Anda di halaman 1dari 55

PETA

LINTASAN
GEOLOGI
Peta Geologi
Daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan :
(muda –tua)

1. Satuan Endapan Aluvial

2. Satuan Batupasir

3. Satuan Batulempung-
Batupasir

4. Satuan Breksi
KOLOM
STRATIGRAFI
Profil Litologi

•Suksesi vertikal dari


tidal flat.

•(Desjardins dkk, 2012)


CARA MEMBUAT KOLOM
STRATIGRAFI :

1. Melalui pemboran ( core/Coring, cutting )


2. Melalui Pengukuran singkapan di Lapangan
(Stratigraphic Measuring Section)
STRATIGRAPHIC
COLUMN
(KOLOM STRATIGRAFI)
KOLOM
STRATIGRAFI

MERUPAKAN SUATU KOLOM YANG


MENUNJUKKAN URUTAN LITOLOGI,
STRUKTUR SEDIMEN, ISI FOSIL
DAN KETEBALAN BATUAN
SEDIMEN DARI TUA KE MUDA
TUJUAN MEMBUAT KOLOM
STRATIGRAFI

UNTUK MENGETAHUI
URUTAN BATUAN DAN
HUBUNGAN ANTAR BATUAN
DARI SUATU DAERAH.

•STUDI CEKUNGAN
•( BASIN STUDY )
•FOLDS - TILTS
PENGUKURAN PENAMPANG STRATIGRAFI
(STRATIGRAPHIC MEASURING SECTION )

TUJUAN :
- MENGHITUNG KETEBALAN
- MENGAMATI SINGKAPAN SUATU
URUTAN BAT. SEDIMEN SECARA DETIL
- MEMBUAT KOLOM STRATIGRAFI
- MENGELOMPOKKAN MENJADI SATUAN
BATUAN
Sejarah
pengendapan
KOLOM STRATIGRAFI DAPAT
DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN :

1. CIRI LITOLOGI (LITHOSTRATIGRAFI)

2. CIRI FOSIL (BIOSTRATIGRAFI)

3. WAKTU TERJADINYA (KRONOSTRATIGRAFI)


PEMBAGIAN STRATIGRAFI
( SANDI STRATIGRAFI )
1. LITHOSTRATIGRAFI
PEMBAGIAN DIDASARKAN ATAS CIRI-
CIRI LITOLOGI

PENAMAAN TAK RESMI (DIDASARKAN SEMATA-


MATA OLEH CIRI LITOLOGI YANG DOMINAN)

PENAMAAN RESMI ( PERTIMBANGAN: DI


CEKUNGAN MANA KOLOM BERADA).
SATUAN DASAR : FORMASI

URUTAN DARI SATUAN RESMI : KELOMPOK,


FORMASI, ANGGOTA
Sampling
Pengambilan conto batuan untuk dianalisis
Preparasi
Tahapan/proses untuk mengubah conto batuan terpilih, menjadi bahan yg siap
untuk dianalisis
•SAMPEL
BATUAN

•KERAS DAN •LUNAK


KOMPAK (batu
gamping) •(lempung, napal,
pasir)

•PELEPASAN
FORAMINIFERA
DARI SEDIMEN
(direndam dengan
larutan H2O2)

•PENCUCIAN DAN
PENGAYAKAN
• (direndam
•PEMBUATAN SAYATAN dengan air kran )
TIPIS

•PENGERINGAN
HASIL CUCIAN
(dalam oven, +-
30 C)

•PEMISAHAN
FORAMINIFERA
DARI HASIL
CUCIAN
•ANALISIS
•(dengan mikroskop
stereo atau mikroskop •ANALISIS
polarisasi) (dengan mikroskop
stereo)
Sampling bawah laut
Sampling bawah permukaan

Kualitas sampel :
bersih,
representatif,
PREPARASI
Preparasi batuan perconto tergantung pada jenis
batuan percontonya. Batuan perconto ada dua macam,
yaitu surface sample dan subsurface sample.
1. Surface sample.
Adalah perconto permukaan dengan stratigrafi detail
section/penampang stratigrafi terukur, maksudnya
terukur ketebalannya, ataupun dengan spot sample
diambil tanpa terukur. Yang tanpa terukur ini biasanya
dipakai sebagai survei pendahuluan berdasarkan
litologinya sehingga tahu litologi secara kasar.
2. Subsurface sample (well sample)
Perconto yang diambil dengan cara pengeboran
(drilling). Dalam drilling, tektonik dan seismik sudah
diketahui.
Ada 3 macam cara pengambilan perconto subsurface,
yaitu :
a. Cuttings (serbuk bor)
Disini drilling mud (serbuk dari mentomites-
monmorilonit) yang gunanya sebagai pendingin dan
membawa cutting ke atas. Ada beberapa keuntungan
dan kekurangan dari cara ini. Keuntungannya adalah
murah, cepat dan deskripsinya juga cepat.
Kekurangan/kelemahannya adalah dapat terjadi caving
(urugan dari atas), sehingga dalam deskripsi dapat
ditemukan fosil muda pada lapisan batuan yang lebih
tua. Pada bor, pemunculan fosil teratas (FAD) adalah
bidang pemunculan terakhir (LAD) dari evolusi.
b. Core/corrothes (batuan inti)
Core dilakukan pada batas formasi, pada daerah
penting, batas facies, atau batuan keras. Panjang core
linearnya 6 m (tabung tempat batuan perconto). Disini 6
meter sampel belum tentu 6 meter yang dibor,
tergantung dari kekompakan batuannya. Core recaveri
sebagai petunjuk kekompakan batuan, yaitu panjang
core yang didapat dibagi kemajuan pengeboran dikalikan
100%. Jika makin kompak batuan yang dibor, maka nilai
core recaverinya mendekati 100%. Setiap 6 meter pipa
core liner diambil sehingga biayanya mahal. Penentuan
umurnya dengan FAD.
c. Side bor core (batuan teras inti).
Batuan yang diambil adalah batuan yang berada pada
bagian tepi dari bor-boran. Prosedur ini dipakai jika tidak sebagian
sample batuan yang bagus, misalnya ada lapisan batuan yang
tidak kontinyu. Beberapa keuntungan dari side bor core adalah
sample yang didapatkan lebih lengkap sehingga penentuan
stratigrafinya lebih tepat, deskripsinya akurat, dan penentuan
umurnya dengan FAD. Sedangkan kelemahan/kerugiannya, biaya
terlalu mahal, karena menggunakan core liner.
Untuk preparasi foramninifera. Jumlah yang dipakai : surface
sample 100 – 200 gr, sedangkan untuk core dan side well core
100 – 200 gr atau sesuai yang dikirim dari perusahaan.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PPS, CORE
& CUTTING
 CORE
 PENGUKURAN PENAMPANG  A. Kelebihan :
STRATIGRAFI DI LAPANGAN  1. Dapat dilakukan di onshore
mau-
 a. Kelebihan :  pun ofshore
 1.Batuan, hubungan antar  2. Batuan dapat diamati menerus
 3. Tidak ada caving
 antar batuan, struktur se-  B. Kekurangan
 dimen dapat langsung di-  1. Sampel terbatas ukurannya
 amati di lapangan
2. Sampel dapat diambil tak
terbatas  CUTTING
 A. Kelebihan :
 ukurannya  1. Dapat dilakukan di onshore mau-
 B. Kekurangan :  pun ofshore
2. Batuan dapat diamati menerus
 1. Hanya dapa dilakukan di 
 B. Kekurangan :
onshore  1. Sampel terbatas ukurannya
2. Singkapan tidak selalu  2. Ada caving
menerus
Ditinjau dari kekerasannya, sample dibagi menjadi dua
macam yaitu lunak dan keras.
 Sample batuan lunak jika dapat dipecah dengan palu geologi
secara hati-hati tanpa merusak fosil yang dikandungnya
 sampel batuan keras jika dipecah dengan palu geologi justru
merusak fosilnya, pemecahannya harus dengan gerenda.
Washing Stage (untuk sample lunak)

 Batuan perconto ditutup aluminium foil kemudian dipalu


dengan palu geologi atau dipres dengan pres karet
sehingga didapatkan pecahan sebesar 1 – 2 cm.
 Batuan perconto dimasukkan dalam mangkok porcelen,
ditambah H2O2 gunanya untuk melepas semen yang
menempel pada foram.
 Dicuci dengan 3 susun ayakan yaitu : 1. 40 mesh, 2.
1000 mesh, 3. 200 mesh, dibawah air kran yang deras.
Kemudian ditampung dalam mangkok porselen untuk
diopen.
 Hasil cucuian diopen pada suhu 400 C sampai kering.
Kalau suhunya terlalu tinggi foram akan rusak.
 Sorted sample dari ketiga mangkok dijadikan satu dan
dimasukkan ke dalam plastic, dan jangan lupa diberi
label. Label harus sesuai dengan label perconto dari
lapangan.
Picking Stage
Adalah tahap pemisahan dan pengambilan fosil-fosil dari batuan.

 Fosil batuan yang didapat dari tahapan diatas


ditaruh pada bak khusus yang terbuat dari besi,
berukuran 10 x 20 cm2. Untuk mempermudah
penghitungan jumlah fosil, biasanya bak itu
bergaris-garis seperti blok millimeter.
 Fosil yang ada diambil dengan jarum atau kwas
no 1. Jika dengan kwas, kwas dibasahi sedikit
dengan air, jika dengan jarum, jarum diberi
lilin.
 Picking dilakukan dibawah mikroskop stereo
binokuler. Fosil dipicking dan dimasukkan ke
picking slide.
KLASIFIKASI FORAMINIFERA
Ada 2 cara klasifikasi yaitu :
- Klasifikasi non taksonomis
- Klasifikasi taksonomis

Klasifikasi non taksonomis, untuk keperluan tertentu


dan atas dasar praktis (sudah umum digunakan oleh para ahli)

“VAGILE” benthos
BESAR (merambat pada
permukaan dasar laut)

BENTONIK
FORAMINIFERA
“SESSILE” benthos
(merambat pada dasar
laut)
KECIL

PLANKTONIK
Klasifikasi taksonomis

Suatu usaha pengelompokan terhadap


sekelompok fosil menjadi tingkatan takson
tertentu, berdasarkan atas aspek morfologinya
antara lain : komposisi dinding test, bentuk
dasar dari test, jumlah dan susunan kamar,
apertur (letak dan modifikasinya), tekstur
permukaan & hiasan dinding test.
ORDO FORAMINIFERA
Dari phylum protozoa, khususnya foraminifera
sangat penting dalam geologi karena memiliki
bagian yang keras dengan ciri masiing-masing
foram, antara lain :
a. Planktonik (mengambang), ciri-ciri :
-. Susunan kamar trochospiral
-. Bentuk test bulat
-. Komposisi test Hyaline
b. Benthonik (di dasar laut), ciri-ciri :
-. Susunan kamar planispiral
-. Bentuk test pipih
-. Komposisi test adalah aglutine dan
aranaceous
A. Foraminifera Planktonik
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah
spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang
di permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah geologi, antara lain :
-. Sebagai fosil petunjuk
-. Korelasi
-. Penentuan lingkungan pengendapan
Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
kedalaman tertentu ;
-. Hidup antara 30 – 50 meter
-. Hidup antara 50 – 100 meter
-. Hidup pada kedalaman 300 meter
-. Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya
hampir di dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di
permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina
pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30
sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada
kedalaman 200 sampai 300 meter
B. Foraminifera Benthonik
Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan
lingkungan pengendapan, sedangkan fosil foram
benthonik besar dipakai untuk penentuan umur. Fosil
benthonik ini sangat berharga untuk penentuan
lingkungan purba.
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut
secara umum adalah :
– Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat
celcius, banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia,
Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan
bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari
pasiran.
– Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus
Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina,
Quingueloculina dan Triloculina.
– Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus
Gandryna, Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina,
Discorbis, Eponides dan Textularia.
– Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai
Listellera, Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina,
Bolivina dan Valvulina
Skema Kehidupan & Kelimpahan
Foraminifera di Laut
MORFOLOGI FORAMINIFERA
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop
dapat menunjukkan beberapa kenampakan yang
bermacam-macam dari cangkang foraminifera, meliputi :
-. Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang
berfungsi melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat
terbuat dari zat-zat organik yang dihasilkan sendiri atau
dari material asing yang diambil dari sekelilingnya.
-. Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma
berada.
-. Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
-. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
-. Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar
yang berdekatan..
-. Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra
yang berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya
protoplasma
C D A C

D
B

A
B

B
D

A
B

Keterangan : A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus
PERBEDAAN
FORAM PLANKTONIK
1. Bentuk dasar test : globuler, subglob, bulat, lensa.
2. Susunan kamar : trochospiral
3. Dinding test : hialin
4. Jumlah kamar : polythalamus
5. Apertur : enteromarginal, equatorial, umbilical
6. Tekstur perm/hiasan dinding test : sedikit, jarang/halus, berpoi-pori
FORAM BENTONIK
1. Bentuk dasar test : memanjang, pipih, sisi dorsal rata
2. Susunan kamar : serial, planispiral, meliolin
3. Dinding test : porselin, agglutinated/arenaceous
4. Jumlah kamar : monothalamus, polythalamus
5. Apertur : terminal/basah
6. Tekstur perm/hiasan dinding test : beraneka ragam/kasar, kusam, tidak
berpori-pori
Nb : Ada spesies-spesies tertentu yg menyimpang dari ciri-ciri diatas,
tetapi jumlahnya sedikit
KLASIFIKASI LOBLICH & TAPPAN (1964)
Dinding Test Sub Ordo Superfamili
Non laminar aglkutinated Textulariina Ammodiscacea
Non laminar Allogromiina Lagynacea
pseodochitineous
Non laminar Miliolina Miliolacea
porcellaneous
Non laminar Calcareous Fusulina Parathuraminacea
Microgranular Endothyracea
Fusulinacea
Multi laminar Hyalin Rotaliina Nodosaricea
Buliminacea
Discorbacea
Spirillinacea
Rotaliacea
Globigerinacea
Orbitoidacea
Cassidulinacea
Nonianacea
Anomalinacea
Robertinacea
EKOLOGI
EKOLOGI (secara biologi) : ilmu pengetahuan yang mempelajari
spesies, populasi, habitat dan komunitas, ekosistem,
frekuensi, nilai penting, keanekaragaman, kemelimpahan
dan distribusi
EKOLOGI (“oikos : tempat tinggal; logos : ilmu“) adalah ilmu
yg mempelajari MH di rumahnya studi hubungan
timbal balik antara organisme dgn lingkungannya,
sebaliknya juga mempelajari pengaruh lingk. terhadap
aktifitas/perubahan fisiologis organisme
EKOLOGI adalah studi mengenai struktur & fungsi
EKOLOGI adalah : ilmu yang mempelajari hub. timbal balik
antara MH dgn lingkungannya, baik lingk. biotik
maupun lingk. abiotik
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEHIDUPAN FORAMINIFERA A.L :

1. Temperatur 8. Turbiditas/kekeruhan
2. Salinitas 9. Intensitas Cahaya (illumina tien)
3. Kedalaman 10. Oksigen
4. Nutrisi 11. CaCO3
5. Substrat 12. Kandungan zat organik substrat
6. pH 13. Arus dan pasang surut
7. Trace Elemnts 14. Faktor-faktor ekologis yang lain
RATIO FORAM PLANKTONIK & BENTONIK 
KEDALAMAN
(Grimsdale & Markoven, 1982)

% PLANK/BENT. RATIO DEPT IN M ENVIRONMENT


0 – 20 0 – 20 Inner Shelf
20 – 50 20 – 100 Middle Shelf
20 – 30 100 – 200 Outer Shelf
30 – 70 200 – 1000 Upper Slope
70 - 100 1000 - 4000 Lower Slope
RATA-RATA DIAMETER CANGKANG O. Universa  TEMP0

Rata-rata diameter cangkang Temperatur


Orbulina Universa d’Orbigny
>650 µ 250 C
550 – 650 µ 20 – 250 C
450 – 550 µ 14 – 200 C
<450 µ 140 C
HUBUNGAN ANTARA
ORGANISME DENGAN
LINGKUNGAN
HUBUNGAN ANTARA ORGANISME DG LINGK

ORGANISME HIDUP ORGANISME MATI FOSIL


EKOLOGI PARAEKOLOGI PALEOKOLOGI

BIOCOENOSIS THANATOCOENOSIS PALEOTHANATOCOENOSIS


(LIVING COMMUNITY) (DEATH ASSEMBLAGES) (FOSSIL ASSEMBLAGES)

BIOTOPE THANATOTOPE PALEOTHANATOTOPE

LINGKUNGAN SEDIMENTASI ?
Faktor-faktor ekologi, Arus, gelombang, ukuran  Proses pemfosilan primer
suhu, kedalaman, tubuh, topografi  Perpindahan sekunder
CaCO3, salinitas, pH,
turbiditas, DO, CO2,  Percampuran
kondisi dasar musuh-
musuh alamiah /
predator, dll.
ORGANISME HIDUP
EKOLOGI

BIOCOENOSIS
(Living community)

BIOTOPE

Lingkungan
Faktor-faktor ekologi : suhu, kedalaman,
CaCO3, salinitas, pH, turbiditas, DO, CO2,
kondisi dasar musuh-mush alamiah
/predator dll
ORGANISME MATI
PARAEKOLOGI

THANATOCOENOSIS
(death Assemblages)

THANATOTOPE

Sedimentasi
Arus, gelombang, ukuran tubuh, topografi
FOSIL
PALEOEKOLOGI

PALEOTHANATOCOENOSIS
(Fossil Assemblages)

PALAEOTHANATOTOPE

?
- Proses pemfosilan primer
- Perpindahan secunder
- Percampuran
Biocoenose & Thanatocoenose
 BIOCOENOSE
Kumpulan organisme yg
hidup, tumbuh,
berkembang biak dlm
suatu tempat atau
lingkungan yg sama
(biotope)
 THANATOCOENOSE
Kumpulan organisme yg
mati (fosil) yang berasal
dari biotope yg berbeda-
beda, karena proses
transportasi dpt
terendapkan dlm batuan
sedimen yg sama
Biocoenoese

Thanatocoenoese
DISPLACED FOSSILS
Fosil yg dijumpai pada lapisan yg bukan
habitatnya

 Reworked Fossils :
Fosil tua yang terdapat
pada lapisan yang lebih
muda
 Introduced Fossils :
Fosil muda yg dijumpai
pada lapisan yg lebih
tua
FOSSIL TRANSPORTED
 INDEGENOUS
Tertransport pada jarak yang dekat saat diendapkan, tapi masih pada
lingkungan yang sama seperti komunitas hidupnya
- use analisa Lingkungan pengendapan
- use penentuan umur
 EXOTIC
Tertransport pada jarak yang jauh saat diendapkan, sehingga
lingkunganya berlainan dengan lingkungan komunitas hidupnya
- use analisa lingkungan
- use penentuan umur
 REMAINE
Tertransport setelah fosil tersebut diendapkan, sehingga ada selang
waktu kemudian tercampur dengan organisme lain
- use analisa lingkungan pengendapan maupun penentuan umur
 LEAKED
Sama seperti pada fosil remaine, tetapi terjadi pada batuan yang muda

Anda mungkin juga menyukai