Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 3

ANGGOTA

 AAN INDRIAYANI ( 2222201016 )


 NIZZAR ILHAMI R ( 2222201038 )
 YANUAR SURYA H ( 22222010 )
 TOTO NURDIATO ( 2222201034 )
MATA KULIAH : REKAYASA HIDROLOGI

TEKNIK SIPIL – KELAS B


JENIS – JENIS BATUAN

1. Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik)
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian
besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

a.1. Intrusif
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang membeku dan membatu di
bawah permukaan atau di dalam kerak bumi, dikelilingi oleh batuan asal (biasa
disebut country rock). Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya,
batuan beku ini berbutir kasar. Butiran mineral di batuan ini dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan mata telanjang.Batuan intrusi juga dapat diklasifikasikan sesuai
dengan bentuk dan ukuran tubuh intrusi dan hubungannya dengan formasi lain yang
diintrusinya. Formasi intrusi yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike.
Ketika magma membeku di dalam kerak bumi, magma mendingin perlahan
membentuk batuan bertekstur kasar, seperti granit, gabro, atau diorit.
Batuan beku intrusif Berbutir kasar yang terbentuk pada kedalaman di dalam kerak
yang disebut sebagai abisal; batuan beku intrusif yang terbentuk di dekat permukaan F
121 18 088 yang disebut hipabisal.
a.2. Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif, juga dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di
permukaan kerak sebagai akibat dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan
kerak. Batuan beku ekstrusif dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan beku
intrusif. Mereka dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi. Magma,
yang dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi, membeku pada
tingkat yang lebih cepat. Oleh karena batu batuan jenis ini halus, kristalin dan berbutir
halus. Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan membentuk aliran lava (lava flow), lembar
lava (sheeting lava) dan dataran tinggi lava (Lava plateau). Beberapa jenis basalt membantu
membentuk kolom poligonal lama. Giant's Causeway di Antrim, Irlandia Utara adalah salah satu
contohnya.
Volume batuan ekstrusif meletus setiap tahun oleh gunung berapi bervariasi sesuai dengan setting
tektonik lempeng. Batuan ekstrusif diproduksi dalam proporsi sebagai berikut: [3]

 Batas divergen: 73%


 Batas konvergen (zona subduksi): 15%
 hotspot: 12%.

a.3. Tekstur Batuan Beku


Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas
yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku di mana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik/fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:

 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.


 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1–5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5–30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:

 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan


bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 –
0,002 mm.
 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

Bentuk kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:

 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.


 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

Hubungan antar kristal


Hubungan antar kristal (relasi) didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar,
relasi dapat dibagi menjadi dua:
Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran
sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:

 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang euhedral.
 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang subhedral.
 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain (yang lebih kecil) disebut massa
dasar yang bisa berupa kristal atau gelas. Inequigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Faneroporfiritik, yaitu apabila kristal-kristal penyusun massa dasar dapat terlihat jelas
dengan mata atau lup.
 Porfiroafanitik, yaitu apabila kristal penyusun massa dasar tidak dapat terlihat dengan
mata atau lup.

a.4. Struktur Batuan Beku


Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan
yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat
dilihat dilapangan saja, misalnya:

 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah
laut, membentuk struktur seperti bantal.
 Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada
contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
 Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
 Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang
teratur.
 Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
 Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
 Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain
yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
 Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
a.5. Warna Batuan Beku
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan
indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna, mineral sebagai penyusun batuan
beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
 Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap,
terutama biotit, piroksen, amfibol dan olivin.
Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

 Batuan leukokratik, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


 Batuan mesokratik, apabila mengandung 30%–60% mineral mafik.
 Batuan melanokratik, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya sebagai berikut:

 Holofelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
 Felsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
 Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
 Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

