Anda di halaman 1dari 12

PETROLOGI BATUAN BEKU DAN METAMORF

“BATUAN BEKU DAN METAMORF”

DISUSUN OLEH:
JAYANTI RAUF
(471419021)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Soal: Tuliskan apa saja yang telah saudara ketahui tentang batuan beku dan
batuan metamorf !

A. BATUAN BEKU
1. Pengertian
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau
tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan instrusif maupun
di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif. Batuan beku dalam bahasa latin
dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api.
Batuan beku insteusif atau instrusi atau plutonik adalah batuan beku yang
telah menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi.
Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi
disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia
bawah tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau
batuan beku intrusive.
Sedangkan batuan belu ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi karena
keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara
dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat
terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini : penurunan tekanan,
kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Terdapat 700 lebih tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan
beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Proses terbentuknya batuan beku berasal dari pembekuan magma. Menurut
para ahli, magma adalah cairan silikat kental yang terdapat di kerak bumi bagian
bawah dengan temperatur yang sangat tinggi, dan bersifat dinamis. Jadi dapat
dikatakan bahwa bahan baku batuan beku adalah magma pijar yang mengalami
proses pembekuan alami

Proses pembekuan magma

Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun 1960, F.F
Groun Tahun 1947,Takeda Tahun 1970, mendefenisikan magma sebagai cairan
silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat
tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat
yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma
teredapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara
lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat
bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan pembentuk mineral yang
umumnya terdapat pada batuan beku.Dalam perjalanan menuju bumi magma
mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk.
Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.

2. Tekstur Batuan Beku


Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas ketiga hal penting
tersebut satu persatu.
a. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
 Holokristalin
Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin
Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin
Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
 Fanerik atau fanerokristalin,
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama
lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-kristal jenis
fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
-Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
-Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
-Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
-Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
 Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan
dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
-Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01
mm.
-Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
-Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
c. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi
bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi
dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
 Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
 Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
 Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
 Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
 Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
3. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai
hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan.
 Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang euhedral
 Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
 Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
 Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

4. Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan
beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan.
Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku
a. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini di antaranya:
 Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
 Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
 Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
 Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
 Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
 Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
 Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran
b. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung di bawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
 Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya,
jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan di sekitarnya.
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), di mana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
 Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan
sampai ribuan kilometer
 Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan di
sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
 Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
 Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil

5. Contoh Batuan Beku


 Granit
 Granodiorit

 Diorit

 Sienit
 Gabro

 Andesit

B. BATUAN METAMORF
1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)
dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi
dalam kerak bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan
induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan
metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan
temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan
metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan
sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru
dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu
sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang
merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan
dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
– Komposisi mineral batuan asal
– Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
– Pengaruh gaya tektonik
– Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
– Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
– Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut.
2. Jenis-jenis Metamorfisme
1. Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi
lava.
2. Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan
terjadi pada daerah yang luas.
3. Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan
patahan lempeng.

4. Facies Metamorfisme
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik
berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.
Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies
metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana
semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin
berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.

Anda mungkin juga menyukai