Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis dan penyebaran fasies batugamping di daerah
penelitian. Pembahasan dimulai dari dasar teori yang menjelaskan pengertian batugamping dan
lingkungan pengendapan karbonat laut, kemudian mengenai klasifikasi dan fasies batugamping.
Setelah itu berdasarkan klasifikasi dan standar fasies yang digunakan pada dasar teori akan
dijabarkan tipe asosiasi fasies batugamping yang terdapat di daerah penelitian beserta jenis fasies
dan karakteristiknya. Kemudian akan dijabarkan model pengendapan berdasarkan jenis dan
penyebaran fasies batugamping di daerah penelitian serta dilakukan perbandingan dengan model
pengendapan batugamping di daerah lain.
46
Gambar 4.1 Hubungan antara kedalaman dan produktivitas karbonat biogenik (Nichols, 2009)
Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis paparan karbonat laut dangkal yaitu
ramp, rimmed shelf, non – rimmed shelf, epeiric platform, dan isolated platform (Gambar 4.2).
Ramp adalah paparan karbonat yang memiliki kemiringan lereng yang kecil (kurang dari 1 o)
dengan energi pengendapan sangat besar dan sedimentasi karbonatnya banyak dipengaruhi oleh
gelombang air laut. Tidak terbentuk terumbu (reef) disini, namun pada beberapa kasus carbonate
mound dan patch reef dapat terbentuk. Rimmed shelf dan non – rimmed shelf adalah paparan
karbonat yang memiliki tekuk lereng pada batasnya dengan kemiringan yang signifikan. Hal
yang membedakannya adalah pada rimmed shelf terbentuk batas paparan berupa terumbu
maupun beting pasir (sand shoal) sedangkan non – rimmed shelf tidak memiliki batas paparan.
Epeiric platform adalah daerah kraton yang sangat luas (lebar 100 – 10.000 km) yang
tertutupi oleh laut dangkal dan menjadi tempat sedimentasi karbonat. Batas paparannya dapat
serupa dengan rimmed shelf. Tipe paparan karbonat seperti ini berkembang terutama pada zaman
Jura dan Kapur. Isolated platform adalah paparan laut dangkal dengan lereng terjal yang
dikelilingi oleh laut dalam dan menjadi tempat pengendapan karbonat. Distribusi fasies dari tipe
paparan ini dipengaruhi oleh arah angin dan badai namun secara umum memiliki kemiripan
dengan rimmed shelf. Isolated platform biasanya terbentuk di pulau vulkanik yang telah mati
atau blok horst pada cekungan ekstensional.
47
Gambar 4.2 Tipe paparan karbonat (Nichols,2009)
Tabel 4.1 Klasifikasi tekstur batuan karbonat (modifikasi Dunham 1962; Embry & Klovan,1971 dalam Schlager,
2005)
48
Fasies merupakan karakter tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi, struktur disik
atau biologi yang dapat mempengaruhi aspek perbedaan tubuh setiap batuan. Karakteristik
litologi, tekstur, kandungan fosil, warna, struktur sedimen dan lainnya menjadi faktor pembeda
dalam melakukan identifikasi batuan karbonat. Penentuan fasies pada penelitian ini didasarkan
pada pengamatan komponen penyusun batugamping (biota,mikrit, semen, tekstur, struktur, dan
porositas) melalui pengamatan megaskopis dan mikroskopis dengan menggunakan klasifikasi
Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971), sedangkan penentuan asosiasi fasies batugamping
dan analisis lingkungan pengendapan merujuk pada standard facies belt dari Wilson (1975)
(Tabel 4.2) dengan terminologi asosiasi fasies berdasarkan Schlager (2005).
Tabel 4.2 Standard facies belt batugamping (Wilson, 1975 dalam Schlager, 2005)
49
(Gambar 4.4, kotak kuning), dan Asosisasi Fasies Paparan Laut Terbuka (open sea shelf)
(Gambar 4.4, kotak hijau).
