TEORI DASAR
Petrografi adalah cabang ilmu Geologi yang berhubungan dengan analisa dan
deskripsi batuan penyusun kerak bumi secara mikroskopis. Petrografi hampir sama dengan
ilmu Petrologi, namun pada Petrografi dibutuhkan sebuah mikroskop polarisator.
Pengamatan pada ilmu Petrografi dilakukan pada mikroskop polarisator dengan mengamati
sayatan tipis batuan .Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma
atau hasil kristalisasi dari mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang saling interlocking.
Magma merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan
temperatur berkisar antara 600oC sampai 1500oC. Temperatur magma sangat tergantung pada
komposisi kimia, kedalaman, dan tekanan dimana magma terbentuk. Berdasarkan genesa dan
proses pembekuannnya, batuan beku dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kristal besar-besar
3. Tekstur Fanerik
4. Bentuk kristal sempurna (Euhedral) Contoh batuan beku dalam ini adalah :
Granit, Diorit dan Gabro.
2. Batuan beku Hipabisal adalah batuan beku hasil dari pembekuan magma yang
membeku di dekat permukaan bumi. Batuan beku hipabisal juga biasa disebut dengan batuan
gang, batuan korok, atau sub-vulcanic rock. karena memang tempat pembentukannya berada
di dekat permukaan bumi, yaitu di lorong/gang antara dapur magma dan permukaan bumi..
Batuan ini sebenarnya adalah peralihan antara batuan Plutonik dan batuan Vulkanik. Batuan
Hipabisal membeku lebih cepat daripada batuan Plutonik, namun lebih lambat daripada
batuan Vulkanik dan biasanya intrusi magma yang nantinya membentuk batuan Hipabisal
adalah Sill dan Dike.
3. Batuan Beku Luar (Vulkanik) Batuan beku luar atau Vulkanik adalah batuan beku
yang terbentuk diluar perut bumi atau dipermukaan bumi, biasanya karena ada tekanan dari
dalam yang menyebabkan magma terlempar, seperti pada letusan gunung api. Ciri khas dari
batuan Vulkanik adalah teksturnya yang menunjukan Holohyalin atau tekstur gelas. Contoh
batuan Vulkanik adalah batu Obsidian.
Berdasarkan komposisi kimia nya, batuan beku dapat terbagi dalam 4 jenis, yaitu:
Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung kurang dari
45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh mineral-mineral berat
dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe (besi/iron) dan Mg (magnesium) yang disebut juga
mineral ultramafik. Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk secara Plutonik,
dikarenakan material magma asalnya yang merupakan magma induk yang berasal dari
Astenosfer. Kehadiran mineralnya seperti Olivin, Piroksen, Hornblende, Biotit dan sedikit
Plagioklas. Pada batuan beku ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral Kuarsa. Batuan beku
ultrabasa ini juga hanya bertekstur Afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang Plutonik.
Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%-52% SiO2
dalam komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di dominasi oleh mineral-mineral
gelap (Mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik. Yang
terbentuk secara plutonik umumnya adalah batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari
jalur tektonik divergen, sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung api
atau intrusian yang ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-
mineralnya seperti Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagiolas dan sedikit Kuarsa. Warna
pada batuan beku basa ini umumnya gelap karena kandungan mineralnya yang dominan
gelap.
Batuan beku Intermediet umumnya berwarna lebih gelap, batuan ini kebanyakan
sebagai Laccolith, Lapolith, Dike dan Sill. Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh
kekentalan magmanya yang Intermediet. Komposisi jenis-jenis Feldsfar sudah mulai adanya
perseimbangan antara K.Feldsfar dan Plagioklas. Temperatur pembekuan sekitar 900oC.
Berdasarkan atas perbandingan jenis-jenis mineral Feldspar, maka batuan beku intermediet
dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Batuan dengan komposisi K.Feldsfar dan Plagioklas dalam jumlah yang hampir sama,
contohnya Granodiorit, Monzonite
2. Batuan dengan komposisi Plagioklas yang lebih dominan dari K.Feldsfar, contohnya
Diorite, Andesit dan Dasit.
Batuan beku asam umumnya disusun oleh mineral yang bersifat asam seperti Kuarsa,
Ortoklas, Biotit, Muskovit dan Hornblende dimana kandungan Kuarsa (SiO2) lebih dari 66%.
Batuan beku asam dapat ditemukan di lapangan dalam bentuk Batolith, Laccolith, Lapolith,
dan intrusi besar lainnya.Batuan beku asam cenderung membentuk suatu tubuh intrusi yang
besar karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-celah
yang sempit dalam bentuk Dike atau Sill. Contoh batuan beku asam adalah Granit.
1.5 IUGS
Dalam beberapa kasus, batuan beku Vulkanik dinamakan berdasarkan diagram yang
sama dengan batuan beku Plutonik. Akan tetapi, kecenderungan ukuran Kristal yang halus
membuat klasifikasi yang digunakan pada batuan Plutonik susah digunakan, apalagi jika
komposisinya merupakan gelasan. Maka dari itu, klasifikasi batuan Vulkanik akan lebih
akurat jika menggunakan kriteria kandungan kimianya. Perbedaan antara Basalt dan Andesit
pada dasarnya didasarkan atas indeks warna dan kandungan silika. Batuan yang kandungan
Silikanya kurang dari 52% adalah Basalt, sementara yang memiliki kandungan Silika lebih
dari 52% adalah Andesit.
Gambar 1. Diagram IUGS Fanerik
Dalam pendeskripsian batuan beku, tekstur merupakan salah satu hal yang penting
dalam penentuan jenis batuan beku di samping komposisi batuan beku itu sendiri. Tekstur
pada batuan beku sendiri merupakan aspek yang dapat merepresentasikan Genesa dari suatu
batuan beku. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan tekstur khusus pada batuan beku
beserta Petrogenesa dari tekstur khusus tersebut.
1. Porfiritik. Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang
terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran kristal mineral yang menyusun
suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2 terminologi yaitu
Fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan masa dasar (penyusun
batuan dengan ukuran lebih kecil). Tekstur ini terbentuk akibat adanya
Kristalisasi magma yang terjadi pada dua kondisi berbeda. Fenokris akan
cenderung terbentuk terlebih dahulu ketika magma masih mengalami
pendinginan relatif lambat, lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar
membuat magma mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal
berukuran relatif lebih kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih
dahulu.Terdapat 2 jenis tekstur porfiritik, yaitu Faneroporfiritik (masa dasar
dan Fenokris berukuran sedang atau >0,05 mm) dan Porfiroafanitik
(Fenokris berukuran >0,05 mm sedangkan masa dasar berukuran halus atau
berukuran <0,05 mm).
11. Perthite dan Antiperthite. Tekstur ini secara umum menunjukkan kenampakan
Intergrowth antara mineral Ortoklas dan Plagioklas. Perthite menampakkan
Intergrowth Ortoklas di dalam Plagioklas dengan orientasi mineral Ortoklas
cenderung sejajar bidang belahan mineral Plagioklas.Sedangkan Antiperthite
merupakan kebalikan dari Perthite.Pembentukan tekstur ini juga dapat
dijelaskan melalui diagram fase hingga menuju titik Euthetic.Pada Perthite
mineral Plagioklas terbentuk terlebih dahulu dan saat belum sempurna mineral
Ortoklas terkristalisasi pada bidang belahan yang belum sempurna terbentuk.
Gambar 16. Tekstur Perthite
Tekstur adalah kenampakan hubungan antara komponen dari pada batuan yang dapat
merefleksikan sejarah kejadiannya/Petrogenesa dari batuan beku. Tekstur tergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
Fabrik adalah bentuk kristal/sifat kristal didalam batuan. Bentuk kristal ini
dapat dibedakan secara dua dimensi maupun tiga dimensi. Secara dua dimensi, dapat
pula dibedakan menjadi tiga bentuk Kristal, yaitu:
a. Euhedral, yaitu apabila batas antar mineral merupakan batas asli dari
bidang Kristal
b. Subhedral, yaitu apabila sebagian batas mineral sudah tidak terlihat
c. Anhedral, yaitu yang batas antar mineralnya sudah tidak terlihat.
Sedangkan secara tiga dimensi, Fabrik dari batuan beku dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk Kristal, yaitu:
Merupakan hubungan antara Kristal yang satu dengan yang lainnya dalam
batuan beku. Dapat dibedakan atas 2 yaitu Equigranular dan Inequigranular.
Equigranular apabila ukuran Kristal yang membentuk batuan berukuran sama besar.
Berdasarkan keidealan Kristalnya dibedakan atas:
Rangkaian 1
Rangkaian pertama terdiri dari mineral-mineral Olivine, Piroksin, Amphibole
dan biotit. Kelompok ini merupakan kelompok mineral Mafic (Magnesium-Ferum-
Calcium) atau mineral gelap (dark colour mineral). Rangkaian reaksi ini disebut
“rangkaian tak berkesinambungan (Discontinuous Series)” yaitu suatu reaksi yang
menghasilkan mineral individu, dimana mineral-mineral yang terbentuk lebih dahulu
akan memisahkan diri dari cairan dan membentuk batuan.
Sedangkan sebagian mineral yang turut bergerak dalam larutan magma akan dapat
terubah (altered) atau bereaksi kembali dengan cairan dan membentuk mineral
lain.Hal ini akan mempengaruhi komposisi larutan selanjutnya.e
Rangkaian 2
Rangkaian kedua terdiri dari mineral-mineral Feldspar terutama family
Plagioklas (Anorthit-Bitownit-Labradorit-Andesit-Oligoklas-Albit) dan family
Ortoklas. Bagian ini merupakan rangkaian yang berkesinambungan (Continous
Series) yaitu mineral yang terbentuk lebih dahulu akan dapat berubah komposisinya
secara berlanjut dengan bereaksi kepada sisa cairan magma yang ada.
Dengan demikian suatu mineral yang berkristal belum sempurna akan berlanjut
membentuk Kristal dari rangkaian kelompoknya, dengan presentasi komposisi yang
berbeda. Perubahan komposisi ini dapat berupa perubahan zona (zoning) atau
perubahan berkembang (twinning) ataupun perubahan Kristal tumbuh (crystal
growing).
Rangkaian 3
Rangkaian ketiga merupakan rangkaian mineral yang terbentuk kemudian yang tidak
tergantung dari mineral-mineral yang telah terbentuk sebelumnya. Mineral-mineral ini
hanya terbentuk dari sisa magma dan sangat ditentukan oleh sifat dan komposisi
magma tersebut serta kondisi perubahan temperatur.