Anda di halaman 1dari 34

BAB II

BATUAN BEKU

2.1. Proses Keterbentukan Batuan Beku


Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara ilmiah,
bersifat mobile, bersuhu antara 900O- 1200O atau lebih berasal dari kerak bumi
bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (F.F. Grouts, 1947; Turner dan
Verhoogen, 1960;H.William, 1962 ).
Komposisi magma dikontrol oleh elemen-elemen yang dapat berlimpah di
bumi yaitu Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, H dan O. Karena anion O2-, maka umumnya
komposisi magma diekspresikan dalam oksida seperti SiO2, Al2O3, CaO, dan
H2O.
Berdasarkan analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari :
1. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur oksida
dalam magma jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma sehingga
merupakan mayor elemen, terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO,
MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma terdiri dari
fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
3. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan
minor elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, Cr, S dan Pb.
Bunsen 1951, W.T. Huang 1962, mempunyai pendapat ada dua jenis
magma primer yaitu basaltic dan granitic, dan batuan beku merupakan hasil
campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dailly Winkler, 1933, W.T. Huang 1962, berpendapat lain yaitu magma
asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses
magmatik akan menjadi magma bersifat lain. Magma basa bersifat lebih encer
(viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi.
Sedangkan magma asam adalah sebaliknya.
Sekurang-kurangnya genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik harus
ditinjau dari 2 segi :
1. Faktor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan yang bergenerasi
didalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.
2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik kepermukaan.
Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.

2.2. Tinjauan Umum Batuan Beku


Batuan beku adalah merupakan kumpulan (agregate) mineral-mineral silikat
dari hasil penghabluran magma yang mendingin (W.T. Huang, 1962). Proses
pembekuan tersebut merupakan perubahan fase cair menjadi padat. Proses
pembekuan magma sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal yang akan tercermin
dari tekstur dan struktur primer pada batuan.
Batuan beku adalah yang terjadi akibat pembekuan larutan silika cair dan
pijar, yang kita kenal dengan nama Magma. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan,
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan
mineraloginya. Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Mineral felsik : adalah mineral-mineral yang memiliki warna yang cerah.
dan tersusun atas silika dan aluminium. Mineral tersebut antara lain
kuarsa, plagioklas, orthoklas, muskovit.
2. Mineral mafik : adalah mineral-mineral yang memiliki warna yang gelap,
tersusun atas unsur besi, magnesium, kalsium. Misalnya olivin, piroksin,
hornblende, biotit, dan lain-lain.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal.Mineral
mafik pada umumnya mengkristal pada suhu yang relatif tinggi dibandingkan
dengan mineral felsik. Magma adalah larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah,bersifat mobile dengan temperatur 900oC – 1600oC dari dasar kerak bumi
atau dari selubung bumi bagian atas. Pembekuan magma dapat terjadi di dekat
atau di permukaan yang selanjutnya akan membentuk batuan beku vulkanik dan
ada yang membeku di antara batuan beku vulkanik dan plutonik yang disebut
sebagai batuan beku hipobisal atau porfiri.

II-2
Magma terdiri dari unsur O,Si,Al,Fe,Mg,Na,Ca,K,senyawa berupa
H2O,CO2 dan gas berupa H2S,HCl,CH4, dan CO.
Tabel 2.1. Hubungan antara jenis magma dengan viskositas dan temperatur
Jenis Komposisi Kandungan
Magma Kimia Temperatur Viskositas Gas
45-55% SiO2, Tinggi akan Fe, 10 – 103
Basaltik Mg, Ca, rendah K,Na 1000o – 1200o C PaS Rendah
55 – 65% SiO2 Kandungan 103 – 105
Andesitik Fe,Mg, Ca,K dan Na sedang 800o – 1000o C PaS Sedang
65 – 75% SiO2, rendah akan 105 – 109
Rhyolitik Mg,Ca dan tinggi akan K,Na. 650o – 800o C PaS Tinggi

Penggolongan batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kepada tiga


patokan utama, yaitu :
 Berdasarkan genesa batuannya
 Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung
 Berdasarkan komposisi mineralnya
Berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku dapat dibagi atas 3
bagian, yaitu:
 Batuan Ekstrusi (Vulkanik)
Batuan ini terdiri dari material yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik
di daratan maupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin
dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan
panas disebut lava.

Gambar 2.1. Lava

II-3
 Batuan Intrusi (Plutonik)
Proses pembentukan ini sangat berbeda dengan proses pembentukan
batuan ekstrusi, dimana batuan ini sifatnya menerobos batuan yang telah
terbentuk sebelumnya. Ada tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan
beku berdasarkan bentuk dasar dari geometri, yaitu:
 Batuan tidak beraturan, pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas di permukaan (batholith dan stock).
 Intrusi bentuk tabular, mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang
mempunyai bentuk diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (sill
dan laccolith).
 Intrusi yang memiliki tubuh yang kecil, bentuk yang khas dari grup ini
adalah intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar dari sisa korok gunung api
(volcanic rock)

Gambar 2.2. ilustrasi intrusi

 Batuan Beku Gang (Hipobisal)


Batuan ini terbentuk diatara batuan plutonikdan vulkanik, disebut juga
dengan istilah batuan beku gang atau hipobisal.

2.3. Tekstur Umum Batuan Beku


Pengertian tekstur pada batuan beku mengacu kepada kenampakan butir
mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, granularitas
dan hubungan antar butir (fabrik).

