Anda di halaman 1dari 28

Indonesian Journal on Geoscience Vol. 1 No.

3 December 2014: 175-183


Carbonate Facies and Sedimentation
of the Klapanunggal Formation in Cibinong, West Java

Praptisih and Kamtono

Naufal Fairuz Suhairi


1015011
Teknik Geologi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA
Abstrak
Batu kapur Formasi Klapanunggal sangat terpapar di Cibinong dan sekitarnya, Jawa Barat.
Pengamatan yang detail pada batuan karbonat telah dilakukan di daerah ini dan bertujuan untuk
mempelajari fasies karbonat dan lingkungan pertumbuhannya. Metode yang digunakan dalam lapangan
adalah penyelidikan rinci, sedangkan micropaleontologic dan analisis petrogafi dilakukan di
laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batuan karbonat di daerah yang diteliti terdiri
dari empat fasies, yaitu: (1) fasies boundstone, (2) fasies packstone, (3) fasies rudstone, dan (4) fasies
limestone breccia. Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa fasies boundstone diendapkan di
lingkungan reef front sampai ke reef crest, fasies packstone dikembangkan di lingkungan lower slope,
upper slope, dan back-reef lagoon. Fasies Rudstone terbentuk di reef front, dan fasies limestone breccia
terbentuk di lower slope. Secara geografis, posisi lingkungan tubuh karbonat berada di reef front, upper
slope, dan lower slope yang diperkirakan berada di utara - timur laut sedangkan reef crest dan back-reef
lagoon berada di Selatan – Barat Daya.
Latar Belakang
Batuan karbonat di Formasi Parigi adalah salah satu aset penting reservoar hidrokarbon di cekungan Jawa Barat bagian
Utara. Di Jawa Barat terdapat daerah yang memiliki cadangan minyak dan gas, seperti di daerah Pasirjadi, Gantar, Cicauli,
dan Tugu, yang merupakan Formasi Parigi didominasi oleh batuan karbonat mengandung cadangan gas yang cukup besar
lebih dari 1490 BCF (Budiyani et al., 1991).
Di Cekungan Jawa Barat Bagian Utara, Formasi Parigi ini terpapar dengan baik di beberapa tempat seperti di wilayah
Kelapanunggal (Cibinong), Pangkalan (Karawang), Leuwiliang (Bogor), dan Palimanan (Cirebon). Di daerah Cibinong,
Formasi Parigi didefinisikan sebagai Formasi Klapanunggal sesuai dengan nama desa dimana batuan karbonat terpapar
dengan baik (Turkandi Et al., 1992; Effendi et al., 1998).
Distribusi batuan karbonat yang ada di subsurface dan surface pada dasarnya terbentuk melalui proses biologis, kimia,
dan fisik. Proses ini menghasilkan kombinasi pola sedimentasi karbonat yang dapat diprediksi. Dengan kata lain,
lingkungan pengendapan karbonat mengandung berbagai fasies karbonat. Sehubungan dengan reservoir karbonat,
bebatuan menunjukkan bahwa porositas primer dan sekunder dikendalikan oleh fasies batuan karbonat (Tucker, 2001).
Lingkungan pengendapan batuan karbonat dapat direkonstruksi melalui pengamatan karakteristik, sifat fisik, dan kadar
biota di bebatuan. Terbatasnya jumlah sampel batuan yang diperoleh dari eksplorasi pengeboran menyebabkan
rekonstruksi tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu, perlu untuk mempelajari fasies karbonat berdasarkan data surficial.
Dalam penelitian ini, pengamatan dan pengambilan sampel batuan karbonat yang terpapar di permukaan dilakukan
untuk membantu dalam menafsirkan model sedimentasi.
Tujuan Studi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
fasies dan model sedimentasi batuan karbonat di Cibinong dan
sekitarnya. Penelitian ini diharapkan akan menjadi model fasies
dari karbonat tersier, dengan memeriksa karakteristik dan
kandungan biota dalam batuan karbonat.
Metode Penelitian
Metode penelitian terdiri dari observasi lapangan dan analisis laboratorium.
Pengamatan lapangan dilakukan melalui pengukuran bagian rinci yang digunakan untuk
menggambarkan fasies di lapangan dan untuk menentukan lokasi sampel dari singkapan.
Fasies karbonat dan hubungannya satu sama lain memberikan gambaran umum tentang
model distribusi dan sedimentasi batuan karbonat di daerah yang diteliti. Sampel batuan
diambil secara sistematis di lapapangan untuk analisis laboratorium. Kegiatan yang
dilakukan di laboratorium adalah analisis petrografi batuan karbonat. Sebanyak 110 sampel
karbonat yang representatif dikumpulkan dari Klapanunggal dan sekitarnya. Analisis
petrografi digunakan untuk mengklarifikasi hasil interpretasi berdasarkan data lapangan dan
untuk mendukung interpretasi lingkungan pengendapan. Klasifikasi karbonat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi Dunham (1962) dan Embry and Klovan
(1971).
Geologi Regional
Hasil Pengamatan
Deskripsi singkapan di setiap lokasi menentukan jenis
fasies berdasarkan pengamatan karakteristik, sifat fisik, dan
kandungan biota di dalam bebatuan yang disajikan di peta
distribusi fasies karbonat (Gambar 2). Berdasarkan distribusi
fasies dan analisis megascopic and petrologic yang rinci, dan
juga data micropaleontologic, semua sampel mengungkapkan
empat fasies yang berbeda, yaitu: boundstone, packstone,
rudstone, dan limestone breccia.
Boundstone Facies
Batuan karbonat yang memiliki karakteristik boundings fasies
sangat terpapar pada area yang diteliti. Fasies ini terdiri dari berbagai
bentuk fragmen karang yang mengambang dengan matriks packstone
yang mengandung foraminifera, alga, echinoid, dan mikrofosil
lainnya. Berdasarkan bentuk konstituennya, fasies boundstone ini
terbagi menjadi tiga subfasies, yaitu: bafflestone, bindstone, dan
framestone.
Bafflestone Subfacies
Bafflestone Subfacies terbentuk terutama oleh koloni karang bercabang dalam struktur
pertumbuhan. Dengan matriks packstone, bafflestone mengandung ganggang merah dan
ganggang hijau, foraminifera besar, bentos, plankton, echinoid, dan fragmen moluska; Abu cerah,
ketebalan lapisan berkisar antara 0,2 - 0,5 cm (Gambar 3a). Ganggang hijau (Halimida) relatif
lebih melimpah bila dibandingkan dengan alga merah. Jenisnya foram besar yang ditemukan
adalah Lepidocyclina sp., Operculina sp., Cycloclypeus sp., Marginopora, Archaias sp., Borelis
Spiroclypeus sp. Sebuah pengamatan petrografi yang rinci menunjukkan bahwa fragmen karang
bercabang sedang terisi dalam matriks packstone
(Gambar 3b). Subfasies bafflestone ditemukan di lokasi Hlc (2-5), KP (5-7), C (4-7), BJ 01-04,
SD 04, PSG 01-03, CR 01, dan CR 02 (Gambar 2).
Bindstone Subfacies
Jenis biota utama di subfasies bindstone adalah platy coral dalam matriks packstone yang
mengandung bioklastik foraminifera, ganggang, dan echinoid yang lebih besar, berwarna abu-abu
terang, tertata dengan baik, ketebalan sekitar 0,5 - 1 cm. Pengamatan mikroskopis menunjukkan
bahwa matriks platy coral adalah ganggang merah dan ganggang hijau (Halimeda). Spesies
foraminifera besar adalah Lepidocyclina sp. Dan juga beberapa fosil bentik. Bentuk platy coral
yang muncul di singkapan menunjukkan lembaran bergelombang (Gambar 3c). Singkapan itu
terletak di I11, CR 04-07, dan CR 11.
Framestone Subfacies
Jenis biota utama dalam subfasies ini adalah fluktuasi karang dalam
matriks packstone yang mengandung bioklastik foraminifera, ganggang, dan
echinoid yang lebih besar, berwarna abu-abu gelap, tidak ada perlapisan.
Fasies ini masih dalam posisi pertumbuhannya (Gambar 3d). Distribusi
singkapan fasies ini sangat terbatas, dan hanya ditemukan di situs C1 dan
KLP 09.
Fasies Packstone
Fasies packstone meliputi foraminifera, planktonic, dan bentik yang
besar, dan alga, buram sampai warna abu-abu terang, tertata dengan baik,
ketebalan lapisan antara 0,1 dan 0,50 m. Di lapisan packstone, fragmen coral
sering dijumpai. Berdasarkan sifat fisik dan kelimpahan biota, fasies ini bisa
dikelompokkan menjadi tiga subfacies, yaitu foraminifera packstone,,
foraminifera-coral packstone, dan foraminifera-algae packstone.
Foraminiferal Packstone Subfacies

Subfacies ini ditandai oleh kelimpahan foraminifera besar. Biotas lain yang hadir adalah
alga merah, fragmen karang, bentos, dan plankton. Singkapan foraminiferal packstone
menunjukkan tempat tidur yang baik, dengan sebagian kecil telah diubah menjadi kapur (Gambar
4a). Populasi foraminifera planktonik dan bentik adalah relatif lebih besar dari populasi jenis alga
dan karang. Analisis petrografi sampel batuan menunjukkan butiran bioklastik yang terdiri dari
foraminifera besar, ganggang merah, dan karang. Gambar 4b menunjukkan bentuk foraminifera
besar yang tidak tepat (Lepidocyclina sp.). Subfacies ini ditemukan di lokasi KLP 01, KLP 201,
KLP 05, KLP 06, dan KLP 07.
Foraminiferal-coral Packstone Subfacies
Subfacies, berwarna abu-abu terang, terbungkus dengan baik dengan ketebalan lapisan
antara 20 - 40 cm. Potongan cabang karang melayang di lapisan (Gambar 4c). Analisis petrografi
sampel batuan menunjukkan butiran bioklastik yang terdiri dari ganggang merah besar dan
gliserol besar (Lepidocyclina sp., Borelis sp.), Dan ganggang hijau (Halimeda), bentik dan
fragmen moluska. Subfacies ini ditemukan di lokasi KP3, KP4, SD 01-03, SD06-07, KS 04, HLc
1, NR 01-02, Lt 01-04, da.n CR 09
Foraminiferal-algal Packstone Subfacies
Subfacies ini dari batuan alga foraminiferal ditandai oleh kelimpahan ganggang merah
dan spesies alga hijau (Gambar 4d). Organisme lain yang muncul di subfacies adalah foraminifera
besar, tipe foraminifera bentik, moluska, dan echinoid. Spesies foraminifera besar diidentifikasi
sebagai Lepidocyclina sp., Spiroclypeus sp., Miogypsina sp., Cycloclypeus sp., Dan Operculina
sp. Subfacies ini ditemukan di lokasi CR 14-17, KS 02, KS 05-06 dan CR 09. Singkapan di lokasi
I (2-10) umumnya bersifat argilaceous, berwarna abu-abu tua, terkadang bergantian dengan tanah
liat.
Rudstone Fasies
Fasies rudstone ditandai oleh banyaknya fragmen coral. Koral yang
ditemukan di lokasi KLP 01 dan KLP 02 sangat masif (Gambar 5). Di lokasi
KP1 dan KP2 fragmen karang tertanam dalam matriks packstone yang
mengandung butiran bioklastik foraminifera besar, bentos, dan moluska.
Lokasi lain dari singkapan diwakili oleh CR 08, CR 10, CR 12, dan CR 03
Breccia Limestone Facies
Distribusi fasies limestone breccia sangat terbatas dan hanya ditemukan
di bagian utara daerah penelitian. Fasies ini ditemukan di lokasi C9 dan C10
(A-F) yang dimasukkan ke dalam fasies packstone. Ketebalan lapisan adalah
1 sampai 1,5 m, struktur bedding, dan lapisan bergelombang. Fragmen
limestone breccia yang berukuran 20-40 cm diruncingkan dan disematkan
pada tekstur packstone (Gambar 6).
Conclusion
Studi tentang fasies dan lingkungan pertumbuhan karbonat dari Formasi Klapanunggal
menunjukkan bahwa empat fasies batuan karbonat terdiri dari fasies boundstone, fasies
packstone, fasies rudstone, dan fasies limestone breccia. Fasies boundstone diendapkan di
lingkungan reef front sampai reef crest; Fasies packstone dikembangkan di lingkungan lower
slope, upper slope, dan back-reef lagoon; Fasies rudstone terbentuk di bagian depan terumbu,
sementara fasies limestone braccia diendapkan di lower slope. Back reef dan lagoon terletak di
bagian barat daya, dan secara berurutan ke arah timur laut terjadi reef crest, reef front, dan upper
dan lower slope. Data fasies di daerah ini mendukung informasi yang diperoleh dari semua
analisis laboratorium, dimana karbonat telah tumbuh secara struktural tinggi dan ke timur laut
menuju Cekungan Ciputat di daerah Cibarusa.
References
Achdan, A. and Sudana, D., 1992. Geologic Map of the Karawang Quadrangle, scale 1 : 100.000. Geological Research and Development
Centre, Bandung.
Budiyani, S., Priabodo, D., Haksara, B.W., and Sugianto, P., 1991. Konsep Eksplorasi Hidrokarbon untuk Formasi Parigi di Cekungan Jawa
Barat Utara. Pekan Ilmiah Tahunan, Ikatan Ahli Geologi Indonesia ke- 20.
Clement, B. and Hall, R., 2007. Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic and Tectonic Evolution of West Java. Proceedings, Indonesian
Petroleum Association, 31th Annual Convention and Exhibition, Jakarta.
Dunham, R.J., 1962. Classifcation of carbonate rocks according to depositional texture. In: Ham, W.E. (ed.), Classifcation of carbonaterocks,
AAPG Memoir 1, p.108-121.
Efendi, A.C., Kusnama, and Hermanto, B., 1998. Geologic Map of the Bogor Quadrangle, Java, scale 1:100.000. Geological Research and
Development Centre, Bandung
Embry, A.F. and Klovan, J.E.,1971. A Late Devonian reef tract in Northeastern Banks Island, Northwest Territories. Canadian Petroleum
Geology Bulletin, 19, p.730-781.
Flugel, E., 2004. Microfacies of carbonate rocks. Interpretation, analysis and application. Springer, 976pp.
Johnson, J.H., 1961. Limestone-Building Algae and algal Limestone. Quarterly, Colorado School of Mines, 56, 297pp.
Kamtono and Dadan, D.W., 2012. Nose structure delineation of Bouguer anomaly as the the interpretation basis of probable hydrocarbon
traps : A case study on the mainland area of Northwest Java Basin. Jurnal Geologi Indonesia, 7 (3), p.157-166
References
Praptisih, Siregar, M.S., Kamtono, Hendrizan,M., Supriatna, N., and Rahayu, D.,2009.Studi batuan karbonat Formasi
Kelapanunggal di daerah Cibinong, Jawa Barat. Laporan Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI TahunAnggaran
2009.
Satyana, A.H., 2005. Oligo-Miocene Carbonatesof Java, Indonesia: Tectonic - Volcanic settingand petroleum implications.
Proceedings, Indonesian Petroleum Association, 30th Annual Convention and Exhibition, Jakarta.
Siregar, M.S., Praptisih, Mukti, M.M., Supriatna, N., and Kuswandi, 2004. Studi endapan karbonat Formasi Wonosari di
daerah Pacitan dan sekitarnya dan kaitannya dengan reservoir hidrokarbon di Jawa bagian Selatan. Laporan
Penelitian Proyek Sumberdaya Mineral dan Mitigasi Bencana, Puslit Geoteknologi LIPI. Tahun Anggaran 2004.
Siregar, M.S., Praptisih, Putra, P.S., Mulyadi, D., Hendrizan, M., Trisuksmono, D., Ashari, P., and Rahayu, D., 2008. Studi
pendahuluan batuan karbonat Formasi Kelapanunggal di daerah Cibinong, Jawa Barat. Laporan Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI Tahun Anggaran 2008.
Tucker, M.E., 2001. Sedimetary Petrology: An Introduction to the Origin of sedimentary rock. 3rd edition. Blackwell
Science, Oxford, 151pp.
Turkandi, T., Sidarto, Setyanto, D.A., and Purbohadiwidjojo, M.M., 1992. Geologic Map of the Jakarta and Kepulauan
Seribu Quadrangle, Java, scale 1:100.000. Geological Research and Development Centre, Bandung.
Wilson J.L., 1975. Carbonate facies in geologic history. Springer-Verlag, Berlin, 471pp

Anda mungkin juga menyukai