Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BATUAN SEDIMEN
IV-2
a. Fragmen mineral atau kristal, seperti mineral silikat, yaitu kwarsa,
feldspar, mineral lempung dan lain-lain.
b. Fragmen atau batuan yang berukuran kasar hingga halus.
Material Autogenik, terbentuk didaerah sedimentasi atau cekungan sebagai
hasil proses kimiawi atau biokimia seperti kalsit, gypsum, halit, glaukonit,
oksida besi dan lain-lain.
IV-3
5. Replacement-metasomatism, yakni proses perubahan mineral-mineral asli
oleh berbagai mineral autogenic tanpa pengurangan volume asal. Dan
terbentuk pada temperatur rendah, misalnya dolomitisasi.
Dilihat dari proses pembentukannya, maka tekstur batuan sedimen dapat
dibedakan atas ukuran butir, bentuk atau kebundaran, pemilahan, kemas,
porositas, kekompakkan.
IV-4
Tabel 4.1 Ukuran butir (grain size) skala Wentworth (1922)
NAMA BUTIR Ukuran Butir (mm)
Bongkah (boulder) 256
Brangkal (couble) 256 – 64
Krakal (poebble) 64 – 4
Pasir sangat kasar (very coarse sand) 4–2
Pasir kasar (coarse sand) 2–1
Pasir sedang (medium sand) 1–½
Pasir halus (fine sand) ½-¼
Pasir sangat halus (very fine sand) ¼ - 1/8
Lanau (silt) 1/16 – 1/256
Lempung (clay) 1/256
IV-5
3. Pemilahan (Sortasi)
Pemilahan atau sortasi merupakan tingkat keseragaman ukuran butir
penyusun batuan, dapat dibedakan atas :
Terpilah sangat baik (very well sorted)
Terpilah baik (well sorted)
Terpilah sedang (moderate sorted)
Terpilah buruk (poorly sorted)
Terpilah sangat buruk (very poorly sorted)
IV-6
5. Porositas
Porositas dimaksudkan dalam tingkat atau kemampuan dalam menyerap air,
dibedakan atas :
Porositas baik, bila mampu menyerap air.
Porositas buruk, bila tidak mampu menyerap air.
Porositas sedang, bila kemampuan menyerap air diantara baik dan buruk.
6. Kekompakkan
Kekompakkan juga dikontrol oleh tingkat diagenesa, dibedakan atas :
Mudah diremas
Getas
Kompak
Lunak
Padat
Keras
Struktur batuan sedimen tidak berbeda dengan tekstur, hanya saja dalam
pengamatan struktur harus dalam skala yang luas (tidak cukup hanya dari
spescement).
Sand Batupasir
- Batulanau
Mud - Batulempung
- Batulumpur
IV-7
Untuk penamaan batuan sedimen yang lebih detail digunakan diagram
segitiga seperti pada gambar 4.5. (Picard M.D, 1971) dan gambar 4.6. (Folk,
1954), dimana penamaan berdasarkan pada persentase dari masing-masing ukuran
butir penyusun batuan. Pada Gambar 4.6. (A) digunakan untuk penamaan batuan
sedimen bila material penyusunnya berukuran pasir (sand), lempung (clay), dan
lanau (silt) dan (B) digunakan untuk penamaan batuan sedimen yang material
penyusun berukuran kerikil – bongkah (gravel), pasir (sand) dan silt – lempung
(mud).
Gambar 4.5. Penamaan batuan sedimen berdasarkan ukuran butir pasir (sand), lempung (clay)
dan lanau (silt) (Piccard M.D, 1971)
IV-8
Gambar 4.6. (A) digunakan untuk penamaan batuan sedimen bila material penyusunnya berukuran
pasir (sand), lempung (clay), dan lanau (silt) dan (B) digunakan untuk penamaan
batuan sedimen yang material penyusun berukuran kerikil – bongkah (gravel), pasir
(sand) dan silt – lempung (mud) (Folk 1954)
IV-9
Gambar 4.7. (A) Variasi batupasir menurut Mc. Bride (1963)
IV-10
4.4.1. Batuan Sedimen Karbonat
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non klastik.