II-4
Tekstur adalah kenampakkan atau ciri batuan yang berkaitan dengan
hubungan antara komponen batuan baik yang kristalin maupun non kristalin dan
dapat mencerminkan cara terdapatnya ataupun cara pembentukan batuan. Hal
tersebut dikarenakan tekstur batuan beku menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran
butir atau granularitas, dan fabrik (kemas).
 Derajat Kristalisasi (Degree of Crystallinity).
Derajat kristalisasi mencerminkan keadaan proporsi antara komponen
kristalin dengan non kristalin (amorf) massa gelas dalam batuan beku, yang
dibedakan atas :
 Holokristalin
Apabila batuan tersebut terdiri dari massa kristal seluruhnya. Kristal
biasanya berupa granular, mikrolit yaitu kristal yang berukuran halus yang
berbentuk tabular maupun prismatik dan bersifat anisotrof, serta berupa
kristalin, yaitu kristal yang berukuran sangat halus yang berbentuk sperikel,
seperti rambut atau tongkat dan bersifat anisotrof.
 Hipokristalin
Apabila batuan disusun oleh massa gelas dan massa kristal, hal ini disebut
juga dengan istilah metocrystalin.
 Holohialin
Apabila batuan tersebut disusun oleh massa gelas seluruhnya.

 Ukuran Butir (Granularitas)


Ukuran butir dalam batuan beku dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal
meskipun dengan menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dikenal 2 kelompok ukuran butir, yaitu :
 Fanerik
Dikatakan fanerik apabila batuan mempunyai ukuran butir kristalnya kasar
(dapat dilihat dengan jelas), dengan ketentuan.
Fanerik sangat kasar, bila diameter berukuran > 3 cm.
Fanerik kasar, bila diameter berukuran 5 mm – 3 cm.
Fanerik sedang, bila diameter berukuran 1 mm – 5 mm.
Fanerik halus, bila diameter berukuran < 1 mm

II-5
 Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan kasat mata. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat disusun atas massa kristal, massa gelas, ataupun keduanya.
Selain itu juga dikenal istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut
mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal atau dilihat dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan apabila kristal individu dapat dilihat
tanpa menggunakan mikroskop, maka disebut dengan kriptokristalin.
Granularitas dipengaruhi oleh komposisi kimia magma, dalam hal ini akan
mempengaruhi viskositas, kecepatan pendinginan, dan kedalaman sebagai fungsi
dari tekanan. Magma dengan viskositas rendah di bawah tekanan tinggi kristalnya
akan tumbuh dengan baik, sebaliknya untuk magma tekanan rendah viskositas
tinggi serta dekat dengan permukaan, dalam hal ini batuan holokristalin dengan
ukuran butir sedang – kasar merupakan ciri untuk batuan plutonik sedangkan
untuk batuan kristalin halus, afanitik, dengan gelas terbentuk akibat pendinginan
yang cepat dengan viskositas magma yang tinggi.

 Fabrik (Kemas)
Merupakan tekstur yang memperlihatkan hubungan geometri antara
bentuk dan proporsi butir-butir penyusun batuan. Secara individu bentuk butir
mineral dibedakan atas :

Euhedral, bila mineral dibatasi oleh bidang atau bentuk kristal yang
sempurna.

Gambar 2.3. Euhedral

II-6
Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian bidang atau bentuk
kristalnya.

Gambar 2.4. Subhedral


Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang atau bentuk kristalnya.

Gambar 2.5. Anhedral

II-7
Gambar 2.6.Bentuk butir mineral pada sayatan petrografi

Sedangkan fabrik (kemas) dibedakan atas :


Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatif
seragam, dibedakan atas:
Panidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk
euhedral dan ukuran butir relatif seragam.
Hipidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk
subhedral dan ukuran butir relatif seragam.
Allotriamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk
anhedral dan ukuran butir relatif seragam.
Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang
relatif tidak seragam, seperti:
Porfiritik, bila kristal atau mineral yang berukuran besar (fenokris)
tertanam dalam massa dasar (matrik) kristal -kristal yang berukuran lebih
kecil.
Vitrofirik, seperti tekstur porfiritik tetapi massa dasarnya berupa gelas.

II-8
Gambar 2.7. Kemas Batuan Beku

2.4. Tekstur Khusus Batuan Beku


Selain tekstur umum,dalam pengamatan secara mikroskopis akan dapat
dengan mudah diamati adanya tekstur-tekstur khusus dalam batuan beku,seperti
tekstur tumbuh bersama antara dua mineral (intergrowth), tekstur aliran maupun
tekstur khusus lainnya.

2.4.1. Tekstur Intergrowth (Tekstur Tumbuh Berasama)


Ofitik, tumbuh bersama antara plagioklas dengan piroksin, dimana
plagioklas terbentuk lebih dahulu, kemudian tumbuh bersama dengan
piroksin (kristal piroksin lebih besar dari plagioklas).

Gambar 2.8. Tekstur Ofitik


Sub-ofitik, tekstur ofitik, dimana plagioklas dan piroksin berukuran sama
besar.

II-9
Gambar 2.9. Tekstur Sub-Ofitik
Diabasik, tekstur ofitik, dimana piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas
membentuk radier terhadap piroksin.

Gambar 2.10. Tekstur Diabasik

Hialoofitik, tekstur ofitik dalam massa dasar gelas.

Gambar 2.11 tekstur Hialoofitic

II-10
Intergranular, tekstur dimana butiran mineral – mineral mafik (olivin,
piroksin) berada diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang
dengan arah yang tidak teratur (random)

Gambar 2.12. Tekstur Intergranular


Intersental, seperti tekstur intergranular, tetapi bagian-bagian (ruang) antar
mineral-mineral plagioklas ditempati oleh mineral gelas atau oleh mineral-
mineral sekunder, seperti klorit,serpentin,kalsit, dan lain-lain.

