Anda di halaman 1dari 44

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk

dari magma yang


mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik)
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun
batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai
cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan bersifat mobile
(dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang
larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma,
dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan
terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series.

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan
komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa
proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan instrusif maupun di atas permukaan bumi sebagai
ekstrutif. Batuan beku dalam bahasa latin dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Batuan beku plutonik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite.

Batuan beku insteusif atau instrusi atau plutonik adalah batuan beku yang telah menjadi kristal dari sebuah magma
yang meleleh di bawah permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai
permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah.
Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau batuan beku intrusif. Sedangkan batuan belu
ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau
meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini ; penurunan
tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun
1947, Bapak Takeda Tahun 1970, Magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang
terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat
celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma terdapat
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, CO2, chlorine, fluorine, iro, sulphur
dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan pembentuk mineral
yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu,
sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.

Tekstur Batuan Beku


Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk
Kristal.

1. Kritalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam
pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka
kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk
amorf.

a. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:


- Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

2. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat


dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal -
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan
mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis
mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan
bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan.
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.

Hubungan Antar Kristal


Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau mineral yang satu
dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai
berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar.
Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri


dari mineral - mineral yang euhedral.
b. Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang subhedral.
c. Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar
disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya,
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti
bantal.
Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah
aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan
tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah
yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral
silikat atau karbonat.
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan
yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk
oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan
sheeting joint (kekar berlembar).

Batuan Beku Berdasarkan Tempat Terjadinya

1. Batuan beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik.
Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat(dapat sampai jutaan
tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusif. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi
permukaan. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku
intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku
ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada
saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan
terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat
pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur Batuan Beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan beku dan proses kejadiannya,
yang terbagi menjadi:

a.Struktur Bantal (pillow structure)


Struktur Bantal adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu yang dicirikan oleh massa batuan yang
berbentuk bantal, berukuran antara 30 60 cm dan biasanya jarak antar bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-
bahan dari sedimen klastik, terbentuk di dalam air dan umumnya terbentuk di laut dalam.

b. Struktur Vesikular
Struktur Vesikular adalah struktur pada batuan ekstrusi yang terdapat rongga-rongga yang berbentuk elip, silinder
maupun tidak beraturan. Terbentuknya rongga-rongga terjadi akibat keluarnya/dilepaskannya gas-gas yang
terkandung di dalam lava setelah mengalami penurunan tekanan.

c. Struktur Aliran
Struktur Aliran terjadi akibat lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogen, karena saat lava
menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan komposisi, kadar gas, kekantalan, dan derajat kristalisasi. Struktur
aliran dicerminkan dengan adanya goresan berupa garis-garis yang sejajar, perbedaan warna dan teksturnya.
d. Struktur Kekar
Struktur Kekar adalah bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam semua jenis batuan, biasanya
disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang disebabkan oleh gerakan-gerakan di dalam bumi yang berlaku
sesudah batuan mengalami pembekuan.
Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan struktur perlapisan, sedang yang
tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah.

CONTOH BATUAN BEKU

a) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak
warna umumna putih, kelabu, merah jambu atau merah.
b) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai
granit.
c) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap.
d) Andesit
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit,
warnanya kelabu.
e) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang.
f) Basal
Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam.
g) Batuapung Batuapung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas.

BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan.

Sedimen berdasarkan proses terjadinya :


1. Sedimen klastik yaitu diangkut dari tempat asal kemudian diendapkan tanpa harus mengalami proses kimiawi.
contohnya : batu breksi (kerikil dengan sudut tajam), konglomerat (kerikil dengan sudut tumpul), pasir.
2. Sedimen kimiawi, endapan hasil pelarutan kimiawi. misal : gips, batu garam.
3. Sedimen organik, dipengaruhi unsur organik. sebagai contoh batu bara dan batu gamping.

Sedimen berdasarkan tenaga pengangkutnya :


a. sedimen aquatis, diendapkan oleh air. contoh batu pasir dan lumpur
b. sedimen aeolis, sedimen yang diendapkan oleh angin. tanah los dan pasir
c. sedimen glasial, terbentuk karena tenaga gletser. misal morena, tanah lim.
d. sedimen marine, terbentuk oleh air laut. misal delta.

Sedimen berdasarkan tempat diendapkannya


a. sedimen teretis, berada di darat. misal tanah loss, batu tuff, breksi.
b. sedimen fluvial, berada di dasar sungai. contoh pasir
c. sedimen marine, didasar laut. misal batu karang, batu garam.
d. sedimen palludal atau limnis, berada dirawa atau danau. contoh gambut, tanah lim.
e. sedimen glasial, contoh batu morena yang terjadi daerah es.
f. sedimen marginal, berada di pantai.

Sifat sifat utama batuan sedimen :

Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.

Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :

1.Golongan Detritus Kasar


Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi,
konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

2. Golongan Detritus Halus


Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang
termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.

3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses
pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat.

4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya.

5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya
batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan
unsure - unsur tertentu. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati
tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf atau yang disebut juga dengan nama batuan malihan adalah sekelompok batuan yang merupakan
hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses
yang dinamakan metamorfosis atau perubahan bentuk. Batu gneis, batu sabak, batu marmer dan batu skist
merupakan beberapa contoh dari batuan metamorf.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Batuan Metamorf Kontak, adalah Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang
sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.

2. Batuan Metamorf Dinamo adalah Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang
tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi batu tulis
(slate).

3. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis, adalah Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya
pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.

Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa
merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia
fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak
terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000
C 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya
aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat
intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya
gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya
metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg
carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya
metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya
(Bucher & Frey, 1994).
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi
magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa
yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai peranan yang penting
dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi
kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

Isya Ansyari blog http://learnmine.blogspot.com/2013/05/batuan-beku-sedimen-metamorf.html#ixzz2uiFrGyUw


semoga bermanfaat
Follow us: @_ansyari_ on Twitter | learnmine.blogspot on FacebookBatuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai
hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau
bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 1300 oC) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan
cenderung menuju ke permukaan bumi.

Letak Pembekuan

Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut batuan beku intrusi.Batuan beku
luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi; sering disebut batuan beku ekstrusi.Batuan beku hipabisal adalah
batuan beku intrusi dekat permukaan, sering disebut batuan beku gang atau batuan beku korok, atau sub volcanic intrusion.

Warna Batuan Beku

Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral
penyusun batuan beku itu sendiri. Apabila terjadi percampuran mineral berwarna gelap dengan mineral berwarna terang maka
warna batuan beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam, tergantung warna
mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan beku tertentu yang banyak mengandung mineral
berwarna merah daging maka warnanya menjadi putih-merah daging.

Tekstur Batuan Beku

Tekstur adalah hubungan antar mineral penyusun batuan. Dengan demikian tekstur mencakup tingkat visualisasi ukuran butir atau
granularitas, tingkat kristalisasi mineral atau kristalinitas, tingkat keseragaman butir kristal, ukuran butir kristal, dan bentuk kristal.

Tingkat Visualisasi Granularitas

Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau memakai loupe, maka tekstur batuan beku dibagi dua, yaitu tekstur afanitik
dan tekstur faneritik.

a. Afanitik adalah kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal penyusunnya tidak dapat diamati
secara mata telanjang atau dengan loupe.

b. Fanerik (faneritik, firik = phyric) adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral penyusunnya, meliputi bentuk
kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir (kristal satu dengan kristal lainnya atau kristal dengan kaca). Singkatnya, batuan
beku mempunyai tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelas/kaca, dapat diamati.

Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan.
Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
Tingkat kristalisasi atau kristalinitas

a. Holokristalin, apabila batuan tersusun semuanya oleh kristal.

b. Holohialin, apabila batuan tersusun seluruhnya oleh gelas atau kaca.

c. Hipokristalin, apabila batuan tersusun sebagian oleh kaca dan sebagian berupa kristal.

Tingkat Keseragaman Butir

a. Equigranular, apabila kristal penyusunnya berukuran butir relatif seragam. Tekstur sakaroidal adalah tekstur dimana ukuran
butirnya seragam seperti gula pasir atau gula putih.

b. Inequigranular, jika ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.

Ukuran butir kristal : < 1 mm berbutir halus

1 5 mm berbutir sedang

5 30 mm berbutir kasar

> 30 mm berbutir sangat kasar

Bentuk Kristal

a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal (tegas, jelas dan teratur). Batuan
beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik granular atau
panidiomorfik granular.

b. Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas, sebagian teratur dan sebagian tidak.
Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya berbentuk kristal subhedral disebuthipidiomorfik granular atau
subidiomorfik granular.

c. Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur. Tekstur batuan yang tersusun oleh mineral
dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik granular atau xenomorfik granular.

Secara tiga dimensi, bentuk kristal disebut :

a. Kubus atau equidimensional, apabila ketiga dimensinya sama panjang.

b. Tabular atau papan, apabila dua dimensi kristalnya lebih panjang dari satu dimensi yang lain.

c. Prismatik atau balok, jika dua dimensi kristalnya lebih pendek dari satu dimensi yang lain. Bentuk ini ada yang prismatik
pendek (gemuk) dan prismatik panjang (kurus, kadang-kadang seperti jarum).

Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar,
disebut fenokris, yang tertanam di dalam masadasar (groundmass). Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau
porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang
tertanam di dalam masadasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritikdiperuntukkan bagi batuan beku yang
mempunyai fenokris tertanam di dalam masadasar gelas. Karena tekstur holokristalin porfiritik dan hipokristalin porfiritik secara
mata telanjang dapat diidentifikasi maka kenampakan tersebut dapat disebut bertekstur faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila
fenokrisnya tertanam di dalam masadasar afanitik maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur vitrofirik adalah tekstur
dimana mineral penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedang kristalnya hanya sedikit (< 10 %).

Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-like), berarah relatif sejajar dan di
antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal olivin dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir
sedang kasar ( : 1 30 mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan plagioklas basa.
Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun oleh plagioklas asam, alkali felspar, dan kuarsa.
Tekstur pegmatitik adalah tekstur holokristalin kasar sangat kasar ( 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa.
Tekstur dioritik sebanding dengan tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku menengah.

STRUKTUR BATUAN BEKU

1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga
dapat berstruktur masif.

2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat pembekuan.

3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan
beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang
sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang
tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak
mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan aliran.
Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.

4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat atau elip, rapat sekali sehingga
berbentuk seperti rumah lebah.

5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.

6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau
sekunder.

7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan
aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur
batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill,
volcanic neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential
minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).

1. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah melimpah sehingga
kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.

2. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit
sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon.
Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk
langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.

3. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil
metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan
dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh
mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.

4. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma
yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi
(volcanic glass).

5. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun
oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam
batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar
dan plagioklas.

6. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin,
piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.

Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah harus dikuasai oleh para praktikan,
seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografi-mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral
pembentuk batuan, praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan tersebut di atas,
praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost,
1985, Magmas and magmatic rocks, Longman, Inc., London, 266 p).

PENAMAAN / KLASIFIKASI

Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan
beku intrusi selanjutnya dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat permukaan. Berdasarkan
komposisi mineral pembentuknya maka batuan beku dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku ultramafik, batuan
beku mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti
dengan asam, sekalipun tidak tepat.

Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit, peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya
oleh mineral olivin, sedang piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral olivin dan
piroksen; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas
atau vitrofirik dan disebut pikrit.
Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini
adalah basal. Batuan beku dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang
batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal (basaltic
andesit). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya
disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara
palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya
semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam
batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam
sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali
felspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut perlit.

Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat
menonjol. Sebagai contoh, andesit porfir, basal vesikuler dan andesit piroksen. Penambahan nama komposisi mineral tersebut
umumnya diberikan apabila persentase kehadirannya paling sedikit 10 %. Perkiraan persentase kehadiran mineral pembentuk
batuan (Tabel 3.4) dan tabel klasifikasi batuan beku (Tabel 3.5) dapat membantu memberikan nama terhadap batuan beku.

Tabel 3.4 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume.


Tabel 3.5 Klasifikasi batuan beku (ODunn & Sill, 1986)

BATUAN PIROKLASTIKA (PYROCLASTIC ROCKS)

Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi, sehingga merupakan hasil pembatuan daripada
bahan hamburan atau pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan
sebagai piroklastika, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara,
berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastika
adalah batuan beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastika ini mengikuti
hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-
struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan
gunungapi (sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan kembali (reworking) sehingga secara genetik
dimasukkan sebagai endapan sekunder piroklastika atau endapan epiklastika. Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan
lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel 3.6.

Bom gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma
dilontarkan dan membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah
struktur kerak roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat
tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga
terpengaruh efek puntiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya pengeluaran gas
dari dalam material magmatik panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga terbentuk
struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya. Bom gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat
kaca dan sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi
ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu
gunungapi dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunungapi yang juga berstruktur
vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah
disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung
dan dihasilkan oleh letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunungapi berwarna hitam, struktur masif,
sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian. Blok
atau bongkah gunungapi dapat merupakan bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai
hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat merupakan pecahan daripada
bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan
magma secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari
pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-
gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).

Tabel 3.6 Klasifikasi batuan piroklastika.

Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan

> 64 mm Bom gunungapi Aglomerat

Blok/bongkah gunungapi Breksi piroklastika

2 64 mm Lapili Batulapili

1 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir kasar) Tuf kasar

< 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan
masing-masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan
tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku. Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga disebut tuf
batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili
batuapung dan batulapili skoria.

PETROGENESA BATUAN BEKU

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber,
proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku,
sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari pembentukan berbagai jenis
magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu
terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian
mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari batuan semula atau
primernya.
Berhubung proses petrogenetik tersebut sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di
bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif.
Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu.
Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur,
struktur, komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya. Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari
jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan Bagaimana (How) terhadap data pemerian batuan.
Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin
dan berstruktur masif. Mengapa basal berwarna gelap sedang pegmatit berwarna cerah ? Bagaimana kejadiannya olivin dapat
muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ? Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?

DEFINISI : adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair , pijar ,

yang dikenal dengan magma.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat, dengan
sekitar

80% material batuan yang menyusun batuan kerak Bumi adalah batuan beku. Berdasarkan tempat

terbentuknya magma beku.


Dalam geologii, sebuah intrusi adalah sebuah batuan beku yang telah menjadi kristal dari
sebuah magma
yang meleleh di bawah permukaan bumi.. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka
mencapai permukaan bumi dinamakan pluton, dari nama pluto, Dewa Romawi dunia bawah tanah. Batuan
dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau batuan beku intrusif. Dia berlawanan
dengan batuan ekstrusif. Batuan yang mengelilingi pluton disebut country rock.
Klasifikasi batuan beku :

Menurut tempat terjadinya

Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)



Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada
jauh di dalam kulit Bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro.

Batuan Beku Gang/Korok

Batuan beku korok terjadi dari magma yang membeku di lorong antara dapur magma dan permukaan
Bumi. Magma yang meresap di antara lapisan-lapisan litosfer mengalami proses pembekuan yang
berlangsung lebih cepat, sehingga kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar. Campuran kristal
mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku korok.


Batuan Beku Luar

Batuan beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan Bumi
(seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit,
obsidin, scoria, batuan apung (pumice).

Macam-macam struktur batuan beku

Masif : tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukkan adanya
fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.

Fillow lava (lava bantal) : merupakan struktur yang dinyatakan padabatuan ekstrusi tertentu, yang
dicirikan oleh massa berbentuk bantal di mana ukuran dari bentuk ini umumnya antara 30-60 cm dan
jaraknya berdekatan

Joint : struktur yang ditandai oleh kekar kekar yang tersusun secara tegak lurus arah aliran, struktur
ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.

Vesikuler , merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah yang teratur. Lubang
ini
terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan magma berlangsung. Skoria, seperti vesikuler
tetapi tidak menunjukkan rah yang teratur

Amigdaloidal , strutur di mana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral sekunder
seperti zeolit, karbonat, silika.

Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam dalam
batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu bauan
sampingdi dalam magma yang menerobos.

Autobrexia , struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.

Tekstur Batuan beku terdiri dari :


a. Derajat kristalisasi terdiri dari:

-Holocrystalin : semua mengkristal

-Hypocrystalin : masa yang mengkristal lebih banyak dari pada masa glas.

-Hypoyalin : masa glass lebih banyak dari pada masa kristal.

-Holohyalin : tidak terjadi kristal, demua masa glass.

b. Ukuran Kristal

-Faneritik : butiran kristal besar, dapat dilihat mata telanjang.

-Afaneritik : butiran kristal sebagian besar dan sebagian halus.

-Porfiritik : butiran kristal sangat halus.

c. Kesempurnaan bentuk kristal

-Euhedral : kristal yang terbentuk sempurna.

-Anhedral : kristal yang terbentuk tidak sempurna.

