Anda di halaman 1dari 24

Batuan sedimen

Wahyu Setyaningsih
BATUAN SEDIMEN
• Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran
batuan induk, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi
kimia maupun hasil kegiatan organisme
• Lithifikasi batuan meliputi proses kompaksi autigenik dan
diagenesa (proses terubahnya material-material lepas
menjadi batuan yang kompak)
• batuan sedimen terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan
lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan (Pettijohn,1975 ).
• 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi hanya 5 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini
berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan
bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis (Tucker,1991), .
• Dari 5% tersebut yang paling dominan adalah batu
lempung (80%), batupasir (5%) dan batu gamping 8% Gambar 1. Siklus Batuan
(Pettijohn, 1975).
Gambar 2. Sketsa proses-proses pelapukan, erosi, transportasi, dan
pengendapan batuan sedimen (gambar atas).
Sketsa perlapisan pada batuan sedimen (bawah).
DIAGENESA
Dalam proses pengendapan, batuan sedimen akan mengalami diagenesa yaitu keseluruhan perubahan, secara kimia, fisika
dan biologi yang mempengaruhi sedimen sejak diendapkan, selama dan setelah litifikasi (diagenesis)
1. Kompaksi sedimen
Akibat adanya tekanan berupa beban berat yang berasal dari atas material sedimen menyebabkan material sedimen
dimampatkan satu dengan yang lain. Setelah dimampatkan volume material sedimen akan menurun, sedangkan kerapatan
antar butiran menjadi semakin tinggi.
2. Sementasi
Dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya mengendap dan merekat (menyemen) butiran-
butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan karbonat (CaCO3), silika (SiO2), oksida (besi) atau mineral-mineral
lempung. Proses sementasi ini mengakibatkan porositas pada sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
3. Rekristalisasi
Proses pengkristalan ulang suatu mineral yang diperoleh dari proses pelarutan material sedimen sebelum maupun sesudah
diagenesa. Saat sedimen terakumulasi, mineral-mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau rekristalisasi, menjadi
mineral lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batugamping terumbu yang porous. Mineral aragonit (bahan struktur
kerangka koral hidup), lama kelamaan berekristalisasi menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.
4. Autigenesis
Terbentuk mineral yang merupakan partikel baru pada suatu sedimen. Mineral tersebut berupa silika, karbonat, gypsum,
klorita dan lain sebagaimya.
5. Metasomatisme
Merupakan tahap bergantinya material sedimen tanpa disertai penurunan volume material asalnya.
PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN
Pada umumnya pembentukan batuan sedimen terjadi
oleh dua cara :
1. Pengendapan material detritus dari pre existing rock.
2. Proses yang terjadi pada lingkungan pengendapan, yang
tidak melibatkan batuan yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan prosesnya, batuan sedimen dapat


dikelompokkan menjadi :
1. Proses fisik  konglomerat, batupasir, batulempung dll.
2. Proses biogenik, biokimia, sedimen organik
batugamping, rijang, batubara dll.
3. Proses sedimentasi kimia  evaporit (halit, gypsum,
anhydrit), ironstone

Berdasarkan proses-proses tersebut, maka secara garis


besar batuan sedimen dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar :
1. Batuan Sedimen Klastik
2. Batuan sedimen non klastik
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
Secara umum batuan sedimen terbagi atas dua kelompok besar yaitu :

1. Batuan Sedimen Silisiklastik


• berdasarkan besar butirnya dikelompokkan menjadi kelompok mudrock, batupasir dan konglomerat atau breksi.
• Fragmen rombakan umumnya tersusun atas kuarsa yang merupakan mineral paling stabil dan feldspar. Butiran yang
berukuran halus akan menjadi batulanau, batulempung maupun sebagai matrik dalam batuapasir, breksi dan
konglomerat.
• Butir-butiran klastik terbentuk setelah mengalami proses pelapukan mekanik atau kimiawi maupun keduanya, proses
transportasi serta pengendapan.
• Transportasi terjadi krn air, angin, es, arus pasang-surut dan arus turbidit.
• Tekstur terutama ukuran butir akan menunjukkan tingkat kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan
dinamika transportasi sedimen.