Gambar 2.13. Tekstur Intersental


Grafik, tumbuh bersama antara mineral kuarsa dengan K-feldspar pada
titik eutektik dimana kuarsa berbentuk runcing (angular) dengan letak
tidak teratur.

II-11
Gambar 2.14. Tekstur Grafik
Granofitik, tumbuh bersama antara kuarsa dan K-feldspar tidak pada titik
eutektik tetapi pada proses replacement. Kuarsa berbentuk anhedral dan
tidak teratur memperlihatkan kontinuitas warna (bias rangkap),misalnya
memperlihatkan BF kuning keseluruhan.
Mirmekitik, tekstur tumbuh bersama antara kuarsa dengan plagioklas
asam, dimana kuarsa membentuk menjari atau seperti jaring yang
membentuk radial terhadap plagioklas asam (kuarsa seperti inklusi di
dalam plagioklas asam). Ciri lain pemadaman kuarsa akan serentak pada
saat meja diputar.
Pertit, tekstur tumbuh bersama antara K-feldspar (mikroklin & orthoklas)
dengan plagioklas asam oleh proses inmixing atau exolution (pemisahan
terjadi karena penurunan temperatur). K-feldspar tumbuh lebih besar dan
plagioklas asam biasa tumbuh teratur pada bidang belah K-feldspar.
Antipertit, seperti tekstur pertit,namun plagioklas asam tumbuh lebih
besar.

2.4.2.Tekstur Aliran
Trakitik, tekstur menunjukkan kesan aliran, dimana fenokris ataupun
mikrolit-mikrolit sanidin (K-feldspar) bersama plagioklas menunjukkan
pola kesejajaran.
Pilotaksitik, fenokris dan massa dasar plagioklas menunjukkan
pensejajaran akibat pengaliran.
Hialopilitik, mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan
arah tidak teratur dalam massa dasar gelas.

II-12
2.4.3. Tekstur Khusus Lain
Felted texture, tekstur dimana massa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit
yang tidak beraturan.
Felsoferik, tektur dimana massa dasar terdiri dari intergrowth antara
kuarsa dengan feldspar.
Corona atau Reaction Rim atau Kelfitic Rim, tekstur dimana mineral asal
(pertama terbentuk) dikelilingi atau dilingkupi oleh mineral yang terbentuk
berikutnya. Terjadi pada proses magmatik atau oleh proses metamorfosa
derajat rendah.
Ravakivi, tektur dimana K-Feldspar dilingkupi oleh plagioklas asam
(oligoklas).
Poikilitik, tekstur dimana terdapat inklusi-inklusi mineral secara random
dalam satu mineral besar.
Glamero pofiritik, tekstur ditunjukkan oleh adanya fenokris - fenokris
sejenis yang mengumpul dan tertanam dalam massa dasar.
Kumolo porfiritik, tekstur yang ditunjukkan oleh mengumpulnya fenokris-
fenokris yang tidak sejenis.

2.5. Klasifikasi Batuan Beku


Banyak para ahli mengklasifikasikan batuan beku,ada yang
mengklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya (Rosen Busch) yang
dibedakan menjadi :
Batuan beku efusif, yaitu batuan beku yang membeku dipermukaan
Batuan beku kerok atau hipobisal,yaitu batuan beku yang membeku
diantara batuan beku efusif dan batuan beku plutonik.
Batuan beku plutonik, yaitu batuan beku yang membeku di bawah
permukaan.
Tetapi klasifikasi batuan beku secara umum dibedakan secara kimiawi dan
mineralogi. Penggolongan batuan beku berdasarkan hal tersebut telah banyak
dikemukakan oleh para penulis - penulis terdahulu. Sebagai contoh, dalam
praktikum petrologi secara umum batuan beku dipisahkan berdasarkan komposisi
kimianya (kandungan SiO2) yang dibedakan atas batuan beku ultrabasa, batuan
beku basa, batuan beku intermedier, dan batuan beku asam.

II-13
Tabel 2.2. Ciri – Ciri Kerabat Batuan
Ultramafik Gabro Gabro Kalk Diorit Granodiorit
Kerabat dan Alkali Alkali Mozonit Adamelit
Parameter Lamprofir Syenit Granit
Indeks >70 40 – 70 40 – 70 10 – 40 10
warna - - - <10 % >10 %
Kwarsa An 70 An 50 – 70 An 50 – 70 An 30–50 < An 30
Plagioklas Olivin, Olivin, Olivin, Olivin, Px, Biotit,
Mineralogi Piroksin, Piroksin, Piroksin Hrb, Plg, Kwarsa,
Hrb, Plg Hrb, Plg KF > 10 % Biotit, Muskovit,
basa basa Hrb, Plg Kwarsa KF >> plg,
KF < 10 % basa KF< 10 % asam
Grafik
Tekstur Ofitik, Subofitik, Poiklitik, Corona, Trakhitik Mirmekitik
Kellipitik rim, Intergranular, Intersertal, Granofirik
Khusus Afirik, Pilotaksitik pilotaks Pertit
Anti pertit
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kesamaan komposisi mineralogi dan
kimia dikemukakan oleh Weels dan Daly yang dikenal dengan nama “Clan
Concept”, klasifikasi ini tidak mempersoalkan apakah mereka terbentuk pada
permukaan atau pada kedalaman bumi, juga tanpa mempersoalkan apa teksturnya
dan apakah berasal dari proses magmatik atau metasomatik. Suatu clan dari
batuan-batuan dibatasi oleh persamaan komposisinya, dalam perbedaan setiap
clan akan ditentukan berdasarkan tekstur antara komposisi-komposisi batuan yang
berbutir halus dan kelompok batuan yang berbutir kasar.
Didasarkan pada kesamaan komposisi mineral dan tekstur, batuan beku
dibagi atas lima kerabat (clan), yaitu : kerabat batuan Ultramafik dan Lamprofir,
kerabat batuan Gabro Kalk-Alkali, kerabat batuan Gabro Alkali, kerabat batuan
Diorit Monzonit Syenit, kerabat batuan Granodiorit Adamelit dan Granit

