Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATAKULIAH PALEONTOLOGI

RANGKUMAN PENYELIDIKANMIKROPALEONTOLOGI

OLEH :

OLEH :

MELLA HNR TANGKIDI


F12120090

PALU
2022
Persiapan Penelitian Mikrofosil
     Sebelum melakukan penelitian mikrofosil adapun tahap-tahap persiapan yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil mikro maka
yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil haruslah batuan yang masih
dalam keadan insitu, yaitu batuan yang masih ditempatnya. Pengambilan sampel batuan
di lapangan hendaknya dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai. Untuk
mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk
menyusun biostratigrafi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
sampel di lapangan, yaitu :
1) Jenis batuan
2) Metode sampling
3) Jenis sampel
4) Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus. Namun perlu
diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai pada batuan-batuan tertentu.
Kesalahan pengambilan sampel berakibat pada tidak dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil
foraminifera kecil dapat dijumpai pada batuan napal, kalsilutit, kalkarenit halus, batupasir
karbonatan halus. Fosil Foraminifera besar, dapat dijumpai pada Kalkarenit, danBoundstone 
Metode Sampling
Beberapa prosedur sampling pada berbagai tipe sekuen sedimentasi dapat dilakukan seperti
berikut ini :
1. Splot sampling
Spot Sampling dalah dengan interval tertentu, merupakan metoda terbaik untuk
penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan serpih
tebal, batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini dapat ditambahkan dengan “channel
sample” (parit sampel) sepanjang ± 30 cm pada setiap interval 1,5 meter.
2. Channel Sampling (sampel paritan)
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu litologi yang
seragam. Atau pada perselingan batuan yang cepat, channel sample dilakukan pada setiap
perubahan unit litologi. Splot Sampling juga dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau
sisipan lempung pada batupasir atau batu gamping, juga pada serpih dengan lensa tipis
batugamping.

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel batuan, yaitu :


1. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena dikhawatirkan
fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.
2. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil, karena
batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil. Batuan yang dapat
mengawetkan fosil antara lain batulempung (claystone), batuserpih (shalestone),
batunapal (marlstone), batutufa napalan (marly tuffstone), batugamping bioklastik,
batugamping dengan campuran batupasir sangat halus.
3. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
4. Jika endapan turbidite diambil pada endapan berbutir halus, yang diperkirakan
merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan kondisi normal.
5. Jenis Sampel
Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan. Sampel yang baik
adalah yang diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang lain, namun terkadang
pada pengambilan sampel yang acak baru diketahui sesudah dilakukan analisa umur. Sampel
permukaan sebaiknya diambil dengan penggalian sedalam > 30 cm atau dicari yang masih
relatif segar (tidak lapuk).

2. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya. Setiap
jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada umumnya bertujuan untuk
memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung
(matrik) yang menyelimutinya. Untuk setiap jenis mikrofosil, mempunyai teknik
preparasi tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan kesalahan dalam prosedur maupun
kekeliruan pada pemberian label, harus tetap menjadi perhatian agar mendapatkan hasil
optimum. Beberapa contoh teknik preparasi untuk foraminifera & ostracoda,
nannoplankton dan pollen dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

Foraminifera kecil & Ostracoda


Untuk mengambil foraminifra kecil dan Ostracoda, maka perlu dilakukan preparasi
dengan metoda residu. Metoda ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik
halus-sedang, seperti lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.
Caranya adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Ambil ± 100 – 300 gram sedimen kering.


2. Apabila sedimen tersebut keras-agak keras, maka harus dipecah secara perlahan
dengan menumbuknya mempergunakan lalu besi/porselen.
3. setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan
dilarutkan dengan H2O2 (10 – 15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam
batuan tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinya.
4. Biarkan selama ± 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
5. Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang
deras diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 30-80-100 mesh.
6. Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian
dikeringkan didalam oven (± 600 C).
7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai
dengan nomor sampel yang dipreparasi.
8. Sampel siap dideterminasi
Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki
ukuran relative besar, jumlah kamar relative banyak, dan struktur dalam kompleks.
Umumnya foram besar banyak dijumpai pada batuan karbonat khususnya batugamping
terumbu dan biasanya berasosiasi dengan algae yang menghasilkan CaCO3
untuk test foram itu sendiri. Di Indonesia foraminifera bentos besar sangat banyak
ditemukan dan bisa digunakan untuk menentukan umur relatif batuan sedimen dengan
menggunakan zonasi foraminifera bentos besar berdasarkan Adams (1970), dengan
demikian untuk menganalisanya dilakukan dengan mempergunakan sayatan tipis.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin
penyayat/gurinda. Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera
besar yang ada didalamnya.
2. Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut ditipiskan pada
kedua sisinya.
3. Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan bahan abrasif
(karbondum) dan air.
4. Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x 30 mm)
dengan mempergunakan Kanada Balsam.
5. Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan biasanya
ketebalan sekitar 30-50 μm.
6. Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam secukupnya dan
kemudian ditutup dengan “cover glass”. Beri label.
7. Sampel siap dideterminasi
 
Nannoplankton
Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop optik. Dapat dilakukan dengan dua
metode preparasi, yaitu:
a. Quick smear-slide/metode poles
b. Smear slide/metode suspense

Quick smear-slide/metode poles


1. Ambil satu keping contoh batuan segar sebesar ± 10 gr., bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan sikat halus.
2. Cungkil bagian dalam dari sampel tersebut dan letakkan cukilan tersebut di atas
objektif gelas.
3. Beri beberapa tetes aquades untuk melarutkan batuannya dan ratakan.
4. Buang kerikil-kerikil yang kasar yang tidak larut.
5. Panaskan dengan hot plate objektif gelas tersebut hingga larutan tersebut kering.
6. Setelah kering, bersihkan/tipiskan dengan cover glasssupaya lebih homogen dan tipis.
7. Biarkan mendingin, beri label, sampel siap dideterminasi.

Smear Slide / Metode suspensi


Membutuhkan waktu yang lama, namun hasilnya lebih baik.
1. Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan    diambil dari
sampel yang segar.
2. Larutkan dalam tabung gelas dengan aquades dan sedikit Natrium bikarbonat
(Na2Co3).
3. Masukkan tabung tersebut kedalam ultrasonik vibrator ±1 jam tergantung pada
kerasnya sampel.
4. Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan butiran
halusnya kedalam bejana gelas.
5. Biarkan suspensi tersebut mengendap.
6. Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif dan  panaskan
dengan hot plate.
7. Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem tersebut matang
dan tutup dengan cover glass.
8. Dinginkan dan beri label.
9. Sampel siap dideterminasi.

3. Penyajian Mikrofosil
Dalam penyajian mikrofosil ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan mempergunakan
miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya yang berupa residu
ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di bawah mikroskop. Mikroskop
yang dipergunakan tergantung pada jenis preparasi dan analisis yang dilakukan.
Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang dipergunakan, yaitu mikroskop
binokuler, mikroskop polarisasi dan mikroskop scanning-elektron (SEM).
2. Determinasi
Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di
laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting selanjutnya,
yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama genus dan spesies
mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua sifat fisik dan kenampakan
optik mikrofosil tersebut.
 

Anda mungkin juga menyukai