Anda di halaman 1dari 8

BAB II

BATUAN BEKU

2.1. Tujuan Percobaan

1. Dapat menentukan nama batuan beku, dengan mengidentifikasi


sifat fisiknya.
2. Dapat mengetahui karakteristik batuan beku.
3. Dapat membedakan batuan beku asam, intermediet, basa, dan
ultrabasa.
4. Dapat mengetahui fungsi batuan beku.
5 Dapat mengetahui genesa dari batuan beku.

2.2. Teori Dasar

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan


bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusif (sering juga
dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai
permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan
beku ekstrusif.

1. Batuan Beku Dalam


Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat
lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-
kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusif.Tubuh batuan beku alam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.Magma
dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-
rekahan pada batuan di sekelilingnya.

12
13

Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya


disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stock, dike, dan
jenjang vulkanik.
a. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan
batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batholit merupakan kumpulan
massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma
pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km
panjangnya dan 250 km lebarnya.
b. Stock, seperti batholit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c. Dike, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur
(perlapisan) batuan yang diterobosnya.
d. Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang
menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya
kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut


konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
1. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-
sisinya sejajar.
2. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan
14

Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun


gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan.
3. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga
terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral
pembentuknya.Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam
kelompok batuan beku fanerik.

1. Batuan Beku Luar


Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau
lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan
membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi
melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption.Pada umumnya magma
basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,
menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar
melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat
mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas
bersama gas-gas sebagai piroklastik.Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan
jenis tergantung pada komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava
bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah
tekanan air.Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke
dalam kelompok batuan beku afanitik.

2.2.1 Struktur Batuan Beku

1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang


terlihat seragam.
15

2. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada


batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
3. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolitg.
4. Skoria, seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.
5. Flow Structure, mineral – mineral sejajar menunjukkan kesan
aliran.
6. Pumisan, yaitu struktur berlubang – lubang, berbentuk silinder,
teratur, mengapung.

2.2.2 Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan


temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma
ini mengalami kristalisasi.Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat
pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur
yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan
tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama
maka mineral-mineral penyusunnya memiliki waktu untuk membentuk sistem
kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar.
Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan
permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat
membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang
tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan
berdasarkan
1. Derajat Pengkristalan
a. Holokristalin : Semuanya kristal
b. Hipokristalin : Sebagian kristal dan sebagian gelas vulkanik
c. Holohialin : Semua gelas vulkanik
16

2. Bentuk Kristal
a. Euhedral : Bentuk kristal sempurna/baik
b. Subhedral : Bentuk kristal sebagian baik sebagian buruk
c. Anhedral : bentuk kristal buruk/jelek

3. Ukuran Butiran
a. Halus : <1 mm
b. Sedang : 1-5 mm
c. Kasar : 5-30 mm
d. Sangat Kasar : >30 mm

4. Pola Susunan Butir


a. Faneritik, ukuran butir relative seragam dan dapat di kenali dengan
mata telanjang.
b. Faneroporfiritik, fenokris dan massa dasar masih dapat di kenali
dengan mata telanjang.
c. Porfiroafanitik, fenokris dapat di kenali dengan mata telanjang,
massa dasar tidak dapat di kenali dengan mata telanjang.
d. Afanitik, semua butir mineral halus, tidak dapat di kenali dengan
mata telanjang.
e. Glassy, semuanya gelas vulkanik.
f. Fragmental, terdapat fragmen-fragmen hasil erupsi gunung api.

2.2.3 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna,


kimia, tekstur dan mineraloginya.

1. Berdasarkan Tempat Terbentuk


17

 Batuan Beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di


perut bumi.
 Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentuk tidak
jauh dari permukaan bumi.
 Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi.

2. Berdasarkan Warna
Mineral pembentuk batuan beku ada dua, yaitu mineral mafic
(gelap) dan mineral felsic (terang).
 Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%.
 Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%.
 Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%.
 Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%.

3. Berdasarkan Kandungan Silika


Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2nya
batuan beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
 Batuan Beku Asam (acid), kandungan SiO2 > 66%, contohnya
Granit, Ryolit.
 Batuan Beku Menengah (Intermediet), kandungan SiO2 52% -
66%. Contohnya Diorit, Andesit.
 Batuan Beku Basa (basic), kandungan SiO2 45% - 52%, contohnya
Gabbro, Basalt.
 Batuan Beku Ultra Basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 45%.

Urutan pengkristalan mineral selama pembekuan magma dinyatakan oleh


Bowen seperti pada gambar 2.1 berikut ini:
18

Gambar 2.1 Bowen’s Reaction Series

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1. Peralatan
 Lup (Kaca Pembesar)
 Modul Praktikum Geologi Fisik
 Tabel Klasifikasi Batuan Beku

Gambar 2.2 Lup

Gambar 2.3 Tabel Klasifikasi Batuan Beku


19

2.3.2. Bahan
 5 buah batuan beku

2.4 Waktu Praktikum


Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Kampus STT Migas

2.5 Prosedur Praktikum


1. Mengambil sampel (batuan beku) dari tempat yang telah
disediakan.
2. Mengamati batuan beku menggunakan lup (secara megaskopis).
3. Mengidentifikasi batuan beku sesuai sifat fisiknya.
4. Mengisi lembar kerja yang telah disediakan (format batuan beku).
5. Mengambil batuan beku berikutnya dan mengulang langkah 1-5
sebanyak 4 kali.
2.6. Hasil Pengamatan

Berikut adalah hasil identifikasi dari 5 sample batuan beku yang telah
disediakan :

Anda mungkin juga menyukai