumi dibagi menjadi dua kategori yaitu
sistem dominasi uap (vapor dominated) dan sistem dominasi air (water dominated)[1]. Sistem
panas bumi Dieng termasuk dalam kategori water dominated dengan komposisi fluida
produksinya adalah 60% air dan 40 % uap. Sistem dikatakan bersifat dominasi uap adalah
apabila kandungan uap pada fluida produksi lebih besar dibandingkan kandungan airnya atau
sering disebut sistem uap kering (dry steam) seperti pada lapangan Kamojang dan Darajat (Jawa
Barat), sedangkan disebut dominasi air bila sistem jumlah fraksi cair pada fluida produksi lebih
besar dibandingkan fraksi uap seperti pada lapangan Dieng (Jawa Tengah) dan Awibengkok
(Gunung Salak, Jawa Barat) [1]. PLTP Dieng menggunakan sistem pemisahan uap (separated
steam cycle) karena sistem panas bumi Dieng memiliki sifat water dominated dimana jumlah air
yang terkandung didalam fluida lebih besar dibanding fraksi uapnya. Oleh karena itu sebelum
masuk ke power plant fluida produksi harus dipisahkan terlebih dahulu dengan separator agar
fraksi cair (brine) terpisah dengan uap bersih sehingga tidak ikut terbawa ke area power plant.
Pada dasarnya tujuan pemisahan cairan dari fluida produksi adalah untuk mencegah kerusakan
turbin akibat korosi dan agar tidak terjadi kehilangan tekanan kerja pada turbin uap itu sendiri.
Pada siklus pemisahan uap PLTP, fraksi cair (brine) yang dipisahkan dari separator harus
diinjeksikan kembali ke dalam bumi. Brine mengandung garam-garam garam mineral yang larut
semisal SiO2, CaCO3, dsb. Tujuan injeksi brine adalah untuk mempertahankan volume air pada
reservoir, menjaga kesetimbangan massa pada sistem panas bumi dan menjaga kelestarian
lingkungan. Fluida produksi di Dieng merupakan fluida dua fasa (uap dan cair) yang didominasi
air sebesar 60%. Dengan kandungan silika ±900 mg/L [2] menyebabkan potensi terjadinya
scaling silika pada lapangan panas bumi Dieng cukup tinggi. Scaling merupakan endapan yang
berasal dari dari mineral garam dalam fluida yang mengakibatkan perubahan permukaan media
yang dilalui. Pengendapan silika merupakan salah satu masalah umum yang terdapat pada
fasilitas produksi uap panas bumi yang dapat terbentuk baik di area well (sumur), surface area
(permukaan) [3]. Dalam penelitian ini media kontak dikonsentrasikan pada diameter dalam pipa
reinject well. Hal ini akan mempengaruihi volume reservoir panas bumi dan kuantitas uap panas
bumi yang disalurkan. Jika kuantitas uap produksi menurun maka akan memberikan dampak
terjadinya penurunan energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTP. Pembentukan endapan silika
disebabkan oleh terdapatnya kandungan senyawa SiO2 pada brine dengan jumlah yang melebihi
batas kelarutan jenuhnya (saturasi) pada kondisi kesetimbangan [4]. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada kelarutan senyawa SiO2 ini antara lain sifat fisik dan kimia fluida brine (suhu,
pH, laju alir massa dan konsentrasi silika terlarut) [3]. Masalah scaling silika pada pipa injeksi
brine dikontrol oleh sifat termodinamika dan sifat kimia dari silika amorphous [4]. Metode
analisis yang dipakai untuk mengetahui potensi endapan silika pada pipa injeksi brine ini adalah
berupa pemodelan aliran fluida brine yang terjadi selama proses injeksi dan analisa parameter
yang memicu terjadinya proses scaling silika di dalam pipa. Oleh karena itu peneliti akan
mengolah data dari pendekatan observasi yang terkait pada sifat termodinamik dan sifat kimia
dari silika amorphous pada pipa reinject well untuk mengetahui proses scaling silika sehingga
bisa dijadikan data proses overhaul.

Masalah Silika dan Peluang Lainnya


Masalah lain yang harus dihadapi oleh para pengelola panas bumi di Dataran Tinggi
Dieng adalah masalah silika. Selama ini unsur tersebut dianggap menghambat kinerja
pembangkit listrik di Dieng. Untuk menanganinya, banyak orang yang berupaya untuk
memecahkan masalah tersebut.
Menurut Calibugan, dkk. (2006), unsur silika yang terdiri dari batuan kuarsa dan
kristobalit, menjadi masalah serius dalam pengoperasian pembangkit listrik bertenaga
panas bumi di Dieng. Untuk menanganinya, harus mempelajari interaksi antara fluida
dengan bebatuan reservoir. Dari situ, katanya, dapat ditentukan apakah silika itu terjadi
karena proses interaksi di bawah permukan lapangan
panas bumi atau proses lainnya. Untuk menjawabnya, Calibugan dan kawan-kawan
mendeduksinya dari analisis mineralogi alterasi panas bumi Dieng.

Hasilnya, berdasarkan temuan pada sumur pemboran Dieng No. 4, Calibugan, dkk
mengindikasikan bahwa alterasi panas bumi di lapangan panas bumi Dieng dicirikan
dengan adanya kalsit, adularia, pirit, epidot, silika, lempung, sulfat (gipsum, anhidrit),
dan zeolit. Berdasarkan pengumpulan mineral alterasinya, mereka menyimpulkan bahwa
fluida alterasinya bisa jadi pH-nya netral.

Silika yang mengendap dalam pipa. Foto: Priatna.

Adapun menurut kajian Tohoku Electric Power Co., Inc (2006), untuk mengoptimalkan
kinerja pembangkit karena adanya unsur silika yang menghambat kinerja turbin
pembangkit listrik, maMasalah Silika dan Peluang Lainnya
Masalah lain yang harus dihadapi oleh para pengelola panas bumi di Dataran Tinggi
Dieng adalah masalah silika. Selama ini unsur tersebut dianggap menghambat kinerja
pembangkit listrik di Dieng. Untuk menanganinya, banyak orang yang berupaya untuk
memecahkan masalah tersebut.
Menurut Calibugan, dkk. (2006), unsur silika yang terdiri dari batuan kuarsa dan
kristobalit, menjadi masalah serius dalam pengoperasian pembangkit listrik bertenaga
panas bumi di Dieng. Untuk menanganinya, harus mempelajari interaksi antara fluida
dengan bebatuan reservoir. Dari situ, katanya, dapat ditentukan apakah silika itu terjadi
karena proses interaksi di bawah permukan lapangan
panas bumi atau proses lainnya. Untuk menjawabnya, Calibugan dan kawan-kawan
mendeduksinya dari analisis mineralogi alterasi panas bumi Dieng.

Hasilnya, berdasarkan temuan pada sumur pemboran Dieng No. 4, Calibugan, dkk
mengindikasikan bahwa alterasi panas bumi di lapangan panas bumi Dieng dicirikan
dengan adanya kalsit, adularia, pirit, epidot, silika, lempung, sulfat (gipsum, anhidrit),
dan zeolit. Berdasarkan pengumpulan mineral alterasinya, mereka menyimpulkan bahwa
fluida alterasinya bisa jadi pH-nya netral.

Silika yang mengendap dalam pipa. Foto: Priatna.

Adapun menurut kajian Tohoku Electric Power Co., Inc (2006), untuk mengoptimalkan
kinerja pembangkit karena adanya unsur silika yang menghambat kinerja turbin
pembangkit listrik, maka pembangkit listrik bertenaga panas bumi Dieng diharuskan
menginjeksikan bahan-bahan kimia. Dalam hal ini, Tohoku Electric Power Co
menginjeksikan air bersih untuk mencegah kehadiran unsur silika dalam pembangkit.
Dengan demikian, peralatan untuk mencuci (turbine washing equipment) bisa
membersihkan keberadaan unsur silika.

Persoalan selanjutnya adalah pemanfaatan mineral ikutan. Dalam hal ini, menurut
Mangara P. Pohan, dkk. (2008), di sana baru dimanfaatkan potensi panas buminya saja.
Adapun mineral lainnya atau potensi lainnya belum dimanfaatkan.
Dalam hal ini, mereka menemukan bahwa pemercontohan yang dilakukan oleh Geo Dipa
pada brine dan limbah padatan brine berupa slurry, diketahui brine mengandung mineral
besi terlarut (Fe), mangan terlarut (Mn), seng, merkuri, timbal, arsen, sianida, dan slurry
mengandung mineral di antaranya arsen, barium, boron, cadmium, kromium, tembaga,
timbal, air raksa, selenium, perak, seng dan silika (PT GDE, 2004). Penelitian yang
pernah dilakukan, bahwa air kawah yang mengandung sulfat dengan menambahkan batu
kapur (CaCO3) dapat menghasilkan gipsum sintetis.

ka pembangkit listrik bertenaga panas bumi Dieng diharuskan menginjeksikan bahan-


bahan kimia. Dalam hal ini, Tohoku Electric Power Co menginjeksikan air bersih untuk
mencegah kehadiran unsur silika dalam pembangkit. Dengan demikian, peralatan untuk
mencuci (turbine washing equipment) bisa membersihkan keberadaan unsur silika.

Persoalan selanjutnya adalah pemanfaatan mineral ikutan. Dalam hal ini, menurut
Mangara P. Pohan, dkk. (2008), di sana baru dimanfaatkan potensi panas buminya saja.
Adapun mineral lainnya atau potensi lainnya belum dimanfaatkan.

Dalam hal ini, mereka menemukan bahwa pemercontohan yang dilakukan oleh Geo Dipa
pada brine dan limbah padatan brine berupa slurry, diketahui brine mengandung mineral
besi terlarut (Fe), mangan terlarut (Mn), seng, merkuri, timbal, arsen, sianida, dan slurry
mengandung mineral di antaranya arsen, barium, boron, cadmium, kromium, tembaga,
timbal, air raksa, selenium, perak, seng dan silika (PT GDE, 2004). Penelitian yang
pernah dilakukan, bahwa air kawah yang mengandung sulfat dengan menambahkan batu
kapur (CaCO3) dapat menghasilkan gipsum sintetis.

Anda mungkin juga menyukai