Secara definisi, batuan karbonat adalah batuan yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50%. Mineral karbonat sendiri terdiri dari gugusan Co2-3 dan
satu atau lebih kation. Jenis yang paling umum adalah kalsit (CaCO3), yang
merupakan komponen utama menyusun batugamping. Batuan karbonat
menyusun 10% sampai 20% dari seluruh batuan sedimen yang ada di permukaan
bumi ini. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik lebih kecil dibandingkan
dengan batuan sedimen silisiklastik, tetapi tekstur, struktur dan posil yang
terkandung didalam batuan karbonat dapat memberikan informasi yang cukup
penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi dan evolusi
bentuk kehidupan terutama organisme-organisme laut.
Secara umum batuan karbonat diklasifikasikan atas dua macam yaitu:
klasifikasi diskritif dan klasifikasi genetik (RJ. Dunham, 1962). Klasifikasi
diskritif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat batuan yang
dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik, kimia, biologi,
mineralogi dan tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang menekan
kan pada asal usul batuan daripada sifat-sifat batuan secara diskritif.
IV-11
Adanya kerangka atau butiran yang dasar menunjukkan energi mekanis
yang telah mengendapkannya.
Adanya massa dasar diantara butir-butir menunjukkan tingkat
efektivitas energi mekanis yang bekerja dalam memilah unsur-unsur
gamping.
Sifat kehaburan memberikan gambaran tentang proses-proses diagenesa
yang telah dialami batuan sejak diendapkan.
Secara umum dari tekstur batuan karbonat diharapkan dapat
digunakan untuk menafsirkan lingkungan pengendapan, terutama energi
mekanis atau gelombang yang bekerja dalam lingkungan pengendapannya.
Dalam pendiskripsian batuan karbonat didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut, yaitu butiran atau kerangka, semen, massa dasar, ukuran butir,
bentuk butir, porositas.
1. Besar Butir
Klasifikasi Folk (1961)
Klasifikasi Grabauw (1912) :
Calacirudite, ukuran diatas 2 mm (gravel)
Calacarenite, ukuran antara 2 - 1/16 mm (sand)
Calcilutite, ukuran dibawah 1 – 1/16 mm (mud)
Klasifikasi Embry dan klovan (1971) :
Rudstones
untuk ukuran kerikil atau lebih
Floatstones
Klasifikasi atau skala Wenthworth (1922) :
IV-12
2. Bentuk Butir
Untuk penentuan atau penafsiran energi dalam lingkungan pengendapan.
Bentuk untuk masing-masing jenis kerangka dibedakan atas :
1. Untuk bioklastik, dibedakan atas :
Cangkang-cangkang yang utuh atau fragmen kerangka yang utuh atau
bekas pecahan jelas.
Hasil atau terabrasi atau bundar.
2. Untuk chemiklastik, dibedakan atas :
Speroidal
ooid,fosil, pellet dan lain-lain
3. Untuk kerangka, dapat digunakan untuk menunjukkan lingkungan
pengendapan terutama energi gelombang, dibedakan atas :
a. Kerangka pertumbuhan (growth-framework), berupa :
Masive skeletal frames :
Hemispherical
Domal
Irregular
Columnar, globular, bulbous
Branching skeletal frames :
Delicate branching
Robust dendroid branching
Platy skelatal frames :
Thin platy delicate
Tabular
b. Kerangka Pengerakan (Encrustation), dibedakan ataas :
Columnar stromatolite encrustation
Delicate kinky (stromatolite) encrustation
Binding Laminated.
3. Butiran atau kerangka
Jenis-jenis butiran atau kerangka, yaitu :
a. Kerangka Organik, merupakan struktur tumbuh dari gamping sebagai
bangunan-bangunan yang tak lepas, sebagai proses alamiah dari
IV-13
organisme dan membentuk jaringan. Disebut juga skeletal atau frame
builder (Nelson, et all 1961).
b. Bioklastik terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang-cangkang
binatang yang lepas-lepas (klas), seperti cocquina, foraminifera, koral,
dan lain-lain.
c. Intraklastik (fragmen non organik), dibentuk ditempat atau ditranspor
sebagai hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping
sebelumnya.
d. Chemiklastik (non fragmenter) merupakan butir-butir yang dibentuk
ditempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, penggumpalan
dan lain-lain. Contoh : oolit, pisolite.
4. Semen
Terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas
Disebut spary calcite (Folk, 1962)
Terbentuk pada saat diagenesa pengisian rongga-rongga oleh larutan,
yang mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas.
Sukar dibedakan dengan kalsit hasil rekristalisasi yang biasanya lebih
halus dan disebut mikrospar.
5. Massa Dasar (Matrik)
Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga
dan terbentuk pada waktu sedimentasi.
Biasanya berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak
dapat diidentifikasi.
Dibawah mikroskop kenampakkan hampir opak.
Hadirnya matrik diantara butiran-butiran menunjukkan lingkungan
pengendapan air tenang.
Dapat dihasilkan dari :
a. Pengendapan langsung secara kimiawi atau biokimiawi sebagai jarum
aragonit yang kemudian berubah menjadi kalsit.
b. merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk. Misalnya
koral, algae dierosi dan abrasi oleh pukulan-pukulan gelombang dan
merupakan tepung kalsit, dimana tepung kalsit itu membentuk lumpur
(Lime mud) dan umumnya diendapkan didaerah yang tenang.
IV-14
6. Porositas
Porositas batuan karbonat dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Porositas Primer, terbentuk pada waktu sedimentasi di daerah atau zona
Terumbu
Porositas antar partikel, antar cangkang, dalam cangkang atau
kerangka oolit, antar butir bioklas)
Sedimentasi kompelatif, (fosil terjebak dalam lumpur gamping, jika
pengendapan bioklas lebih cepat dari lumpur, maka terjadi porositas)
b. Porositas sekunder, merupakan lubang-lubang pori yang terbentuk lama
sesudah proses sedimentasi selesai, seperti oleh pelarutan, retakan-
retakan oleh aktivitas organik, antara lain :
Cetakan (mold), pelarutan dari butiran atau fosil
Saluran (channelling)
Gerowong (vug)
Lubang bor organisme
Retakan desikasi atau breksi
Retakan tektonik atau kekar, dan sebagainya.
IV-15
4.4.1.2. Penamaan Batuan Sedimen Karbonat
Berdasarkan tekstur karbonat, maka batugamping ini dibedakan atas
beberapa jenis atau tipe, yaitu :
Gambar 4.11. Klasifikasi batugamping oleh R.L Folk, 1959 disari Gilbert, 1982
IV-16
Gambar 4.12. Framestone
b. Bindstone
Batuannya terdiri dari kerangka ataupun pecahan - pecahan kerangka
organik, seperti koral, bryozoa, dan sebagainya, tetapi telah diikat kembali oleh
kerak-kerak lapisan (encrustation) gamping yang dikeluarkan oleh ganggang
merah, dan sebagainya. Batuan ini juga digolongkan Boundstone (R.J
Dunham, 1962).
IV-17
Gambar 4.14. Baffestone
d. Floatstone
Batuan yang terdiri dari potongan – potongan kerangka organik (misalnya
dari branching coral) yang mengambang dari lumpur karbonat (matrik). Jenis
gamping ini sulit digolongkan dalam gamping kerangka apabila boundstone,
tetapi jelas masih berasosiasi dengan gamping kerangka.
IV-18
Gambar 4.16. Rudstone
f. Tipe gamping klastik atau butiran
Tipe gamping klastik ini dibedakan atas :
Gamping Tipe Bioklastik
Gamping Intraklas atau fragmenter non organik
Gamping tipe chemiklastik
Jika ukuran butirnya halus (< 0,25 mm), dimana sukar untuk membedakan
partikel-partikel pembentuknya, maka micrograined atau microgranular.
Jika jenis butir tidak dapat diidentifikasi, maka digunakan :
Kalkarenit terutama jika tekstur atau ukuran butir jelas menyerupai ukuran
pasir (Grabaw 1912).
Grainy atau granular limestone (Thomas, 1961)
Clastik limestone
Fragmental limestone (Nelson at all, 1961)
Penamaan tipe gamping klastik menggunakan klasifikasi (RJ. Dunham,
1962).
Gamping tipe Bioklastik
Penamaan sering didasarkan pada organisme pembentuk utamanya, seperti
gamping foraminifera, gamping koral, gamping cocquina dan gamping.
Jenis-jenis butir bioklastik dikenal enam jenis kerangka atau cangkang
organik (Ginsburg and Wilson, 1974) yaitu kerangka yang berspikula
(sheated and spiculed skeleton), kerangka berbuku-buku (secmented
skeleton), kerangka bercabang (branched skeleton), kerangka berbilik
IV-19
(chambered skeleton), kerangka berkerak (encrusted skeleton), kerangka
masif.
IV-20
g. Tipe gamping afanitik dan mikrokristakin
Terdiri dari butiran-butiran berukuran butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
dengan jelas apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan
gamping) atau kristal-kristal halus. Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-
acak binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.
h. Tipe gamping kristalin dan dolomit
Gamping kristalin berukuran besar tidak dibentuk secara langsung dari
pengendapan tetapi biasanya dari hasil rekristalisasi dari gamping yang
lain, dan gamping klastik ataupun gamping terumbu atau afanitik.
Proses kristalisasi terjadi sewaktu diagenesa dan disebut neo-morphisme.
Gamping kristalin yang kasar ada yang diendapkan secara langsung dalam
asosiasinya dengan pengendapan evaporit.
IV-21
Gambar 4.20. Dolomit
4.4.2. Batuan Sedimen Silika
Sedimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sedimen non-klastik
dimana disusun oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses kimiawi
maupun biologis. Silikat dapat diendapkan dari larutan, baik oleh evaporasi
maupun oleh kegiatan organisme-organisme yang hidup. Deposit ini mempunyai
arti yang penting dan sangat menarik, terutama yang biogenik. Komposisi dari
batuan sedimen silika ini dapat berupa kuarsa (kristal silikat murni), chalsedon
(mikro fibrous dari kuarsa) dan opal (non-kristalin silikat yang mengandung
molekul air).
Silika material penyusunnya berupa material autogenik (bukan hasil
transportasi). Batuan ini berwarna mulai putih, kuning muda, coklat dan abu-abu.
Sangat ringan dan merupakan kumpulan dari mineral-mineral diatomea.
IV-22
4.4.2.2. Penamaan Batuan Sedimen Silika
1. Chert ( rijang ) adalah batuan afanitik yang terdiri dari cryptocrystalline
sillikat atau oval atau kedua-duanya. yang dominan mikrofibrous
chalsedon. Warna putih coklat muda, abu-abu sampai hitam, kuning,
merah dan coklat, kekerasan 7, pecahan concoidal. Terdapat sebagai
masa dalam gumpalan-gumpalan kecil atau merupakan lapisan yang tebal
dan tersebar luas. Meskipun kebanyakan lapisan-lapisan chert kelihatan
masif tetapi memiliki cros laminated dan graded bedding. Beberapa
lapisan rijang berasosiasi dengan pillow lava dan sebagian berasosiasi
dengan komplek opihiolit (batuan beku basa – ultra basa), meskipun yang
lain terbentuk secar bertahap tidak dengan asosiasi vulkanik. Rijang yang
nodular umumnya dalam batugamping dan beberapa batuan laing yang
terbentuk dari hasil replacement pada saat diagenesa. Nodular dapat
berupa kalsit, dolomit, siderite, pyrit, kuarsa dan collophone.
IV-23