50
Timur
Foto 4.1 A dan B Singkapan alga packstone di lokasi B-04 (Logending) (kiri) dan kandungan alga yang dominan
pada sayatan nikol sejajar B-04 (kanan)
Kandungan fosil Halimeda sp. dan alga merah yang dominan pada fasies ini
menunjukkan lingkungan pengendapan back reef. Hal ini juga diperkuat dengan ditemukannya
fosil foraminifera bentik seperti Borelis sp. dan Textularia sp. Ditemukannya pecahan koral
sebagai komponen butiran menunjukkan bahwa sedimen karbonat dari fasies ini berasal dari
kumpulan terumbu yang terdapat di batas paparan.
51
Timur Laut
Foto 4.2 A dan B Singkapan rudstone foraminifera pacestone di lokasi G-19 (kiri) dan G-20 (kanan)
52
Barat
Foto 4.3 A dan B Singkapan foraminifera wackestone – packstone di lokasi F-10 (Linggarsari) (kiri) dan kandungan
foraminifera yang dominan pada sayatan nikol sejajar F-10 (kanan)
Kandungan fosil Halimeda sp. dan Miliolid sp. yang ditemukan pada fasies ini
menunjukkan lingkungan pengendapan back reef. Selain itu juga adanya pelloid dan tekstur
pengendapan fasies ini yang berupa wackestone dan packstone mengindikasikan energi
pengendapan yang sedang – rendah. Fosil foraminifera yang ditemukan antara lain Lepidocyclina
sp., Miogypsina sp., Operculina sp., Cycloclipeus anulatus, Amphistegina sp. , Nodosaria sp.,
dan Textularia sp..
53
ditemukan di puncak – puncak bukit karst serta ditemukan bongkah – bongkah insitu di kaki
bukit (Foto 4.4 A). Berdasarkan analisis sayatan tipis didapatkan fasi s ini memperlihatkan
tekstur non-klastik, tersusun dari head coral dan pecahan alga merah yang mulai terkristalisasi
menjadi microsparrycalcite, serta porositas intrapartikel (Foto 4.4 B) (Lampiran B). Fasies ini
ditemukan di beberapa tempa diantaranya di Wangunweni dan Durenrenteng.
Timur Laut
Foto 4.4 A dan B Singkapan coral framestone di lokasi G-10 (Tlogosari) (kiri) dan sayatan nikol sejajar G-10
(kanan)
54
Tenggara
Foto 4.5 A dan B Singkapan alga grainstone di lokasi E-05 (Kedawung) (kiri) dan kandungan alga yang dominan
pada sayatan nikol sejajar E-05 (kanan)
55
Barat Daya
Foto 4.6 A dan B Singkapan foraminifera grainstone di lokasi J-02 (Goa Petruk) (kiri) dan sayatan nikol sejajar J-02
(kanan)
56
Barat Daya Barat Daya
Foto 4.7 A dan B Singkapan rudstone koral di Lokasi J -05 (kiri) dan J -06 (Jatijajar) (kanan)
Fasies ini memiliki karakteristik chalky yang berasal dari alga planktonik dan karbonat
biogenik berbutir halus lainnya. Chalky biasa terbentuk di laut dalam di luar paparan karbonat
(Nichols, 2009).. Banyaknya butiran koral pada fasies ini menunjukkan sumber sedimen berasal
dari terumbu – terumbu yang terdapat di batas paparan yang lebih dangkal.
57
Selatan
Foto 4.8 Singkapan foraminifera wackestone – packstone di lokasi G-02 (Wangunweni) (kiri) dan sayatan nikol
sejajar G-02 (kanan)
Fasies ini memiliki karakteristik chalky yang berasal dari alga planktonik dan karbonat
biogenik berbutir halus lainnya. Chalky biasa terbentuk di laut dalam di luar paparan karbonat
(Nichols, 2009). Berdasarkan kandungan biotanya, perbedaan fasies ini dengan fasies yang
terdapat di paparan karbonat adalah secara umum berupa pecahan serta menunjukkan batimetri
laut dalam tepatnya batial atas.
58
Selatan Barat Daya
Foto 4.9 A dan B Singkapan rudstone foraminifera packstone di lokasi E-01 (Kedawung) (kiri) dan di lokasi J-01
(Kemusuk) (kanan)
59
nephentes, Hastigerina siphonifera, Globoquadrina altispira globosa, Uvigerina sp., dan
Bolivina sp.
