Anda di halaman 1dari 20

BAB III

STRATIGRAFI

3.1 Stratigrafi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Lembar Ujung Pandang,

Benteng dan Sinjai yang dipetakan oleh Rab Sukamto dan Supriatna S. (1982).

Satuan batuan gunungapi menyusun Batuan Gunungapi Lompobattang yang

termasuk dalam Quarter Lompobattang Volcanics (Qlv) terdiri dari aglomerat,

lava, breksi, endapan lahar dan tufa yang membentuk kerucut gunungapi strato

dengan puncak tertinggi 2.950 meter di atas permukaan laut. Batuannya sebagian

besar berkomposisi andesit dan sebagian basal. Lavanya aa yang berlubang-

lubang seperti yang dijumpai di sebelah barat sinjai dan ada yang berlapis. Lava

yang terdapat kira-kira 2,5 km sebelah utara bantaeng berstruktur bantak.

Setempat dijumpai breksi dan tufa yang dominan disusun oleh biotit.

Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat pada foto udara,

(Qlvc) adalah pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk kubah lava, bentuk kerucut

parasit memperlihatkan paling sedikit terjadi dua periode kegiatan erupsi, yaitu Qlvp1 dan

Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari lava dan aglomerat

(Qlv), dan di daerah yang agak jauh terdiri terutama dari breksi dan endapan lahar dan

tufa (Qlvb).

Di daerah sekitar pusat erupsi, batuannya terutama terdiri dari lava dan

aglomerat yang termasuk dalam Quarter Lompobatang Volcanics (Qlv), dan di

daerah yang agak jauh dari pusat erupsi, umumnya tersusun oleh breksi, endapan

lahar, dan tufa yang termasuk dalam Quarter Lompobatang Volcanics Breccia

39
(Qlvb). Satuan batuan gunungapi yang lebih muda berumur Plistosen menyusun

Batuan Gunungapi Lompobatang yang termasuk dalam Quarter Lompobatang

Volcanics (Qlv). Berdasarkan posisi stratigrafinya diperkirakan batuan gunungapi

ini berumur Plistosen.

Gambar 3.1 Kolom Stratigrafi Regional (Sukamto & Supriatna, 1982)

40
3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitian

didasarkan pada lithostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri-ciri

litologi, dominasi litologi, keseragaman gejala litologi, hubungan stratigrafi antara

batuan yang satu denganbatuan yang lain serta hubungan tektonik batuan,

sehingga dapat disebandingkan baik secara vertikal maupun lateral dan dapat

dipetakan dalam sekala 1 : 25.000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Secara umum litologi yang menyusun daerah penelitian merupakan batuan

hasil erupsi gunungapi dalam bentuk efusif maupun eksplosif. Batas antara

batuan-batuan tersebut sebagian memperlihatkan batas yang jelas, hal ini dapat

dilihat dari perbedaan ciri litolgi yang nampak di lapangan sehingga batas tersebut

dapat ditempatkan pada suatu bidang yang nyata atau jika terjadi perubahan yang

tidak jelas maka batasnya merupakan suatu bidang yang di perkirakan.

Berdasarkan uraian tersebut maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

satuan batuan, dari yang termuda hingga yang tertua yaitun :

 Satuan Basal Scoria


 Satuan Basal Porfiri
 Satuan Breksi Vulkanik

Pembahasan dan uraian tiap satuan dimulai dari satuan tertua sampai

satuan termuda, meliputi luasan dari daerah sebaran, ciri fisik batuan, kenampakan

petrografis, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan di sekitarnya, ketebalan,

umur dan lingkungan pengendapan.

41
3.2.1 Satuan Breksi Vulkanik

Pembahasan mengenai satuan breksi vulkanik meliputi uraian mengenai

dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi

karakteristik megaskopis maupun mikroskopis, lingkungan pengendapan, umur

dan hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.

3.2.1.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini berdasarkan pada litostratigrafi tidak

resmi yang bersandikan pada ciri fisik dan penyebaran yang mendominasi pada

satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam peta skala 1:25.000.

Penamaan litologi dari anggota satuan batuan ini terdiri atas dua cara yaitu

pengamatan batuan secara megaskopis dan secara mikroskopis. Pengamatan

secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisiknya

menggunakan klasifikasi Wentworth (1922), dalam Boggs (1987). Pengamatan

secara mikroskopis yaitu menggunakan alat bantu mikroskop polarisasi untuk

menentukan jenis dan nama batuan secara lebih rinci dengan melihat sifat-sifat

optik komponen penyusun batuan. Pengamatan secara mikroskopis ini dilakukan

pada dua bagian yaitu pada fragmen batuan, penamaannya dengan berdasarkan

klasifikasi Travis (1955) dan pada matriks batuan dengan menggunakan

klasifikasi Pettijohn (1975).

Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi, dominasi litologi

dari penyebaran secara lateral dan komposisi mineral yang dapat teramati baik di

lapangan maupun di laboratoriun. Secara keseluruhan satuan ini tersusun oleh

42
material hasil akrivitas vulkanisme dengan ukuran bervariasi mulai dari “block”

(>256 mm) hingga “ash” (<1/256 mm), sehingga satuan ini disebut satuan breksi

vulkanik yang terdiri dari breksi vulkanik.

3.2.1.2 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 50,49 % dari keseluruhan luas daerah

penelitian atau sekitar ± 40,06 km2. Satuan ini berada pada bagian timur dari

daerah penelitian yang memanjang dari utara ke selatan daerah penelitian. Litologi

penyusun satuan ini tersingkap baik pada daerah Nangkaya. Ketebalan dari satuan

ini tidak diketahui.

3.2.1.3 Ciri Litologi

Satuan ini beranggotakan breksi vulkanik yang dijumpai dalam kondisi

segar berwarna abu-abu kecoklatan dan dalam kondisi lapuk berwarna coklat

kehitaman, tekstur piroklastik kasar, komposisi batuan terdiri atas fragmen berupa

basal dengan bentuk fragmen subangular-angular dengan ukuran fragmen

bervariasi yaitu kerakal hingga bongkah. Matriks terdiri dari tufa, serta semen

silika berupa debu vulkanik. Batuan ini memiliki kemas terbuka dan sortasi buruk.

Berdasarkan karakteristik fisiknya, nama batuan tersebut adalah breksi vulkanik

(Wentworth, 1922).

Kenampakan mikroskopis fragmen breksi vulkanik pada nomor sayatan

PMA/Frg.Br/ST.2 dan PMA/Frg.Br/ST.54 secara umum memiliki warna

absorbsi coklat, warna interferensi abu-abu kehitaman, tekstur terdiri dari

kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, tekstur khusus pilotasitik,

ukuran 0.03-1,1 mm, bentuk subhedral-anhedral, relasi inequigranular, komposisi

43
mineral terdiri dari piroksin (5-20 %), plagioklas (18-25 %), biotit (3 %), mineral

opak (5-10 %), massa dasar mikrolit plagioklas (45 %), nama batuan basalt porfiri

(Travis, 1955).

Kenampakan mikroskopis matriks breksi vulkanik pada nomor sayatan

PMA/Mtr.Br/ST.2 dan PMA/Mtr.Br/ST.54 secara umum Berwarna coklat

keabu-abuan pada kenampakan nikol sejajar dan pada nikol silang berwarna abu-

abu kehitaman, tekstur khusus poorly welded tuff, ukuran mineral 0,01-0,8 mm,

komposisi mineral terdiri dari plagioklas (12-17 %), piroksin (3-8 %), biotit (5

%), mineral opak (5-8 %), rock fragmen (25-30 %) dan massa dasar berupa gelas

vulkanik (37-45 %), nama batuan Vitric tuff (Pettijohn, 1975).

Foto 3.1 Singkapan Breksi Vulkanik pada stasiun 54 di desa batulabbu.


Dengan arah foto N 530 E.

44
Foto 3.2 Pengamatan petrografi fragmen breksi vulkanik pada pada stasiun 54,
memperlihatkan mineral plagioklas (6F), piroksin (2D), biotit (4B),
mineral opak (5E) dan mikrolit plagioklas.

Foto 3.3 Pengamatan petrografi matriks breksi vulkanik pada pada stasiun 54,
memperlihatkan mineral plagioklas (6F), piroksin (2D), biotit (4B),
Rock Fragmen (8H), mineral opak (4A) dan gelas vulkanik (2F).

45
Foto 3.4 Singkapan Breksi Vulkanik pada stasiun 2 di desa
Umbaungbaung. Dengan arah foto N 700 E.

Foto 3.5 Pengamatan petrografi fragmen breksi vulkanik pada pada stasiun 2,
memperlihatkan mineral plagioklas (6H), piroksin (3J), mineral opak
(2I) dan massa dasar.

46
Foto 3.6 Pengamatan petrografi matriks breksi vulkanik pada pada stasiun 2,
memperlihatkan mineral plagioklas (7G), piroksin (5F), biotit (4F),
Rock Fragmen (8B), mineral opak (5H) dan gelas vulkanik (2F).

3.2.1.4 Lingkungan Pembentukan dan Umur

Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada komposisi dan sifat

fisik, kimia dan biologi batuan tersebut serta keterdapata fosil yang disesuaikan

dengan kesebandingan Batuan Gunungapi Formasi Lompobattang (Qlv) yang

terdiri dari aglomerat, lava, breksi endapan lahar dan tufa.

Lingkungan pengendapan satuan breksi vulkanik didasarkan pada bentuk

fragmen yang menyudut, sortasi buruk, komposisi kimia yang bersifat silika (tidak

bereaksi dengan HCl), dan tidak dijumpai adanya fosil. Berdasarkan hal tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan satuan breksi vulkanik

adalah lingkungan darat.

Penentuan umur dari satuan breksi vulkanik berdasarkan kesebandingan

dengan Batuan Gunugapi Formasi Lompobattang yang memperlihatkan kesamaan

ciri fisik breksi vulkanik. Kenampakan lapangan memperlihatkan breksi vulkanik

47
berwarna segar abu-abu, komposisi mineral biotit, piroksin dan plagioklas, dengan

fragmen batuan terdiri dari basalt dan andesit. Dilihat dari letak geografisnya

satuan ini tersingkap di sebelah Timur puncak Gunung Lompobattang.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka satuan breksi vulkanik ini dapat

disebandingkan dengan batuan Gunungapi Lompobatang yang berumur Plistosen

(Sukamto dan Supriatna, 1982).

3.2.1.5 Hubungan Stratigrafi

Satuan Aglomerat adalah satuan tertua yang menyusun daerah penelitian.

Hubungan stratigrafi satuan aglomerat dengan satuan batuan yang lebih tua tidak

diketahui. Sedangkan hubungan stratigrafi dengan satuan batuan yang lebih muda

yaitu satuan basal porfiri adalah selaras. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan umur

kedua satuan.

3.2.2 Satuan Basalt Porfiri

Pembahasan mengenai satuan basal porfiri meliputi uraian mengenai dasar

penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi karakteristik

megaskopis maupun mikroskopis, lingkungan pengendapan, umur dan hubungan

stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.

3.2.2.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini berdasarkan atas ciri litologi dan

penyebaran yang mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral serta dapat

terpetakan dalam peta skala 1:25.000.

48
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara

yaitu pengamatan batuan secara megaskopis dan secara mikroskopis. Pengamatan

secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan

komposisi mineral yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi

Fenton (1940) sebagai dasar penamaan. Secara mikroskopis dengan menggunakan

mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik mineral serta pemerian

komposisi mineral secara spesifik yang kemudian penamaannya menggunakan

klasifikasi batuan beku menurut Travis (1955).

Berdasarkan data lapangan, satuan ini disusun oleh litologi basal sehingga

penamaan satuan batuan ini adalah satuan basal porfiri.

3.2.2.2 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 31,22 % dari keseluruhan luas daerah

penelitian atau sekitar ± 23,83 km2. Satuan ini berada pada bagian barat dari

daerah penelitian yang memanjang dari barat-barat daya hingga timur laut daerah

penelitian. Litologi penyusun satuan ini tersingkap baik pada daerah

Gantarangkeke. Penentuan ketebalan satuan ini berdasarkan selisih beda tinggi

batas atas dari satuan ini (515 m) dan batas bawah (173 m) yaitu 342 meter.

3.2.2.3 Ciri Litologi

Litologi yang menyusun satuan ini yaitu basal porifiri. Secara megaskopis,

pada daerah penelitian satuan basal porfiri dijumpai dalam kondisi segar

memperlihatkan ciri fisik berwarna abu-abu kehitaman dan dalam kondisi lapuk

berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas

49
porfiroafanitik, struktur masif. Secara megaskopis mineral-mineral yang dapat

diamati antara lain plagioklas, piroksin dan massa dasar. Berdasarkan klasifikasi

batuan beku menurut Fenton (1940), maka batuan ini dinamakan Basal (Fenton,

1940).

Kenampakan petrografi dari basal dengan nomor sayatan PMA/St.23 dan

PMA/St.12, secara umum memiliki warna kuning pada nikol sejajar dan warna

abu-abu kehitaman pada nikol silang, ukuran mineral 2,525 – 0,075 mm, dengan

tekstur kristalinitas berupa hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk

subhedral-anhedral dengan relasi inequigranular, tekstur khusus yakni pilotasitik.

Komposisi mineral berupa plagioklas (30-34 %), piroksin (12-15 %), massa dasar

(50-54%) dan mineral opak (5-11 %). Berdasarkan klasifikasi batuan beku

menurut Travis (1955), maka batuan ini dinamakan Basal Porfiri.

Foto 3.7 Singkapan Basal Porfiri pada stasiun 12 di desa


Umbaungbaung. Dengan arah foto N 840 E.

50
Foto 3.8 Pengamatan petrografi basal porfiri pada stasiun 12, memperlihatkan
mineral plagioklas (4G), piroksin (3C), mineral opak (1D) dan massa
dasar (8I).

51
Foto 3.9 Singkapan Basal Porfiri pada stasiun 23 di desa Monte.
Dengan arah foto N 650 E.

Foto 3.10 Pengamatan petrografi basal porfiri pada stasiun 23, memperlihatkan
mineral plagioklas (3E), piroksin (2F), mineral opak (7A) dan massa
dasar (5I).

3.2.2.4 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Satuan basal porfiri pada daerah penelitian mempunyai karakteristik

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam kondisi lapuk berwarna abu-abu

kecoklatan, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik dan

struktur masif. Secara megaskopis mineral-mineral yang dapat diamati antara lain

plagioklas, piroksin dan massa dasar.

Penentuan lingkungan pembentukan dan umur satuan basal pada daerah

penelitian ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi

yang bersendikan pada kesebandingan dengan umur relatif batuan secara regional.

Penentuan lingkungan pembentukan satuan basal sebagai hasil lelehan

aktivitas vulkanik yang dicirikan dengan adanya struktur lava yang dijumpai di

52
lokasi penelitian. Selain itu, pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya

struktur aliran berupa pilotasitik sebagai penciri erupsi yang sifatnya efusif

(lelehan). Berdasarkan uraian tersebut maka lingkungan pembentukan satuan

basal adalah lingkungan darat.

Lava bantal terbentuk akibat erupsi atau lelehan lava (letusan dengan

tingkat efusi relative rendah) bersuhu tinggi yang bersentuhan langsung dengan

air. Adanya pertemuan temperature yang sangat dingin mengakibatkan proses

pembekuan dari lava cair menjadi batuan berlangsung sangat cepat. Mineral-

mineral pembentuk batuan tidak terpilah atau terbentuk dengan baik, sehingga

bagian kulitnya langsung membeku dan tertahan tekanan hidrostatis yang

kemudian membentuk batuan beku membulat atau melonjong sehingga disebut

lava bantal (pillow lava).

Penentuan umur dari satuan basal ditentukan secara relatif berdasarkan

letak geografis, posisi stratigrafi, dan kesebandingan ciri litologi dengan satuan

batuan gunungapi lainnya yang telah resmi. Secara geografi posisi basal ini

terletak relative pada tenggara puncak gunungapi Lompobattang , dimana pada

lokasi ini umumnya tersusun oleh breksi, endapan lahar, dan tufa yang termasuk

dalam Quarter Lompobatang Volcanics Breccia (Qlvb). Berdasarkan kesamaan

ciri fisik dan letak geografisnya maka satuan breksi vulkanik pada daerah

penelitian dapat disebandingkan dengan anggota Batuan Gunungapi

Lompobattang atau Qlvb (Quarter Lompobattang Volcanic Breccia) yang

berumur Plistosen (Sukamto dan Supriatna, 1982).

3.2.2.5 Hubungan Stratigrafi

53
Hubungan stratigrafi antara satuan basal dengan satuan batuan yang berada

dibawahnya yakni satuan aglomerat merupakan hubungan keselarasan karena

persamaan umur pembentukan, sedangkan hubungan dengan batuan yang ada

diatasnya adalah hubunan keselarasan karena persamaan umur pembentukan.

3.2.3 Satuan Basalt Scoria

Pembahasan mengenai satuan basal scoria meliputi uraian mengenai dasar

penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi karakteristik

megaskopis maupun mikroskopis, lingkungan pengendapan, umur dan hubungan

stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.

3.2.3.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini berdasarkan atas ciri litologi dan

penyebaran yang mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral serta dapat

terpetakan dalam peta skala 1:25.000.

Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara

yaitu pengamatan batuan secara megaskopis dan secara mikroskopis. Pengamatan

secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan

komposisi mineral yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi

Fenton (1940) sebagai dasar penamaan. Secara mikroskopis dengan menggunakan

mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik mineral serta pemerian

komposisi mineral secara spesifik yang kemudian penamaannya menggunakan

klasifikasi batuan beku menurut Travis (1955).

54
Berdasarkan data lapangan, satuan ini disusun oleh litologi basal sehingga

penamaan satuan batuan ini adalah satuan Basal Scoria.

3.2.3.2 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 16,27 % dari keseluruhan luas daerah

penelitian atau sekitar ± 12,42 km2. Satuan ini berada pada bagian barat dari

daerah penelitian yang memanjang dari utara barat laut hingga selatan

menenggara daerah penelitian. Litologi penyusun satuan ini tersingkap baik pada

daerah Talle. Penentuan ketebalan satuan ini berdasarkan selisih beda tinggi batas

atas dari satuan ini (620 m) dan batas bawah (528 m) yaitu 92 meter.

3.2.3.3 Ciri Litologi

Litologi penyusun satuan ini yaitu basal. Secara megaskopis

memperlihatkan ciri fisik antara lain warna abu-abu kehitaman pada kondisi segar,

dan abu-abu kecoklatan pada kondisi lapuk, kristalinitas hipokristalin, granulitas

porfiritik, kenampakan megaskopis batuan ini sangat halus, sehingga mineral

yang dapat diamati hanya massa dasar yang berwarna abu-abu kehiataman,

struktur scoria. Berdasarkan ciri fisik diatas maka nama batuan ini adalah basal

(Fenton, 1940).

Kenampakan petrografi dari basal dengan nomor sayatan PMA/St.30 dan

PMA/St.33 secara umum warna absorsbsi berwarna kuning, warna interferensi

abu-abu kehitaman, memiliki tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas

porfiroafanitik, bentuk mineral subhedral-anhedral, relasi inequigranular. Tekstur

khusus yakni berupa pilotasitik. Komposisi mineral terdiri dari plagioklas (20%),

55
piroksin (12-35 %), mineral opak (3-20%) dan massa dasar berupa mikrolit

plagioklas (45-59 %). Berdasarkan klasifikasi batuan beku menurut Travis (1955),

maka batuan ini dinamakan Basal Porfiri.

Foto 3.11 Singkapan Basal Scoria pada stasiun 23 di desa Talle.


Dengan arah foto N 550 E.

56
Foto 3.12 Pengamatan petrografi basal scoria pada stasiun 23, memperlihatkan
mineral piroksin (8B), mineral opak (6I) dan massa dasar.

Foto 3.13 Pengamatan petrografi basal scoria pada stasiun 33, memperlihatkan
mineral plagioklas (2G), piroksin (9B), mineral opak (5J) dan massa
dasar (7E).

3.2.3.4 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Penentuan lingkungan pembentukan satuan ini sebagai hasil lelehan

aktivitas vulkanik yang dicirikan dengan adanya struktur aliran lava. Selain itu,

pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya struktur aliran sebagai penciri

erupsi yang sifatnya efusif (lelehan). Berdasarkan uraian tersebut maka

lingkungan pembentukan satuan ini adalah lingkungan darat.

Penentuan umur dari satuan basal ditentukan secara relatif berdasarkan

letak geografis, posisi stratigrafi, dan kesebandingan ciri litologi dengan satuan

batuan gunungapi lainnya yang telah resmi. Batuan Gunungapi Lompobatang

57
(Qlv) terdiri dari aglomerat, lava, breksi, endapan lahar, dan tufa. Batuannya

sebagian besar berkomposisi andesit dan sebagian basal. Lavanya ada yang

berlubang-lubang seperti yang dijumpai di sebelah barat Sinjai dan ada yang

berlapis. Lava yang terdapat kira – kira 2,5 km sebelah utara Bantaeng berstruktur

bantal. Setempat dijumpai breksi dan tufa yang dominan disusun oleh biotit dan

berdasarkan pada pengamatan petrografi umumnya disusun atas mineral piroksin

dari golongan klinopiroksin (Sukamto & Supriatna, 1982).

Kenampakan ini juga di jumpai di daerah penelitian, dimana pada litologi

satuan basal di jumpai ciri fisik antara lain warna abu-abu kehitaman pada kondisi

segar, dan coklat kehitaman pada kondisi lapuk, kristalinitas hipokristalin,

granulitas porfiritik, struktur scoria.

Selain itu, data yang mendukung untuk melakukan kesebandingan yaitu

letak geografis yang relatif dekat dengan lokasi tipe, maka satuan basal scoria

pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan basal Batuan Gunungapi

Lompobattang (Qlv) yang berumur Plistosen (Sukamto dan Supriatna, 1982).

3.2.3.5 Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi antara satuan ini dengan satuan yang berada

dibawahnya, adalah keselarasan karena terbentuk pada umur yang sama.

58

Anda mungkin juga menyukai