2. Batuan Sendimen
Batuan sedimen atau batuan endapan adalah batuan yang terbentuk di permukaan
bumi pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan
yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian
lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan
berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-material
sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah
batuan sedimen.
Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan batuan sedimen
mencakup 8% dari total volume kerak bumi.
a.1. Struktur Batuan Sendimen
a. Struktur Batuan Sendimen Primer
Struktur di batuan sedimen dapat dibagi ke dalam struktur 'primer' (terbentuk selama pengendapan)
dan struktur 'sekunder' (terbentuk setelah pengendapan). Tidak seperti tekstur, struktur selalu
berbentuk fitur skala besar pada batuan yang dapat dengan mudah dipelajari di lapangan. Struktur
sedimen dapat menunjukkan sesuatu tentang lingkungan pengendapan sedimen atau dapat
berfungsi untuk mengindikasi di bagian mana batuan tersebut berada ketika sebelum terjadi
pembalikan maupun gaya tektonik lainnya.
Batuan sedimen yang tersusun berlapis-lapis disebut lapisan atau strata. Sebuah lapisan
didefinisikan sebagai lapisan batuan yang memiliki litologi dan tekstur yang seragam . Lapisan
terbentuk oleh pengendapan lapisan sedimen di atas satu sama lain. Urutan lapisan yang mencirikan
batuan sedimen disebut perlapisan. [19][20] Lapisan tunggal dapat memiliki ketebalan dari beberapa
sentimeter hingga beberapa meter. Lapisan yang lebih halus dan kurang terlihat disebut laminae,
dan struktur yang terbentuk di batuan disebut laminasi. Ketebalan laminae biasanya kurang dari
beberapa sentimeter. Meskipun perlapisan dan laminasi umumnya dimulai dalam keadaan
horizontal di alam, hal ini tidak selalu terjadi. Pada beberapa lingkungan tertentu, lapisan-lapisan
diendapkan pada sudut tertentu . Kadang-kadang beberapa set lapisan dengan orientasi yang
berbeda berada di batuan yang sama, struktur yang disebut perlapisan- silang siur ( cross bedding).
Perlapisan - silang siur terjadi ketika erosi skala kecil terjadi selama deposisi, memotong bagian
perlapisan. Perlapisan yang baru lalu terjadi membentuk sudut terhadap perlapisan yang lebih tua.
Kebalikan dari perlapisan - silang siur adalah paralel laminasi, di mana setiap lapisan sedimen
saling sejajar satu sama lain. Pada laminasi, perbedaan umumnya disebabkan oleh perubahan siklus
dalam pasokan sedimen yang disebabkan, misalnya, oleh perubahan musiman dalam curah hujan,
suhu atau kegiatan biokimia . Lamina yang mewakili perubahan musim (mirip dengan lingkaran
pohon) disebut varve. Setiap batuan sedimen terdiri dari lapisan dengan skala milimeter bahkan
lebih halus lagi yang diberi nama dengan istilah umu laminit. Beberapa batuan tidak memiliki
laminasi sama sekali; karakter struktural mereka disebut struktur masif.
Perlapisan berusun (graded bedding) adalah struktur dimana lapisan dengan ukuran butir yang
lebih kecil terjadi di atas lapisan dengan butiran lebih besar. Struktur ini terbentuk ketika air yang
mengalir cepat berhenti mengalir. Klas - klas yang lebih besar dan berat mengendap lebih dulu baru
kemudian klas - klas yang lebih kecil. Meskipun perlapisan bersusun dapat terbentuk dalam
berbagai lingkungan yang berbeda, struktur ini adalah karakteristik utama pada arus turbidit.
Bentuk lapisan (bedform atau bentuk permukaan perlapisan tertentu) dapat menjadi indikasi untuk
lingkungan sedimen tertentu juga. Contoh - contoh bentuk lapisan termasuk bukit (dune) dan tanda
riak (ripple mark). Tapak riak (sole mark), seperti tanda alat (tool mark) dan cetakan suling (flute
cast), merupakan hasil galian pada lapisan sedimen yang diawetkan. Bentuknya memanjang dan
sering digunakan sebagai indikasi arah aliran pada saat proses pengendapan berlangsung. Tanda
riak juga terbentuk dalam air yang mengalir. Ada dua jenis: gelombang riak asimetris (asymmetric
wave ripples) dan arus riak simetris (symmetric current ripples). Lingkungan di mana saat ini
berada dalam satu arah, seperti sungai, menghasilkan riak asimetris. Semakin lama sayap riak
tersebut berorientasi berlawanan dengan arah arus. Gelombang riak terjadi dalam lingkungan di
mana arus terjadi pada semua arah, seperti permukaan pasang surut.
Lumpur retak atau mudcrack terbentuk akibat dehidrasi sedimen yang kadang-kadang terjadi di
atas permukaan air. Struktur seperti ini umumnya ditemukan di permukaan pasang surut atau titik
bar (point bar) di sepanjang sungai.
a. Struktur Batuan Sendimen Sekunder
Struktur sedimen sekunder adalah struktur pada batuan sedimen yang terbentuk setelah
pengendapan. Struktur tersebut terbentuk oleh proses kimia, fisika dan biologi di
dalam sedimen. Mereka bisa menjadi indikator untuk keadaan lingkungan setelah
deposisi. Beberapa dapat digunakan sebagai kriteria umur relatif batuan.
Kehadiran material organik dalam sedimen dapat meninggalkan jejak lebih dari