2.5.1. Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir


Sebagian besar batuan ultramafik atau juga disebut ultrabasa mengandung
silika lebih kecil dari 45 %. Batuan ini mempunyai indeks warna yang lebih besar
dari 70.

II-14
Batuan ini tidak mengandung feldspar atau kurang dari 10 %, batuan ini
banyak ditemukan pada bagian bawah dari sill tebal, aliran-aliran lapolik dimana
semakin keatas berangsur kebatuan basa. Kejadian pada posisi demikian
merupakan gejala akhir dari pembentukan kristal sebelumnya. Batuan ultramafik
lainnya kemungkinan berasal dari diferensiasi kristal dan beberapa diantaranya
dihasilkan oleh alterasi metasomatik sebelumnya.

Variasi Batuan
1. Tipe Berbutir Halus
a. Picrite dan Ankaramite
Pada picrite ultramafik mengandung olivin antara setengah sampai tiga
perempat bagian dari seluruh volume batuan, persentase Ca-Plagioklas berkisar
antara 10 – 25 %. Jenis piroksen yang terdapat pada picrite yang berasosiasi
dengan batuan kalk-alkali basalt dan diabas adalah augit, pigeonit yang
bercampur dengan sedikit hornblende pada picrite yang berasosiasi dengan
alkali basalt dan diabas biasanya mengandung piroksen dari jenis titanugit dan
paling banyak dari jenis negirin augit. Amfibol yang terdapat adalah barkevite
atau arvecson.

Gambar 2.15. Batuan Picrite

Kadang kala pada alkali picrit dijumpai variasi sedikit kalium feldspar. Sisa-
sisa yang dibentuk oleh olivin yang terbanyak berupa fenokris labradorit atau
biotit, bijih besi, apatit, karbonat deuterik dan kadang kala sedikit felspar serta
gelas.

II-15
b. Limburgite
Biasa berbentuk aliran, dike, sill, plug (sumbat lava) dan selalu berasosisasi
dengan batuan alkali basa terutama adalsit, basanit dan monchiquit,
kebanyakan berwarna gelap kaya akan gelas, feldspar tetapi sedikit plagioklas
atau nefelin atau kedua-duanya.

Gambar 2.16 Batuan Limburgit

Jenis yang kaya Felspatoid antara lain :


 Kutunggit
Kutunggit adalah kelilitit yang kaya akan melillitik dan miskin piroksin.
Kandungan silikanya rata-rata 35 % yang menjadikan batuan ini merupakan
salah satu lava yang sangat basa. Mengandung kalium lebih banyak dari pada
natrium. Fenokris melilit serta olivin secara bersamaan membentuk 2/3 dari
masa batuan. Apatit, provskit dan magnetit titan besi melimpah sedangkan
biotit, kalliofilit, leusit dan nefelin berjumlah sedikit.
 Ugandit
Ugandit adalah leusitit olivin melanokratik tinggi namun kekurangan melilit.
Terdiri dari olivin dengan sejumlah augit, leusit, provskit mineral bijih dan
biotit di dalam massa dasar gelas hitam.
 Maduptit
Maduptit dari leucite hills, Hyoming juga merupakan leusitit yang kaya akan
gelas, hampir separuhnya merupakan diopsid sekitar 1/5 phlogofit dan 1/10
adalah provskit, apatit dan mineral bijih, leusit jarang atau tidak hadir. Kaya
akan K dan Ni.

II-16
 Mafurit
Berbentuk aliran serta bongkah, bersifat kurang asam dengan kandungan K
lebih tinggi daripada ugandit, kalsilit, mineral jarangnya adalah polimorf
KAlSiO4 yang menjadi penyusun utama dalam massa dasar gelas.
 Melilit dan Nefelinit
Batuan-batuan ini umumnya kekurangan plagioklas, dari sini nama asalnya
“basalt melilite” dan “basalt nefeline”, diantaranya ada yang mengandung
silika cukup banyak dan memiliki indeks warna cukup rendah sehingga
berubah menjadi kerabat alkali gabro. Nefelinit tersusun oleh nefelin dan
augit serta kekurangan mineral melilit, dengan massa dasar nefelin, olivin
yang terserpentinasikan dan biotit.

2. Tipe Berbutir Kasar


a. Dunit.
Batuan ini hampir seluruhnya terdiri dari olivin, pada umumnya berbentuk
sill tetapi ditemukan juga sebagai lensa-lensa paralel dan pipa-pipa menyilang
berpotongan. Kromit dan pikotit sangat utama dalam dunit. Selain itu dalam
dunit kaya akan magnetit, ilmenit, dan pyrkolit dan berbagai kumpulan platina
alam, spinel hijau, enstatit dan diallag sangat jarang dan sedikit.

