Anda di halaman 1dari 6

BAHAN FIELDNOTE

SEDIMEN
Sedimentologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pengikisan, pengangkutan, dan
pengendapan yang berkaitan dengan proses hidrologi dan menekankan hubungan air dengan
endapan. Menurut Gary Nichols dalam bukunya “Sediment and Stratigraphy” tahun 2009,
sedimen adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan pengendapan material
yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk
batuan sedimen. Dalam sedimentologi kita akan belajar tentang deskripsi, klasifikasi dan asal-
usul batuan sedimen, mulai dari proses pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan.
Sehingga, bisa diketahui sejarah yang ter’rekam’ pada batuan sedimen. Dikarenakan
sedimentologi berbicara tentang proses yang terjadi pada batuan sedimentologi, maka dapat juga
menginterpretasi geodinamik yang mempengaruhi proses keterbentukan. batuan sedimen
tersebut. Ciri khas batuan sedimen yaitu batuan sedimen akan selalu membentuk sebuah
perlapisan. Perlapisan pada sedimentologi berbeda dengan perlapisan pada stratigrafi. Walaupun
sama-sama menjadi objek studi di kedua ilmu tersebut, stratigrafi lebih dalam mempelajari hal
hubungan umur antarstrata batuan, suksesi perlapisan, korelaso batuan, urutan stratigrafi, dan
kronologi perlapisan pada kolom stratigrafi
.
Dengan memahami sedimentologi, dapat diketahui kebermanfaatannya untuk kehidupan
manusia. Sebagai contoh, dalam kontruksi rig lepas pantai pasir lumpur akan membuat tiang
pancang akan stabil. California Bearing Ratio (CBR) atau perbandingan antara beban penetrasi
suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman, sangat diperlukan
di dunia kontruksi bangunan sipil. Batuan sedimen juga merupakan reservoir minyak bumi, air
tanah, gas alam, batu bara, dan lain-lain yang salah satu hal yang penting di kehidupan manusia.
Selain itu, batuan sedimen merupakan salah satu material bangunan dan industry. Hal-hal ini
merupakan beberapa contoh dari manfaat batuan sedimen yang diketahui melalui pemahaman
tentang ilmu sedimen ini.
Batuan sedimen adalah, batuan yang terbentuk sebagai hasi dari rombakan batuan lainnya
(batuan beku, batuan metamorf, dan atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan,
erosi, pengangkutan, dan pengendapan, yang pada akhirnuya mengalami proses litifikasi atau
pembatuan.
Berdasarkan asal-usul atau genesanya, berdasarkan kesertaan proses transportasinya, batuan
sedimen dibedakan menjadi dua jenis, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen
nonklastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil
pengendapan material yang sudah ada sebelumnya dan diendapkan pada lingkungan atau
cekungan sedimen yang lain. Batuan sedimen juga dapat diartikan sebagai batuan yang diperoleh
dari perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil secara mekanik (pelapukan)
sehingga sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya. Batuan sedimen klastik
banyak mengandung Allogenic Minerals (mineral yang terbentuk di lingkungan sedimentasi atau
saat sedimentasi berlangsung). Mineral ini memiliki daya tahan yang tinggi, yang berasal dari
batuan yang telah tertransportasi dan mengendap. Contoh mineralnya yaitu, kuarsa, hornblade,
biotit, plagioklas, dan lain-lain. Contoh batuan sedimen klastik adalah:
a. Konglomerat, batuan sedimen yang memiliki butiran yang kasar dan membulat, sebagai akibat
adanya proses transpot pada mineral-mineral penyusunnya yang umumnya sejenis.
b. Breksi, batuan ini butirnya berbeda dengan batuan konglomerat yang membulat, sedangkan
breksi cenderung menyudut, runcing, dan kasar.
c. Batu pasir, batu yang terbentuk oleh pasir yang mengendap dan terlitifikasi menjadi batuan.
Batuan ini sangat mudah untuk ditemukan, sehingga komposisinya sangat beragam.

Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan larutan yang
ada secara kimiawi maupun biokimia dan diendapkan pada lingkungan sedimen yang sama. Di
dalam batuan sedimen non-klastik banyak dijumpai Authigenic mineral (mineral yang terbentuk
di lingkungan sedimentasi), seperti gypsum, kalsit, halit, dan lain-lain. Selain mineral, di dalam
batuan ini terdapat fragmen batuan dan fosil. Batuan sedimen non-klastik dibagi menjadi dua
jenis, yaitu Biochemical-biogenic-organic deposits, merupakan batuan sedimen yang
penyusunnya berasal dari bahan-bahan organik dengan komposisi tertentu. Biasanya batun jenis
ini terendapkan in situ (berada di tempatnya). Batu bara, batu rijang, dan batu gamping,
merupakan beberapa contoh dari batuan sedimen jenis ini. Chemical precipitates-evaporates,
merupakan batuan yang berasal dari proses evaporasi dan presipitasi dari sebuah larutan yang
jenuh substan. Batu garam dan gypsum merupakan contoh dari jenis ini.

Selain diklasifikasikan berdasarkan genesanya, batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan tenaga
yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan menjadi:
a. Batuan sedimen akuatik, batuan yang ditransportasi dan diendapkan oleh media air, contohnya
adalah batu pasir, batu lempung, konglomerat, breksi, delta, dan lain-lain.
b. Batuan sedimen eolian, batuan yang ditransportasi dan diendapkan oleh media angin, contohnya
adalah, sand dunes, serir, dan lain-lain.
c. Batuan sedimen glasial, batuan yang diendapkan oleh gletser. Contohnya adalah morena, drumlin,
dan sebagainya.

