Anda di halaman 1dari 20

BATUAN 

BEKU
Terminologi

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.
Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau
bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 – 1300 oC) serta mempunyai kekentalan
tinggi, bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.

Letak Pembekuan

Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut
batuan beku intrusi. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi; sering disebut batuan beku ekstrusi. Batuan beku hipabisal adalah batuan beku intrusi
dekat permukaan, sering disebut batuan beku gang atau batuan beku korok, atau sub volcanic
intrusion.

Warna Batuan Beku

Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu sendiri. Apabila terjadi
percampuran mineral berwarna gelap dengan mineral berwarna terang maka warna batuan
beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam,
tergantung warna mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan
beku tertentu yang banyak mengandung mineral berwarna merah daging maka warnanya
menjadi putih-merah daging.

Tekstur Batuan Beku

Tekstur adalah hubungan antar mineral penyusun batuan. Dengan demikian tekstur
mencakup tingkat visualisasi ukuran butir atau granularitas, tingkat kristalisasi mineral atau
kristalinitas, tingkat keseragaman butir kristal, ukuran butir kristal, dan bentuk kristal.

Tingkat Visualisasi Granularitas

Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau memakai loupe, maka tekstur batuan
beku dibagi dua, yaitu tekstur afanitik dan tekstur faneritik.
a. Afanitik adalah kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal
penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.

b. Fanerik (faneritik, firik = phyric) adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat
mineral penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir (kristal
satu dengan kristal lainnya atau kristal dengan kaca). Singkatnya, batuan beku mempunyai
tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelas/kaca, dapat
diamati.

Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak
dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut
bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

Tingkat kristalisasi atau kristalinitas

a. Holokristalin, apabila batuan tersusun semuanya oleh kristal.

b. Holohialin, apabila batuan tersusun seluruhnya oleh gelas atau kaca.

c. Hipokristalin, apabila batuan tersusun sebagian oleh kaca dan sebagian berupa kristal.

Tingkat Keseragaman Butir

a. Equigranular, apabila kristal penyusunnya berukuran butir relatif seragam. Tekstur


sakaroidal adalah tekstur dimana ukuran butirnya seragam seperti gula pasir atau gula putih.

b. Inequigranular, jika ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.

Ukuran butir kristal : < 1 mm ——– berbutir halus

1 – 5 mm ——– berbutir sedang

5 – 30 mm ——– berbutir kasar

> 30 mm ——– berbutir sangat kasar


Bentuk Kristal

a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal
(tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan
bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.

b. Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas,
sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya
berbentuk kristal subhedral disebut hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.

c. Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur. Tekstur
batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik
granular atau xenomorfik granular.

Secara tiga dimensi, bentuk kristal disebut :

a. Kubus atau equidimensional, apabila ketiga dimensinya sama panjang.

b. Tabular atau papan, apabila dua dimensi kristalnya lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.

c. Prismatik atau balok, jika dua dimensi kristalnya lebih pendek dari satu dimensi yang
lain. Bentuk ini ada yang prismatik pendek (gemuk) dan prismatik panjang (kurus, kadang-
kadang seperti jarum).

Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat


kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, yang tertanam di dalam masadasar
(groundmass). Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur
holokristalin porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar
(fenokris) yang tertanam di dalam masadasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin
porfiritik diperuntukkan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam di dalam
masadasar gelas. Karena tekstur holokristalin porfiritik dan hipokristalin porfiritik secara
mata telanjang dapat diidentifikasi maka kenampakan tersebut dapat disebut bertekstur
faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila fenokrisnya tertanam di dalam masadasar afanitik
maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral
penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedang kristalnya hanya sedikit (< 10 %).
Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-
like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal
olivin dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir sedang – kasar
(Æ : 1 – 30 mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan
plagioklas basa. Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun
oleh plagioklas asam, alkali felspar, dan kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur
holokristalin kasar – sangat kasar (Æ ³ 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur
dioritik sebanding dengan tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku
menengah.

STRUKTUR BATUAN BEKU

1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang
cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.

2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat
pembekuan.

3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini
sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat
permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat
beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada
batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler
bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber
dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.

4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat


atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.

5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di dalam


lubang terdapat serat-serat kaca.
6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi
oleh mineral-mineral asing atau sekunder.

7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik
panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di
laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat
menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck,
kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

KOMPOSISI MINERAL

Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral
utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan
mineral sekunder (secondary minerals).

1. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma,
dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.

2. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma
tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan
batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan
mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer,
karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.

3. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan,
reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada
hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan
mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan
ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
4. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral
ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku
luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).

5. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik
dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila
mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi
menjadi alkali felspar dan plagioklas.

6. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan
Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit
dan muskovit.

Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah
harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografi-
mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral pembentuk batuan,
praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan
tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di
dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks,
Longman, Inc., London, 266 p).

PENAMAAN / KLASIFIKASI

Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi
dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi menjadi batuan beku
intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat permukaan. Berdasarkan komposisi mineral
pembentuknya maka batuan beku dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku
ultramafik, batuan beku mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik
ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.

Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit, peridotit dan
norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin, sedang piroksenit oleh piroksen dan
anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral olivin dan piroksen; norit secara
dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya
bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.

Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan plagioklas basa.
Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku dalam menengah disebut
diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang batuan beku luarnya
dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit
basal (basaltic andesit). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau
granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir
mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara
palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan kuarsanya
semakin bertambah dan palgioklasnya semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam
dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam batuan beku asam ini
mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol.
Batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas
adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku
yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut
perlit.

Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek tekstur, struktur dan
atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai contoh, andesit porfir, basal vesikuler
dan andesit piroksen. Penambahan nama komposisi mineral tersebut umumnya diberikan
apabila persentase kehadirannya paling sedikit 10 %. Perkiraan persentase kehadiran mineral
pembentuk batuan (Tabel 3.4) dan tabel klasifikasi batuan beku (Tabel 3.5) dapat membantu
memberikan nama terhadap batuan beku.
Tabel 3.4 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume.

Tabel 3.5 Klasifikasi batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986)


BATUAN PIROKLASTIKA (PYROCLASTIC ROCKS)

Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi, sehingga
merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma yang dilontarkan
dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai piroklastika, yang
berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu
membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan
demikian, pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang bertekstur
klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastika ini mengikuti hukum-
hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air
dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan
batuannya seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu
mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu
letusan gunungapi (sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan
kembali (reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastika atau endapan epiklastika. Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan
lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel
3.6.

Bom gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-struktur


pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku secara cepat di udara
atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah struktur kerak
roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal
ini sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma
yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat dilontarkan,
sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam
material magmatik panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom
gunungapi juga terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada
permukaannya. Bom gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya
ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya berwarna putih terang atau
kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam. Batuapung
umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma
berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunungapi yang juga
berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar,
elip atau seperti rumah lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya
merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan oleh
letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunungapi berwarna
hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan
konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah gunungapi dapat
merupakan bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai
hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok
dapat merupakan pecahan daripada bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di
permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma
secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile).
Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang telah terbentuk
lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar
pada saat letusan (bahan aksidental).

Tabel 3.6 Klasifikasi batuan piroklastika.

Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan


Æ > 64 mm Bom gunungapi Aglomerat

Blok/bongkah gunungapi Breksi piroklastika


2 – 64 mm Lapili Batulapili
1 – 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir Tuf kasar
kasar)
Æ < 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal dan tuf
litik, apabila komponen yang dominan masing-masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen
batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai
klasifikasi batuan beku. Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria
dapat juga disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat batuapung,
aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili batuapung dan batulapili skoria.
PETROGENESA BATUAN BEKU

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek terbentuknya
batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga
perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku, sebagai
sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari
pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan
beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu kemudian
terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal,
penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya
dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.

Berhubung proses petrogenetik tersebut sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran
waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat
diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian
mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya
pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif
atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan
kenampakan khusus lainnya. Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk
mencari jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan “Mengapa” (Why) dan “Bagaimana”
(How) terhadap data pemerian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur
gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin dan
berstruktur masif. Mengapa basal berwarna gelap sedang pegmatit berwarna cerah ?
Bagaimana kejadiannya olivin dapat muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ?
Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?

Skema Klasifikasi Batuan Beku


Leave a Comment Posted by MualMaul on May 11, 2013

Batuan beku memiliki skema klasifikasi dua kali lipat, berdasarkan mineralogi batuan dan
paragenesis nya, yaitu bagaimana batuan terbentuk.

Mineral yang ditemukan dalam batuan dibagi menjadi 5 kelompok untuk tujuan klasifikasi:

Q – kuarsa

P – plagioklas

A – feldspar alkali

F – feldspathoids

M – mafik dan mineral lainnya

Sangat penting untuk memahami asal-usul dari batuan beku, sehingga mineralogi hanya
diperhitungkan setelah terlebih dahulu menentukan dalam kondisi apa batuan itu terbentuk.
Artinya, perlu untuk menentukan apakah batu adalah

• plutonik – berbutir kasar, terbentuk didalam, intrusi utama

• vulkanik – berbutir halus, aliran lava ekstrusif

• hypabyssal – menengah sampai berbutir halus, dangkal, intrusi kecil

• piroklastik – batuan vulkanik terbentuk dari endapan jatuhan udara

Hal ini dilakukan dengan melihat ukuran butir dan tekstur batu. Perhatikan bahwa kondisi di
mana batu dipadatkan akhirnya ditentukan oleh ukuran butir massa dasar, daripada ukuran
setiap fenokris sebelumnya terbentuk.

Batuan Plutonik

Sebagai batuan plutonik membentuk jauh di bawah permukaan bumi di ruang magma besar,
mendingin perlahan-lahan dan, pada awalnya, relatif sedikit bentuk pusat nukleasi, sehingga
kristal bebas untuk tumbuh, tanpa terhalang oleh pertumbuhan kristal tetangga. Aspek kunci
untuk pengakuan batuan plutonik, oleh karena itu, adalah ukuran butir kasar (> 5 mm) sampai
sedang (1 mm sampai 5 mm).

Batuan plutonik yang memiliki kurang dari 90% mineral mafik, dan tidak ada feldspathoids
(sebagian besar dari semua batuan plutonik) diklasifikasikan sesuai dengan persentase relatif
dari kuarsa, feldspar alkali dan plagioklas, seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Untuk
penjelasan tentang cara membaca dan menafsirkan diagram segitiga seperti yang di atas,
pergi ke halaman Membaca Diagram Segitiga

Batuan Plutonik Asam


Yang paling berlimpah batu plutonik adalah batuan biasa disebut granit. Granit yang sebagian
besar terdiri dari felspar dan kuarsa, dengan kuarsa terdiri dari 20% atau lebih dari jumlah
total felspar + kuarsa. Batuan ini felsic dibagi sesuai dengan rasio feldspar alkali untuk
plagioklas. Granit terbentuk dari relatif kaya air magma, sehingga mengandung sejumlah
kecil mineral hydrous seperti biotit dan hornblende. Granit dengan hanya, atau dominan,
feldspar alkali dengan mengesampingkan relatif atau lengkap plagioklas feldspar disebut
granit alkali. Semakin tinggi persentase K dalam hasil ini granit di mika menjadi muskovit
serta, atau bukan, biotit. Dimana proporsi feldspar alkali untuk plagioklas adalah 2:01-09:01,
batu adalah syenogranite a. Dimana proporsi feldspar alkali dan plagioklas relatif bahkan
(tidak satu menjadi lebih dari dua kali jumlah yang lain) itu adalah sebuah monzogranite.
Dimana proporsi feldspar alkali untuk plagioklas adalah 1:02-01:09, batu adalah sebuah
granodiorit. Sebuah batu granit terdiri dari kuarsa dan plagioklas, dengan mengesampingkan
virtual feldspar alkali, dikenal sebagai tonalit a. The plagioklas dalam batuan granit lebih
tinggi daripada di Na Ca, dan dari albite komposisi oligoclase (lihat catatan mineralogi).

Batu asam, dengan kelimpahan relatif lebih besar dari 20% kuarsa, ditampilkan dalam warna
kuning pada diagram di bawah ini, adalah yang paling melimpah dari batuan plutonik.

Perhatikan bahwa persentase mineral perlu dihitung kembali 100% dan tidak hanya
persentase modal yang terkandung dalam batu. Misalnya, batu kuarsa dengan 20%, 25%
felspar alkali dan 35% plagioklas (dengan 20% mineral mafik), akan dihitung ulang sehingga

Q = 20 / (20 +25 +35)% = 25%,

A = 25 / (20 +25 +35)% = 31,25%


P = 35 / (20 +25 +35)% = 43,75%

dan akan plot di bagian Granodiorite.

Batu Menengah dan mafik dengan konten plagioklas tinggi dibagi sesuai dengan komposisi
plagioklas tersebut. “Sebuah” mengacu pada isi anorthite plagioklas tersebut. Sebuah
plagioklas terdiri dari campuran 60% anorthite dan 40% albite karena itu An60. Sebuah batu
yang terdiri dari lebih dari 90% plagioklas (karena kurang dari 10% mineral mafik) adalah
“Anorthosite”.

Batuan Plutonik Menengah / intermediet

Yang paling umum batuan plutonik intermediate diorit. Hal ini mirip dengan granit, namun
didominasi oleh plagioklas, dengan kuarsa hanya konstituen minor. Hornblende dan / atau
piroksen (baik mineral berwarna gelap) merupakan konstituen utama, memberikan batu hitam
berbintik-bintik putih dan penampilan. Plagioklas adalah komposisi andesin, memiliki
persentase yang sedikit lebih besar daripada Na Ca.

Dimana feldspar adalah feldspar didominasi alkali daripada plagioklas, batu adalah sebuah
syenite. Syenite umumnya kurang mafik dari diorit. Dimana ada proporsi kira-kira sama
feldspar alkali dan plagioklas, batu ini disebut monzonit a.

(Catatan: Sebagai bantuan untuk mengingat, dari feldspar alkali dominan plagioklas dominan,
batu-batu syenite, monzonit dan diorite Pikirkan Simon Dior (ada kaitannya dengan Christian
Dior), dan perhatikan kesamaan dengan asam plutonik rock, syenogranite.? , monzogranite
dan granodiorit.)

Batuan Plutonik Basa

Sebuah magma dengan komposisi yang sama seperti basal, tetapi crystallising dalam kondisi
plutonik, membentuk gabro. Gabbros terdiri dari plagioklas dan piroksen, olivin dengan lebih
rendah. Ini semua adalah mineral anhidrat dan mencerminkan kondisi leleh kering di wilayah
sumber. Plagioklas adalah Ca-kaya.

Sebuah batu yang terutama terdiri dari plagioklas, tanpa kuarsa atau alkali feldspar, dan
hanya piroksen kecil adalah anorthosite. Plagioklas adalah berbagai anorthite Ca kaya.

Batuan Plutonik Ultrabasa

Batuan plutonik dengan lebih dari 90% mineral mafik (M> 90) diklasifikasikan menurut
mineral mafik dan tidak diplot pada diagram di atas. Batuan berikut merupakan kategori
utama batuan ultrabasa.

• dunit – lebih dari 90% olivin piroksen dengan minor

• peridotit – olivin dan piroksen, dengan lebih dari 40% olivin

• piroksenit – <40% olivin dan piroksen> hornblende

• hornblendite – <40% olivin dan hornblenda> piroksen


Jika salah satu batu diatas menjadi terhidrasi dan pada dasarnya berubah menjadi ular, batu
yang dihasilkan disebut serpentinit a.

Batuan Hypabyssal (intrusives Kecil)

Batu Hypabyssal terbentuk dalam tubuh mengganggu ringan seperti tanggul, kusen dan
colokan vulkanik. Mereka memiliki ukuran butir massa dasar dalam baik untuk jarak
menengah. Batuan Hypabyssal secara luas dapat dibagi menjadi batuan equigranular dan
batuan porfiritik.

Jika batu adalah equigranular, itu diberi nama yang sama sebagai setara plutonik, dengan
awalan “mikro” tambahnya. Sebuah tanggul dengan komposisi yang sama seperti monzonit,
tapi dengan halus (sekitar 1 mm) ukuran butir, disebut micromonzonite a. Pengecualian
adalah dolerite yang setara hypabyssal dari gabro (plutonik) atau basal (vulkanik).

Sebuah batu hypabyssal porfiritik umumnya disebut porfiri, dengan modifikator tambah yang
menunjukkan baik komposisi rock, atau jenis fenokris hadir. Jadi porfiri dengan massa dasar
rhyolitic dan fenokris kuarsa dan feldspar dapat disebut granit porfiri, atau kuarsa – felspar
porfiri. Atau, mungkin disebut sebagai riolit porfiritik.

Batuan Volcanic

Batuan vulkanik yang terbentuk dari magma yang telah meletus ke permukaan bumi.
Akibatnya, mereka mendinginkan cepat dan berbagai bentuk pusat nukleasi, sehingga batu
berbutir halus. Jika butir yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang, batu
dikatakan memiliki tekstur phaneritic, jika tidak, itu dikatakan aphanitic.

