Anda di halaman 1dari 6

J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.

72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

Analisis Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat di


Kecamatan Montasik

Depositional Environment Analysis Carbonate Rocks in Montasik


District
Fahri Adrian1*, Ariadi Putra1, Akmal Muhni1, Marwan2,3
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Unsyiah
2
Program Studi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik,
Unsyiah 3Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Unsyiah

Received June, 2020, Accepted August, 2020


DOI: 10.24815/jacps.v9i3.17028

Kecamatan Montasik terdiri dari 2 formasi yaitu Formasi Gunungapi Lam Teuba berumur Pliosen Akhir
sampai Plistosen Akhir dan Formasi Anggota Padangtiji berumur Pliosen Awal sampai Pliosen Tengah.
Litologi Formasi Anggota Padangtiji terdiri dari konglomerat, batulanau, batupasir gampingan dan batu
gamping. Lingkup penelitian ini meliputi kajian tentang kondisi geologi permukaan dan analisis lingkungan
pengendapan sedimen karbonat pada lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pengambilan data langsung di lapangan dan menganalisis petrologi dan petrografi pada sampel batuan.
Litologi pada lokasi penelitian terdiri dari 7 satuan yaitu guguran lava, lava andesit, lapili jatuhan
piroklastik, tuf jatuhan piroklastik, konglomerat, batugamping terumbu dan batupasir gampingan.
Lingkungan pengendapan sedimen karbonat yang terdapat pada lokasi penelitian terbentuk di laut dangkal
(reef) pada kedalaman 0 m - 200 m di bawah permukaan laut. Zona fasies pengendapan batugamping pada
lokasi penelitian terendapkan pada zona platform margin sands dan organic buildups. Sedangkan zona
fasies terumbu pada lokasi penelitian terdapat pada zona reef front.

Montasik district consists of two formations, Gunungapi Lam Teuba Formation aged Late Pliocene – Late
Pleistocene and Padangtiji Member aged Early Pliocene – Middle Pliocene. Lithology of Padangtiji
Member consists of conglomerate, siltstone, carbonate sandstone, and limestone. The scope of this research
includes a study of surface geological conditions and depositional environmental analysis of carbonate
sediment. The method used in this study is direct data collection in the field and analyzing petrology and
petrography in rock samples. Lithology of the research area consists of lava drop, andesit, lapili
pyroclastic, tuff pyroclastic, conglomerate, fosilliferous limestone, and carbonate sandstone. Depositional
environment in the research area formed at shallow marine (reef) on 0m-200m depth under sea level.
Depositional facies zone in the research area is on the margin sands platform zone and organic buildups,
while Reef facies zone contained in reef front zone.

Keywords: Geological Mapping, Depositional Environment, Carbonate Rocks, Petrography, Montasik

Pendahuluan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari peta


Pemetaan geologi merupakan salah satu hal geologi regional lembar Banda Aceh (Cameron dkk,
yang penting sebagai bagian dari kajian lapangan 1981), Kecamatan Montasik memiliki 2 formasi
untuk memperoleh data dan informasi untuk bisa batuan yaitu formasi gunungapi Lam Teuba (QTvt)
memahami kondisi geologi. Kecamatan Montasik dan formasi anggota Padangtiji (Tuktp). Menurut
dan sekitarnya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi KESDM (2011) batuan dan endapan vulkanik
Aceh yang berada pada koordinat 5°32'1.00"N - formasi gunungapi Lam Teuba meliputi lava
5°28'44.93"N dan 95°28'5.28"E - 95°30'20.06"E andesitik basaltik, jatuhan dan aliran piroklastik
belum dilakukan penelitian yang lebih rinci. seperti batuan gunungapi andesit, tufa, breksi
1
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

batuapung, aliran abu dan aglomerat. Sedangkan


pada formasi anggota Padangtiji terdiri dari
konglomerat, batulanau, batupasir gampingan dan
batu gamping. Batuan karbonat adalah batuan yang
unsur karbonatnya >50% dari pada unsur non
karbonat. Material karbonat berasal dari presipitasi
langsung dari air atau dari organisme yang
membentuk cangkang karbonatan.Batu gamping ini
dapat diklasifikasikan salah satunya adalah
klasifikasi Dunham (Gambar 1).

Gambar 3 Zonasi Fasies terumbu dalam pembentukan


Batugamping (James and Bourque, 1992).

Metodologi
Untuk mengetahui informasi mengenai
lingkugan pengendapan sedimen karbonat,
dilakukan analisa petrologi dan analisa petrografi
terhadap sampel batuan. Metode petrologi adalah
metode yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya. Metode petrografi
Gambar 1 Klasifikasi batu gamping menurut Dunham (1962). adalah metode yang berfokus pada deskripsi rinci
dari batuan. Setelah melakukan analisa petrologi dan
Lingkungan pengendapan adalah petrografi maka hasil yang di dapatkan
karakteristik dari suatu tatanan geomorfik dimana diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Dunham
prosesfisik, kimia dan biologi berlangsung yang (1962) untuk menentukan jenis batuan karbonat
menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu pada lokasi penelitian. Setelah jenis-jenis batuan
(Boggs, 1995). Menurut Wilson (1975), terdapat 10 ditentukan maka tahapan selanjutnya yaitu
sabuk fasies utama atau zona fasies yang menganalisa lingkungan pengendapan baik dari segi
melambangkan lingkungan karbonat utama (Gambar tempat atau zona pengendapan maupun proses
2). pengendapan berdasarkan ciri-ciri, sifat dan
karakteristik dari batuan karbonat tersebut.

Hasil Penelitian
Dari 45 titik pengamatan singkapan, didapatkan 7
satuan batuan yaitu satuan guguran lava (berwarna
coklat) tersebar kontur yang lebih tinggi di
Kecamatan Montasik, satuan lava andesit (merah)
tersebar pada Kecamatan Blang Bintang, satuan
lapili jatuhan piroklastik (krem) tersebar di
perbatasan Kecamatan Montasik dengan Indrapuri,
Gambar 2 Zona Fasies, model untuk rimmed carbonate satuan tuf jatuhan piroklastik (kuning) tersebar di
platform (After Wilson, 1975 dengan tambahan
oleh Flugel, 2004). perbatasan Kecamatan Blang Bintang dengan
Montasik, serta satuan batuan konglomerat (abu-
Menurut James and Bourque (1992) Salah satu abu), batugamping terumbu (biru) dan batupasir
lingkungan pengendapan batuan karbonat yang gampingan (jingga) tersebar di Kecamatan
umum di laut dangkal adalah terumbu. Sebagai Indrapuri. Persebaran litologi batuan dapat dilihat
lingkungan pengendapan batuan karbonat, terumbu pada peta geologi Gambar 4. Persebaran sedimen
dapat dibagi menjadi beberapa zona utama seperti karbonat pada lokasi pengamatan sekitar 23% dari
yangterlihat pada Gambar 3. luasan lokasi pengamatan yang lebih dominan
tersebar di kawasan Kecamatan Indrapuri.

2
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

Gambar 4 Peta geologi dan pengambilan sampel sedimen karbonat pada lokasi penelitian (Modifikasi dari Cameron dkk, 1981).

Sampel batuan yang dianalisa pada lokasi penelitian


terdapat 9 sampel yang terdiri dari 4 sampel
batugamping terumbu dan 5 sampel batupasir
gampingan. Sampel batugamping terumbu ditandai
dengan kode MTS 18, MTS 19, MTS 29 dan IDP 33
dan sampel batupasir gampingan di tandai dengan
kode MTS 28, IDP 30, IDP 31, IDP 32 dan IDP 35.
Dalam analisa petrografi sayatan tipis sampel
batuan MTS 18 pada nikol silang (Gambar 5)
terlihat beberapa jenis mikrofosil foraminifera,
mineral penyusun, dan matrik. Batuan ini Gambar 5 Sayatan Tipis batugamping terumbu pada singkapan
mengandung mikrofosil sekitar 30%, mineral kalsit MTS 18
sekitar 20% dan lumpur sekitar 50%. Batuan ini
termasuk klasifikasi Wedekindellina Packstone yang
ditandai dengan banyaknya kandungan mikrofosil
foraminifera camerinidae Wedekindellina dan
memiliki matrik lumpur. Dalam analisa petrografi
sayatan tipis sampel batuan MTS 19 pada nikol
silang (Gambar 6) terlihat beberapa jenis mikrofosil
foraminifera, mineral penyusun, dan matrik. Batuan
ini mengandung mikrofosil sekitar 40%, mineral
kalsit sekitar 20% dan lumpur sekitar 40%. Batuan
ini termasuk klasifikasi Wedekindellina Packstone
yang ditandai dengan banyaknya kandungan
mikrofosil foraminifera camerinidaeWedekindellina
dan memiliki matrik lumpur. Gambar 6 Sayatan tipis batugamping terumbu pada singkapan
MTS 19

3
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

Dalam analisa petrografi sayatan tipis sampel fragmen litik 25% dan lumpur sekitar 45%. Batuan
batuan MTS 29 pada nikol silang (Gambar 7) ini termasuk klasifikasi Mudstone yang didominasi
terlihat mineral penyusun, kerangka terumbu, dan oleh lumpur dan tidak berfosil.
matrik. Batuan ini mengandung fosil sekitar 50%,
mineral kalsit sekitar 15% dan lumpur sekitar 35%.
Batuan ini termasuk klasifikasi boundstone
(framestone) yang ditandai dengan banyaknya
kandungan fosil yang saling terhubung seperti
kerangka terumbu dan mikrofosil. Nama batuan ini
yaitu batugamping terumbu.

Gambar 9 Sayatan Tipis Batupasir Gampingan pada Singkapan


MTS 28

Dalam analisa petrografi sayatan tipis sampel batuan


MTS 35 pada nikol silang (Gambar 10) terlihat
mineral penyusun, fragmen, dan matrik. Batuan ini
mengandung mineral kalsit sekitar 40%, fragmen
Gambar 7 Sayatan Tipis Batugamping Terumbu pada litik 10% dan lumpur sekitar 50%. Batuan ini
Singkapan MTS 29
termasuk klasifikasi Mudstone yang didominasi oleh
lumpur dan tidak berfosil.
Dalam analisa petrografi sayatan tipis sampel
batuan MTS 33 pada nikol silang (Gambar 8)
terlihat mineral penyusun, kerangka terumbu, dan
matrik. Batuan ini mengandung fosil sekitar 30%,
mineral kalsit sekitar 5% dan lumpur sekitar 65%.
Batuan ini termasuk klasifikasi boundstone
(framestone) yang ditandai dengan banyaknya
kandungan fosil seperti kerangka terumbu dan
mikrofosil.

Gambar 10 Sayatan Tipis Batupasir Gampingan pada


Singkapan IDP 35

Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik batuan


sedimen karbonat pada lokasi penelitian, beberapa
lingkungan pengendapan pembentukan sedimen
karbonat telah bisa dikenali. Bersadarkan Gambar
11 dapat disimpulkan bahwa lingkungan
pengendapan sedimen karbonat yang terdapat pada
Gambar 8 Sayatan Tipis Batugamping Terumbu pada
lokasi penelitian terdiri dari 2 zona yaitu zona
Singkapan IDP 33
platform margin sand dan zona organic buildups
Dalam analisa petrografi sayatan tipis sampel (ditandai dengan kotak merah). Zona platform
batuan MTS 28 pada nikol silang (Gambar 9) margin sand merupakan zona yang sangat dangkal
terlihat mineral penyusun, fragmen, dan matrik. (0-10 m di bawah permukaan laut), pada zona ini
Batuan ini mengandung mineral kalsit sekitar 30%, terdapat batuan pasir gampingan yang terbentuk dari

4
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

Gambar 11 Zona Fasies model rimmed carbonate platform pada lokasi penelitian. (a) Zona lingkungan pengendapan batupasir
gampingan dan (b) Zona lingkungan pengendapan batugamping terumbu (Dimodifikasi dari After Wilson, 1975
dengan tambahan oleh Flügel, 2004).