Batuan sedimen juga dapat dibedakan berdasarkan dimana material sedimen mengendap. Hal ini
dapat membedakan reaksi apa yang akan terjadi pada batuan tersebut, dikarenakan lingkungan satu
dengan lingkungan yang lain mempunyai perbedaan. Contoh:
a. Batuan sedimen limnik (rawa),
b. Batuan sedimen fluvial (sungai),
c. Batuan sedimen marine (laut),
d. Batuan sedimen teristrik (daratan),
e. Batuan sedimen glasial (es).
Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan
batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil
perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan
batuan.
PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai
berikut:

1. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen,
lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan yang
telah mengalami pembalikan.
2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)
Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi akan
membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah
lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan.
Pengecualian :Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu,
dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan
disebut Clinoform.
3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari
batuan yang diterobosnya.
4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas
cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang
kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan
normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral
UNSUR – UNSUR STRATIGRAFI
Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
1. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari adalah batuan
sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga
dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.
2. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh
proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang
lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode pengendapan.
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain.
Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
- Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan
sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya antara satu
lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa
perubahan litologi.
- Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas
kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat
dua jenis kontak berangsur, yaitu :
- Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang perlapisan yang
tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus.
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki
karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan
stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.

- Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang
sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis
kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
- Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang
ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu:
- Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan
yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi,
kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.
- Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas
bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
- Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di atas
dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda
fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan
perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur
fosil).
- Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak
jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

Penampang Stratigrafi
Measure section atau penampang stratigrafi terukur merupakan suatu penampang yang
menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur yang telah dipilih dan diukur untuk mewakili
daerah tempat dilakukannya pengukuran,jalur tersebut dapat meliputi satu formasi batuan atau
lebih
Tujuan :
1. Keterangan litologi yang teroperinci
2. Kedudukan dan ketebalan dari setiap litologi yang dijumpai
3. Urutan dari semua litologi yang ada dan hubungan antara dua litologi bila ada yang
berdampingan
Untuk pembuatan penampang Stratigrafi secara terukur, ada beberapa hal yang harus kita pahami
1. Harus mengerti benar apa tujuan dari pengukuran penampang stratigrafi
• Mendapatkan dan mempelajari secara detail dan mendalam hubungan stratigrafi antar satuan
batuan apakah hubunganya selaras tau tidak selaras serta urut-urutan sedimentasi dalam arah
vertical secara detail untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan.
• Mendapatkan ketebalan yang detail dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
• Untuk mendapatkan data batuan atau lithologi secara detail dan utuh dari urutan-urutan
perlapisan dari lapisan yang paling muda ke lapisan yang lebih tua dari suatu satuan stratigrafi

2. Membuat perencanaan dari lintasan yang akan diukur


Sebelum membuat pengukuran secara detail, diperlukan perencaan lintasan pengukuran dan ada
beberapa hal pendahuluan yang harus dilihat, diantaranya :
• Kedudukan dari bidang lapisan (strike & dip), apakah lapisanya curam, landai, vertical atau
horizontal (dip <5derajat)
• Hal selanjutnya yg perlu diketahui adalah : jurus dan kemiringan dari lapisan itu konstan
menerus atau berubah.
• Tentukan urut-urutan tua ke muda dari lapisan
• Mencari kemungkinan adanya lapisan penunjuk "marker" yang dapat dijadikan guide oleh
sebagian ataupun seluruh daerah telitian.
3. Teknis Pengukuran
Untuk metode yang digunakan untuk mengukur penampang stratigrafi banyak caranya. Tetapi,
salah satu cara yang paling umum dan mudah digunakan di lapangan adalah measurement
dengan memakai pita ukur (meteran) dan kompas. Sebisa mungkin untuk pengukuran tebal agar
arah pengukuran tegak lurus pada jurus perlapisan, Sehingga koreksi-koreksi yang rumit dapat
dihindari
4. Teknis Pengkuran Tebal Lapisan
Untuk pengkuran tebal lapisan, jarak paling pendek diantara bidang alas/ bawah (bottom) dan
bidang atap (top) adalah tebal lapisan sebenarnya. Seharusnya perhitungan tebalnya yang sangat
tepat harus dilakukan dalam bidang yang benar-benar tegak lurus jurus lapisan tersebut.
Bilamana pengukuran tidak tegak lurus maka jarak terukur tersebut yang diperoleh harus
dikoreksi terlebih dahulu terhadap ketebalan lapisan sebenarnya, nah daripada ribet mengkoreksi
lebih baik kita mengukur dengan benar.
Deskripsi atau pemerian pada penampang stratigrafi
Untuk deskipsi dan penamaan secara megaskopis, kalian dianjurkan supaya cara deskirpsi
dilakukan secara beraturan dan sistematik. Contoh dibawah ini diberikan urutan susunan
pemerian yang harus dilakukan, yaitu :
1. nama satuan batuan jika sudah ada
2. batuan utama penyusun satuan yang paling dominan dan sisipannya
3. deskipsi lithologi detail setiap lapisan
4. kandungan fosil jika ada (makrofosil)
5. struktur primer dan sekunder batuan dan unsur-unsur lainnya
6. hubungan antar satuan batuan diatasnya

Anda mungkin juga menyukai