Ukuran butir halus berarti bahwa klasifikasi tertentu spesimen tangan umumnya tidak
mungkin, sehingga kerja, atau kolom nama umumnya diterapkan sampai pekerjaan lebih
lanjut dapat dilakukan. Batuan asam cenderung lebih ringan daripada batu berwarna dasar,
meskipun warnanya menjadi lebih gelap biasanya dengan ukuran butir halus. Kaca asam,
disebut obsidian, misalnya, adalah hitam. Atas dasar ini, cahaya batuan vulkanik berwarna
umumnya disebut riolit dan gelap batuan vulkanik berwarna umumnya dianggap basalt.

Umumnya, indikasi yang baik dari mineral keseluruhan batu dapat diperoleh dengan
mengidentifikasi fenokris. Batuan asam mungkin memiliki fenokris kuarsa, bersama dengan
feldspar. Fenokris dari mineral hydrous seperti biotit dan hornblende juga menyarankan
komposisi asam. Fenokris olivin adalah diagnostik dari komposisi dasar. Piroksen juga
menunjukkan komposisi dasar.

Batuan Vulkanik Asam

Batuan vulkanik asam adalah komposisi yang sama seperti granit, dan sehingga memiliki
mineral yang sama. Mereka umumnya memiliki fenokris kuarsa dan feldspar, hornblende
dengan ringan dan mika, tetapi ada biasanya tidak fenokris cukup untuk batu yang akan
disebut porfiritik. Kelimpahan kuarsa dan feldspar, baik sebagai fenokris dan dalam massa
dasar, memberikan batu warna terang. Dimana feldspar yang dominan feldspar alkali, batu
adalah riolit dan sering memiliki warna kemerahan merah muda. Dimana feldspar yang
dominan plagioklas, itu adalah sebuah dasit.
Batuan Vulkanik Menengah

Batuan vulkanik dengan komposisi antara adalah andesit. Mereka umumnya menengah dalam
warna antara riolit dan basalt, tetapi dapat menyerupai basal, menjadi media untuk abu-abu
gelap. Mereka mungkin berisi hornblende, bersama dengan plagioklas dan piroksen dan dapat
mengandung kuarsa ringan. Mereka diberi nama setelah pegunungan Andes, di mana mereka
yang umum. Plagioklas adalah komposisi andesin.

Batuaan Vulkanik Basa

Yang paling berlimpah batuan vulkanik adalah basalt. Ini adalah abu-abu gelap sampai hitam,
tapi cuaca ke abu-abu terang. Hal ini terdiri dari plagioklas dan piroksen dengan olivin lebih
rendah. Olivine adalah phenocryst paling sering terlihat, menjadi suhu tinggi, mineral
crystallising awal, tapi ringan, plagioklas persegi panjang dan piroksen hitam juga dapat
dilihat dalam sampel phaneritic.

Sebagian besar batuan vulkanik di bidang andesit / basalt. Perbedaan antara keduanya adalah
pada% berat SiO2 dengan basalt (batu vulkanik yang paling umum) memiliki kurang dari
52% SiO2. Sebagai kriteria ini tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan spesimen
tangan, persentase mineral mafik dapat digunakan, dengan basal memiliki lebih dari 35%
mineral mafik volume. Perbedaan ini juga agak tidak memuaskan dalam banyak kasus,
karena ukuran butir halus sampel, sehingga nama field tentatif basal umumnya diterapkan
dalam banyak kasus, dengan batu andesit yang disarankan jika batu menunjukkan
karakteristik seperti warna keseluruhan lebih ringan, sebuah warna kehijauan atau jika
diketahui terkait dengan lainnya, batu silika tinggi.

Batuan Volcanic Ultrabasa

Ini sangat langka, batu kuno yang dikenal sebagai komatiite yang tidak meletus hari ini.
Mereka terdiri dari fenokris panjang olivin, piroksen dengan baik dan plagioklas langka.
Komatiites adalah bukti dari periode sejarah bumi ketika suhu di mantel atas yang cukup
panas untuk menghasilkan mencairnya mantel atas ke tingkat yang cukup untuk
menghasilkan magma ultrabasa.

Batuan vulkanik yang memiliki kurang dari 90% mineral mafik, dan tidak ada feldspathoids
(sebagian besar semua batuan vulkanik) diklasifikasikan sesuai dengan persentase relatif dari
kuarsa, feldspar alkali dan plagioklas, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Perhatikan bahwa persentase mineral perlu dihitung kembali 100% dan tidak hanya
persentase modal yang terkandung dalam batu.

Batuan Piroklastik

Ini terdiri dari fragmen batuan vulkanik yang telah eksplosif dikeluarkan dari ventilasi.
Fragmen dapat terdiri baik dari kaca (fragmen vitric), kristal, atau batu (litik) fragmen.
Deposito terkonsolidasi dikenal sebagai “tephra”. Fragmen besar (> 64 mm) disebut blok jika
mereka sudut, atau bom jika mereka dibulatkan. Blok adalah bongkahan batuan padat yang
meledak keluar selama letusan, sedangkan bom adalah gumpalan besar af magma yang
memperkuat dalam penerbangan. Bom sering menunjukkan meruncing yang berkembang saat
mereka didinginkan dan dipadatkan dalam penerbangan.

Penamaan piroklastika didasarkan pada ukuran fragmen. Namun, sedangkan ukuran butir
batuan beku lainnya didasarkan pada bahwa massa dasar halus, untuk batuan piroklastik
klasifikasi didasarkan pada fragmen yang lebih besar. Ini adalah fragmen ini yang
memberikan beberapa indikasi kekuatan letusan, sedangkan fragmen halus hampir di mana-
mana.

Batuan piroklastik diklasifikasikan menurut

Ukuran fragmen

• <1/16 mm Halus tuff


• 1/16 – 2 mm tuff Kasar

• 2 -64 mm tuf Lapili

•> 64 mm menggumpal (fragmen dibulatkan)

• piroklastik breksi> 64 mm (fragmen sudut)

Fragmen Type

1. Perhatikan keberadaan kaca, kristal, fragmen batuan, batu apung, abu, dll Apa persentase
relatif mereka?

Sebuah tuf dengan didominasi fragmen batuan dikenal sebagai tuf litik.

Sebuah tuf dengan fragmen batu apung dan didominasi kaca dikenal sebagai tuf vitric.

Sebuah tuf dengan fragmen didominasi kristal dikenal sebagai tuf kristal.

Komposisi

Rhyolitic, andesit, basal, dll

Ignimbrites

Beberapa produk bahan piroklastik mengalir dikenal sebagai nuee Ardentes, atau “awan abu
bersinar”. Ini arus sangat berbahaya dan merusak perjalanan dengan kecepatan tinggi dan
pada suhu sekitar 600 ° C. Ketika partikel datang untuk beristirahat, mereka mungkin cukup
panas untuk mengelas bersama untuk membentuk sebuah hard rock, dikenal sebagai tufa,
atau Ignimbrit. Ignimbrites sering dapat dibedakan dengan memiliki pecahan kaca rata
dimasukkan ke dalam mereka, terbentuk ketika panas, bahan ulet dipadatkan untuk rock.
Ignimbrites diproduksi oleh andesit letusan rhyolitic.

Bagaimana plot dalam Membaca Diagram Segitiga

Grafik segitiga dapat digunakan untuk merencanakan posisi relatif untuk berbagai komposisi,
mengambil tiga komponen pada suatu waktu.

Ketika mengklasifikasikan batuan beku yang memiliki> 10% kuarsa (Q) + alkali feldspar (A)
+ plagioklas (P), persentase mutlak pertama harus dihitung ulang sehingga Q + A + P =
100%.

Untuk plot persentase kuarsa, mulai dari dasar segitiga (0% kuarsa) dan bergerak secara
vertikal menuju Q apex sampai nilai yang sesuai tercapai. Sebuah diagram menyoroti
persentase kuarsa ditunjukkan di bawah ini.
Untuk plot persentase feldsapr alkali, mulai dari sisi kanan segitiga (0% feldspar alkali) dan
bergerak menuju puncak A sampai nilai yang sesuai tercapai. Sebuah diagram menyoroti
persentase feldspar alkali ditampilkan di bawah.

Untuk plot persentase plagioklas, mulai dari sisi kiri dari segitiga (0% plagioklas) dan
bergerak menuju puncak P sampai nilai yang sesuai tercapai. Sebuah diagram menyoroti
persentase kuarsa ditunjukkan di bawah ini.

Sebuah contoh merencanakan tiga komponen bersama-sama ditunjukkan di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai