Anda di halaman 1dari 7

10

Gambar 2.1. Batuan beku intrusif.


(Sumber: Anonim. 2020)
Bentuk intrusi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Bentuk konkordan, yaitu tubuh batuan yang mempunyai hubungan
struktur batuan intrusi dengan batuan sekelilingnya sedemikian rupa
sehingga batas/bidang kontaknya sejajar dengan bidang perlapisan
batuan sekelilingnya. Macam-macamnya sebagai berikut:
1. Sill: intrusi yang melembar sejajar dengan lapisan batuan
sekitarnya dengan ketebalan beberapa milimeter hingga beberapa
kilometer.
2. Laccolith: Sill dengan bentuk kubah (plankonvex).
3. Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12
dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti lensa dimana bagian
tengahnya melengkun ke arah bawah karena batuan di bawahnya
lentur.
4. Phacolith: masa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu
lipatan.
b. Bentuk diskordan, yaitu tubuh batuan beku yang mempunyai struktur
memotong atau tidak sejajar dengan batuan induk yang diterobosnya.
Macam-macamnya sebagai berikut:
1. Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong lapisan
batuan sekitarnya.
11

2. Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran lebih


dari 100 kilometer persegi, bentuk tidak beraturan dan tidak
diketahui dasarnya.
3. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang
tersingkap di permukaan kurang dari 100 kilometer persegi.
1. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif atau vulkanik, proses terbentuknya batuan ini adalah
ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak
hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses
pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung kristal
(armorf).
2. Batuan Beku Hypabisal
Pembentukan batuan ini terjadi pada celah-celah antar lapisan di dalam
kulit bumi. Proses pembekuannya berjalan lebih cepat sehingga di samping
kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan jenis ini
antara lain batu granit porfir.

Selanjutnya adalah jenis batuan beku yang dibedakan berdasarkan kandungan


silikanya (SiO2). Jika dilihat dari klasifikasi ini, batuan beku dibedakan menjadi
empat macam, yaitu:
1. Batuan beku asam, merupakan jenis batuan beku yang kandungan SiO2 nya
lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.
2. Batuan beku intermediate, merupakan batuan beku yang kandungan SiO2
nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan ini adalah dasit.
3. Batuan beku basa, merupakan jenis batuan beku yang kandungan SiO2 nya
antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah andesit.
4. Batuan beku ultrabasa, merupakan jenis batuan beku yang kandungan SiO2
nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt.
Tabel 2.1. Klasifikasi batuan beku menurut kandungan silikanya.
Jenis batuan beku Kandungan SiO2
Batuan beku asam 66%
Batuan beku intermediet 52%-66%
12

Batuan beku basa 45%-52%


Batuan beku ultrabasa 45%

2.3. Cara Pemerian Batuan Beku


Deskripsi batuan beku meliputi:
1. Tekstur
Tekstur merupakan keadaan atau hubungan yang erat antar mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya
ditentukan oleh empat hal yang penting, yaitu:
a. Derajat Kristalisasi
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka
kristalnya cenderung kasar, sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya halus, tetapi jika pendinginannya berlangsung
sangat cepat maka kristalnya berbentuk amorf. Terbagi menjadi 3 macam:
1. Holokristalin: batuan yang terdiri dari massa kristal seluruhnya.
2. Hipokristalin: batuan yang terdiri dari sebagian massa kristal dan
sebagian massa gelas.
3. Holohialin: batuan yang terdiri dari massa gelas seluruhnya.
Tabel 2.2. Derajat kristalisasi.
(Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar, Fakultas Teknologi
Mineral, IST AKPRIND Yogyakarta. 2022)
13

b. Granularitas (Ukuran Butir)


Granularitas didefinisikan sebagai besar butir pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik: kristal-kristalnya jelas, hingga dapat dibedakan dengan
mata telanjang.
2. Afanitik: kristal-kristalnya sangat halus, sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang.
3. Porfiritik: berbutir sedang atau besar butiran (phenocryst) 1-5mm,
dapat dilihat dengan bantuan loupe.
c. Bentuk Kristal (Fabric)
Merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Fabric terbagi menjadi 3 macam:
1. Anhedral: kristal-kristal penyusunnya tidak sempurna dalam arti
batas-batasnya tidak tampak.
2. Subhedral: batas kristalnya sebagian tidak tampak.
3. Euhedral: batas kristalnya terlihat jelas oleh bidang mineralnya.

Gambar 2.2. Bentuk kristal.


(Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND.
2022)
d. Hubungan Kristal (Relasi)
Didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu
dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat
dibagi menjadi dua:
1. Equigranular: ukuran kristalnya relatif sama besar.
2. Inequigranular: ukuran kristalnya tidak sama besar.
2. Struktur
14

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi


kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku
sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya:
a. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan
vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. Terbentuk
karena proses pendinginan yang cepat dan berada di bawah permukaan
air, bisa berada di laut atau danau mungkin juga sungai.

Gambar 2.3. Struktur lava bantal.


(Sumber: Anonim. 2020)
b. Columnar joint, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar
yang tersusun secara teratur menyerupai tiang dan tegak lurus arah
aliran.

Gambar 2.4. Struktur columnar.


(Sumber: Anonim. 2020)
c. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya lubang jejak gas
maupun fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
15

Gambar 2.5. Struktur masif.


(Sumber: Anonim. 2019)
d. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.

Gambar 2.6. Struktur vesikuler.


(Sumber: Anonim. 2020)
e. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler, tetapi
lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi
oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
16

Gambar 2.7. Struktur amigdaloidal.


(Sumber: Anonim. 2020)
g. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang
mengintrusi.

Gambar 2.8. Struktur xenolitis.


(Sumber: Anonim. 2017)
3. Komposisi mineral, didasarkan pada 3 macam:
a. Mineral utama: mineral penentu penamaan batuan beku yang
merupakan bagian dari deret Bowen. Contohnya, kuarsa, mika, olivin.
b. Mineral sekunder: mineral yang terbentuk dari mineral primer yang
mengalami proses pelapukan maupun metamorfisme. Contohnya,
kalsit, klorit, dan serpentin.
c. Mineral tambahan: mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma
(biasanya presentasenya hanya sekitar 5%). Contohnya, hematit,
apatit, ilmenit.

Anda mungkin juga menyukai