2. Batuan karbonat
• adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi dominan (>50 %) terdiri dari garam-garam karbonat yang secara
umum meliputi batugamping dan dolomit.
• Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu (berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun
biokimia, organisme turut berperan), dapat pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara
mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain.
• dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat lain seperti dalam proses dolomitisasi dimana kalsit
berubah menjadi dolomit.
SEDIMEN KLASTIK

• Menurut Pettjohn (1975), batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal yang berupa batuan metamorf, batuan beku,
atau batuan sedimen itu sendiri. Mengalami transportasi dengan media fluida (air, angin, gletser)
sehingga pengendapannya tidak pada tempat terdapatnya batuan induk.
• Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen (batuan endapan) yang dihasilkan
dari proses sedimentasi batuan beku atau material padat lain yang mengalami pelapukan mekanik.
• Batuan sedimen klastik berasal dari perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil
secara mekanik sehingga sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya.
• Dikarenakan butiran asal darat kebanyakan tersusun oleh silika, maka batuan yang tersusun oleh
butiran semacam itu sering disebut dengan silisiklastik.
• Batuan sedimen silisiklastik (atau sering disebut klastik) tersusun oleh butiran-butiran yang berasal dari
transportasi dan pengendapan batuan yang telah ada sebelumnya (pre-existing rocks) dalam suatu
lingkungan pengendapan.
• Hancuran batuan tersebut dapat berupa : mineral, litik (rock fragment), matrik.
• Mekanisme transport melalui angin, arus sungai, arus pasang surut, gelombang, aliran massa,
longsoran es (glacier) dan arus turbit (Tucker,
1991).
• Batuan sedimen klastik meliputi batuan yang sangat luas, mencakup mudrock, sandstone, konglomerat
dan breksi.
STRUKTUR
• Struktur batuan sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat diamati di laboratorium karena
umumnya mempunyai skala yang cukup besar.
• Struktur sedimen menyangkut kenampakan massa batuan dalam skala yang lebih luas.
• Struktur sedimen dapat terbentuk pada saat dan setelah sedimentasi. Selain itu dapat pula terbentuk oleh
proses kimia dan biologi
Struktur perlapisan
Merupakan struktur utama batuan sedimen
klastik yang menunjukkan adanya bidang-
bidang perlapisan sebagai hasil proses
pengendapan.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya
struktur perlapisan :
• Perbedaan warna
• Perbedaan ukuran butir
• Perubahan struktur sediment
• Perbedaan komposisi mineral
• Perbedaan kekompakan
• Perubahan macam batuan
Graded Bedding

Gambar 8. Perlapisan pada batuan sedimen akibat adanya perbedaan warna, jenis batuan, ukuran butir dan kandungan fosil
TEKSTUR

• Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya.
Secara umum tekstur batuan sedimen mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan
(Pettijohn, 1975) .
• Tekstur batuan sedimen klastik menunjukkan tingkat kematangan/maturity batuan sedimen.
1. Tekstur muda : matriks banyak, sortasi jelek, bentuk butir menyudut.
2. Tekstur dewasa : matriks sedikit, sortasi sedang-baik, bentuk butir subrounded-rounded.
3. Tekstur tua : tidak ada matriks, sortasi sangat baik, bentuk butir well rounded.
• Tekstur batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh :
1. Source area/provenance : Batuan sumber (Mineral resisten – tidak resisten)
2. Fluidity of depositing medium (turbidity/density current, dilute solutions): berpengaruh terhadap kemas,
sortasi batuan dan bentuk-ukuran butir sedimen.
• Tekstur batuan sedimen merupakan fungsi dari kenampakan hubungan antar butiran sedimen, meliputi :
a. Ukuran butir
b. Bentuk butir
c. Kemas
d. Sortasi
• Gabungan faktor-faktor tersebut (kemas, sortasi, bentuk butir, perbandingan mineral resisten dan non
resisten) akan menghasilkan Maturity index.
a. Ukuran Butir

• Ukuran butir sedimen yang umum


digunakan adalah menurut klasifikasi
Wentworth (1922)
• Ukuran dapat digunakan untuk
memberikan informasi mengenai
mekanisme pengendapan dan
lingkungan pengendapan.
• Semakin halus ukuran butir sedimen
mengindikasikan bahwa proses
transportasi batuan tersebut telah
jauh dari sumbernya, sehingga
semakin banyak mengikis butiran
sedimen tersebut.
b. Bentuk Butir
• Bentuk butir sedimen mencakup tingkat pembulatan (sphericity)
dan pembundaran (roundness).
• Bentuk butir mengindikasikan proses abrasi yang terjadi pada
butiran sedimen selama proses transportasi, kaitannya dengan
jarak transportasi.
• Semakin angular menunjukkan bahwa abrasi butiran tersebut
masih sedikit (yang mengindikasikan jarak transportasi dekat dari
batuan induknya), dan sebaliknya jika semakin rounded.
c. Kemas

• Kemas/fabric berkaitan dengan pengaturan


butiran dalam batuan serta hubungannya
dengan matrik.
• Tinggi-rendahnya kelimpahan matriks secara
langsung berpengaruh terhadap tingkat
kerapatan persinggungan antar butir. a b

• Kemas terdiri atas :


1. Kemas terbuka : kerapatan antar butiran
kecil/renggang, butiran tidak saling
bersentuhan/mengambang dlm massa dasar.
2. Kemas tertutup : kerapatan antar butiran
besar/rapat
• Perbandingan fragmen/matrik:
1. Grain supported: butiran-butiran saling
bersinggungan dengan kelimpahan dominan
beruba butiran
2. Matrix-supported: fragmen mengambang
dalam matrik
d. Sortasi
• Merupakan derajad pemilahan dari suatu butiran
sedimen yang dicerminkan melalui tingkat
keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen.
Semakin seragam kemas semakin baik (K. Simpson,
1995).
• Pemilahan baik (well sorted)
• Pemilahan sedang (moderately sorted)
• Pemilahan buruk (poorly sorted)
• merupakan sortasi sangat berkaitan dengan kemas.
Semakin seragam ukuran butir, semakin baik sortasinya
dan kemas semakin tertutup.
• Kemas dan sortasi mencerminkan mekanisme
transportasi dari material sedimen yang terendapkan.
• Sortasi buruk, terbentuk karena mekanisme debris
flow/density current/arus pekat (contoh pada arus
turbidit, kipas aluvial, aliran yang bercampur lava),
sehingga tidak bisa menyortir ukuran butir yang
diendapkan.
• Sortasi baik, terbentuk pada mekanisme arus encer,
dimana butiran sedimen diendapkan sesuai energi
pengendapan yang ada, sehingga ukuran butir akan
diendapkan seragam sesuai energi yang membawanya.
KOMPOSISI MINERAL
Secara umum, komposisi batuan sedimen klastik
dapat berupa :
1. Fragmen
pecahan yang besar, contohnya pasir dan kerikil.
Bisa berupa mineral atau batuan.
2. Matrik
Lumpur atau sedimen halus lain yang
mengelilingi butiran klastika/fragmen)
3. Semen
Bahan / mineral yang memegang atau mengikat
klastika dan matriks=>produk diagenesis
Dalam sediment klastik dikenal 3 macam semen
yaitu :
a. Karbonat : Kalsit, dolomite
b. Silikat : Kalsedon, Kuarsa
c. Oksida Besi : Hematit, limonit,siderit
Klasifikasi batuan sedimen klastik Konglomerat Breksi

1. Rudaceous Rock (Konglomerat dan Breksi)


a. Konglomerat : fragmen membulat (rounded)
- Parakonglomerat :matrix supported
- Orthokonglomerat :grain supported klasifikasi Petti John (1987):
b. Breksi : fragmen berbentuk angular
konglomerat (perbandingan gravel:pasir:lumpur):
- Folk (1974) : >30% gravel
- WTG (1982) : > 50 % gravel
- Pettijohn (1975) : >80% gravel
2. Arenite Rock/Batupasir (sandstone)
Pasir (Sand): Ukuran butiran 1/16 hingga 2 mm
Macamnya berdasar klasifikasi Petti John (1987):
a. Batu pasir kuarsa (quartz sandstone) atau
arenit kuarsa (quartz arenite) = butiran kuarsa
dominan Greywacke Arkose
Quartz arenite
b. arkos (arkose) = butiran feldspar dominan
c. batu pasir litik (lithic sandstone) atau arenit
litik (litharenite).
3. Lutaceous Rocks (Mudstone)
Meliputi batuan sedimen berbutir halus (silt-clay)
a. Claystone =tersusun oleh material berukuran lempung
(<1/256 mm)
b. Siltstone =tersusun oleh material berukuran lanau Claystone
c. Shale/serpih =mudstone mempunyai struktur fissil
(bedding fissility)
Tabel 3. Penamaan batuan klastik
Name of Rock Fragment Type
Breccia Coarse Fragments of Angular Gravel and Rocks
Shale
Conglomerate Coarse Fragments of Rounded Gravel and Rocks
Sandstone Sand Sized Particles that are 90 % Quartz
Arkose Sandstone composed of 25 % Feldspar Grains
Shale Clay Particles
Siltstone Silt Particles
Mudstone Mixture of Clay and Silt
Limestone Mixture of Shells, Coral, and Other Marine Skeletons Siltstone
• Klasifikasi batuan sedimen klastik umumnya lebih
sederhana karena penamaannya dapat didasarkan pada
ukuran butirnya pada skala wenthworth.
• Penamaan didasarkan pada ukuran butir dan bentuk
butirnya
Tabel 4. Deskripsi Batuan Sedimen

SEDIMEN KLASTIK
 Perlapisan
1. Ciri  Fosil tidak utuh
 Fragmen butiran
 Masif
 Perlapisan
2. Struktur  Laminasi (perlapisan < 1mm)
 Crossbedding
 Graded bedding
 Ukuran butir
3. Tekstur  Sortasi
 Roundness
 Fragmen
4. Komposisi  Matrik
 Semen
 Batupasir
5. Contoh  batuLanau
 lempung

Anda mungkin juga menyukai