-Subhedral : kristal yang terbentuk sebagian sempurna dan tidak sempurna.

d. Keseragaman ukuran butir

-Equigranular : ukuran butir kristal seragam.

-Inequigranular :ukuran butir kristal tidak seragam.

PENGERTIAN BATUAN BEKU


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental
yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500o
2.500oC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak
bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang
larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-
lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-
gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan
beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowens Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku,
sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat
fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah
sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari.

B. KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN GENETIK (TEMPAT


TERJADINYA)
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari
batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal
sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik
batuan beku adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut
batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat
sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar
dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di
sekitarnya disebut diskordan. yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan
yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari
sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan
ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari
penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa
tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi
batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya.
Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang
bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja.
Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya.
Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat
dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap
fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak
semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap
frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku
dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan
penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan)
batuan yang diterobosnya.
d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi
di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih
silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.
Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.

C. KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia
dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis
magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman
magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan
beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang
sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah
mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang
berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat
segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan,
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal,
karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan
kimia oksida
Contohnya pada tabel berikut ini :

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT

SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54

TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81

Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99

Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51


FeO 1,72 6,97 7,92 9,8

MnO 0,06 0,18 0,18 0,21

MgO 0,52 6,21 8,06 34,02

CaO 1,33 3,40 11,07 3,46

Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56

K2O 0,46 1,33 0,56 0,25

H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76

P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada
tabel di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan
presentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida
SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke
batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan granit
(batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit
(ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar
butir dari setiap jenis mineral.

Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi

Granit Riolit

Syenit Trahkit

Diorit Andesit

Tonalit Dasit

Monsonit Latit

Gabro Basal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu


dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik
(Thorpe & Brown, 1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di
bawah :

Nama Batuan Kandungan Silika

Batuan Asam Lebih besar 66 %

Batuan Menengah 52 66 %

Batuan basa 45 52 %

Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di


bawah:

Nama Batuan Kandungan Silika

Leucocratic 0 33 %

Mesocratic 34 66 %

Melanocratic 67 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna
cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna
gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa
aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku,
seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama
perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.

D. KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN MINERALOGI


Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian
besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-
mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas,
potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik
mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti
bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa keluarga atau kelompok yaitu :

keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas.
keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K
Felspar
keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-
Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-
Felspar
keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-
Felspar melebihi plagioklas
keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar
keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah
ataupun tidak hadir
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

E. WARNA BATUAN
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur
gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash
feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam
umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan
mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan
umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan
adalah mineral-mineral mafik.

F. STRUKTUR BATUAN
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan
yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan
beku struktur yang sering ditemukan adalah:
1. Masif : Bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-
lubang gas
2. Jointing : Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-
retakan. Kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
3. Vesikular : Dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur
ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : Bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : Bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal
maupun lubang gas.
4. Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.

G. TEKSTUR BATUAN BEKU


Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,
dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
~ Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
~ Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
~ Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

Ukuran kristal.
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran
kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa
macam yaitu:
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :
~ Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata
telanjang.
~ Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata
telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini
dapat dibagi lagi menjadi :
~ Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang
kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
~ Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat
dikenali dengan mata telanjang.
c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan
apabila semuanya tersusun atas gelas.

Bentuk Butir
a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna.
b) Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang
kristal yang tidak sempurna.

Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain :


1. Asam (Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.
3. Basa (Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-
mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat
dimna tersusun oleh mineral mineral mafic seperti olivin.

H. KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4
yaitu:
a) Kelompok Granit Riolit Berasal dari magma yang bersifat
asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas
Na, kadang terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
b) Kelompok Diorit Andesit Berasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande,
piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.
c) Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat
basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan
hornblende.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

I. DISKRIPSI BATUAN BEKU


1. Kelompok Granit
a) Phanertik
Granit dikelompok ini terdiri dari batuan pluton yang biasa biasa disebut
batolit, kenampakan di permukaan bumi sangat besar sedangkan kedalaman
dari batuan ini tidak diketahui besarnya. Granit ini berbutir sangat kasar
dengan kombinasi warna antara putih dengan abu-abu dengan butiran
mineral sangat besar.
Tekstur batuan pada dasarnya adalah holokristalin, hipidiomorpik dan
equiganular. Penokris yang besar dari ortoklas, kadang-kadang granit
kelompok ini memiliki tekstur porpiri. Dalam jumlah yang sangat kecil kita
akan mendapatkan xenolit di dalam tubuh granit.
Struktur yang biasa terdapat dibatuan granit ialah struktur foln yang
terbagi dalam tiga kelompok, pertama struktur blok yang berbentuk kubus,
kedua diakibatkan oleh proses konsolidasi dan ketiga akibat proses
pelapukan. Struktur miarolitik ialah rongga berbentuk tidak beraturan yang
bisaanya ditumbuhi oleh kristal-kristal yang berbentuk sempurna. Struktur
lain yang basa adalah struktur orbikular dan rapakular.
Komposisi mineral dan kimia di dalam batuan granit dibagi menjadi tiga,
yaitu:
Mineral Utama (essential mineral)
Mineral utama ini terdiri dari kuarsa, potasium feldspar dari jenis petoklas
dan mikraklian, plagioklas dari jenis albit-oligoklas dan sedikit sekali
andesin, biotit.
Mineral pengiring ( accessor/mineral)
Dengan bentuk dan jumlah yang sangat kecil,mineral pengiring ini terdiri
dari zirkon, apatit, rutil sphen dan oksida besi.
Mineral skunder (Secondary mineral)
Mineral Skunder terbentuk karena mineral utam, kebanyakan tidak
berpindah tempat, didalam tingkat terakhir dari konsolidasi magma yang
kemudian diikuti oleh proses pelapukan .
Kandungan mineralogi dan presentase tiap mineral