Gambar 2.17 Batuan Dunit


b. Peridotit
Penyusun utama adalah dunit dan olivin dan mengandung beberapa mineral
mafik lain dalam jumlah banyak dan perubahan jenis menunjukkan sebagian
besar mengandung mineral mafik ini. Berdasarkan dari kandungan mineral
piroksen nya peridotit dibedakan menjadi beberapa variasi, yaitu : Wherklite
yang mengandung olivin dan dialage (px) dengan terdapat perbandingan 3 : 1,
mineral tambahannya enstatite, hornblende, pikotite dan chromit dalam jumlah

II-17
kecil. Harzburgite terdiri dari mineral olivin dan orthopiroksen (enstatite,
bronzite atau hiprestine), mineral tambahan chromite, besi, diopside dan
diallage. Lherzolite adalah pertengahan Antara wherlite dan harzburgite
mengandung diallage dan orthopiroksen dijumpai dalam jumlah yang
seimbang.

Gambar 2.18. Batuan Peridotit

Jenis peridotit yang lain adalah :


 Peridotit Hornblende, ciri – cirinya : hornblende hadir berukuran besar, hasil
ubahan deuritik piroksen dan olivin, tekstur poilitik (olivin dan piroksen
menginklusi hornblende), Mineral lain yang hadir flogopit, magnetit, pirotit,
spinel, apatit dan plagioklas kalsit.
 Peridotit Mika (Kimberlit), sering berasosiasi dengan endapan intan,
Kimberlite hasil ubahan dari mineral melilit olivin dan alonit, shand kimberlit
adalah breksi yang kaya akan xenolite dalam massa dasar dalam campuran
serpentin, karbonat, olivin, piroksen, garnet, ilemenit, biotit, cromit.

c. Serpentinit
Sill yang sangat besar yang tersusun oleh serpentnit ditemukan dibeberapa
sabuk orogen, dimana batuan ini mengintrusi sedimen geosinklial dan
berasosiasi dengan aliran-aliran dan sill spilit. Dominan tersusun oleh mineral
serpentinit hasil serpentinisasi oleh olivin dan piroksen. Umumnya hasil
ubahan dari dunit atau peridotit, olivin terubah menjadi serpentinit membentuk
tekstur mesh (jala), piroksen (enstatit) terubah menjadi serpentinit membentuk
tekstur bastit

II-18
Gambar 2.19 Serpentinit

d. Piroksinit
Piroksinit adalah batuan beku yang dominan disusun oleh piroksen (90 %),
mineral lain hornblende, biotit dan plagioklas (sedikit), umumnya bertekstur
kasar, allotriomorfik granular, garnet, spinel, opak, apatit, olivin, mineral
sulfida, cromit, klinopiroksinit sangat jarang dijumpai dibandingkan
orthopiroksen.

Gambar 2.20 Batuan Piroksinit


Variasi dari piroksin, yaitu :
 Piroksinit biotit, dimana biotit hadir (50 %) dengan asosiasi mineral lainnya
augit, aktinolit, opak, dan apatit.
 Piroksinit hornblende dimana augit hadir 60 % dan hornblende 30 % dengan
mineral lainnya pyrit, spinel, apatit dan anortit.
 Diopsidit, dominan disusun oleh piroksen jenis diopsit.

II-19
 Websterit, mineral ortopiroksin dan klinopiroksin hadir dalam jumlah yang
sama dan tumbuh bersama.
 Piroksinit yang kaya akan feldspartoid seperti unchompagrite turjait dan okait
(dominan foid yang hadir melilite), sedangkan melteigite, jakupiringte dan
missaurite (foid yang hadir adalah nefelin dan leucit).

2.5.2. Kerabat Batuan Gabro Kalk-Alkali


Batuan beku ini mempunyai komposisi terutama terdiri dari plagioklas yang
lebih basa Ab1An1 sehingga mempunyai indeks warna lebih besar dari 40.
mengandung mineral augit, hipersten, dan olivin yang merupakan mineral mafik
yang khas dalam batuan ini. Beberapa dari batuan ini mengandung kwarsa atau
alkali feldspar atau keduanya, tetapi tidak satupun yang mengandung lebih dari 10
% alkali feldspar.

Variasi Batuan
1. Berbutir Halus
a. Basalt dan Diabas
Umumnya basalt merupakan batuan yang berbutir halus dan diabas
merupakan batuan yang berbutir sedang. Tekstur holohialin sampai
holokristalin. Perubahan komposisi yang secara keseluruhan terdiri dari gelas
terutama dijumpai dibagian tepi intrusi-intrusi dangkal karena pendinginan
secara cepat, dalam inti-inti aliran lava dan dalam lava-lava yang mendingin
secara cepat karena mengalir kedalam air atau dibawah es. Tekstur-tekstur
porfiritik tersebar luas baik dalam batuan basalt maupun diabas dan fenokris-
fenokrisnya mungkin terdiri dari olivine, piroksen atau feldspar.

Gambar 2.21 Basalt

II-20
Gambar 2.22. Diabas

b. Olivine Basalt dan Olivine Diabase


Olivine basalt, tekstur poforitik, fenokris berbentuk zoning, berupa Olivin
dan plagioklas (An50 – An80). Massa dasar plagioklas (An50 – An80), olivin,
klinopiroksen (pigeonit – augit). Olivine Diabase, secara mineralogi dan
teksturnya batuan ini tidak berbeda dengan batuan olivine basalt, terdapat
dalam sills dan dike yang tebal biasanya berukuran butir lebih besar daripada
yang terdapat dilava-lava. Adanya tekstur ofitik dan poikilitik.

Gambar 2.23. Basalt Olivine


c. Thoelitic Basalt dan Thoelitic Diabase
Thoelitic Basalt, batuan ini tersusun oleh labradorit, klinopiroksen dan bijih
besi, umumnya terdapat diantara basalt-basalt diantara jalur orogenesa. Olivin
biasanya tidak dijumpai, biasanya terdapat dekat dengan dasar aliran lava.

II-21
Thoelitic Diabase, umumnya merupakan batuan aluminous, saturated,
sedikit oversaturated dengan silika, tetapi dekat dengan dasar sill yang tebal,
batuan ini dapat meningkat menjadi batuan diabas yang kaya akan olivin.
Mempunyai tekstur intergranular yang halus maupun intersal.

2. Berbutir Kasar
Pada sebagian besar batuan gabro, yang berbutir kasar dan yang berbutir
medium, mikro gabro, mineral utamanya adalah plagioklas yang lebih kalsit
dari Ab1An1 mineral mafik yang hadir adalah augit, hipersten dan olivine.
Jarang mengandung hornblende dan biotit, mempunyai indeks warna yang
berkisar dari 40 – 70, sedangkan sebagian besar batuan diorit mempunyai
indeks warna sekitar 10-40, untuk batuan yang mendekati indeks warna 40
komposisi dari plagioklas dapat digunakan dalam penentuan nama batuan itu.
Normal gabro, bila komposisi terutama terdiri dari labradorit dan augit atau
diallage. Norite, batuan gabro dimana mineral hiperstennya lebih banyak dari
pada mineral klinopiroksinnya.

Dan bila suatu batuan dimana kedua macam mineral piroksen terdapat tetapi
mineral plagioklasnya lebih kalsit dari labradorit disebut eucrite. Dengan
penambahan pada kandungan olivinnya, maka batuan ini dapat meningkat
menjadi olivin gabro, olivin norit, dan olivin eucrit. Perubahan selanjutnya
akan meningkat menjadi Troctolit yang komposisinya hampir semuanya terdiri
dari olivin dan labradorit atau bitownit, dan akan meningkat menjadi allivalit,
dipihak lain batuan piroksen gabro menjadi batuan anorthosit dengan
pengurangan indeks warnanya menjadi 10.

2.5.3. Kerabat Batuan Gabro Alkali


Batuan beku jenis ini kaya akan alkali dan miskin akan silika. Beberapa
batuan ini dengan penambahan indeks warna lebih dari 70 dapat meningkat
menjadi anggota kelompok batuan ultramafik. Mempunyai tekstur porfiritik,
intergranular, ofitik, intersal, poiklitik, trakhitik, feldspar atau felspatoid hadir
lebih besar dari 10 %, mineral mafik yang terdapat pada batuan ini, yaitu : olivin,
piroksen (pigeonite – augite, hiperstene – augite).

II-22
Variasi Batuan
1. Tekstur halus
a. Tracybasalt
Sebagian besar batuan tracybasalt berasosiasi erat dengan batuan trachit dan
phonolit atau dengan batuan olivin basalt dan oligoklas basalt. Mineral mafik
yang umum olivin dan augit yang lain hornblende dan biotit (kadang), felspar
potasik >10% (ortho, sanidin), terdapat dalam masa dasar atau melingkupi
plagioklas.

Gambar 2.24 Tracybasalt


b. Spilit
Intrusi-intrusi spilit diabas dan aliran-aliran lava bantal spilitik basalt
tersebar luas dan tebal diantara batuan-batuan yang terbentuk dalam
geosinklin-geosinklin dan banyak yang disertai dengan sill-sill serpentin dan
lava-lava karatofir. Batuan ini mempunyai tekstur intergranular, porfiritik,
basalt yang dicirikan oleh feldspar sodium melimpah, umumnya banyak
mengandung mineral sekunder hasil ubahan yaitu klorit, kalsit, dan epidot,
mineral mafik utama piroksen berubah menjadi klorit dan aktinolit, olivin
jarang. Adanya mineral cloriet, calsite dan aktinolite menunjukkan efek-efek
penembusan dari larutan-larutan deuterice.

II-23
Gambar 2.25 Spilit
c. Basanite dan Tephrite
Mengandung mineral plagioklas, dimana mineral ini menempati lebih dari
10 % volumenya. Batuan tephrite baik yang mengandung olivin maupun
sedikit mineral olivin. Sedangkan basanit mengandung mineral olivin dalam
jumlah yang tertentu meskipun jarang tak dijumpai piroksen. Batuan-batuan
dengan komposisi yang sama, tetapi mengandung gelas yang kaya akan soda
sebagai ganti mineral feldspathoidnya, disebut “Basanitoids”.

Gambar 2.26 Basanite


d. Nephelinit dan Leucicates
Batuan ini merupakan lava-lava, intrusi-intrusi dangkal. Batuan ini cukup
kaya akan mineral-mineral gelap, mempunyai tekstur forfiritik, intergranular,
bagian dari tekstur halus klan gabro alkali dengan feldsparnya < 10 %,
Nefelinit : utama nefelin, Leusinit yang mengandung olivin. Pada batuan
nepheline sebagian besar fenokris-fenokrisnya ialah nepheline, dan diopside
atau titanoferous augite.

