Anda di halaman 1dari 5

PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK ANALISIS MIKROPALEONTOLOGI

Sebelum melakukan penelitian mikrofosil adapun tahap-tahap persiapan yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
 
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil mikro maka yang diambil
adalah contoh batuan. Batuan yang diambil haruslah batuan yang masih dalam keadan insitu, yaitu
batuan yang masih ditempatnya.
Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk menyusun
biostratigrafi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel di lapangan, yaitu
:
1. Jenis batuan
2. Metode sampling
3. Jenis sampel
4. Jenis Batuan

1. Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus. Namun perlu diingat bahwa
jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai pada batuan-batuan tertentu. Kesalahan pengambilan
sampel berakibat pada tidak dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil foraminifera kecil dapat dijumpai
pada batuan napal, kalsilutit, kalkarenit halus, batupasir karbonatan halus. Fosil Foraminifera besar,
dapat dijumpai pada Kalkarenit, dan Boundstone
 
2. Metode Sampling
Beberapa prosedur sampling pada berbagai tipe sekuen sedimentasi dapat dilakukan seperti berikut ini
:
 Splot sampling
Spot Sampling dalah dengan interval tertentu, merupakan metoda terbaik untuk penampang yang tebal
dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan serpih tebal, batu gamping dan batulanau.
Pada metoda ini dapat ditambahkan dengan “channel sample” (parit sampel) sepanjang ± 30 cm pada
setiap interval 1,5 meter.
 Channel Sampling (sampel paritan)
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu litologi yang seragam.
Atau pada perselingan batuan yang cepat, channel sample dilakukan pada setiap perubahan unit
litologi. Splot Sampling juga dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada
batupasir atau batu gamping, juga pada serpih dengan lensa tipis batugamping.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel batuan, yaitu :
1. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena dikhawatirkan fosilnya
sudah terdisplaced atau tidak insitu.
2. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil, karena batuan
yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil. Batuan yang dapat mengawetkan fosil
antara lain batulempung (claystone), batuserpih (shalestone), batunapal (marlstone), batutufa
napalan (marly tuffstone), batugamping bioklastik, batugamping dengan campuran batupasir
sangat halus.
3. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
4. Jika endapan turbidite diambil pada endapan berbutir halus, yang diperkirakan merupakan
endapan suspensi yang juga mencerminkan kondisi normal.
5. Jenis Sampel
Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan. Sampel yang baik adalah yang
diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang lain, namun terkadang pada pengambilan
sampel yang acak baru diketahui sesudah dilakukan analisa umur. Sampel permukaan sebaiknya
diambil dengan penggalian sedalam > 30 cm atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).
Berikut adalah cara-cara atau tahap-tahap yang digunakan dalam aturan sampling batuan hingga
pemisahan fosil dari material asing yang non-fosil.
 Penguraian/pencucian
Langkah-langkah proses pencucian batuan adalah sebagai berikut :
 Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga berukuran dengan
diameter 3-6 mm.
 Larutkan dalam larutan H2O2 (hydrogen peroksida) 50% diaduk dan dipanaskan.
 Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika fosil masih nampak
kotor dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan air sabun, lalu dibilas dengan air
sampai bersih.
 Keringkan dengan terik matahari dan fosil siap untuk diayak.
 Pemisahan fosil
Cara memisahkan fosil-fosil dari kotoran adalah dengan menggunakan jarum dari cawan tempat
contoh batuan, untuk memudahkan dalam pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum
dicelupkan ke air terlebih dahulu sebelum pengambilan), pada saat pengambilan fosil dari pengotor
harus dilakukan dengan hati-hati, karena apabila pada saat pengambilannya tidak hati-hati maka fosil
tersebut bias jatuh dan bias juga pecah, sehingga tidak bisa untuk dilanjutkan pendeskripsiannya.
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemisahan fosil antara laian adalah:
1. Cawan untuk tempat contoh batuan
2. Jarum untuk mengambil batuan
3. Kuas bulu halus
4. Cawan tempat air
5. Lem untuk merekatkan fosil
6. Kertas untuk memberi nama fosil
7. Tempat fosil
8. Mikroskop

2. Kualitas Sampel
Kualitas sampel batuan perlu diperhatikan agar fosil mikro yang didapatkan baik untuk dideterminasi
atau dianalisa. Untuk mendapatkan fosil yang baik maka dalam pengambilan suatu contoh batuan
untuk analisis mikropaleontologi harus memenuhi kriteria berikut ini:
 Bersih
Sebelum merngambil contoh batuan yang dimaksud, kita harus membersihkannya dari lapisan-lapisan
pengotor yang menyelimutinya. Bersihkan dengan pisau kecil dari pelapukan ataupun akar tumbuh-
tumbuhan, juga dari polen dan serbuk sari tumbuh-tumbuhan yang hidup sekarang. Khusus untuk
sampel pada analisa Palynologi, sampel tersebut harus terlindung dari udara terbuka karena dalam
udara banyak mengadung polen dan serbuk sari yang dapat menempel pada batuan tersebut. Suatu
cara yang cukup baik, bisa dilkukan dengan memasukkan sampel yang sudah dibersihkan tersebut
kedalam lubang metal/fiberglass yang bersih dan bebas karat. Atau dapat juga kita mengambil contoh
batuan yang agak besar, baru kemudian sesaat akan dilkukan preparasi kita bersihkan dan diambil
bagian dalam/inti dari contoh batuan tersebut.
 Representif dan Komplit
Harus dipisahkan dengan jelas antara contoh batuan yang mewakili suatu sisipan ataupun suatu
lapisan batuan. Untuk studi yang lengkap, ambil sekitar 200-500 gram batuan sedimen yang sudah
dibersihkan. Untuk batuan yang diduga sedikit mengandung mikrofosil, berat contohnya lebih baik
dilebihkan. Sebaliknya pada analisa nannoplankton hanya dibutuhkan beberapa gram saja untuk setiap
sampelnya.
 Pasti
Apabila sampel tersebut terkemas dengan baik dalam suatu kemasan kedap air (plastik) yang
diatasnya tertulis dengan tinta tahan air, segala keterangan penting tentang sampel tersebut seperti
nomor sampel, lokasi (kedalaman), jenis batuan, waktu pengambilan dan sebagainya maka hasil
analisa sampel tersebut akan pasti manfaatnya.
 
3.Jenis-Jenis Sampel
Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
 Sampel permukaan (surface sample). Adalah sample yang diambil pada permukaan tanah.
Lokasi dan posisi stratigrafinya dapat diplot dalam peta. Sampel bawah permukaan (sub
surface sample).
 Sampel bawah permukaan adalah sampel yang diambil dari suatu pengeboran. Dari cara
pengambilannya, sampel bawah permukaan ini dapat dipisahkan menjadi 4 bagian, yaitu :
1. inti bor (core); seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu diambil secara utuh.
2. sampel hancuran (ditch-cutting); lapisan pada kedalaman tertentu dihancurkan dan
dipompa ke luar dan kemudian ditampung.
3. sampel sisi bor (side-wall core); diambil dari sisi-sisi dinding bor dari lapisan pada
kedalaman tertentu.
4. Setiap pada kedalaman tertentu pengambilan sampel harus dicatat dengan cermat dan
kemungkinan adanya fosil-fosil runtuhan (caving).
4. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya. Setiap jenis fosil
memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada umumnya bertujuan untuk memisahkan
mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya.
Untuk setiap jenis mikrofosil, mempunyai teknik preparasi tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan
kesalahan dalam prosedur maupun kekeliruan pada pemberian label, harus tetap menjadi perhatian
agar mendapatkan hasil optimum. Beberapa contoh teknik preparasi untuk foraminifera & ostracoda,
nannoplankton dan pollen dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
 Foraminifera kecil & Ostracoda
Untuk mengambil foraminifra kecil dan Ostracoda, maka perlu dilakukan preparasi dengan metoda
residu. Metoda ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik halus-sedang, seperti lempung,
serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.
Caranya adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Ambil ± 100 – 300 gram sedimen kering.
2. Apabila sedimen tersebut keras-agak keras, maka harus dipecah secara perlahan dengan
menumbuknya mempergunakan lalu besi/porselen.
3. setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan dilarutkan
dengan H2O2 (10 – 15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam batuan tersebut
dari matriks (lempung) yang melingkupinya.
4. Biarkan selama ± 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
5. Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang deras
diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 30-80-100 mesh.
6. Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian dikeringkan
didalam oven (± 600 C).
7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai dengan
nomor sampel yang dipreparasi.
8. Sampel siap dideterminasi.

 Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki ukuran relative besar,
jumlah kamar relative banyak, dan struktur dalam kompleks. Umumnya foram besar banyak dijumpai
pada batuan karbonat khususnya batugamping terumbu dan biasanya berasosiasi dengan algae yang
menghasilkan CaCO3 untuk test foram itu sendiri.
Di Indonesia foraminifera bentos besar sangat banyak ditemukan dan bisa digunakan untuk
menentukan umur relatif batuan sedimen dengan menggunakan zonasi foraminifera bentos besar
berdasarkan Adams (1970), dengan demikian untuk menganalisanya dilakukan dengan
mempergunakan sayatan tipis. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin penyayat/gurinda.
Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera besar yang ada didalamnya.
2. Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut ditipiskan pada kedua
sisinya.
3. Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan bahan abrasif (karbondum)
dan air.
4. Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x 30 mm) dengan
mempergunakan Kanada Balsam.
5. Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan biasanya
ketebalan sekitar 30-50 μm.
6. Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam secukupnya dan
kemudian ditutup dengan “cover glass”. Beri label.
7. Sampel siap dideterminasi

Anda mungkin juga menyukai