Mineral 1 2

Kuarea 10 40% 25%

Potasium 80 60% 40%

Soda plaglokirs 0 359% 26%

Hombende 10 35% 1%

Blotit 6%

Magnetit 2%

Limenit 1%

Pengamatan secara petrograpi dari batuan kelompok granit, seperti


terlihat pada foto 1 halaman 113 dimana nama batuan itu adalah granit
dengan mineral utamanya adalah plagioklas, K-feldspa mika (biotit dan
muskovit), dimana kuarsa memperlihatkan tekstur mosaish. Foto 2halaman
113dari batuan kuarsa monzonit, dimana mineral bertekstur equigranuiar
terdiri dari plagioklas, ortoklas, mikrokiin, homblende yang mulai berubah
menjadi klorit terutama pada bagian tepinya.
Variasi senyawa kimia pada batuan granit yang didominasi oleh silica.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

Komposisi kimia dari batuan granit.


Senyawa 1 2 3
Kimia

SiO2 73,86 70,18 72,70

TiO2 0,20 0,39 0,26

AI2 O3 13,75 14,47 13,39

Fe2O3 0,78 1,57 1,25

FeO 1,13 1,78 0,20

MnO 0,05 0,12 0,09

MgO 0,26 0,88 0,30

CaO 0,72 1,99 1,89

Na2O 3,51 3,48 2,00

K2O 5,13 4,11 3,94

H2O+ 0,47 0,84 0,01

P2O5 0,14 0,19

b) Aphantik
Kelompok batuan ini terdiri dari batuan ekstrusi yang berupa lava dan
batuan instrusi yang berupa dike kenampakan di lapangan batuan lava ini
berupa aliran dengan ketebalan yang bervariasi dan penyebaran yang luas.
Sedangkan dike terlihat bertekstur porfiritik atau kacaan, karena peralihan
antara tipe plutonik dengan vulkanik.
Tekstur kelompok ini bertekstur porfiritik yaitu percampuran antara yang
kasar (penokris) seperti dari kuarsa feldspar dan homblende dengan masa
dasar yang berbentuk halus dari mikrokristalin sampai kacaan. Tekstur
aliran dikarenakan perjalanan magma asal ke permukaan bumi dan
kemudian menyebar kesegala arah. Tekstursperulitik biasanya diobsidian
yang berbentuk sciatut yang melingkar.
Komposisi mineralogy dari penyusun mineral utama terdiri dari kuarsa,
potassium feldafar dari jenis ortoklasdan sanidin, plagioklas dari jenis
oligloklas sedangkan mineral feromagnesia dari biotit dan horiblende.
Mineral pengiringnya terdiri dari magnetit dan apatit. Sedangkan mineral
sekunder terdiri dari hasil alterasi dari feldspar dan mineral/eromagnesia.
Komposisi kimia batuan riolit

Senyawa kimia

biO2 73,66

TiO2 0,22

Al2O2 13,46

Fe2O3 1,26

FeO 0,75

MnO 0,03

MgO 0,32

CaO 1,13

NaO 2,09

K2O 5,35

H2O 0,78

P2O5 0,07

Hasil analisa ini berasal dari Nockolda (1954), memperlihatkan


kandungan dan persentase setiap senyawa oksida dari batuan riolit secara
umum kandungan dan persentase kimia dari batuan instrusi maupun batuan
ekstrusi tidak jauh berbeda.
2. Kelompok Syenit
a) Phaneritik.
Gyenit biasa terdapat sebagai stok dan bose, tidak pernah ditemukan
sebagai tubuh yang besar seperti batolit dari granit. Terbentuknya tubuh
Gyenit bisa barasosiasi dengan granit sebagai fasies tipis. Tekstur yang
biasa ditemukan adalah equigranular, holokristallin, peneritik, dan batuan
plutorik. 3 butiran Kristal cukup besar, hal ini terlihat sebagai pegmatik.
Komposisi irineralogi dan kimia bila dibandingkan dengan granit, maka
Gyenit memperlihatkan kandungan alkali ke silica lebih tinggi, Ini
disebabkan oleh berlimpahnya mineral alkali feldspar. Mineral utama terdiri
dari potassium feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin, plagioklas dari jenis
albit oligoklas dan mineral feromagnesia dari homblende sebagian be dan
piroksen. Mineral pengiring terdiri dari asphen, oksida besidan apatit.
Sedangkan mineral sekunder merupakan hasil alterasi dari feldspar yang
kemudian membentuk variasi dari mineral lempung. Variasi mineralogy dari
batuan gyenit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Komposisi mineralogy batuan gyenit

Mineral 1 2

Potasium 30 80% 72%


feldspar

Soda 6 25% 12%


plagloklas

Mafik mineral 10 40%

Biotit 2%

Homblende 7%

Idino pirokrin 4%

ilmenit 2%

1%

Variasi kimia pada batuan syenit diperlihatkan pada table 4.10. Dimana
kandungan alkali (Na2O dan J2O) sangat tinggi, hal ini disebabkan
terlampau banyaknya kandungan mineral potassium feldspar.
Komposisi kimia batuan syenit