II-24
Gambar 2.27 Leucicates
2. Tekstur Kasar
a. Sutallenit
Batuan ini mempunyai ukuran butir sama dengan batuan tracybasalt yaitu
sedang sampai kasar. Batuan ini dibedakan dari batuan monzonite dengan
banyaknya mineral olivin, indeks warna lebih dari 60 dan persentasi silikonnya
lebih rendah.
b. Takanite
Batuan ini membentuk suatu kelompok yang heteronius yang khusus.
Mengandung cukup sedikit silica dan cukup kaya akan mineral mafik untuk
memasukkan kedalam kelompok alkali gabro. Mineralnya yang khas adalah
orthoklas atau sanidin.
c. Malignit
Batuan malignit dijumpai diantara batuan-batuan alkali. Dimana augit
sebagai mineral mafiknya yang paling dominan disertai dengan banyak sekali
mineral hastingsite yang kaya akan besi dan mineral mikroklin yang
menggantikan mineral plagioklas, mempunyai tekstur forfiritik dan mineral
yang khas adalah aegerin – augit (50%).

II-25
Gambar 2.28 Malignit
d. Shonkinit
Plagioklas tidak hadir tetapi mineral orthoklas atau sanidin hadir (20-25 %),
mineral lain sedikit seperti nefelin, leucit, apatit.

Gambar 2.29. Shonkinit


e. Kentalonit
Mempunyai ukuran butir menengah sampai kasar, plagioklas & orthoklas
hadir relatif seimbang, mineral lain seperti opak dan apatit.

2.5.4. Kerabat Batuan Diorit Monzonit dan Syenit


Batuan ini digolongkan kedalam batuan intermedier sebab persentase
silikanya 52 sampai 66 %. mempunyai indeks warna 10 – 40, tidak mengandung
kwarsa atau kwarsa <10 %, secara umum dicirikan dengan melimpahnya
plagioklas An 30 – 50 (oligoklas, andesin), mineral mafik yang ada pada batuan
ini : hornblende, piroksin, biotit, mineral penyerta : apatit, zirkon, dicirikan
dengan hadirnya feldspatoid, variasi kerabatnya atau jenis batuannya dipisahkan

II-26
berdsasarkan kehadiran Feldspatoid dan rasio atau perbandingan antara K –
feldspar dengan total feldspar, mempunyai tekstur khusus trakhitik, pilotaksitik.

Tabel 2.3. Klasifikasi kerabat Diorit Monzonit Syenit berdasarkan rasio KF dengan TF dan
kehadiran mineral felspatoid

Tekstur KF < 1/3 FT 1/3 FT < KF < 2/3 FT KF > 2/3 FT


Halus Andesit Traciandesit (latit) Trakhit
Kasar Diorit Monzonit Syenit

Variasi Batuan
1. Tekstur Halus
a. Andesit
Kebanyakan andesit adalah batuan porfiritik dengan masa dasar pilotaxitic
atau bylopitic. Walaupun banyak yang vitrophyritic. Intergranular, intersal dan
tekstur ofitik. Mineral mafik yang dominan adalah olivin, hypersten, augit,
hornblende dan biotit andesit. Mineral felsik yang dominan adalah plagioklas
An40. banyak andesit mempunyai komposisi campuran antara kwarsa dan alkali
feldspar. Andesit ini dapat dibedakan menjadi andesit mengandung olivin,
piroksen andesit, hornblende andesit dan andesit biotit.

Gambar 2.30 Andesit


b. Traciandesit (latit)
Batuan ini adalah batuan vulkanik berukuran halus hipabisal. Mempunyai
penyebaran yang luas dan komposisi kwarsa lebih besar dari 10 %, komposisi

II-27
meneralnya hampir sama dengan andesit. Mineral mafik yang hadir umumnya
hornblende hadir > pirokssen.

Gambar 2.31 Traciandesit


c. Trakhit
Secara kimia dapat kelewat jenuh (hadir kwarsa) dan tidak jenuh silika (hadir
feldspatoid). Pada trakhit albit atau anorthoklas lebih banyak dan kebanyakan
mineral mafik yang kaya akan soda. Semua trachy adalah porfiritik, dengan
fenokris feldspar dan sedikit fenokris mafik pada matriks komposisi utama
subparalel mikrolit feldspar. Variasi trakhit lain berdasarkan kehadiran mineral
mafiknya. Seperti trakhit olivin, trakhit hornblende, trakhit biotit. Trakhit
feldspatoid bila kandungan feldpatoidnya lebih besar dari 10 % dan trakhit
kwarsa bila kandungan kwarsanya lebih dari 10 %.

Gambar 2.32 Trakhit

II-28
d. Fonolit
Ini merupakan trakhit undersaturated dengan feldpatoid yang dikandung
lebih besar dari 10 %. Yang dapat dipisahkan dalam bentuk umum atau soda.
Phonolit dan subordinat potas atau leucit, phonolites.

2. Tekstur Kasar
a. Diorit
Diorit merupakan batuan yang berbutir sedang dan batuan yang berbutir kasar
yang mengandung oligoklas atau andesine, dalam felspar dasar dan hornblende
dan biotit merupakan mineral mafik yang utama.Mempunyai tekstur
equigranular dan terkadang porfiritik. Diorit ini mempunyai variasi yaitu bila
kwarsa hadir lebih besar dari 10 % maka disebut diorit kwarsa dan bila mineral
oligoklas, biotit dan kwarsa yang dominan, maka disebut trandjenit tetapi K-F
tidak hadir.

Gambar 2.33 Diorit


b. Monzonite
Monzonite berada pada posisi intermediate antara syenit dan diorit, karena itu
kadang-kadang menunjukkan seperti syenodiorite. Kwarsa hadir dalam jumlah
yang sedikit (lebih kecil dari 10 %), mempunyai indeks warna 30 – 40 bila
kwarsa bertambah maka monzonit akan berubah menjadi adamelit, bila mineral
mafiknya berubah atau meningkat maka monzonit berubah menjadi kentallinit.

II-29
Mempunyai tekstur equigranular dengan tekstur khusus pikilitik, pertit,
antipertit, mirmiketik.

Gambar 2.34.Monzonit
c. Syenite
Berbutir menengah sampai kasar, alkali feldspar lebih besar 2/3 total feldspar,
kwarsa hadir lebih kecil dari 10 %, indeks warna dibawah 40. Variasinya adalah
alkali syenite dan alkali lime syenite atau orthosyenite. Alkali syenit biasanya
berasosiasi dengan granit atau dengan batuan plutonik feldspatoid, alkali lime
syenit biasanya berkelompok dengan monzonit, seperti pada batas tepi facies
granit.

Gambar 2.35. Syenite


d. Syenit Feldspatoid
Feldspatoid syenit kaya akan feldspatoid. Feldspatoid yang umumnya
melimpah adalah nepheline, analcite, sodalite, dan nosean. Dan ditunjukkan
oleh hadirnya beberapa tipe dari albit, soda orthoklas, perthite, anorthoklas, dan
juga mineral mafik seperti aegerine aegite, aegerite, arfvedsonite dan
berkevikite. Terdapatnya olivine tetapi piroksen tidak hadir.

II-30
Gambar 2.36. Syenit Feldspatoid

2.5.5. Kerabat Batuan Granodiorit, Adamelit dan Granit


Klan ini termasuk kedalam batuan beku asam, walaupun ada sebagian ada
yang mempunyai komposisi intermedier keseluruhan persentase mineral kwarsa
yang terkandung didalamnya melebihi 10 %. Dan kandungan dari alkali feldspar
sebanyak 1/8 lebih kecil dari jumlah 1/3 kandungan feldspar. Mempunyai indeks
warna lebih kecil dari 10, hadir plagioklas asam An < 30 atau An < 20. biasanya
hadir tekstur khusus grafik, mirmeketik, granofirik, pertit, antipertit.

Tabel 2.4 Klasifikasi kerabat Granit Granodiorit Adamelit berdasarkan rasio antara KF dan TF

Tekstur 1/8FT <KF<1/3 FT 1/3 FT<KF<2/3 FT KF >2/3 FT


Halus Dasit Riodasit Riolit
Kasar Granodiorit Adamelit Granit

Variasi Batuan
1. Tekstur Halus
a. Dasit
Dasit adalah granodiorit yang mempunyai ukuran butir halus, meskipun
batas antara dasit dan andesit sedikit lebih tinggi kadar silikanya dari pada
antara granodiorit dan diorit. Kebanyakan dasit mengandung fenokris,
plagioklas, kwarsa, orthoklas atau sanidin, dan pada umumnya sedikit
piroksen, hornblende atau biotit. Masa dasar biasanya gelas. Kwarsa hadir
lebih besar dari 10%, sering dijumpai tekstur embayment pada mineral kwarsa
dan feldspar yaitu proses korosi pada larutan sisa.

II-31
Gambar 2.37. Dasite
b. Rhyodasit
Pada hakekatnya rhyodasit disamakan dengan “quartza latite” adanya variasi
kandungan gelas tidak dapat untuk membedakan dengan rhyolit. Batuan ini
dapat dibedakan dari kandungan mineral mafiknya yang dominan hadir adalah
hornblende, biotit dan dapat juga piroksen.

Gambar 2.38. Ryhodasit


c. Rhyolit
Rhyolit dapat dibagi menjadi tipe potas dan soda, pada mulanya mineral
mafik yang utama biasanya biotit dan akhirnya menjadi kaya akan soda amfibol
atau piroksen atau keduanya. Mengandung kwarsa lebih besar dari 10%.

II-32
Gambar 2.39. Ryholit
2. Tekstur Kasar
a. Granodiorit
Granodiorit kebanyakan penyusun batholit, dimana kwarsa hadir lebih besar
dari 10%, mineral mafik yang utama adalah piroksen dan hornblende, mungkin
augit bias hadir dalam jumlah banyak kristal plagioklas dalam granodiorit
umumnya berbentuk euhedral atau subhedral kecuali orthoklas sangat jarang.
Tekstur khusus yang biasa hadir inequigranular, equigranular atau pegmatite.

Gambar 2.40 Granodiorit


b. Granit
Kebanyakan dari batuan granit bertekstur hipidiamorfik granular, mineral-
mineral mafik dan plagioklas condong membentuk euhedral, jenis plagioklas
yang hadir adalah albit-oligoklas, mineral penyerta yang hadir topaz, flourit,
tourmalin, tekstur khusus yang dijumpai granopirik dan grafik, tetapi ada
sebagian granit yang mempunyai tekstur nebular berbentuk seperti telur,
panjangnya sampai beberapa inci.

II-33
Kebanyakan membentuk kulit yang konsentris bergantian antara yang kaya
akan mineral gelap dan terang. Bila mineral hornblende hadir lebih besar dari
10% disebut hornblende granit. Gejala lain dalam granit adalah basic segration,
dimana magma asam kontak sehingga mafik mineral mengumpul atau
mengelompok (tidak merata) dalam grafik.

Gambar 2.41 Granit


c. Adamelit
Komposisi kwarsa pada adamelit lebih besar dari 10%, hadir plagioklas asam
yang umumnya oligoklas, mempunyai tekstur hipidiamorfik granular, sering
dijumpai tekstur khusus granofirik dan grafik, mineral mafik yang utama adalah
hornblende dan biotit.

Gambar 2.42. Adamelit

II-34

Anda mungkin juga menyukai