Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya. Ada empat cabang petrologi, berkaitan dengan tiga
tipe batuan: beku, piroklastik, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri
berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu
lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api
(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali
bersifat klastik.
Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung
partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang
bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan
kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan,
suhu, atau keduanya).
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan
analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi
modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan
eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental
menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki
geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan
suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki
batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam
perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

MODUL PETROLOGI Page 1


ACARA I
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat membekunya magma
pada waktu perjalanannya ke permukaan bumi. Magma adalah cairan silikat yang
panas dan pijar yang terdiri dari unsur O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na, K dan
sebagainya. Hasil dari rekristalisasi magma tersebut membentuk berbagai macam
jenis mineral dan mengikuti aturan tingkat kristalisasi dari magma.

Bowen menyusun urutan kristalisasi dari mineral-mineral utama


pembentuk batuan beku yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen (Diagram 1):

Diagram 1. Seri Reaksi Bowen

MODUL PETROLOGI Page 2


Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

1. Mineral utama (essential minerals): mineral yang terbentuk dari


kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup
banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh: olivin, piroksen,
hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa, felspathoid.

2. Mineral tambahan (accessory minerals): mineral yang terbentuk


dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%),
dan tidak menentukan nama/sifat batuan. Contoh: apatit, zirkon,
magnetit, hematit, rutil, dll.

3. Mineral sekunder (secondary minerals): mineral hasil ubahan dari


mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau
metamorfosa. Contoh: klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, dll.

Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku

Olivin
Ultramafik dan Ultramafitit
Piroksen
Plagioklas
Olivin, piroksen

Olivin, piroksen, plagioklas


Olivin, plagioklas Gabroid dan Basaltoid
Piroksen, plagioklas

Piroksen, hornblenda, plagioklas

Hornblenda, plagioklas Dioritoid dan Andesitoid

Hornblenda, biotit, plagioklas, <<< kuarsa

Hornblenda, biotit, muskovit, kuarsa

Biotit, muskovit, k-felspar, kuarsa Granitoid dan Dasitoid

Biotit, muskovit, k-felspar

Tabel 1.1 . Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral

MODUL PETROLOGI Page 3


Pada batuan beku mineral sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu :

1. Mineral - mineral felsic tersusun atas silica dan alumina, umumnya


berwarna cerah. Mineral tersebut antara lain kuarsa, Plagioklas,
Ortoklas, dan Muskovit.

2. Mineral mineral mafik tersusun atas unsur unsur besi magnesium


kalsium, umumnya mineral - mineral ini berwarna gelap. Mineral
tersebut antara lain olivine, Piroksen, hornblende dan Biotit.

Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku


intrusif (membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif
(membeku dipermukaan bumi). Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Batuan beku vulkanik


Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena
membeku dipermukaan atau dekat dengan permukaan bumi.
2. Batuan beku hipabisal
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran sedang
atau percampuran antara kasar dan halus, karena membeku di dalam
permukaan bumi.
3. Batuan beku plutonik
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran kasar,
karena membeku jauh di dalam permukaan bumi.
Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya.
Batuan beku volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan vulkanik
instrusif, batuan beku ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan
fragmental dan batuan vulkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava.
Di Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang
bertekstur fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan
dikelompokkan dengan klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non
fragmental.

MODUL PETROLOGI Page 4


2.1 Warna Batuan beku
Warna batuan beku berkatan erat dengan kompoisi mineral penyusunnya,
mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma
asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali
untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar,
muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan
beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku
ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

2.2 Tekstur Batuan Beku


Tekstur adalah kenampakan dari batuan yang dapat merefleksikan sejarah
kejadiannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tekstur batuan beku
adalah derajat kristalisasi, granulitas/besar butir dan kemas/fabric.

1. Derajat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan
itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat
cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair
ke padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila
penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil dan tidak
sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak
akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan
pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tekstur batuan beku
berdasarkan derajat kristalisasinya antara lain :
Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya
Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya

MODUL PETROLOGI Page 5


2. Granulitas/Besar Butir
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukran butir
dari kristal penyusun batuan. Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/besar
butirnya yaitu :
Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa. Khusus
untuk batuan bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat ditentukan
sebagai berikut:
- Halus : besar butir < 1 mm
- Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
- Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm
- Sangat kasar : besar butir > 3 cm

Gambar 2.1 Tekstur Fanerik


Afanitik : Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur
afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu
dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut
mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan Kriptokristalin apabila tidak
dapat dikenal dengan mikroskop.

Gambar 2.2 Tekstur afanitik

MODUL PETROLOGI Page 6


Porfiritik. Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan
masa dasar dipisahkan. Tekstur dibedakan menjadi 2, yaitu :
- Faneroporfiritik : Bila kristal mineral yang besar (fenokris)
dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan
dapat dikenal dengan mata telanjang.

Gambar 2.3 Tekstur Faneroporfiritik


- Pirfiroafanitik : Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang
afanitik.

Gambar 2.4 Tekstur Pirfiroafanitik


3. Kemas/fabric
Tekstur batuan beku berdasarkan keseragaman butir/kristalnya:
Equigranular: ukuran besar butir relatif sama
Inequigranular: ukuran besar butir tidak sama
4. Bentuk Butir
Untuk kristal kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat
kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran
mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal
dibedakan menjadi :
Euhedral yaitu apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh
bidang bidang kristal yang jelas.
Subhedral yaitu apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya
sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal.

MODUL PETROLOGI Page 7


Anhedral yaitu apabila bidang batas kristal tidak jelas.

Gambar 2.5 Sketsa bentuk butir (kristal/mineral) a.euhedral, b.subhedral,


c.anhedral
5. Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya
Tabular (plagioklas, k-felspar)
Prismatik (piroksen, hornblenda)
Berlembar (mika)
Poligonal (k uarsa, olivin)

2.3 Struktur Batuan Beku


Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat
terbentuknya batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya
dapat dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat
dilihat juga dalam hand specimen.
1. Struktur yang berhubungan dengan aliran magma :
- Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik,
pipih atau memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
- Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik)
yang mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan
induknya.
- Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di
mana bagian atas cembung dan bagian bawah cekung.
2. Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:
- Vesikuler: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).
- Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava),
yang telah diisi oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
- Kekar kolom: kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus
arah aliran.
- Kekar berlembar: kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap
intrusi besar akibat hilangnya beban.

MODUL PETROLOGI Page 8


2.4 Klasifikasi Batuan Beku secara megaskopis
A. Berdasarkan Klasifikasi IUGS (1973)
1. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa),
berbutir sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat dibagi atas
beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga 4a, 4b, 4c. Dasar
pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F),
Felsfar alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P).
Cara menentukan nama batuan dihitung dengan menganggap jumlah
ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P) adalah 100%. (Gambar 2.6).
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan
mineral mika = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang
dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut:
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% 10% (jumlah mineral
mika) = 90%, maka:
Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 4(a), hasilnya adalah batuan granitoid.

Gambar 2.6. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973). a.


Klasifikasi umum, b.Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, c.Batuan ultramafic
I.Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid Syenitoid; VI. Foid
Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit; IX. Peridotit; X. Piroksenit;
XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier Foid-Bearing, digunakan bila feldspatoid
hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.

MODUL PETROLOGI Page 9


2. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (< 1 mm),
sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat ditentukan prosentase mineraloginya
secara megaskopik. Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan komposisi
mineralnya adalah didasarkan atas warna batuan, karena warna batuan umumnya
mencerminkan proporsi mineral yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral
felsik (berwarna terang) dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak
mineral mafik, semakin gelap warna batuannya.
Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi
batuan yang bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat
terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan
menghitung prosentase mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada
warna batuan /mineral, maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing
mineral Q/F,A P, maka nama batuan dapat ditentukan. (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik. Q. Kuarsa; A. Alkali


Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas); P. Plagioklas; F.
Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px. Piroksen; M. Mineral mafik. I.
Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid; V.
Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit

MODUL PETROLOGI Page 10


B. Berdasarkan Fenton IUGS (1940 )

Gambar 2.8 Klasifikasi Fenton (1940)

MODUL PETROLOGI Page 11


ACARA II
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik:
- Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan
gunung api
- Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal,
batuan vulkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.
Batuan Epiklastik:
- Batuan hasil rombakan batuan vulkanik maupun batuan lainnya.
- Terdiri dari material hasil rombakan batuan vulkanik (kristal, fragmen
batuan) dan material non vulkanik.
Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis
endapan piroklastik yaitu:
1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari
letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan
jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan
ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis
menjauhi pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal
pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam
ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari
pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik
ini tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya
pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen
litik, dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat
erupsi. Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus
antara aliran temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik
ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang
biasanya bercampur dengan air.
3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk
pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas
konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini
menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar,

MODUL PETROLOGI Page 12


struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di
bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.
Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:
Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material
padat tidak mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak
vesikulernya.
Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava
juvenil sebagai hasil fragmentasi.
Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan
piroklastik, tetapi sering terdiri dari lava yang lebih tua.
3.1 Klasifikasi Batuan Piroklastik
Ukuran Piroklast Endapan Piroklastik Endapan
Klast Non-konsolidasi : Piroklastik
(pecahan) Tefra Konsolidasi :
Batuan
Piroklastik

64 mm Blok Aglomerat, Aglomerat,


(menyudut) lapisan blok/bom atau Breksi Piroklastik
Bom blok/bom tefra
(membundar)

2 mm Lapili Lapisan Lapili atau Batuan Lapili


Tefra Lapili

1/16 mm Butiran debu Debu (Ash) Kasar Tuf Kasar


(ash) kasar

Butiran debu Debu (Ash) Halus Tuf Halus


(ash) halus

Tabel 3.1 Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir/ukuran klast


(modifikasi dari klasifikasi Schmid, 1981, op.cit Fisher, et. al, 1984)

MODUL PETROLOGI Page 13


Tabel 3.2 Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 1981)

Gambar 3.1 Penamaan batuan piroklatik berdasarkan fragmen piroklastik (Fisher,


1966; Schmid, 1981, op.cit. Fisher, et.al, 1984)

MODUL PETROLOGI Page 14


ACARA III
BATUAN SEDIMEN
4.1 Pengertian Batuan Sedimen
Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti
penenggelaman atau secara sederhana dapat diartikan dengan endapan, yang
digunakan untuk material padat yang diendapkan oleh fluida. Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan lainnya (batuan
beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan
(weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada
akhirnya mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat
membentuk batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran,
erupsi gunungapi.
Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi.
Tetapi karena batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun
jumlahnya relatif sedikit akan tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hampir
menutupi batuan beku dan metamorf. Batuan sedimen menutupi sekitar 75% dari
permukaan bumi.
Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting,
karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat
pula dijumpai pada batua sediment dan mempunyai arti penting dalam
menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah
batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang
sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan
fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi dilakukan oleh media air dan
angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu
mengangkut partikel tersebut.
4.2 Proses Pembentukkan Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya
oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan
angina angina serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini
terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut,

MODUL PETROLOGI Page 15


samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan
lunak,akan tetapi karena proses diagnesis sehingga batuan-batuan lunak tadi akan
menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada
sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah
proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak.
Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan
lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi
menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau
silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Beberapa zat ini
mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam
(CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik
tumbuhan maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik
mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan.
Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula sejenis batuan endapan yang
sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing
pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil penghancuran batuan-batuan
yang diserang oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun kikisan angin.
Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air,
sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis dan pada awalnya
diendapkan secara mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari
beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-
endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-
endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai,
endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut
kita temukan butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen
itu disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai
akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini berganti dengan
batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan batugamping(Katili dan
Marks).

MODUL PETROLOGI Page 16


1. Transportasi dan Deposisi
Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan
bergerak secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama
adalah densitas dan viskositas air lebih besar daripada angina sehingga air
lebih mampu mengangkut partikel yang lebih besar daripada yang dapat
diangkut angina. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika
viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan
sebaliknya. Viskositas yang kecepatan mengalirnya besar merupakan
viskositas yang tinngi.
Transportasi dan deposisi partikel oleh sediment gravity flow
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh
pengaruh gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian
medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel
sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara
lain adalah debris flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh
gravity flow akan menghasilkan produk yang berbeda dengan deposisi
sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi dan
deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan
sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai
sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur deformasi. Berbagai
penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah ditemukan oleh para
ahli, baik berdasarkan genetic maupun deskrritif. Secara genetic dapat
disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan W.T.Huang,1962).
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:
1) Suspension : ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat
kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.
2). Bed load : ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti
pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran
yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang

MODUL PETROLOGI Page 17


besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat
kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut
pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen
yang satu denganlainnya.
3). Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi
pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu
menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena
gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut
ke dasar. Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup
besar dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen
tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang
ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu
mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.

Gambar 4.1 Perilaku partikel dalam perilaku fluida

MODUL PETROLOGI Page 18


4.3 Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan
Sedimen
1) Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu :
Warna mineral pembentukkan batuan sedimen. Contoh jika mineral
pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kwarsa maka batuan akan
berwarna putih.
Warna massa dasar/matrik atau warna semen.
Warna material yang menyelubungi (coating material). Contoh batupasir
kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi yang
sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih
gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika
kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap
dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan
material organic (organic matter) mempunyai warna yang lebih gelap.
2) Tekstur
Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut
butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan
sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah di alami
batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga
dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment.
Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan
non klastik.
a. Tekstur klastik
- Fragme : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
- Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.

MODUL PETROLOGI Page 19


- Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit,
sulfat atau oksida besi.
b. Tekstur nonklastik
Tekstur yan terjadi merupakan hasil pengendapan melalui reaksi
kimia. Tekstur kristalin berkembang akibat agregat kristal kristal yang
saling mengunci. Kristal kristalnya dapat kecil menengah atau besar
besar bahkan campuran berbagai ukuran sebagai halnya batuan beku
porfiritik. Kristal kristalnya memperlihatkan bentuk bentuk tertentu
misalnya berdimensi sama, berserat atau scaly. Dan tidak mudah untuk
membedakan mana yang terbentuk oleh reaksi kimia organik dan mana
yang di endapkan melalui reaksi akibat organisme.
3) Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922), yaitu :
Ukuran Butir (mm) Nama Butir Nama Batuan
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen
64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika
membulat

2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk


membulat

1-2 Pasir Sangat Kasar(Very


Coarse Sand)

1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)


1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir
1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)
1/16-1/8 Pasir Sangat Halus( Very Fine
Sand)

1/256-1/16 Lanau Batulanau


<1/256 Lempung Batulempung

MODUL PETROLOGI Page 20


Besar butir dipengaruhi oleh :
- Jenis Pelapukan
- Jenis Transportasi
- Waktu/jarak transport
- Resistensi

Gambar 4.2 Komporator besar butir

4) Bentuk Butir
a. Kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir,
jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari mineral
yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene.
Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan
mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh
jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran :
- Well rounded (membundar baik)
- Rounded (membundar)
- Subrounded (membundar tanggung)
- Subangular (menyudut tanggung)
- Angular (menyudut)

MODUL PETROLOGI Page 21


Gambar 4.3 Derajat Kebundaran
b. Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan
sedimen klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan,
yaitu :
- Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
- Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan
fragmen.

Gambar 4.4 Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir


c. Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
- Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang
dalam matrik).
- Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain

MODUL PETROLOGI Page 22


5) Struktur Batuan Sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah
proses pengendapan.(Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981). Pada
batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan
sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti
kekar, sesar, dan lipatan.
Macam-macam struktur primer adalah sebagai berikut :
1.Struktur eksternal
Terlihat pada kenampakan morfologi dan bentuk batuan sedimen secara
keseluruhan di lapangan. Contoh : lembaran (sheet), lensa, membaji (wedge),
prisma tabular.
2.Struktur internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen, macam struktur
internal :
a. Perlapisan dan Laminasi
Disebut dengan perlapisan jika tebalnya lebih dari 1 cm dan disebut
laminasi jika kurang dari 1 cm.perlapisan dan laminasi batuan sedimen
terbentuk karena adanya perubahan kondisi fisik,kimia, dan biologi.
Misalnya terjadi perubahan energi arus sehingga terjadi perubahan ukuran
butir yang diendapkan. Macam-macam perlapisan dan laminasi :
- Perlapisan/laminasi sejajar (normal). Dimana lapisan/laminasi
batuan tersusun secara horizontal dan saling sejajar satu dengan
yang lainnya. Dikatakan perlapisan jika tebalnya > 1cm dan
Laminasi jika tebalnya < 1 cm.
- silang siur (Cross bedding).Perlapisan/batuan saling potong
memotong satu dengan yang lainnya.
- Graded bedding. Struktur graded bedding merupakan struktur yang
khas sekali dimana butiran makin ke atas makin halus. Graded

MODUL PETROLOGI Page 23


bedding sangat penting sekali artinya dalam penelitian untuk
menentukan yang mana atas (up) dan yang bawah (bottom) dimana
yang halus merupakan bagian atasnya sedangkan bagian yang kasar
adalah bawahnya. Graded bedding yang disebabkan oleh arus
turbid,dimana fraksi halus didapatkan di bagian atas juga tersebar
di seluruh batuan tersebut. Secara genesa graded bedding oleh arus
turbid juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan
oleh pengaruh arus turbulensi. Penggolongan Bedding Menurut
Ketebalan (Mc Kee and Weir, 1985)
Ukuran Bedding (cm) Nama Bedding
>100 very thick bedded
30-100 thick bedded
10-30 medium bedded
3,0-10 thin bedded
1,0-3,0 very thin bedded
0,3-1,0 thick laminated
<0,3 thin laminated

b. Masif
Struktur kompak, consolidated, menyatu. Kenampakan pada permukaan
lapisan yaitu
Ripple mark : Bentuk permukaan yang bergelombang karena
adanya arus
Flute cast : Bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat
aktivitas arus.
Mud cracks : Bentuk retakan pada lapisan Lumpur (mud), biasanya
berbentuk polygonal.
Rain marks : Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan
air hujan.

MODUL PETROLOGI Page 24


Salah satu struktur sekunder yaitu Struktur yang terjadi karena deformasi
antara lain sebagai berikut :
1. Load cast. Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari
beban di atasnya.
2. Convolute structur. Liukan pada batuan sedimen akibat proses
deformasi.
3. Sandstone dike and sill. Karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada
lapisan sediment diatasnya.
4. Karena proses biologi seperti :
- Jejak (tracks and trail). Track yaitu jejak berupa tsapak
organisme. Trail yaitu jejak berupa seretan bagian tubuh
organisme
- Galian (burrow) adalah lubang atau bahan galian hasil aktivitas
organisme
- Cetakan (cast and mold). Mold adalah cetakan bagian tubuh
organisme. Cast adalah cetakan dari mold
Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan untuk menentukan bagian
atas suatu batuan sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan sedimen sangat
penting artinya dalam menentukan urutan batuan sediment tersebut.

MODUL PETROLOGI Page 25


Gambar 4.5 Contoh gambar struktur batuan sedimen

MODUL PETROLOGI Page 26


4.4 Komposisi Batuan Sedimen
Batuan sediment berdasarkan komposisinya dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
a) Batuan sediment detritus/klastik. Komposisi batuan ini pada umumnya
adalah kwarsa, feldspar, mika,mineral lempung dan sebagainya. Dapat
dibedakan menjadi :
Detritus halus : batulempung, batulanau.
Detritus sedang : batupasir (greywock, feldspathic)
Detritus kasar : breksi dan konglomerat.
b) Batuan sedimen evaporit. Batuan sedimen ini terbentuk dari proses
evaporasi. Contoh batuannya adalah gips, anhydrite, batu garam.
c) Batuan sedimen batubara. Batuan ini terbentuk dari material organic yang
berasal dari tumbuhan. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan
unsure karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya
lignit, bituminous coal, anthracite.
d) Batuan sedimen silica. Batuan sedimen silica ini terbentuk oleh proses
organic dan kimiawi. Contohnya adalah rijang (chert), radiolarian dan
tanah diatomae.
e) Batuan sedimen karbonat. Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis,
kimiawi, organic. Contoh batuan karbonat adalah framestone, boundstone,
packstone, wackstone dan sebagainya.

MODUL PETROLOGI Page 27


ACARA IV
BATUAN METAMORF
Batuan metamorfosa adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan
tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara
200-8000C. Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa:
- Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukannya
- Asosiasi mineral
Proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan
pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di
dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Proses metamorfisme ini
meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi, pembentukan mineral baru (dari unsur yang
telah ada sebelumnya).
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua
yaitu:
Metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism)
Metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism)
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih
bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku),
sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak
nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur
malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).

Gambar 5.1 Memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat


rendah medium dan tingkat tinggi (ODunn dan Sill, 1986).

MODUL PETROLOGI Page 28


5.1 Tipe-tipe metamorfosa

1. Metamorfosa termal/kontak : Terjadi akibat perubahan (kenaikan)


temperature (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik,
luas daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer,
tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi,
dimensi dan kedalaman intrusi.

Gambar 5.2 Memperlihatkan kontak disekitar intrusi batuan beku


(Gillen, 1982)

2. Metamorfosa regional/dinamo termal : Terjadi akibat perubahan


(kenaikan) tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama,
biasanya terjadi di jalur orogen yang meliputi daerah yang luas,
perubahan secara progresiv dari P & T rendah ke P & T tinggi.

3. Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi akibat sesar yang


menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh
rekristalisasi.

4. Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di


cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya
zeolit.

MODUL PETROLOGI Page 29


5. Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai
samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera,
tempat dimana lempeng (litosfer) terbentuk.

5.2 Struktur batuan metamorf

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi


menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.

1) Struktur Foliasi (Schistosity)


Struktur foliasi yaitu struktur paralel yang ditimbulkan oleh
mineral pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa
regional dan metamorfosa kataklastik. Beberapa struktur yang bersifat
foliasi sebagai berikut :
Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang
belah batu sabak/slate. Mineral mika mulai hadir.

Filitik : Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage. Batuan


lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika).
Mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular
meskipun belum begitu jelas/belum sempurna.

Schistose : Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral


granular. Mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus. Sering
disebut dengan close schistosity.

Gneisose : Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral


granular. Mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus. Sering
disebut dengan open schistosity.

MODUL PETROLOGI Page 30


2) Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-


mineral yang equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur yang bersifat non foliasi sebagai berikut :
Granulose : Terdiri dari mineral granular.
Hornfelsik : identik dengan granoblastik namun mineral
equidimensional, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa
termal.
5.3 Tekstur batuan metamorfosa (tekstur kristaloblastik)

Lepidoblastik : Terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya


mineral mika (muskovit, biotit).

Nematoblastik: Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral


plagioklas, k-felspar, piroksen.

Granoblastik : Terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional),


dengan batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.

Homeoblastik : Bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik


saja.

Hetereoblastik : Bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik


dan granoblastik.

Tekstur khas lainnya yang terdapat pada batuan metamorf yaitu :

Tekstur relic (sisa) : tekstur sisa yang terbentuk sebelum metamorfosa


(dapat menunjukan batuan asal sebelum mengalami proses metamorfosa).
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung
dengan nama tekstur sisa), misalnya tekstur blastoporfiritik (batuan asal
bertekstur porfiritik) dan tekstur blastoofitik (batuan asal bertekstur ofitik).

Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat


metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai
untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses

MODUL PETROLOGI Page 31


metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini
betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

Awalan meta untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih


dikenali sifat dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metaklastik,
metagraywacke, metavolkanik, dsb.

Gambar 5.3 Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastik, B.


Granoblastik (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast, D. Schistose
dengan granoblastik lentikuler, E. Filitik, F. Gneissose, G. Milonitik, H. Milonitik,
I. Granoblastik dalam milonit.

MODUL PETROLOGI Page 32


Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa:
Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral
Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral
5.4 Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal
1. Batuan metamorf pelitik
Berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih, batulumpur);
komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya
kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll. Mineralogi:
muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum
batuan pelitik akan berubah menjadi batuan metamorfosis dengan
meningkatnya temperatur, akan terbentuk berturut-turut
batusabakfilitsekisgenes.
2. Batuan metamorf kuarsa-felspatik
Berasal dari batupasir atau batuan beku felsik (misalnya granit, riolit),
dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah, hasilnya
batuannya bertekstur bukan skistosa.
3. Batuan metamorf karbonatan
Berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3 (batugamping, dolomit),
hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal (batugamping)
mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit, diopsid,
wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung
cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblende
yang hampir mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari
batuan beku basa.
4. Batuan metamorf basa
Berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan metamorfnya
disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan
Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies
sekis hijau) dan hornblende (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan
muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.

MODUL PETROLOGI Page 33


5. Batuan metamorf ultra basa
Berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil metamorfosa berupa
serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang mengandung
glaukofan.

Gambar 5.4. Fasies metamorf

5.5 Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya


Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan
batuan metamorf, secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf
akan mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan
tekstur sekistosa pada batuannya. Berikut ini beberapa contoh penamaan batuan
metamorf yang didasarkan pada tekstur dan mineralnya :
a. Batusabak
- Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung;
mineral tambahan : muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
- Warna: abu-abu gelap yang mengkilap.
- Struktur : foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas
(slaty cleavage).
- Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-
seling mineral pipih dan mineral granular dengan butiran yang
halus.
- Metamorfosa : regional.

MODUL PETROLOGI Page 34


b.Filit
- Mineral utam : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan:
plagioklas, mineral bijih.
- Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih
mengkilap daripada batu sabak.
- Struktur: foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan
batu sabak (tekstur filitik).
- Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai
terlihat perselingan antara mineral pipih dan mineral granular,
butiran mulai lebih kasar daripada batu sabak.
- Metamorfosa: kataklastik.
c. Sekis
- Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit
(sekis klorit), talk (sekis talk) dll.
- Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika
umumnya putih, hitam, mengkilap.
- Struktur : foliasi (sekistose tertutup).
- Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara
mineral pipih dan mineral granular baik sekali, butiran
umumnya sudah kasar.
- Metamorfosa : regional.
d.Geneis
- Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
- Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau
batupasir arkose.
- Struktur: foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
- Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong
oleh mineral granular.
- Metamorfosa: regional.
e. Migmatit
- Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik
sering memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti

MODUL PETROLOGI Page 35


percampuran antara metasedimen dan batuan granitis, batuan
yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis
diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu partial melting
atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.
- Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
- Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong
oleh mineral granular.
- Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu
dijumpai berasosiasi dengan batuan granit.
f. Milonit
- Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami
metamorfosa kataklastik.
- Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan
lensa-lensa dari batuan yang tidak hancur berbentuk mata,
butiran umumnya halus.
- Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.
- Metamorfosa: kataklastik.
g.Filonit
- Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit
butirannya halus), sudah terjadi rekristalisasi, derajat
metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit
- Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna
(berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky, butiran
halus sekali.
- Metamorfosa: kataklastik.
h.Kuarsit
- Mineral utama : kuarsa, mineral tambahan: muskovit, biotit, k-
felsfar, mineral bijih.
- Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral
tambahannya.
- Struktur : masif, kadang-kadang berfoliasi.
- Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.

MODUL PETROLOGI Page 36


- Metamorfosa: regional dan termal
i. Serpentinit
- Mineral utama : serpentin, mineral tambahan: mineral bijih,
mineral sisa : olivin, piroksen.
- Warna : hijau terang hijau kekuningan
- Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari
peridotit.
- Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit).
- Metamorfosa: regional
j. Amfibolit
- Mineral utama : amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa,
epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih.
- Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.
- Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa
dari metagabro atau meta lava basal.
- Tekstur : Idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang
poikiloblastik (plagio-klas), lepidoblastik (biotit), porfiroblastik
(garnet), berukuran sedang-kasar.
- Metamorfosa: regional
k.Granulit
- Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen,
sedikit mika.
- Warna : bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung
mineralnya.
- Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
- Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa
berbentuk pipih, berukuran sedang-kasar.
- Metamorfosa : regional
l. Eklogit
- Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama ompasit
(klinopiroksen), garnet, kuarsa.
- Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik.

MODUL PETROLOGI Page 37


- Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
- Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran
sedang-kasar
- Metamorfosa : regional
m. Marmer
- Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen,
amfibol, flogopit, ada mineral bijih atau oksida besi.
- Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan
merah.
- Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
- Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
- Metamorfosa : kontak dan regional
n.Hornfels
- Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
- Warna : terang, merah, coklat, ungu dan hijau.
- Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
- Tekstur : hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-
kadang porfiro-blastik, dengan tekstur mosaik, butiran
ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus.
- Metamorfosa : kontak.

MODUL PETROLOGI Page 38


DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang,2005., Pengantar Geologi Dasar, Lembaga Pengembangan


Pendidikan (LPP), Surakarta.

Folk L.R 1980., Petrology Of Sedimentary Rocks, Hemphill Publishing Company


Austin, Texas, 78703
Setia Graha, Doddy, Ir. 1987., Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung.
Wilson J.Richard, 2010., Minerals and Rocks, Bookboon.com

Website :
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_Beku

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_Sedimen

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_Piroklastik

Anda mungkin juga menyukai