sekadar fosil. Jejak- jejak terawetkan dan liang (burrow) adalah contoh jejak fosil (juga
disebut ichnofossil). Beberapa jejak fosil seperti cetakan kaki dinosaurus atau manusia
purba dapat menangkap imajinasi manusia, tetapi jejak tersebut relatif jarang.
Kebanyakan fosil jejak adalah liang moluska atau arthropoda. Burrowing ini disebut
bioturbasi oleh ahli sedimentologi. Bioturbasi dapat menjadi indikator yang berharga
dari lingkungan biologi dan ekologi setelah sedimen diendapkan. Di sisi lain,
aktivitas burrowing organisme dapat menghancurkan struktur-struktur sedimen primer
lain, yang membuat rekonstruksi menjadi lebih sulit.
Struktur sekunder juga dapat terbentuk oleh diagenesis atau pembentukan tanah
(pedogenesis) ketika sedimen tersingkap di atas permukaan air. Contoh struktur
diagenesa umum dalam batuan karbonat adalah stylolit. Stylolit adalah bidang yang
tidak teratur di mana material terlarutkan menjadi pori-pori fluida di dalam batuan.
Hasil presipitasi dari spesies kimia tertentu dapat mewarnai batuan, atau disebut juga
pembentukan konkresi (concretion). Konkresi merupakan kurang lebih tubuh
konsentris dengan komposisi yang berbeda dari batuan induk. Pembentukan mereka
dapat terjadi akibat presipitasi lokal akibat perbedaan kecil dalam komposisi atau
porositas batuan induk, seperti di sekitar fosil, di dalam liang atau di sekitar akar
tanaman.[32] Pada batuan karbonat seperti batugamping dan rijang, konkresi mudah
ditemukan. Sedangkan batupasir terestrial dapat memiliki konkresi besi. Konkresi
kalsit di batulempung disebut konkresi septarian.
Setelah pengendapan, proses fisik dapat merusak sedimen, membentuk struktur-
struktur sekunder kelas tiga. Kontras densitas antar setiap lapisan sedimen yang
berbeda, seperti antara pasir dan lempung, bisa mengakibatkan struktur api (flame
structure) atau cetakan beban (load cast), yang dibentuk oleh diapirisme
terbalik. Diapirisme menyebabkan lapisan atas yang lebih padat tenggelam ke dalam
lapisan lainnya. Kadang-kadang, kontras densitas dapat terjadi ketika salah satu satuan
batuan mengalami dehidrasi. Lempung dapat dengan mudah dikompresi sebagai akibat
dari dehidrasi, sedangkan pasir mempertahankan volume yang sama namun menjadi
relatif kurang padat akibat dehidrasi. Di sisi lain, ketika tekanan fluida pori di dalam
lapisan pasir melampaui titik kritis, pasir dapat mengalir melalui lapisan lempung di
atasnya, membentuk tubuh diskordan dari batuan sedimen yang disebut dike sedimen
(proses yang sama dapat membentuk gunung berapi lumpur di permukaan).
Sebuah dike sedimen juga dapat terbentuk di iklim dingin di mana tanah secara
permanen beku selama hampir sepanjang tahun. Pelapukan frost dapat membentuk
retakan di tanah yang dapat terisi dengan puing-puing dari atas. Struktur tersebut dapat
digunakan sebagai indikator iklim urutan pembentukan. Kontras padatan juga dapat
menyebabkan patahan skala kecil, bahkan saat sedimentasi berlangsung (syn-
sedimentaru fault). faulting tersebut juga dapat terjadi ketika massa besar sedimen tak
terlitifikasi tersimpan di lereng, seperti di sisi depan dari delta atau lereng benua.
Ketidakstabilan dalam sedimen tersebut dapat mengakibatkan longsor (slumping).
Struktur yang dihasilkan pada batuan akibat proses tersebut yakni lipatan dan patahan
sinsedimentasi, yang sulit sekali dibedakan dengan patahan dan lipatan yang
diakibatkan oleh gaya tektonik.
a.2. Tekstur Batuan Sendimen
Ukuran, bentuk dan orientasi klas atau mineral dalam batuan disebut tekstur. Tekstur
adalah sifat-sfiat skala kecil dari batuan, namun tekstur juga cukup banyak ditentukan
oleh sifat-sifat batuan skala besar, seperti kepadatan, porositas atau permeabilitas.
Batuan sedimen klastik memiliki 'tekstur klastik', yang berarti mereka terdiri dari
klas-klas. Orientasi tiga dimensi dari klas-klas disebut fabrik batuan. Antara setiap klas-
klas, batuan dapat terdiri dari matriks atau semen (yang terakhir dapat terdiri dari kristal
yang berasal dari satu atau lebih mineral presipitasi). Ukuran dan bentuk klas-klas dapat
digunakan untuk menentukan kecepatan dan arah arus di lingkungan pengendapan di
mana batuan itu terbentuk; batulempung gampingan berbutir halus hanya terendapkan di
air tenang sementara kerikil dan klas-klas yang lebih besar hanya terendapkan oleh air
yang bergerak cepat. Ukuran butir batuan biasanya dinyatakan dengan skala Wentworth,
namun skala alternatif kadang-kadang digunakan. Ukuran butir dapat dinyatakan sebagai
diameter atau volume, dan selalu nilai rata-rata karena batuan terdiri dari klas-klas dengan
ukuran yang berbeda. Distribusi statistik dari ukuran butir yang berbeda untuk jenis
batuan yang berbeda dijelaskan dalam sifat yang disebut pemilahan batuan (sortasi).
Ketika semua klas kurang lebih berukuran sama, batuan disebut 'sortasi baik', dan ketika
ada variasi yang cukup besar dari ukuran klas/butir, batuan disebut 'sortasi buruk'.
Bentuk butiran dapat mencerminkan asal batuan.

 Tekstur permukaan menggambarkan relief skala kecil permukaan butiran yang terlalu
kecil untuk dapat mempengaruhi bentuk umumnya.
 Kebundaran atau roundness menggambarkan kehalusan bentuk butir
 Kebulatan atau sphericity menggambarkan sejauh mana bentuk butir atau klas mendekati
bola.
 Bentuk butir menggambarkan bentuk tiga dimensi dari butir.

Batuan sedimen kimia memiliki tekstur non-klastik, yang terdiri sepenuhnya dari kristal.
Untuk menggambarkan tekstur batuan tersebut, hanya ukuran rata-rata kristal dan fabrik
yang diperlukan.

a.2. Warna Batuan Sendimen


Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang terkandung
didalamnya, yang merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi (II) oksida dan besi
(III) oksida. Besi (II) oksida hanya terbentuk dalam keadaan anoxic dan menyebabkan
batuan berwarna abu-abu atau kehijauan. Besi (III) oksida sering muncul dalam bentuk
mineral hematit dan menyebabkan batuan berwarna kemerahan hingga kecoklatan. Dalam
iklim kering benua, batuan berada dalam kontak langsung dengan atmosfer di mana
oksidasi adalah proses penting, sehingga menyebabkan batuan berwarna merah atau
oranye. Sekuen tebal batuan sedimen berwarna merah yang terbentuk di iklim arid sering
disebut red bed. Namun, warna merah tidak selalu berarti bahwa batuan tersebut
terbentuk di lingkungan benua atau di iklim kering.
Kehadiran bahan organik dapat mewarnai batuan menjadi hitam atau abu-abu. Bahan
organik di alam terbentuk dari organisme mati yang sebagian besar tanaman. Biasanya,
bahan tersebut akhirnya meluruh oleh oksidasi atau aktivitas bakteri. Meskipun begitu,
dalam keadaan anoxic, bahan organik tidak dapat membusuk, dan menjadi sedimen gelap
yang kaya bahan organik tersebut. Hal ini dapat terjadi misalnya di bagian bawah laut
dalam dan danau. Hanya terdapat sedikit aliran air di lingkungan tersebut, sehingga
oksigen dari air permukaan tidak dibawa turun, dan sedimen yang terendapkan disana
biasanya adalah batulempung. Oleh karena itu batuan gelap kaya bahan organik yang
sering terbentuk adalah serpih.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Batuan asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
°Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar),[3] akan mengalami perubahan fisika dan/atau
kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua.
A. Struktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular
batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970).

Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya
disebut phyllite (filit)

Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut
schist (sekis).

Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran


(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:

Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur
ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

B. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).

1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa

Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya
atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik

Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya
tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:

 Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


 Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:


 Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
 Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
 Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
 Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
 Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
 Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.

d. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

 Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.


 Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
 Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
 Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.

Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai
berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar
material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.
Daftar pustaka

https://ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-
metamorf/
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen

Anda mungkin juga menyukai