Senayawa kimia 1

SiO2 61,86 59,41

TiO2 0,68 0,83

Al2O3 6,91 17,18

Fe2O4 2,32 2,19

FeO 2,63 2,83

MnC 0,11 0,08

MgO 0,96 2,02


CaO 2,34 4,06

Na2O 5,46 3,92

K2O 5,91 6,53

H2O+ 0,62 0,63

P2O5 0,19 0,38

b) Aphantit
Batuan kelompok ini biasanya disebut trukit, terjadi sebagai aliranlava
yang meliputi daerah yang luas, juga terdapat sebagai korok vulkanik yang
berteksrur poroiritik. Tekstur batuan seperti tekstur porpiritik dengan
fenokris berjumlah lebih banyak daripada masa dasar. Sebagai masa dasar
dari mikrokristalinyang sulit untuk didentifikasi. Tekstur lain yang biasa
terdapat adalah tekstur aliran. Struktur lain banyak terdapat di batuan
kelompok ini, sedangkan struktur vesikuler biasanya terdapat di atas
permukaan dari suatu aliran. Komposisi mineral dari mineral utama terdiri
dari potassium feldspar dari jenis sanidin, ortoklas dan mikrolin, plagloklas,
biotit, homblende dan mineral sugit biasa sebagai variasi dan bila jumlahnya
banyak, maka akan mempengarihi panamaan dari batuan dan biasanya
diletakkan di depan dari trakit sebagai cimtoh augit trakit.
Kandungan mineral pada batuan syenit ialah plagioklas dari jenis
albithormblende, biotit, K-feldspar dari jenis ortoklas dan mikrokiin, nefelin
dan mineral bijihnyamagnetit. Bila batuan tersusun mengandung nefelin,
nya menjadi nefelin syenit. Ukuran Kristal dari mineral itu berukuran kasar
feneritik atau dapat disebut holokristalin. Batuan terakhir porpirl dalam
sayatan tipis ini terlihat kandungan mineralnya ialah K feldspar dari jenis
ortoklas berbentuk subhedral sampai euhadral. Kalsit dapat berbentuk
butiran ataupun hasil ubahan, kuarsa berbentuk ahhedral. Sebagai mineral
pengiringnya adalah magnetit berbentuk kubur dan hematite yang pada
umumnya berbentuk anhedral, dalam sayatan ini berwarna nitara (opak).
Sebagai mineral ubahan ialah seririt dan kalsit yang berasal dari ortoklas
atau plagioklas. Variasi senyawa kimia dari batuan traki dapat dilihat pada
tabel dibawah yaitu terdiri dari alkali trakit dan calcalkali crakit.
Komposisi kimia dari batuan kelompok trakit

Senyawa kimia 1 2

SiO2 61,95 58,31


MO2 0,73 0,66

Al2O3 18,03 18,06

Fo2O3 2,33 2,54

FeO 1,61 2,02

MnO 0,13 0,14

MgO 0,63 2,07

CaO 1,89 4,26

Na2O 6,55 3,85

K2O 6,53 7,38

H2O 0,54 0,53

P2O5 0,18 0,20

3. Kelompok Diorit
a) Phanertilik.
Kelompok diorite ini, bila bertekstur phaneritik disebut diorite dan bila
aphanitik disebut andesit kelompok ini berada di tengah antara kelompok
batuan asam dan kelompk batuan basa. Sehingga komposisi kimia ataupun
mineralogy berada di tengah dari kedua kelompok itu. Diorit terdapat
sebagai stok, dike ataupun sill juga sebagian kecil berasosiasi dengan yang
besar dari batuan asam atau basal.
Tekstur dari diorite adalah holokistallin, equigrabulur dan phanentik dan
banyak pula yang bertekstur porpiritik dengan penokris berbentuk euhedral.
Komposisi mineralogy dimana penyusunmineral utama adalah plagioklas dari
jenis oligloklas andesine dan homblende. Bia terdapat mineral augit
memberikan arah bahwa batuan itu sedikit bersifat basa, sedangan mineral
ortoklas mencerminkan batuan tersebut bersifat asam. Mineral pengiringnya
yaitu kuarsa bisa terdapat apuk banyak dan bisa tidak terdapat sama sekali.
Tabel dibawah ini memperlihatkan posisi mineral dari batuan kelompok
diorite
Komposisi mineralogy dari batuan kelompok diorite

Mineral Dient kuarsa Dorit

Kuarsa 20%% 2%
Andesine 56% 64%

Potassium 6% 3%
feldspar

Biotit 4% 5%

Amphibi 8% 12%

Pirokam 2% 11%

magnetit 2 2%

Komposisi kimia dari kelompok diorite ini tidak ada yang menonjol
seperti pada table 4.14. Hanya sebagian kecil saja perbedaan halini
disebabkan pengaruh dari magma yang bersifat anam atau basa.
Komposisi kimia dari batuan diorite dan andesit

Senyawa 1 2 3
kimia

Sio2 1,86 56,77 55,49

TiO2 1,60 0,84 0,91

Al2O3 16,40 16,67 18,46

Fe2O3 2,73 3,16 1,39

FeO 6,97 4,40 7,07

MnO 0,18 0,13 0,16

MgO 6,12 4,17 8,10

CaO 8,40 6,74 7,47

Na2O 3,36 3,39 4,09

K2O 1,33 2,12 1,60

H2O+ 0,80 1,36 2,13

P2O5 0,35 0,25 0,28


b) Aphantik
Andesit banyakterdapat sebagai lava, tetapi juga terjadi sebagai
instrusi sekunder, seoerti sebagai dike Gunung api di jawa pada umumnya
bersifat andesit. Tekstur dari batuan andesit biasanya porpiritik dengan
penokris yang euhedral, sedangkan massa dasar biasanya mjkrolaristalin
sampai kacaan. Tekstur aliran terjadi dari partikel di dalam porpiritik
dimana plagioklas dikelilingi oleh barisan paralel. Komposisi mineralogy dari
batuan andesit sama dengan batuan diorite, dimana pada andesit lebih
banyak kuarsa dan plagioklas dari jenis andesine Penokris dari plagioklas
dan masa dasar dari biotit homblende, piroksen dan mikrolit plagioklas.
Komposisi kimia dari batuan andesit tidak banyak berbeda dengan batuan
diorite, seperti terlihat pada table diatas Hanya beberapa senyawa terlihat
tinggi hal ini disebabkan oleh pengaruh dari magma asal.
Pengamatan secara mikroskopik pada batuan kelompok phaneritik
terlihat pada foto 6 halaman 115 yaitu foto mikrograp tenalit. Sedangkan
foto 7 halaman 116 dari batuan diorite, mineral penyusunnya ialah
plagioklus dari andesine, sedikit kuarsa, homblende, biotit dan magnetit.
Batuan aphanitiknya terdiri dari homblende andesit.
Sama besarnya ada yang halus dan ada yang besar. Tekstur demikian
disebut porpiritik. Mineral yang berukuran kasar atau , dari plagioklas dari
jenis andesin, dan homblende. Sedangkan sebagai matrik ialah mikrolit
plagioklas, homblende, bijih dan perisit. Dalam foto ini terlihat adanya
struktur aliran yang dibentuk oleh mikrolit plagioklas yang mengelilingi
fenokris plagioklas. Diasit (foto 9 halaman 117) memperlihatkan mineral
fenokrisnya dari plagioklas dan homblende, sedangkan sebagai matriknya
terdiri dari kuarsa, feldspar dan sedikit olotit dimana matrik di sini sangat
halus.
4. Kelompok Gabro
a) Phanerttih
Gabro dapat terbentuk sebagai lakolit, stok, dike, dan sil, dan biasanya
sebagai batuan platonic. Kelompok ini memiliki beberapa nama batuan
berdasarkan mineral yang dikandungnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Tekstur yang biasa terdapat adalah tekstur equigranular,
holokristalin, phanentik, dan pegmatik. Dimana butiran kristal berukuran
kasar-kasar. Struktur yang berkembang pada umumnya struktur masif dan
sistem join. Struktur aliran terlihat dari mineral feldspar dengan arah liniasi
yang sub parallel. Di dalam sayatan tipis ada hal yang menarik dari reaksi
rim dan biasa disebut struktur korona. Hal ini di sebabkan perbedaan
komposisi mineral yang mengelilingi dari pusat. Suatu contoh inti dari olivine
mungkin sekelilingnya dari rim orto piroksin, contoh yang lain inti aupit dan
rim semakin keluar dari homblende dan terluar ditempati oleh kiorit.
Komposisi mineralogi dan kimia dari gabro adalah batuan basa dimana
persentase silika relative rendah, sedangkan persentase besi, magnesium
relative sangat tinggi, dan sodium dan potassium sangat rendah. Mineral
plagioklas dan mineral feromagnesa lebih banyak mengandung kalsium
dibandingkan dengan kelompok batuan sebelumnya.
Penamaan batuan kelompok berdasarkan kandungan mineralnya

Labradorit Plagioklas

Bytownit-Anortit

Piroksin Tanpa Dengan Tanpa Dengan


olivin olivin olivin olivin

Augit Orto Olivin Eukrit Olivin


gabro gabro eukrit

Augit dan Hipersten Olivin


ortopiroksen gabro hipersten
gabro

Ortopiroksen Norit Olivin Hipersten Olivin


norit eukrit hipersten
eukrit

Tanpa (anorthosit) troksolit (anorthosit) Allivalit


piroksen

Komposisi kimia dari batuan gabro

Senyawa kimia 1 2

Si O2 43,36 48,24

Ti O2 1,32 0,97

AL2 O3 6,84 17,88

Fe O3 2,55 3,16

FeO 7,92 5,90

MnO 0,18 0,13

MgO 3,06 7,51

CO 11,07 10,90
Na2O 2,26 2,55

K3O 0,56 0,89

Fl2O 0,04 1,54

P2 O5 0,24 0,28

Kandungan mineralogy seperti mineral plagioklas dari jenis labrodit,


anorditsedangkan yang terbanyak terdapat adalah dari jenis labracont.
Mineral fromagresia dari piroksen jenis orto piroksen maupunklino piroksen
(augit). Mineral olivine jarang sekali didapatkan dalam keadaan segar. Pada
umumnya telah mengalami alterral. Bila terdapat mineral ini didalam batuan
gabro maka penamaan batuan tersebut menjadi olivine gabrro. Sebagai
mineral penggiring dan seperti magnetit, ilmenit, apatit, biotit, kromit, dan
spinel dimana jumlah mineral-mineral tersebut sangat kecil.
b) Aphanitik
Batuan aphanitik dari kelompok gabro disebut basal. Basal sebagian
besar terbentuk sebagai lava pada saat sekarang. Bentuk yang paling
banyak terdapat berupa lembaran di permukaan bumi dan mendomonasi
dari batuan beku yang berhubungan dengan sabuk orogenik (orogenic belt).
Penyebaran dari lava basal sangat luas sekali bahkan sampai 200.000 mil
persegi dan dengan ketebalan maksimum 6000 ft. Suatu contoh sangat baik
adalah lava dari gunung di Hawaii, dan contoh di Indonesia adalah lava
gunung galunggung. Tekstur yang banyak terdapat pada basal adalah
holokristalin, juga terdapat kacaan. Tekstur porpiritik disusun dari Kristal
subhedral dan euhedral sebagai fenokris sedangkan sebagai masa dasar dari
mikrokristalin dan kacaan. Tekstur aliran terlihat di bawah mikroskop berupa
penokris yang dikelilingi oleh mikrokristalin secara teratur. Struktur yang
banyak terdapat pada saat sekarang adalah sturktur aliran. Sebagai contoh
lava dari gunung di hawai. Permukaan pada aliran lava sering di temukan
struktur rongga (versikular). Struktur meniang berbentuk polgoral yang
tegak lurus. Dan struktur bantal dari lava dimana pendinginannya terdapat
di bawah permukaan air, struktur ini berbentuk lava sub spheroldal.
Komposisi kimiawi dari batuan basal

Senyawa kimia 1 2

Si C2 50,33 49,43

TO2 2,03 1,00

Al2O3 14,01 18,85


Fe2O3 2,88 1,58

FeO 9,00 8,08

MnO 0,18 0,18

MgO 6,84 5,93

CaO 10,42 10,14

Na2O 2,23 3,60

K2O 0,84 0,99

H2O 0,91 0,58

P2O5 0,23 0,20

Komposisi mineral terdiri dari plagioklas dan piroksin dengan atau


tanpa olivine Kristal-kristal berbentuk dengan di dalam masa dasar
mikrokristalin. Panokris terjadi dari mineral augit, hipersten,hornblende,
sedikit liolit, kadang-kadang olivin dan terbanyak plagioklas. Sebgai mineral
pengirignya terdiri dari magnetit, ilmenit, sparit. Basal sangat mudah
terkena alterasi dengan sedikit uap air dan air panas di daerah vulkanik
akan menghasilkan oksida besi dari mineral magnetit (mineral bijih) dan
mineral bijih dan kaya akan Fe dan Mg, yaitu mineral olivine.
Pengamatan secara mikroskopik dari batuan kelompok gabro seperti
terlihat pada foto 10 dan 11. Fotomikrograp dari gabro yang disusun oleh
mineral-mineral plagioklas dari jenis labra. Sedangkan mineral dari
homblendo, piroksin dari jenis augit, dan mineral yang khas untuk batuan
basa ialah olivine, biasanya mineral olivine mudah sekali terubah menjadi
oksida besi dan mineral lainnya. Sebagai mineral ubahannya ialah klorit,
oksida besi yang berwarna coklat dan serpantin. Batuan ini bertekstur
holokristalin yang equigranular. Batuan norit (foto 12) ,disusun oleh mineral-
minerl hipersten berbentuk subhedral-anhedral, norit, plagioklas klasik.
Sebagai mineral pendampingnya dari mineral bijih yaitu magnetit dan pirit
yang berbentuk subhedral sampai anhedral. Mineral ubahannya mineral
mafik ialah biotit dan klorit sedangkan dari mineral felsik ialah seridit.
Batuan diabas (foto 13) memperlihatkan fotomikrograp denhan mineral-
mineral penyusunnya ialah plagioklas dari jenis labradorit, piroksin, dari
jenis augit, dimana mineral yang disebut diatas sebagai fenokris dengan
bentuk subhedral euhedral. Sebagai mineral penggiringnya ialah biotit dan
dari mineral piroksin terutama bagian tepi atau sekeliling mineral tersebut
dan juga piroksin yang berbentuk mikro.
J. CONTOH BATUAN BEKU
1) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang,
berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah
jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi warna dari mineral
feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan
bumi karena adanya erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang
banyak terdapat di alam. Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), dan lain-lain. Granit dapat
digunakan sebagai bahan pengeras jalan, pondasi, galangan kapal, dan
bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

2) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan
untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di
alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit
Barisan, Sumatera.
3) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang,
warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di
alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara.
Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

4) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam,
mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam,
sehingga baik untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini
terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.
5) Andesit
Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit,
mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit,
warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan
andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak
mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang
banyak mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak
digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan
lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu
tempel.

6) Basal
Basal adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro,
mineralnya berbutir halus, berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia
umumnya menghasilkan batuan basal dalam bentuk lava maupun
piroklastika. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Basal yang berstruktur lembaran
banyak digunakan sebagai batu tempel. Basal umumnya berlubang-lubang
akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.
7) Batukaca (Obsidian)
Batukaca adalah batuan yang tidak mempunyai susunan dan bangun kristal
(metamorf). Batukaca terbentuk dari lava yang membeku tiba-tiba, dan
banyak terdapat di sekitar gunungapi. Pada umumnya berwarna coklat,
kelabu, kehitaman atau tidak berwarna (putih seperti kaca). Batukaca yang
dihancurkan dengan ukuran kecil dan dicampur dengan semen, dapat dibuat
granit buatan. Di zaman purba, batuan ini banyak digunakan untuk
membuat mata lembing, mata panah, dan lain-lain.

8) Batu Apung

Batu Apung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas.
Dengan keluarnya gas dari cairan lava akan menimbulkan lubang-lubang
atau gelembung-gelembung pada lava yang telah membeku. Lubang-lubang
ini berbentuk bola, ellips, silinder atau tak teratur bentuknya. Dengan
adanya lubang-lubang ini membuat batuapung jadi ringan. Di Indonesia
batuapung yang terkenal dihasilkan oleh Gunung Krakatau. Demikian juga
batuapung dapat dibuat dengan cara memanaskan batuan obsidian hingga
gasnya keluar.

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Reactions:

You might also like:

BATUAN METAMORF

BATUAN SEDIMEN

Sistem Kristal Tetragonal

Sistem Kristal Isometrik

PELAPUKAN BATUAN

Linkwithin

Newer PostOlder PostHome

3 comments:

1.

AnonymousNovember 21, 2013 at 12:01 PM

good

Reply
2.

fadli darmawanJanuary 21, 2014 at 7:50 PM

thanks, sangat bermanfaat...

Reply

3.

AnonymousFebruary 6, 2014 at 9:10 AM

Definisi Batuan Beku

Batuan Beku atau igneous rock adalah batuan yang berasal dari pendinginan magma, yang merupakan agregat dari
mineral-mineral hasil pembekuan magma. Komposisinya tergantung pada batuan asal yang melebur menjadi magma
dan batuan yang terterobos oleh magma. Batuan Beku di bawah permukaan disebut sebagai batuan intrusif (plutonik) di
atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak
bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan
sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat
beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan
penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam
batuan beku

(dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada,
baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik
dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari.

Anda mungkin juga menyukai