OLEH :
MUHAMMAD NURUL ISRA
D061231018
GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi terbagi menjadi dua, yaitu daratan dan lautan. Dimana daratan
disusun oleh tiga lapisan, yaitu lapisan Litosfer atau kerak bumi, lapisan
Mantel Bumi, dan lapisan Inti Bumi. Pada lapisan Litosfer, tersusun atas
beberapa jenis unsur kimia seperti silikon, besi, oksigen, kalsium, natrium,
kalium, dan magnesium. Sebagian besar unsur yang terdapat pada lapisan
terluar ini, telah berkombinasi dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk
membentuk senyawa yang disebut mineral. Mineral adalah suatu ikatan kimia
padat yang terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi
padat yang menjadi penyusun terkecil dari batuan (Klein & Hurlbut, 1993).
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagaiberikut :
1. Lembar kerja praktikum (LKP)
2. Alat tulis kertas (ATK)
3. Sampel peraga
4. Komperator
5. Lup
6. Klasifikasi Travis (1955) dan klasifikasi fenton (1940)
7. Buku Rocks and Minerals
8. Clipboard
9. Kertas HVS
1.4. Batasan Masalah
Pada percobaan ini hanya membahas pada batuan beku dan deskripsi
makroskopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Konkordan
Konkordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan
perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan
tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu
bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya.
b) Diskordan
Diskordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang memotong
perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1) Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang.
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu
> 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih
kecil. (Djauhari Noor, 2012).
2.2 Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau
keadaan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa yang merata dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi
menjadi beberapa faktor, antara lain ; tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk
butir, granulitas dan hubungan antar butir (fabric).
2.2.1 Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan
itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup
energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat
sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu
relatif cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila
pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena
tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga
akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi :
2.2.3 Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di
bagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Equigranular. Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang
seragam. Tekstur equigranular di bagi menjadi :
a) Fanerik granular Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata
telanjang dan berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi
ukuran-ukuran halus, sedang, kasar, dan sangat kasar.
b) Afanitik. Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur
afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal
pula istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin
apabila kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan
mikroskop, sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan
mikroskop.
b. Inequigranular. Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran
kristapembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
a) faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi
kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan
mata telanjang.
b) Porfiroafanitik Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
c) Glas (glassy) Batuan beku dikatakan memiliki tekstur glas apabila
semuanya tersusun atas glas.
PENDAHULUAN
PRAKTIKUM
ANALISIS DATA
PEMBUATAN
LAPORAN
PENGUMPULAN
LAPORAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Sampel 1
Pada sampel pertama dengan nomor peraga 9 ini termasuk dalam jenis
batuan beku intermediet dengan warna segar putih keabu-abuan, dan warna
lapuknya adalah kecoklatan. Sampel ini memiliki tekstur kristalinitas hipokristalin
dengan granularitas porfiroafanitik. Serta sampel ini memiliki bentuk subhedral-
anhedral, relasinya inequigranular, dan struktur massif. Pada sampel ini dijumpai 3
mineral, yaitu mineral plagioklas sebanyak 30%, mineral kuarsa sebanyak 10%,
dan mineral gelas sebanyak 60%, dengan bentuk Massive dan Prismaticl, dan
berwarna putih, kuning, abu-abu serta memiliki kompisis kimia (Na,A15,308) dan
(S1O2 sebanyak). Nama batuan dari sampel ini adalah Dacite (Fenton 1940).
4.1.2. Sampel 2
Pada sampel kedua dengan nomor peraga 13 ini termasuk dalam jenis batuan
beku asam dengan warna segar merah, dan warna lapuknya adalah hitam. Sampel
ini memiliki tekstur kristalinitas holokristalin dengan granularitas faneritik. Serta
sampel ini memiliki bentuk euhedral, relasinya equigranular, dan struktur massif.
Pada sampel ini dijumpai mineral orthoclas sebanyak 70% dan mineral kuarsa
sebanyak 30%, memiliki bentuk Prismatic, serta memiliki warna kemerahan.
komposisi kimia (KAlSi3O8) dan (S1O2). Nama batuan dari sampel ini adalah
Granite (Fenton 1940).
Gambar 4.2 Sampel Granit Peraga 13
4.1.3. Sampel 3
Pada sampel ketiga termasuk dalam jenis batuan beku ultrabasa dengan
warna segar hitam kehijauan, dan warna lapuknya adalah putih. Sampel ini
memiliki tekstur kristalinitas holokristalin dengan granularitas faneritik. Serta
sampel ini memiliki bentuk euhedral, relasinya equigranular, dan struktur massif.
Pada sampel ini dijumpai mineral pyroxen sebanyak 90% dan mineral serpentine
sebanyak 10%, memiliki bentuk kubik dan Fibrous, serta memiliki warna hitam
dan hijau, komposisi kimia (Mg,Fe,Al) (Si,Al)2O6 dan (Mg,Fe,Ni,Mn,Zn)2-3
(Si,Al,Fe)2o5 Nama batuan dari sampel ini adalah Pyroxenite (Fenton 1940).
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Adapun jenis magma yang dapat diinterpretasi yaitu pada sampel pertama
yaitu magma intermediet, sampel kedua yaitu magma asam dan sampel ketiga
yaitu magma ultrabasa.
2. Setelah melakukan pengamatan diketahui sampel pertama batuan dacite
memiliki komposisi mineral plagioklas sebanyak 30%, kuarsa sebanyak 10%
dan gelas sebanyak 60%. Pada sampel kedua batuan Granite memiliki
komposisi mineral orthoclase sebanyak 70% dan mineral kuarsa sebanyak
30%, selain itu pada sampel ketiga terdapat batuan Pyroxenite memiliki
komposisi mineral pyroxen sebanyak 90% dan mineral serpentine sebanyak
10% menurut Fenton 1940.
3. Genesa pembentukan batuan beku secara umum diawali dari magma yang naik
ke permukaan bumi. Awalnya magma yang naik ke permukaan bumi
mengalami kristalisasi dimana magma atau lava mendingin seiring berjalannya
waktu yang selanjutnya membentuk kristal-kristal yang berikatan satu sama
lain. Setelah itu akan membentuk butir-butir pada batuan. Butiran yang
terbentuk tergantung pada kecepatan pendinginan. Apabila butirnya berukuran
besar berasal dari pembentukan batuan di bawah permukaan bumi sedangkan
sebalikanya apabila butirnya berukuran kecil berasal dari pembentukan batuan
di atas permukaan bumi.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui laporan ini mengenai
pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Untuk asisten tetap semangat menghadapi praktikan yang sulit memahami
materi.
2. Untuk laboratorium diharapkan dapat menyediakan A C
3. Untuk praktikan diharapkan lebih responsive dan dapat menghargai ilmu yang
telah diberikan oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA