Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH PETROGRAFI
PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KARBONAT DAN NON-KARBONAT

TUGAS

OLEH :
NURRAHMANI PARAKKASI
D061181323

GOWA
2020
1. Batuan Non-Karbonat

Judul : Studi Provenance Batupasir Formasi Walanae Daerah Lalebata


Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
Penulis : Muhammad Ardiansyah, Meutia Farida dan Ulva Ria Irfan
Tahun : 2015

1.1 Sampel 1

Kenampakan mikroskopis sayatan pada lapisan ST/LP 1 ini memiliki warna


absorbsi kecoklatan,warna interferensi coklat kehitaman, tekstur klastik, bentuk
subhedral sampai anhedral, ukuran material 0.02 mm sampai 1.2 mm dengan
komposisi material terdiri atas kuarsa monokristalin (20%), ortoklas (5%), fragmen
batuan (16%) dan semen terdiri atas kalsit (28%) dan mud (12%). Nama batuan
Lithic Arenite (Pettijohn, 1975)

Gambar 1. Kenampakan petrografis pada sayatan ST/LP 1 dengan komposisi mineral


kuarsa monokristalin (3F), ortoklas (2E), fragmen batuan (6B) dan semen (1A) (5J)

Adapun hasil pengamatan mineral kuarsa pada pengamatan petrografis ST/LP 1,


mineral kuarsa yang dijumpai berupa kuarsa monokristalin. Berdasarkan klasifikasi
genetik (Krynine, 1963 dalam Folk, 1974) mineral kuarsa memiliki bentuk
idiomorfik heksagonal-bipiramidal dengan gelapan lurus dan hampir tidak dijumpai
inklusi dengan gelapan lurus hingga miring dan memiliki gelapan lurus hingga
bergelombang miring dengan bidang batas yang jelas antara butiran equant yang
saling menutup (interlocking). Sedangkan berdasarkan klasifikasi empiris (Krynine,
1963 dalam Folk, 1974) mineral kuarsa memiliki butiran tunggal dengan gelapan
lurus dan butiran komposit dengan gelapan lurus hingga bergelombang miring.
Berdasarkan tipe kuarsa pada pengamatan petrografis thin section (sayatan tipis
batuan) dapat diketahui bahwa jenis kuarsanya berasal dari batuan beku vulkanik dan
batuan metamorf.

1.2 Sampel 2

Kenampakan mikroskopis sayatan pada lapisan ST/LP 16 menunjukkan warna


absorbsi abu-abu kecoklatan dengan warna interferensi kecoklatan, tekstur klastik,
bentuk subhedral sampai anhedral, ukuran material 0.02 – 0.4 mm dengan komposisi
material terdiri atas mineral opak (5%), kuarsa polikristalin (25%), biotit (7%) dan
semen berupa kalsit (20%), mud (48%). Nama batuan Lithic Wacke (Pettijohn,
1975).

Gambar 2. Kenampakan sayatan petrografis ST/LP16 dengan komposisi mineral


kuarsa polikristalin (1B), biotit (4J), mineral opak (3H) dan semen (5E).

Adapun hasil pengamatan mineral kuarsa pada pengamatan petrografis ST/LP16,


mineral kuarsa yang dijumpai berupa kuarsa polikristalin. Berdasarkan klasifikasi
genetik (Krynine, 1963 dalam Folk, 1974) mineral kuarsa tersebut memiliki bentuk
idiomorfik heksagonal-bipiramidal dengan gelapan lurus dan hampir tidak dijumpai
inklusi dan memiliki gelapan lurus hingga bergelombang miring dengan bidang batas
yang jelas antara butiran equant yang saling menutup (interlocking ).
Sedangkan berdasarkan klasifikasi empiris (Krynine, 1963 dalam Folk, 1974)
mineral kuarsa tersebut berupa butiran komposit dengan gelapan bergelombang kuat.
Berdasarkan variasi tipe kuarsa yang dijumpai pada pengamatan petrografis thin
section (sayatan tipis) dapat diketahui bahwa jenis kuarsanya berasal dari batuan
beku vulkanik dan batuan metamorf.

Judul : Studi Petrografi Untuk Menentukan Provenan Dan Lingkungan Tektonik


Batupasir Sungai Elle Daerah Bantimala Kabupaten Pangkep Provinsi
Sulawesi Selatan
Penulis : -Dr. Kaharuddin, MS, Dr. Ulva Ria Irfan, S.T, M.T dan Andi Siti Waiyah
Andisa, S.T.
Tahun : 2019

1.3 Sampel 3

Gambar 3. Kenampakan petrografis Sublithic Arenite dengan kandungan mineral kuarsa


(Q), fragmen batuan (Lt), muskovit (Ms) dan kalsit (Cal).

Jenis kuarsa pada sublithic arenite relatif tersusun atas kuarsa polikristalin yang
memperlihatkan bentuk interlocking (saling mengunci satu sama lain) dengan nilai
sudut pemadaman yang kecil. Dimana, hubungan butir antar kuarsa umumnya
memperlihatkan sutured contact (sisi butiran yang bersentuhan membentuk gerigi.
Dijumpai pula muskovit berwarna interferensi kuning hingga kemerahan dengan
jenis gelapan paralel dengan bentuk melembar dan cenderung melengkung.
Sedangkan kalsit pada lapisan ini sebagai mineral sekunder yang mengisi pori dan
menggantikan butiran yang tidak resisten selama proses sedimentasi. Selain ketiga
mineral tersebut, dijumpai pula fragmen batuan yang diinterpretasi adalah batuan
metamorf yaitu kuarsit dan batuan sedimen yaitu rijang.
1.4 Sampel 4

Gambar 4. Kenampakan petrografis batupasir section 3B dengan kandungan mineral


kuarsa(Q) dan muskovit (Ms).

Jenis kuarsa pada section ini didominasi oleh kuarsa polikristalin yang bertekstur
interlocking (saling mengunci satu sama lain) dengan bentuk mozaik dengan nilai
sudut pemadaman yang kecil. Dimana, hubungan butir antar kuarsa umumnya
memperlihatkan sutured contact (sisi butiran yang bersentuhan membentuk gerigi)
dan tangential contact (salah satu sisi butiran membentuk sebuah sudut).
Kenampakan muskovit berwarna interferensi kuning hingga kebiruan (Orde II)
dengan jenis gelapan paralel dengan bentuk melembar. Dimana, bentuk dari
muskovit cenderung melengkung akibat kompaksi dan terorientasi pada arah yang
sejajar dengan kuarsa. Selain itu dijumpai pula muskovit sebagai inklusi mineral
pada kuarsa dengan bentuk melembar. Selain mineral di atas, dijumpai pula fragmen
batuan dari batuan metamorf yaitu sekis dan kuarsit.

2. Batuan Karbonat

Judul : Sedimentologi Batugamping Formasi Jonggrangan Di Sepanjang


Lintasan Gua Kiskendo, Girimulyo, Kulonprogo
Penulis : Sigit Maryanto
Tahun : 2013
1.1 Sampel 1

Gambar 5. Wackestone/floatstone dengan intraklas (int) kerangka koral dan bryozoa selain
foraminifera (for) yang beberapa bagian terganti menjadi pseudosparit (pse), dengan matriks
lumpur karbonat (cmd). Batuan ini menyusun bagian bawah Formasi Jonggrangan. Kode
sampel SM110, kedudukan lensa nikol bersilang.

1.2 Sampel 2

Gambar 6. Packstone dengan pencucian fosil yang sudah cukup baik. Tampak
bioklas foraminifera (for), moluska (mol), ganggang merah (ral), dan intraklas (int)
batugamping terumbu koral (cor) yang tersebar di dalam matriks lumpur karbonat
(cmd). Batuan ini menyusun bagian tengah Formasi Jonggrangan. Kode sampel
SM126, kedudukan lensa nikol bersilang.
1.3 Sampel 3

Gambar 7. Wackestone yang cenderung menjadi floatstone dengan beberapa bioklas


moluska (mol) terganti menjadi pseudosparit (pse), ganggang merah (ral), foraminifera (for),
ekstraklas (int) dan material terigen (ter) khususnya feldspar. Batuan ini menyusun bagian
tengah Formasi Jonggrangan. Kode sampel SM119, kedudukan lensa nikol bersilang.

1.4 Sampel 4

Gambar 8. Floatstone dengan beberapa fosil foraminifera (for), ganggang merah (ral),
moluska (mol) sebagian tergantikan menjadi pseudosparit (pse) dan berada di dalam matriks
lumpur karbonat (cmd). Batuan ini menyusun bagian atas Formasi Jonggrangan. Kode
sampel SM157, kedudukan lensa nikol bersilang.

Anda mungkin juga menyukai