SIE. PETROLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan buku Panduan Praktikum Petrologi untuk
tahun 2021.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I BATUAN
BEKU .........................................................................................1
I.1. Magma .......................................................................................................2
I.2. Afinitas Magma .........................................................................................3
I.3. Evolusi Magma .........................................................................................4
I.4. Seri Reaksi Bowen dan Rock Forming Mineral ........................................6
I.5. Jenis Batuan Beku .....................................................................................8
I.6. Struktur Batuan Beku ................................................................................9
I.7. Tekstur Batuan Beku ...............................................................................11
I.8. Komposisi Mineral ..................................................................................15
I.9. Warna ......................................................................................................16
I.10. Diagram Alir Deskripsi Batuan Beku ..................................................19
I.11. Penamaan Batuan Beku .......................................................................20
I.12. Contoh Deskripsi Batuan Beku ...........................................................27
BAB II BATUAN PIROKLASTIK ....................................................................28
II.1. Komponen Penyusun Batuan Piroklastik ................................................28
II.2. Mekanisme Pengendapan Batuan Piroklastik .........................................29
II.3. Struktur dan Tekstur Batuan Piroklastik .................................................30
II.4. Komposisi dalam Batuan Piroklastik ......................................................32
II.5. Klasifikasi Batuan Piroklastik .................................................................33
II.6. Alur Pendeskripsian Batuan Piroklastik ..................................................34
II.7. Contoh Deskripsi Batuan Piroklastik ......................................................35
BAB III BATUAN SEDIMEN ............................................................................36
III.1. Penggolongan dan Penamaan Batuan Sedimen ...................................36
III.2. Pemerian Batuan Sedimen Klastik ......................................................37
III.3. Pemerian Batuan Sedimen Nonklastik ................................................43
III.4. Pemerian Batuan Sedimen Karbonat Klastik ......................................45
III.5. Klasifikasi Batuan
Sedimen .................................................................46
III.6. Diagram Alir Pendeskripsian Batuan Sedimen ...................................54
III.7. Contoh Deskripsi Batuan Sedimen ......................................................55
iv
BAB IV BATUAN METAMORF .......................................................................56
IV.1. Tipe Metamorfisme .............................................................................56
IV.2. Struktur Batuan Metamorf ...................................................................57
IV.3. Tekstur Batuan Metamorf ....................................................................59
IV.4. Komposisi Batuan Metamorf ...............................................................61
IV.5. Penamaan Batuan Metamorf................................................................61
IV.6. Alur Pemerian nama Batuan Metamorf ...............................................65
IV.7. Fasies Metamorfisme ...........................................................................66
IV.8. Contoh Deskripsi Batuan Metamorf ....................................................68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................1
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3. 12. Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962) ...................52
Gambar 3. 13. Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan Klovan (1971) ..53
Gambar 4.1. Fasies metamorfisme, Nelson (2011) ................................................66
DAFTAR TABEL
vii
viii
Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat
cair liat, pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma.
Penggolongan batuan beku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1.
Berdasarkan genetik batuan, 2. Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung
dan
3. Berdasarkan susunan mineraloginya.
Batuan Beku dapat dibagi menjadi:
A. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas
permukaan bumi baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat
mengalir di permukaan massa tersebut membeku relatif cepat dengan
melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan
struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Magma yang keluar di
permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan Lava Pahoehoe.
Lava Aa terbentuk dari massa yang kental sedangkan lava Pahoehoe
terbentuk oleh massa yang encer.
B. Batuan Beku Intrusif
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran
mineralnya kasar, > 1 mm atau 5 mm. Magma yang mengintrusi di kerak
pada kedalaman yang dangkal (<1 km) sering disebut sebagai intrusi
hipabasal. Sedangkan istilah pluton digunakan untuk tubuh intrusi yang
lebih besar dan lebih dalam.
1. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui
2
batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km disebut
2
batolith, yang kurang dari 100 km dikenal dengan stock sedangkan
yang lebih kecil dan relatif membulat disebut boss. Ketiganya
merupakan peristilahan dalam batuan plutonik.
2. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan)
disebut dyke/korok sedangkan yang konkordan mengikuti bidang
I.1. Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah bersifat mobile, bersuhu antara 900 ° - 1200 °C atau lebih dan
berasal dai kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (F.F.
Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H. Williams, 1962). Dalam
Dally (1933), Winkler (1957), Vide W. T. Huang (1962), berpendapat
bahwa magma asli (primer) bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami
proses diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain. Sedangkan Bunsen
(1951), dan W. T. Huang (1962) mempunyai pendapat bahwa ada dua
jenis magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku
merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai
komposisi lain.
Komposisi kimiawi magma dari contoh batuan-batuan beku terdiri dari:
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma ,
sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
kandungan potassium (K2O) dan silika (SiO2) menjadi empat golongan seperti
Gambar 1. 3. Diagram Perbandingan K2O dan SiO2, Peccerilo dan Taylor (1976)
I.3. Evolusi Magma
Magma dapat berubah menjadi magma yang besifat lain oleh
prosesproses sebagai berikut:
• Hibridasi, merupakan pembentukan magma baru karena pencampuran
dua magma yang berlainan jenisnya.
• Sinteksis, merupakan pembentukan magma baru karena proses
asimilasi dengan batuan samping.
• Anateksis, merupakan proses pambentukan magma dari peleburan
batuan pada kedalaman yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami
differensiasi magma. Differensiasi magma ini meliputi semua proses yang
mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar
menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.
Proses diferensisai magma meliputi:
• Fractional Crystallization, merupakan pemisahan kristal dari larutan
magma, karena proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau
kristalkristal pada waktu pendinginan tidak dapat mengikuti
kurang dari 45% SiO2. Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan
Dunit.
C. Klasifikasi berdasarkan kejenuhan silika
a. Over Saturated Rock, bila batuan beku tersebut lewat jenuh silika.
Contoh batuan tridimit.
b. Saturated Rock, bila batuan beku tersebut jenuh silika. Contoh
batuan mengandung feldspar, piroksen, amfibol bervariasi dengan
mineral sphene, zirkon, apatit, dll.
c. Under Saturated Rock, bila batuan beku tersebut tidak jenuh
silika. Contoh batuan yang non felspatoid yaitu batuan yang tidak
muncul mineral felspatoid biasanya pada fase olivin magnesian.
I.6. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang
besar, seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti
lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Struktur batuan berkaitan
Gambar 6.
1.Beberapa struktur yang dijumpai pada batuan beku (a) Columnar Joint, (b) Pillow
Lava, (c) Vesikular, (d) Masif
b. Relasi
Merupakan hubngan antara kristal dengan kristal yang lain
atau gelas dalam suatu batuan.
1. Granularitas atau Equigranular
Apabila mineral dalam suatu batuan memiliki ukuran
yang relative seragam, terdiri dari:
• Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral
berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral
merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk paling
awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang
tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral
tersebut sampai membentuk kristal secara sempurna.
• Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral.
Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna
yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral
terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah
tidak memadai untuk memadai untuk dapat membentuk
kristal secara sempurna.
• Allotriomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral.
Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali
merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat
mineralmineral penyusun ini terbentuk hanya dapat
mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat
ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut
terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan
batuan beku.
2. Inequigranular
Apabila ukuran mineral dalam batuan tidak sama. Dalam
satu batuan terdiri oleh kristal yang berukuran besar
(fenokris) dan massa dasar.
• Kuarsa (SiO2)
• Kelompok Feldspar, terdiri dari Orthoklas, Anorthoklas,
Sanidin, Mikroklin, Adularia dalam kelompok Alkali Feldspar
[(K,Na) AlSi3O8] dan Anorthit, Bitownit, Labradorit,
Andesin, Oligoklas, dan Albit dalam kelompok Plagioklas
[(Na,Ca) AlSi3O8].
mineral gelap
Umumnya
Prismatik, kusam tapi
Putih, merh 2 arah saling
Alkali Feldspar tabular, juga dapat
jambu, hijau tegak lurus
anhedral, kilap kaca
atau sutera
Umumnya
Prismatik, 2 arah hampir kusam tapi
Putih susu, abu-
Plagioklas panjang, saling tegak juga dapat
abu gelap
anhedral lurus kilap kaca
atau sutera
Tabular,
berlembar, Mengkilap,
Mineral Warna Perawakan
terkadang 1Belahan
arah, Keterang
Muskovit Tak berwarna silver, dan
membentuk sempurna an
kilap mutiara
Mineral Aksessoris persegi enam
Granular
Umumnya Kilap kaca,
Merah, coklat,
Putih sampai Kilap lemak,
Nepheline dodecahedral,
muncul sebagai Buruk
Jelas, 2 arah terkadang
Garnet atau kuning abu-abu pucat kilap kaca
trapezohedral
mikrokristalin kusam
Mineral Mafik Euhedral
Kilap kaca,
Lucite Putih,
Hijau,abu-abu
Hijau trapezohedral Tidak ada
Sangat buruk, kilap resin
kekuningan, kristal
Equidimensional,
Olivin pecahan Kilap kaca
Merah- merah anhedralfibrous
terkadang Powdery, Tidak ada
tampak Kilap tanah
Hematite kecoklatan
coklat
Hitam, hitam Granular cubic,
Prismatic Buruk Kilap Logam
Magnetite kecoklatan octahedra Kilap kaca,
pendek, belahan 2 arah saling
Piroksen Hitam-Coklat
Hitam, Hitam Berlembar, dan kusam saat
terkadang dapat tegak lurus Kilap logam,
Ilmenite kecoklatan, prismatik, Tidak ada terubahkan
diamati kilap tanah
abu-abu rodlike
Prismatik 2 arah
Kuning muda-
Amphibole Hitam-coklat Tabular
panjang, Searah
membentuk Kilap
Kilapresin
Arang
Monazite coklat gelap
accicular sudut lancip
Mineral Sekunder
Tabular,
Kilap kaca,
Putih, berlembar, Sangat
Hitam- coklat beraksi
Kalsit
Biotit Granular,
terkadangfibrous 3 1arah
arah
berkilau, kilap
translusen
gelap sempurna dengan
membentuk kaca
HCl
Hijau muda, persegi enam
putih, Prismatik
Masif,
Hitam, hijau,
Tourmalin kuning panjang,
granular, Sangat buruk Kilap kaca
biru, merah Kilap kaca,
Zeolit grup muda, menjarum
radiating Bervariasi
Mineral Aksessoris fibrous, Kilap sutera
terkadang
Hijaumerah,
pink, pucat- menjarum
Euhedral,
Apatite hijau
biru Sangat buruk Kilap Kaca
rounded
kekuningan
Putih
Tak
sampaiberwarna-
Kristal berbentuk Baik,
Sphene
Lempung kuning, hijau, Powdery
coklat Baik,tapi tak
1 arah Kilaptanah
Kilap Kaca
euhedral rombik tampak
sampai
muda coklat
dan
hijau
Hijau-kuning
Prismatik,
pucat,
Epidot menjarum Searah Kilap kaca
terkadang
granular,
coklat-merah
Tidak Tabular, Kilap kaca
Serisit berwarna, berlembar Sempurna berukran
Laboratorium BahanPutih
Galian Sie Petrologi halus
Hijau-Nasional
Universitas Pembangunan kuning “Veteran” Yogyakarta Kilap
Klorit Granular, tabular Searah
2021 kehijauan Mutiara 17
Pirit Kuning emas Kubik, granular Buruk Kilap logam
Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
Asam
KF >2/3 TF 1/3 TF < KF < 2/3 TF 1/8 TF< KF< 1/3 TF
Intermediet
KF >2/3 TF 1/3 TF < KF < 2/3 TF KF< 1/3 TF
Plutonik Gabro
Ultrabasa
Peridotit dan Dunite
Plutonik
Catatan:
KF: K-Feldspar
Total Feldspar (TF): K-Feldspar + Plagioklas
• Klasifikasi IUGS
Jika batuan plutonik dan total mineral mafik (M) > 90% maka
digunakan klasifikasi
Gambar 1. 9. Klasifikasi Batuan Gabbroid berdasarkan Plagioklas (Plg), Piroksen (Px), Olivin
(Ol), Orthopiroksen (Opx), Klinopiroksen (Cpx), dan Hornblende (Hbl)
Gambar 1. 10. Klasifikasi batuan ultramafik berdasarkan olivin (Ol), Orthpiroksen (Opx),
Klinopiroksen (Cpx), dan Hornblende (Hbl)
11
Struktur : Masif
Tekstur : Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Derajat Granularitas : Fanerik Kasar (5-30
mm)
Kemas :
• Bentuk Kristal : Euhedral
• Relasi : Panidiomorfik Granular
Komposisi : Orthoklas 40%
Kuarsa 35%
Plagioklas 10%
Biotit 9%
Amfibole 6%
Nama batuan : Granit (Clan Willian, 1954)
Nama Endapan
Ukuran
Bentuk Nama Piroklastik
Butir
Butir Klastika Belum Terbatuka
(mm) Terbatukan n
Breksi
Meruncing Blok Tepra Blok
Piroklastik
64
Lapilus Tepra Lapili Batulapili
2
Kasar Debu Kasar Tuf Kasar
0.04 Debu
Halus Debu Halus Tuf Halus
2. Derajat Pembundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi
butiran pada batuan klastika sedang sampai kasar. Derajat
Pembundaran dibagi menjadi:
• Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua
permukaan cembung ( Equidimensional)
• Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan
bundar, ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
• Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar
dengan ujung-ujung yang membundar.
• Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan
ujungujung yang tajam
• Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir
runcing dan tajam
3. Derajat Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun
batuan klastika. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan
sebagai berikut:
• Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh
ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan
klastika.
• Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada
batuan klastika yang memiliki besar butir yang beragam dimulai
dari debu hingga lapilus atau bahkan bomb/blok
4. Kemas (Fabric)
Cara tentang bagaimana partikel sedimen disusun disebut sebagai
kemas (fabric). Terdapat dua komponen penting dalam kemas yaitu
Gambar 2. 3. Hubungan genetik antara produk endapan vulkanik primer dan sekunder
Struktur:
Masif, perlapisan,graded bedding, cross bedding, dll
Tekstur
Komposisi:
Mineral sialis, mineral ferrogmansian,
material tambahan, dkk
Nama Batuan
2. Pemilahan/Sortasi (Sorting)
2. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan
normal dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses
pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Studi Struktur
paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975). Menurut Selley,
1970, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
1. Struktur Sedimen Pre-Depositional
Terbentuk sebelum pengendapan sedimen yang lebih muda
dan dapat dilihat pada permukaan bidang perlapisan. Contoh:
Grooves, Flutes, Scour Mark, Tool Markings.
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 3. 6. Struktur (a) Slump dan (b) Flame Structure
3. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan
menjadi:
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar,
dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil
dan zat organik.
2. Matriks (massa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari
fragmen dan terletak diantaranya sebagai massa dasar. Matrik
dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar
butir sedimen, dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Pada
sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya
tidak hadir karena tidak adanya rongga antar butiran. Bahan
bahan semen yang lazim adalah:
• Semen karbonat (kalsit dan dolomit)
• Semen silika (kalsedon, kuarsit)
• Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit)
III.3. Pemerian Batuan Sedimen Nonklastik
Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada:
1. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi kristalin dan amorf.
a. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal.
b. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk
pemeriannya menggunakan skala Wenthworth dengan modifikasi
sebagai berikut:
Tabel 3. 3. Pemerian ukuran kristal modifikasi Skala Wentworth
2. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia
maupun aktifitas organisme. Macam-macamnya: a. Masif
b. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil.
c. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral
non klastik, bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
d. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari
2 mm.
e. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
f. Cone in cone, strutur pada batu gamping kristalin berupa
pertumbuhan kerucut per kerucut.
g. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
h. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
i. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan.
Ciri khasnya adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat
penyusutan bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi
yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
j. Geode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga
yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga
tersebut. Kristal dapat berupa kalsit maupun kuarsa
k. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil
pelarutan.
3. Komposisi Mineral
Batuan sedimen nonklastik umumnya tersusun oleh satu macam
mineral atau biasa disebut sebagai monomineralik. Komposisinya
dapat berupa material organic seperti karbon, garam-garam karbonat,
ataupun silika.
III.4. Pemerian Batuan Sedimen Karbonat Klastik
Pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi mineral.
1. Tekstur
Perbedaan pemerian batuan sedimen karbonat klastik dengan
batuan sedimen lainnya terletak pada ukuran butirnya.
Tabel 3. 4. Ukuran butir pada Batuan Sedimen Karbonat Klastik (Grabeau, 1904)
2. Struktur
Pemerian struktur pada batuan sedimen karbonat klastik sama
dengan batuan sedimen klastik.
3. Komposisi
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat
perbedaan istilah (Folk, 1954), meliputi:
a. Allochem, penyebutan fragmen pada batuan sedimen
karbonat klastik. Macam-macamnya:
• Kerangka Organisme (Skeletal), berupa cangkang
binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
• Intraclast, merupakan butiran-butiran dari hasil
abrasi batugamping yang telah ada
• Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit berukuran
lebih dari 2 mm
• Pellet, menyerupai oolit tetapi tidak menunjukan
struktur konsentris
b. Detritus Halus
Gambar 3. 9. Klasifikasi Folk (1974) untuk batuan sedimen silisiklastik gravel-bearing (kiri) dan
gravel-free sediments (kanan)
yang berbeda pada presentase pasir, antara lain: >90%, 50-90%, 10-
50%, dan <10% pasir.Selanjutnya menentukan rasio perbandingan
antara lanau dengan lempung. Tig akelas terbawah memiliki
perbaningan lanau:lempung, 2:1 dan 1:2.
• Klasifikasi Batupasir Pettijhon (1987)
Klasifikasi dari Pettijohn mengklasifikan batuan sedimen
khususnya batupasir berdasar pada komponen material penyusun serta
mineraloginya. Fragmen penyusun utama pasir dalam klasifikasi ada
tiga komponen yaitu kuarsa (Q), feldspar (k-feldspar dan plagioklas
yaitu F) dan fragmen batuan (lithic fragment L).
Dominasi
Dominasi Rombakan Pertumbuhan
Rombakan Kristalin
Karbonat Terumbu
Fosil
> 2 mm Kalsirudit
Batugamping Batugamping Batugamping
2-0.06 mm Kalkarenit
Bioklastik Terumbu Kristalin
< 0.06 mm Kalsilutit
utama dimana jika sparitnya lebih besar daripada mikrit maka nama
batuannya akan berakhiran sparit, demikian pula jika mikrit yang lebih
dominan maka nama batuannya akan berakhiran mikrit. Awalan dalam
penamaan batuan karbonat menurut Folk tergantung pada komposisi
intraklas, jika intraklas di atas 25% maka nama batuannya menjadi
intasparit atau intramikrit. Namun jika butiran ini tidak mencapai 25%
maka butiran kedua menjadi pertimbangan yaitu ooid, sehingga batuan
dapat berupa oosparit atau oomikrit. Pertimbangan lainnya adalah jika
kandungan ooid kurang dari 25%, maka perbandingan pellet dan fosil
menjadi penentu nama batuan. Terdapat tiga model perbandingan (fosil
: pellet) yaitu 3:1, 1:3, dan antara 3:1 – 1:3. Jika fosil lebih besar atau 3
: 1 maka nama batuannya biosparit atau biomikrit demikian pula
sebaliknya akan menjadi pelsparit atau pelmikrit. Jika perbandingan ini
ada pada komposisi 3:1 – 1:3 maka menjadi biopelsparit atau
biopelmikrit. Klasifikasi ini juga masih menganut paham Grabau
dengan menambahkan akhiran rudit jika allochemnya mempunyai
ukuran yang lebih besar dari 2 mm dengan prosentase lebih dari 10%.
Dengan demikian penamaan batuan karbonat menurut klasifikasi ini
akan menjadi rudit.
• Klasifikasi Batuan Karbonat Dunham (1962)
Gambar 3. 13. Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan Klovan (1971)
o
metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400–450 C.
Gerakgerak penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya aktif
secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir.
• Metamorfosa Lantai Samudra
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai
pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan
mineralogi dikenal juga metamorfisme hidrotermal (Coomb,
1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-retakan
batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya.
Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur
dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal
dengan metasomatisme.
1. Struktur Foliasi
Dimana mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Seringkali terjadi pada metamorfisme regional dan kataklastik.
Struktur foliasi yang menunjukkan urutan derajat metamorfosa dari
rendah ke tinggi:
a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke
metamorfik, sangat halus dan keras, belahannya rapat, mulai
terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna kilap, klorit
dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan
sabak/slate.
b. Phylitik/Filitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih
mengkilap daripada batusabak, mineral mika lebih banyak
dibanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu
turmalin. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari
metamorfosa regional, sangat jelas keping-kepingan
mineralmineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit dan mineral
lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih
dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih banya
daripada mineral granular. Orientasi penjajaran mineral pipih
menerus.
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi,
dimana dimana terdapat mineral mika dan mineral granular, tetapi
orientasi mineral pipihnya tidak menerus/terputus.
2. Struktur Non Foliasi
a. Granulose/Hornfelsik
Merupakan mozaik yang terdiri dari mineral-mineral
equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan tidak
menunjukkan cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah
marmer dan kuarsit.
b. Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa
mineral-mineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti
serpentin dan asbestos.
c. Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap
batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo. Umumnya
memberi kenampakan breksiasi.
d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya
lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini
sebagai salah satu ciri adanya sesar.
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya
lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal
berbentuk lensa tertanam pada massa dasar milonit.
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser,
hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam massa
dasar yang lebih halus.
c. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir
lebih besar dari pasir (psepit).
d. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir pasir (psemit).
e. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir lempung (pelit).
IV.4. Komposisi Batuan Metamorf
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi:
A. Mineral Stress
Merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipihatau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh
memanjang dengan kristal tegak lurus gaya. Contohnya: Mika, Zeolit,
Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende, Serpentin, Silimanit,
Kyanit, Antofilit.
B. Mineral Antistress
Merupakan mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan,
umumnya berbentuk equidimensional. Contohnya : Kuarsa, Garnet,
Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada
jenis metamorfisme tertentu seperti:
• Metamorfisme Regional, contohnya: Kyanit, Staurolit, Garnet,
Silimanit, Talk, Glaukofan.
• Metamorfisme Termal, contohnya: Garnet, Andalusit, Korondum.
Tabel 4. 1. Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan tekstur menurut W.T. Huang (1962)
Batuan Foliasi Kuat Batuan Foliasi Lemah Batuan Non Foliasi
Foliasi Lemah -
Slate Gneiss Granofels
Filit Migmatite Amphibolite
Schist Mylonit Serpentinite
Greenstone
Greissen
Hornfels
Kuarsit
Marmer
Argilit
Skarn
nd
Winkler H.G.F., 1975, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 2 Edition, New
York: Spring- Verlag Inc.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach,
London : i. Depart of Earth Sciences, University of Leeds, h 46
st
Yardley B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, 1
Edition, John Willey and Sons Inc.