pecahan batugamping sebelummnya serta adanya sekitar 4% dari luas lokasi penelitian, batugamping
fosil pisoid/pisolid jenis Brachiopoda sekitar 10%. terumbu sekitar 6% dari luas lokasi penelitian dan
Sedangkan zona organic buildups merupakan zona batupasir gampingan sekitar 17% dari luas lokasi
yang terbentuk pada kedalaman 0-100 m di bawah penelitian. Pada sampel batuan MTS 18 dan MTS 19
permukaan laut, batuannya terdiri dari batugamping terdapat fosil foraminifera camerinidae
terumbu yang berasal dari fosil terumbu karang. wedekindellina dan polydiexodina, kandungan
Pembentukan batuan ini berasal dari terumbu karang mineral kalsit dan lumpur, pada sampel batuan MTS
yang hidup jutaan tahun yang lalu, kemudian 29 dan IDP 33 terdapat kerangka fosil terumbu,
terumbu karang tersebut mati dan mengalami proses mineral kalsit dan lumpur, pada sampel batuan IDP
pembatuan. Zona utama pembentukan batugamping 31 dan IDP 32 terdapat fragmen pasir dan
terumbu terdiri dari beberapa bagian yaitu zona back makrofosil brachiopod yang memiliki struktur tubuh
reef, zona reef flat, zona reef crest, zona reef front tidak utuh, matrik kalsit dan lumpur serta pada
dan zona fore reef. Gambaran beberapa zona sampel batuan MTS 28 dan IDP 35 terdapat fragmen
batugamping terumbu tersebut dapa dilihat pada litik, mineral kalsit dan lumpur. Oleh sebab itu dapat
Gambar 3. Zonasi fasies terumbu dalam disimpulkan bahwa proses lingkungan pengendapan
pembentukan batugamping pada lokasi penelitian sedimen karbonat yang terdapat pada lokasi
ditandai dengan kotak merah. penelitian terbentuk di laut dangkal (reef) pada
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa kedalaman 0 - 200 m di bawah permukaan laut.
zona lingkungan pengendapan batugamping Zona fasies pengendapan batugamping pada lokasi
terumbu pada lokasi penelitian berada pada zona penelitian terendapkan pada zona platform margin
reef front. Zona reef front merupakan zona dimana sands dan organic buildups. Sedangkan zona fasies
awal pembentukan batugamping terumbu yang terumbu pada lokasi penelitian terdapat pada zona
belum memiliki fosil selektal (non selektal) pada reef front.
kedalaman 70 m – 100 m di bawah permukaan laut.
Pada zona ini terumbu karang mulai mengalami Referensi
proses pembatuan yang kemudian rongga-rongga BAKOSURTANAL. 1978. Peta Topografi Lembar
pada terumbu karang tersebut mulai terisi oleh Banda Aceh. Jakarta: BAKOSURTANAL.
lumpur dan mikroorganisme. Bates, R.L., and Jackson, J.A., 1985. Glossary of
Geology, second edition, American
Kesimpulan Geological Institute. Falls Church. Virginia.
Lokasi penelitian terdiri atas 7 satuan batuan Bennet, J. D. 1981. Peta Geologi Lembar Banda
yaitu guguran lava sekitar 10% dari luas lokasi Aceh, Sumatera, Skala 1:250.000. Bandung:
penelitian, lava andesit sekitar 30% dari luas lokasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
penelitian, tuf jatuhan piroklastik sekitar 23% dari Boggs, S. J. 1995. Principles of Sedimentology and
luas lokasi penelitian, lapili jatuhan piroklastik Stratigraphy. University of Oregon, Prentice
sekitar 10% dari luas lokasi penelitian, konglomerat Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
5
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
J. Aceh Phys. Soc.,Vol.9, No.3 pp.72-77, 2020 e-ISSN: 2355-8229

Darisma, D., Marwan, Nazli Ismail, 2019, Peter A. Scholle, D. S Ulmer-Scholle. 2003. A Color
Geological Structure Analysis of Satellit Guide to the Petrography of Carbonate Rocks:
Gravity Data in Oil and Gas Prospect Area Grains, textures, porosity, diagenesis. Tulsa,
of West Aceh-Indonesia, Journal of Aceh Oklahoma, U.S.A: The American Association
Physics Society, Vol. 8, 1-5, eISSN 2355- of Petroleum Geologists
8229. Pettijohn, F. 1975. Sedimentary Rocks 3 rd ed 628h.
Dunham, R. J. 1962. Classification of Carbonate New York: Harper&Row Publishing Co.
Rocks according to depositional texture. in Scoffin, T. 1987. An Introduction to Carbonate
Ham, W. E., ed.: Classification of carbonate Sediments and Rocks. London, UK: Blackie &
rocks. Am. Association Petroleum Geologist Son Ltd.
Mem.1, p.108-121. Selley, R. 1988. Applied Sedimentology. San Diego:
Flugel., E. 2004. Microfacies Analysis of Limestone. Academic Press 446 hlm.
New York: Springer Verlag Berlin Sloss, L. a. 1963. Stratigraphy and Sedimentation.
Heidelberg 984 San Fransisco: Freeman.
Geospasial, B. I. 2018. DEMNAS Sumatera. Tucker, M. d. 1990. Carbonate Sedimentology.
Nichols, G. 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science, Ltd., Oxford, 482 p.
2 ed.Willey-Blackwell. Wilson, J. L. 1975. Carbonate Facies in Geologic
History. Springer-Verlag.

6
*corresponding Author: ttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai