Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI

PENDAHULUAN

RIDHO SYAH PAHLEVI SIREGAR

F1D220028

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan proses-proses yang
terjadi baik itu di dalam bumi maupun di permukaan bumi, baik itu proses
endogen maupun proses eksogen yang melibatkan organisme yang ada dibumi.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih
besar dari pada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi
yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat
diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda
materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral atau agregasi dari mineral-
mineral, biasanya dia tidak dalam keadaan homogen dan tidak pula mempunyai
susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam. Untuk
mengetahui proses-proses yang terjadi suatu batuan terlebih dahulu kita
melakukan pendiskripsian batuan, yaitu jenis batuan, warna batuan, tekstur
batuan, struktur, serta komposisi-komposisi mineral yang menyusun batuan.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan, batuan asal ini dapat berupa batuan beku,
batuan metamorf, batuan piroklastik maupun dari batuan sedimen itu sendiri yang
mengalami proses terlapukan, tertransportasi, terendapkan dan terlitifikasi
kembali. Proses ini disebut dengan proses sedimentasi, dimana dari batuan asal
terlapukan menjadi material sedimen dan menjadi batuan sedimen kembali.
Batuan sedimen ada yang terbentuk oleh proses kimiawi seperti pelarutan,
evaporasi dan karbonisasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui pengertian core
2. Mengetahui jenis-jenis core
3. Dapat mengetahui alasan utama dilakukan pengambilan core dilapangan
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada pratikum kali ini yaitu:
1.3.1 Alat
1. Alat tulis lengkap
2. Kertas HVS
3. Clipboard
4. Meteran
5. Maket sampel core
1.3.2 Bahan
1.Modul sedimentologi
2.Profil Core
3.Korelasi Core
1.3.3 Prosedur Kerja
1.Dapat mengukur Panjang total dari lapisan
2.Dapat mendeskripsikan sampel core
3.Dapat membuat profil kasar
4.Dapat membuat korelasi antar sampel core
BAB II
DASAR TEORI
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang
suatu batuan tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam
mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna,
Tekstur, Struktur dan Komposisi mineral pembentuk batuan. Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk dari batuan. Tekstur merupakan kenampakan batuan
berkaitaan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan.
Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses yang terjadi Struktur
adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda (Firdaus, 2011).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,
sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es
dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga
dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan
material lain). 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi (Mondadori,1997).
Batuan sedimen merupakan sebuah batuan yang terbentuk karena adanya
suatu proses pembatuan atau litifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang
kemudian terbawa dan diendapkan. Batuan sedimen ini terbentuk dari batuan beku
atau zat padat yang mengalami suatu erosi di tempat tertentu kemudian
mengendap dan menjadi keras. Batuan sedimen non-klastik adalah kelompok
batuan sedimen yang genesanya dapat berasal dari proses kimiawi, atau sedimen
yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati. Batuan sedimen non-klastik
adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi, seperti batu halit yang
berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan
sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti
batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara
yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses
kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut).
Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses penguapan
membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti
membesarnya cangkang organisme yang mengambil bahan kimia). Dalam
keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk
dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi.
Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas
yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi atau biokimia. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah sedimen evaporit, karbonat, batugamping dan dolomit
(limestones and dolostone), serta batuan bersilik (rijang) (Noor,2014).
Pada umumnya, batuan karbonat tergolong dalam batuan sedimen non
klastik karena pembentukkannya sebagai hasil dari proses kimiawi maupun
biokimia, yaitu dari sedimentasi unsur karbonat organik terlarut. Namun pada
dasarnya, batuan karbonat memiliki pengertian yaitu batuan yang memiliki
kandungan material karbonat lebih dari 50% yang tersusun atas partikel karbonat
klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung Atau
secara singkat, batuan karbonat adalah batuan dengan minimal 50% komponen
utamanya berupa mineral karbonat, contohnya adalah batugamping yang
mengandung kalsium karbonat 95%. Dari pengertiannya dapat diketahui bahwa
batuan karbonat tidak harus selalu tergolong dalam batuan sedimen non klastik.
Contohnya batugamping klastika dimana merupakan batuan sedimen klastik
dengan kandungan mineral utamanya adalah mineral karbonat (Huang, 1962).
Unsur karbonat umumnya berasal dari hasil aktivitas organisme laut
seperti terumbu karang, sehingga hampir seluruh faktor yang mempengaruhi
sedimentasi karbonat merupakan faktor yang mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan organisme sebagai sumber karbonat tersebut. Kadar garam akan
mempengaruhi organisme sumber karbonat, karena pada umumnya sebagian besar
organisme akan bertahan hidup dalam lingkungan bersalinitas yang relatif rendah
dan stabil. Selain itu, faktor cahaya juga menjadi hal vital karena matahari sebagai
salah satu sumber kehidupan organisme laut hanya dapat mencapai kedalaman
tertentu, maka sedimentasi karbonat tidak akan ditemukan pada kedalaman di
bawah batas cahaya. Faktor keterjangkauan cahaya tersebut juga tidak lepas dari
faktor kejernihan, intensitasnya lebih besar apabila dibandingkan dengan keadaan
keruh sehingga kesempatan organisme sebagai sumber karbonat akan lebih luas
dan bervariasi di dalam lautan (Fitri,2017).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang analisis inti batuan(core). Core
umumnya diambil pada kedalaman tertentu yang prospektif oleh perusahaan
minyak atau tambang untuk keperluan lebih lanjut. Data core merupakan data
yang paling baik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, tapi karena
panjangnya yang terbatas maka dituntut untuk mengambil data-data yang ada
secara maksimal.
Data yang diambil meliputi jenis batuan, tekstur (ukuran butir, pemilahan,
bentuk butir, kemas, matrik dan semen), struktur sedimen dan sifat fisik batuan
itu sendiri. Selain itu kita dapat mengetahui harga porositas, permeabilitas dan
saturasi fluida yang terkandung dalam batuan tersebut. Tekstur dan struktur
sedimen dapat menggambarkan sejarah transportasi pengendapan, energi
pembentuk batuan tersebut, genesa, arah arus, mekanisme transpor tasi dan
kecepatan sedimen tersebut diendapkan. Sehingga dari faktor -faktor tersebut
dapat ditentukan fasies sedimen dan lingkungan pengendapannya.
Adapun tujuan pengambilan data core secara primer adalah untuk
mendapatkan data, antara lain, Data detil tentang reservoar fasies, struktur
sedimen, lingkungan pengendapan, umur, tipe porositas, mineralogy, Data
petrofisika dan kualitas batuan, seperti porositas, permeabilitas, saturasi, tekanan
kapiler, Kalibrasi log, Studi Fracture dan Suture. Sedangkan secara sekunder
adalah untuk Mengetahui batas formasi, Skala besar struktur sedimen.
Analisis core lebih dititik beratkan pada analisis sedimentologi dalam
penentuan lingkungan pengendapan. Deskripsi core dan analisis petrografi adalah
pelengkap analisis core untuk menentukan beberapa faktor seperti lingkungan
pengendapan, pengidentifikasian rekahan dan mineralogi dan pengaruhnya
terhadap kualitas batuan dan produksi. Analisis tersebut digunakan untuk
menentukan deskripsi detil batuan sedimen, Hubungan dan konektivitas dari
matrik dan porositas rekahan, Tipe batuan dan karakteristik tekstur, Mineralogi
dan asal butiran, Komposisi mineralogi dari pada matrik dan semen, Hubungan
antara butiran, semen, matrik dan porositas.
Pada lapisan pertama yang didapatkan merupakan soil yang memiliki tebal
sekitar 4 meter, memiliki ukuran butir pasir sangat halus pada lapisan pertama
sebagai lapisan teratas yang didiami oleh tumbuhan
Pada lapisan kedua yang didapatkan merupakan batupasir yang memiliki
ketebalan 3 meter, jenis batuan ini merupakan batuan sedimen klastik dengan
warna fresh kekuningan, dengan warna lapuk coklat kehitaman, strukturnya
berupa laminasi, dengan ukuran butir pasir halus (0,125-0,25 mm), pemilahan
terpilah baik, kebundaran agak membundar, kemas terbuka, fragmen pasir dengan
semen oksida besi, nama dari batuan ini adalah batupasir halus.
Pada lapisan ketiga yang didapatkan merupakan lempung yang memiliki
ketebalan 5,5 meter, jenis batuan ini merupakan batuan sedimen klastik dengan
warna fresh coklat kemerahan, warna lapuk merah kehitaman, memiliki struktur
laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,0004 mm), memiliki kebundaran
membundar, pemilahan terpilah baik dengan kemas tertutup, fragmen pasir
dengan semen oksida besi, nama batuan ini adalah batulempung.
Pada lapisan keempat yang didapatkan merupakan batupasir yang
memiliki ketebalan 1 meter, jenis batuan ini merupakan batuan sedimen klastik
dengan warna fresh kekuning-kuningan dengan ukuran butir pasir sangat halus
(0,006-0,125 mm), pemilahan yang terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan matriks/semen
lempung dengan struktur sedimen perlapisan. Nama batuan ini adalah batupasir
sangat halus.
Pada lapisan kelima yang didapatkan merupakan lempung yang memiliki
ketebalan 1 meter, jenis batuan ini merupakan batuan sedimen klastik dengan
warna fresh coklat kemerahan, warna lapuk merah kehitaman, memiliki struktur
laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004 mm), kebundaran membundar,
memilki pemilahan terpilah baik dengan kemas tertutup, memiliki fragmen semen
oksida besi. Nama batuan ini adalah batulempung.
Pada lapisan keenam yang didapatkan merupakan lanau yang memiliki
ketebalan 1,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen klastik
dengan warna fresh coklat kekuning-kuningan dengan ukuran butir lanau (0,004-
0,06 mm), memiliki pemilahan terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan matriks/semen
lempung dengan struktur sedimen perlapisan. Nama batuan ini adalah batulanau.
Pada lapisan ketujuh yang didapatkan merupakan lempung yang memiliki
ketebalan 1,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen klastik
dengan warna fresh coklat kemerahan, warna lapuk merah kehitaman, memiliki
struktur laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004 mm), memiliki
kebundaran membundar, memiliki pemilahan terpilah baik dengan kemas tertutup,
memiliki fragmen semen oksida besi. Nama batuan ini adalah batulempung.
Pada lapisan kedelapan yang didapatkan merupakan lanau yang memiliki
ketebalan 1,5 meter, memiliki warna fresh coklat kekuning-kuningan dengan
ukuran butir lanau (0,004-0,06 mm), memiliki pemilahan yang terpilah baik,
memiliki kebundaran agak membundar, memiliki kemas terbuka, memiliki
fragmen lanau berpasir dan matriks/semen lempung dengan struktur sedimen
perlapisan. Nama batuan ini adalah batulanau.
Pada lapisan kesembilan yang didapatkan merupakan lempung yang
memiliki ketebalan 3 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik dengan warna fresh coklat kemerahan, dengan warna lapuk merah
kehitaman, memiliki struktur laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004
mm), memiliki kebundaran membundar, memiliki pemilahan terpilah baik dengan
kemas tertutup, memiliki fragmen semen oksida besi. Nama batuan ini adalah
batulempung.
Pada lapisan kesepuluh yang didapatkan merupakan lanau yang memiliki
ketebalan 5,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen klastik
dengan warna fresh coklat kekuning-kuningan dengan ukuran butir lanau (0,004-
0,006 mm), memiliki pemilahan terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, dengan kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan
matriks/semen lempung dengan struktur sedimen perlapisa. Nama batuan ini
adalah batulanau.
Pada lapisan kesebelas yang didapatkan merupakan lempung yang
memiliki ketebalan 2,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik dengan warna fresh coklat kemerahan, dengan warna lapuk merah
kehitaman, memiliki struktur laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004
mm), memiliki kebundaran membundar, memiliki pemilahan terpilah baik dengan
kemas tertutup, memiliki fragmen semen oksida besi. Nama batuan ini adalah
batulempung
Pada lapisan keduabelas yang didapatkan merupakan lanau yang memiliki
ketebalan 3 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen klastik
dengan warna fresh coklat kekuning-kuningan dengan ukuran butir lanau (0,004-
0,06 mm), memiliki pemilahan terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, dengan kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan
matriks/semen lempung dengan struktur sedimen perlapisan. Nama batuan ini
adalah batulanau.
Pada lapisan ketigabelas yang didapatkan merupakan lempung yang
memiliki ketebalan 1,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik dengan warna fresh coklat kemerahan, dengan warna lapuk merah
kehitaman, memiliki struktur laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004
mm), memiliki kebundaran membundar, memiliki pemilahan terpilah baik dengan
kemas tertutup, memiliki fragmen semen oksida besi. Nama batuan ini adalah
batulempung.
Pada lapisan keempatbelas yang didapatkan merupakan coal yang memiki
ketebalan 0,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen non klastik,
dengan warna fresh kehitaman dan warna lapuk hitam kecoklatan, dengan struktur
massif dan memiliki tekstur amorf. Komposisi mineralnya yaitu monomineralik
karbon. Nama batuan ini adalah batubara.
Pada lapisan kelimabelas yang didapatkan merupakan lanau yang memiliki
ketebalan 5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen klastik,
dengan warna fresh coklat kekuning-kuningan, dengan ukuran butir lanau (0,004-
0,06 mm), memiliki pemilahan terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, dengan kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan
matriks/semen lempung dengan struktur sedimen perlapisan. Nama batu ini adalah
batulanau.
Pada lapisan keenambelas yang didapatkan merupakan coal yang memiliki
ketebalan 1 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen non klastik,
dengan warna fresh kehitaman dan warna lapuk hitam kecoklatan, dengan struktur
masif dan tekstur amorf, komposisi mineralnya yaitu monomineralik karbon.
Nama batu ini adalah batubara.
Pada lapisan ketujuhbelas yang didapatkan merupakan lempung yang
memiliki ketebalan 2 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik, dengan warna fresh coklat kemerahan dan warna lapuk merah kehitaman,
memiliki struktur laminasi, dengan ukuran butir lempung (<0,004 mm), memiliki
kebundaran membundar, memiliki pemilahan terpilah baik dengan kemas tertutup,
memiliki fragmen semen oksida besi. Nama batuan ini adalah batulempung.
Pada lapisan kedelapanbelas yang didapatkan merupakan coal yang
memiliki ketebalan 1,5 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
non klastik, dengan warna fresh kehitaman dan warna lapuk hitam kecoklatan,
dengan struktur masif dan tekstur amorf, komposisi mineralnya yaitu
monomineralik karbon. Nama batu ini adalah batubara.
Pada lapisan kesembilanbelas yang didapatkan merupakan lanau yang
memiliki ketebalan 3 meter, jenis batuan ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik, dengan warna fresh coklat kekuning-kuningan, dengan ukuran butir lanau
(0,004-0,06 mm), memiliki pemilahan terpilah baik, memiliki kebundaran agak
membundar, dengan kemas terbuka, memiliki fragmen lanau berpasir dan
matriks/semen lempung dengan struktur sedimen perlapisan. Nama batu ini adalah
batulanau.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Core adalah sampel atau contoh batuan yang diambil dari bawah permukaan
dengan suatu metode tertentu.
2. Yang pertama ada conventional core yaitu core yang diambil bersamaan
dengan proses pemboran, lalu ada sidewall core yaitu core yang diambil pada
saat melakukan wireline logging.
3. Pertama untuk keperluan stratigrafi, dimana perusahaan minyak akan
mengambil data formasi core pada daerah development well, yang kedua
sebagai keperluan analisis ada tidaknya kandungan hidrokarbon pada formasi
tersebut, dimana perusahaan minyak akan mengambil data core pada daerah
yang belum terbukti ada kenampakan hidrokarbonnya (wild cat atau
exploratory).
4.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2011. Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: KendarI.
Fitri, Devita BaDiatan. 2017. Klasifikasi jenis batuan sedimen berdasarkan
tekstur dengan metode Gray level co-occurance matrix dan k-NN. Bandung:
Telkom University.
Huang, W T. 1962. Petrology, Mc. Graw Hill Book Company, Toronto: London.
Mondadori, Arlondo. 1997. Guide To Rocks and Minerals.Milan: Simons and
Schuters.
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan .

Anda mungkin juga menyukai