Anda di halaman 1dari 6

Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan batuan, dengan proses dari
pelapukan batuan oleh suhu yang tinggi, pengikisan batuan oleh air dan angin,transportasi batuan
dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, deposisi yaitu ketika proses transportasi tidak bisa
lagi membawa batuan dimana ditransportasi oleh media air dan angina atau dipengaruhi oleh gaya
gravitasi, dan proses lithifikasi dimana dibagi menjadi yaitu kompaksi (proses perubahan butiran
yang lebih padat) dan sedimentary (proses perekatan antar butir batuan).
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya batuan yang
lain (detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi sendiri merupakan
proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi,authogenic dan diagenesa, yaitu proses
terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini
dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas.  Menurut Pettijohn (1975), Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa Batuan
Sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti Batuan Sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume Batuan Sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui
di litosfer dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana Batuan Beku metabeku
mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari Batuan Beku sebesar 25% saja. Batuan
Sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan Batuan Sedimen
antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua.
Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan
singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh
Batuan Sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat
selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2
kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto,
2005).
Batuan Sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa
sentimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar
dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam Batuan Sedimen. Dibanding dengan
Batuan Beku, Batuan Sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan Sedimen
hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu lempung
adalah 80%,batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi
cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah
permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air, gelombang dan arus bawah
permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di
sekitarnya.
Oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan Batuan Sedimen menjadi 5 golongan, yaitu:
•         Golongan Detritus
Golongan ini berdasarkan besar butirannya, golongan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
  Golongan detritus halus, bisa dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif berukuran
halus, 0 (diameter) kurang dari  mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
  Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif
berukuran kasar, 0 (diameter) lebih besar dari  mm dan pada umumnya dihasilkan oleh sedimentasi
mekanis.
•         Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan cangkang
binatang karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis (batu gamping terumbu)
dan sedimentasi kimia (batu gamping kristalin, dolomit). Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil:
  Sedimentasi mekanis    : Gamping Bioklastik
  Sedimentasi organis      : Gamping Terumbu
  Sedimentasi kimiawi     : Gamping Kristalin
•         Golongan Evaporit
Golongan evaporit ini diberikan terhadap batuan garam, karena asal sebab terjadinya disebabkan
oleh proses evaporasi air laut. Golongan ini umumnya terdiri dari batuan monomineralik. Nama
batuan sama dengan nama mineralnya. Sebagai contoh adalah gipsum (Ca SO4 2H2O), anhidrit
(CaSO4) dan halite (NaCl).
•         Golongan Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki sifat monomineralik, serta pada umumnya
tersusun oleh mineral silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik. Contoh
batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.
•         Golongan Batu Bara
Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat yang kaya akan unsur karbon, yang pada
umunya terdiri dari tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis. Contohnya adalah gambut,
bituminous dan antrasit.
1.      Sifat-sifat utama yang dimiliki Batuan Sedimen yaitu:
•            Perlapisan (bedding, stratifikasi) yang menandakan adanya proses sedimentasi.Hal ini
berlaku untuk segala macam batuan sedimen walaupun tidak selalu nyata dalam contoh”hand
speciment”.
•            Klastik atau fragmen yang menandakan butiran-butirannya pernah lepas, terutama pada
golongan karbonat.
•            Sifat jejak atau bekas zat hidup, seperti cangkang atau rumah organisme (koral), terutama
pada golongan karbonat.
•            Jika bersifat hablur maka akan bersifat monomineralitik. Contohnya Gipsum, kalsit, dolomit,
halit dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal Batuan Sedimen. Didalam pemerian Batuan
Sedimen secara megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
•            Komposisi mineral
•            Tekstur
•            Struktur
2.      Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi atas:
A.    Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau pecahan
batuan asal.Batuan asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau Batuan Metamorf.
Didalam pemerian Batuan Sedimen klastik yang bertekstur kasar komposisi dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:

•         Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian
komposisi mineralnya dibedakan atas:
  Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa
butiran mineral, batuan dan fosil.
  Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
  Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal
ada tiga macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat (kalsedon, kuarsa), dan oksida besi
(hematit, limonit).
•         Tekstur
  Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.
  Derajat Pemilahan (Sortasi)
Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk Batuan Sedimen. Dapat dibagi
menjadi 3, yaitu:
-         Pemilahan baik (well sorted)
-         Pemilahan sedang (moderately sorted)
-         Pemilahan buruk (poorly sorted)
  Derajat Pembundaran (Roundness)
Merupakan nilai membulat atau meruncingnya fragmen pembentuk Batuan Sedimen. Dalam hal ini
diberikan 6 kategori, yaitu:
-         Sangat Menyudut (Very angular)
-         Menyudut (angular)
-         Menyudut tanggung (sub-angular)
-         Membulat tanggung (sub-rounded)
-         Membulat (rounded)
-         Membulat baik (well rounded)
•            Struktur
  Struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari Batuan Sedimen klastik yang
menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan
  Permeabilitas adalah kemampuan batuan tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium
berpori-pori yang saling berhubungan.
  Porositas adalah perbandingan antara volume batuan yang tidak terisi oleh padatan  terhadap
volume  batuan  secara  keseluruhan.
B.     Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme
(sedimentasi organis) misalnya reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik
(sedimentasi kimia). Contohnya gipsum, dolomit dan sebagainya.
•            Batuan Sedimen Organik
Batuan Sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organisme, terdapat sisa organisme yang biasanya
tetap tinggal ditempatnya. Contoh dari Batuan Sedimen macam ini adalah gamping koral, diaotema
dan lain-lain. Pada batuansedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan
jelas, walaupun sering kali juga terdapat rekristalisasi.
•            Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh proses penguapan, terutama didaerah aride,
contohnya adalah endapan gipsum, garam dan lain-lain. Batuan Sedimen kimiawi biasanya hanya
terdiri dari satu macam susunan mineral saja, yang jelas walaupun bersifat hablur tetapi kilapnya
adalah non-metalic. Pemerian Batuan Sedimen kimiawi meliputi warna, komposisi mineral, kilap,
ukuran butir dan mineral. Teksturnya kristalin, amorf, gelas,fibrous dan sebagainya.
Batuan Metamorf
Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh
suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari Batuan Sedimen,
Batuan Beku dan Batuan Metamorf itu sendiri. Prosesmetamorphose adalah proses dimana batuan
asal mengalami penambahan tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan
temperatur secara bersamaan. Prosesmetamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat
tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia
batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan asal atau batuan induk baik berupa Batuan Beku, Batuan Sedimen maupun Batuan Metamorf
dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur dan struktur sebagai akibat adanya perubahan
temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur 200oC sampai 350oC kurang dari T
kurang dari 650oC sampai 800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atmosfer kurang dari P kurang dari
10.000 atmosfer) disebut Batuan Metamorf. Proses metamorphose tersebut terjadi di dalam bumi
pada kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-
proses metamorphose itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena
pengaruh atau responterhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan
kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan Beku dan Batuan Sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan
kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistem yang dinamis,
sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari
kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorphose.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang
dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik
adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di
dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari
distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.
Pendekatan umum untuk menggambarkan batas antara diagenesa dan metamorphose adalah
menentukan batas terbawah dari metamorphose sebagai kenampakan pertama dari mineral yang
tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.
Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorphose
shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati
pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan
kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan
terbentuk pada awal metamorphose adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit.
Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi
secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatikkira-kira 500 bar.
Batas atas metamorphose diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini
kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan,
tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar
kondisi tersebut. Batas atas darimetamorphose dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang
disebut migmatit.
1.            Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batuan Metamorf
•            Metamorphosethermal atau kontak, yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur. Jenis ini biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau ekstrusi
magma dengan batuan disekitarnya.
•            Metamorphose dinamo atau dislokasi (kataklastik), yaitu salah satu jenismetamorphose yang
diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh adalah hidrostatis (mencakup ke
segala arah) dan stress(tekanan secara searah). Semakin dalam ke arah kerak bumi, pengaruh
tekanan hidrostatis akan semakin besar. Pada permukaan bumi didapatkan pada daerah sesar atau
patahan.
•            Metamorphose regional, yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara
bersama-sama. Biasanya didapatkan pada geosinklin yang mengalami penurunan terus menerus
(daerah tumbukan atau subdunction zone).
2.      Tekstur
  Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak
tampak lagi).Dalam pembentukkan Batuan Beku mineral tumbuh pada suasana cair.Kristaloblastik
terbagi menjadi:

  Lepidoblastik
Tekstur Batuan Metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan
orientasi sejajar seperti mineral-mineral biotit,muscovite dan sebagainya.
  Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum (acicular,rod-like) yang memperlihatkan
orientasi sejajar, misalnya mineral amphibol, silimanit, piroksen dan lain-lain.
  Granoblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang berbentuk butiran-butiran
dengan sisi kristal yang bergigi (sutered). Contohnya Kuarsa, Garnet dan lain-lain.
  Porfiroblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam pada masa dasar
relative halus. Identik dengan porfiritik.
  Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
  Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-mineralnya adalahanhedral.
  Palimpsest (Tekstur Sisa)
•         Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porforitik.
•         Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang
opitik.

3.      Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan antara butiran dengan butiran lainnya dalam
Batuan Metamorf. Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
•         Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates atau daun) atau berdaun. Namun harus dibedakan dengan
lapisan sedimen. Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral secara pertumbuhan
dalam arah panjang dari mineral. Foliasi ini dapat berjenis-jenis:
  Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate), seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding
(perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral). Mineral-mineral sangat halus dan tidak dapat
dilihat secara megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-mika mikroskopis). Contohnya
Slate (batu sabak), batu lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies rendah.
  Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bedding tetapi
tidak sebaik batuan yang berteksturschistocity (foliasi diperlihatkan oleh kepingan-kepingan halus
mika).
  Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata
atau tidak putus-putus (closed schistochity). Sering juga merupakan perulangan antara mineral-
mineral pipih dengan mineral-mineral berbutir.

  Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral yang granular dan memperlihatkan belahan-
belahan yang tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang terputus-putus atau open
schistocity).
•         Non-foliasi
Struktur non-foliasi ini dalam Batuan Metamorf dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu penjajaran
daripada mineral-mineral yang ada dalam Batuan Metamorf, yaitu:
  Hornfelsik atau hornfels
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butir-butirnya equidemensional
tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.
  Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah. Contohnya Breksi patahan,
biasanya dijumpai pada zona-zona sesar atau patahan.
  Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus, dan dapat dibelah-belah seperti
schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar suatu daerah. Hubungannya
dengan kataklastik, disini pergerakan sesarnya lebih kuat, sehingga fragmennya akan lebih halus
karena adanya penggerusan oleh sesar dan biasanya menunjukkan orientasi.
4.      Komposisi
Pada hakekatnya komposisi mineral Batuan Metamorf dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

•            Mineral Stress
Suatu mineral yang berbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan suhu (T), dimana mineral ini
dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Contonya Mika, kyanit, klorit, staurolit, serpentin,
epidot.
•            Mineral Anti Stress
Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk
equidimensional. Contohnya kuarsa, kalsit, feldspar, kordierit dan granit.

Anda mungkin juga menyukai