Timur Laut
Foto 4.10 Singkapan foraminifera wackestone – napal di lokasi I-01 (Palamarta) (kiri) dan sayatan nikol sejajar A-
011 (kanan)
Mekanisme pengendapan dari satuan batuan ini adalah suspensi dengan sedimen berasal
dari endapan pelagik. Hal tersebut diperkuat dengan karakteristik dari fas es ini yang terdiri dari
batugamping klastik berbutir halus dengan perselingan napal yang memiliki ciri – ciri dari
suspension settling facies (Walker, 1992). Ditemukannya fosil foraminifera bentik seperti
Uvigerina sp.dan Bolivina sp. menunjukkan lingkungan batimetri batial atas.
60
Tidak adanya data bawah permukaan seperti seismik atau inti bor menyebabkan pola
pengendapan batugamping yang diketahui hanya berdasarkan data singkapan batugamping di
permukaan. Berdasarkan data singkapan di permukaan, perkembangan pengendapan karbonat
dari seluruh asosiasi fasies yang ada berlangsung dalam satu siklus karena terdapat
kesinambungan umur dari tiap asosiasi fasies. Tiga asosiasi fasies yaitu Asosiasi Fasies Paparan
Bagian Dalam, Asosiasi Fasies Batas Paparan, dan Asosiasi Fasies Muka Lereng – Kaki Lereng
memiliki umur yang sama kisarannya yaitu Tf1 – Tf2 atau setara dengan Miosen Tengah,
sedangkan untuk zona fasies paparan laut terbuka didapatkan kisaran N14 - N16 atau setara
dengan akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (Gambar 4.3) (Lampiran E –IV).
61
Gambar 4.4 Model pengendapan asosiasi fasies batugamping daerah penelitian
Berdasarkan jenis dan pola persebaran dan dikaitkan dengan sejarah geologi daerah
penelitian dibuat model pengendapan masing – masing asosiasi fasies batugamping di daerah
Tlogosari dan sekitarnya (Gambar 4.4). Pembentukan paparan karbonat dimulai dengan
terbentuknya Asosiasi Fasies Paparan Bagian Dalam, Asosiasi Fasies Batas Paparan dan Asosiasi
Fasies Muka Lereng – Kaki Lereng yang terbentuk akibat terjadinya transgresi. Fase yang
terlibat dalam pembentukan zona fasies ini diawali fase start up kemudian dilanjutkan oleh fase
catch-up yang membuat tiga zona fasies ini mengalami perkembangan baik secara vertikal
ataupun lateral. Pola pengendapan yang terbentuk adalah backstepping dan berlangsung pada
Miosen Tengah.
Setelah itu terjadi periode dimana pengendapan sedimen karbonat sudah mulai melebihi
tingkat kenaikan muka air laut relatif dan terjadi perubahan kesetimbangan pada keseluruhan
paparan karbonat yang sudah terbentuk. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya
perkembangan sedimentasi karbonat secara signifikan secara lateral dan terjadi penumpahan
sedimen ke arah cekungan yang menyebabkan terjadinya proses pengendapan Asosiasi Fasies
Paparan Bagian Dalam, Asosiasi Fasies Batas Paparan, Asosiasi Fasies Muka Lereng – Kaki
Lereng dan Asosiasi Fasies Paparan Laut Terbuka. Fase perkembangan paparan karbonat yang
62
berlangsung adalah fase keep up dengan pola pengendapan yang terbentuk adalah progradasi.
Proses pengendapan tersebut berlangsung pada Miosen Tengah.
Kemudian setelah itu ada fase dimana perkembangan batugamping menurun atau bahkan
mati (give up). Kondisi seperti itu pada daerah penelitian diduga akibat penenggelaman
(drowning) karena kenaikan muka air laut sudah jauh melampaui pertumbuhan batugamping.
Pada saat itu pola pengendapannya adalah backstepping dan batugamping Asosiasi Fasies Laut
Terbuka terendapkan di atas sebagian besar paparan karbonat yang telah ada sebelumnya. Proses
pengendapan tersebut berlangsung pada Miosen Akhir
63
packstone ditemukan di laguna dekat beting pasir, sedangkan fasies coralgal grainstone
ditemukan di sekitar daerah batas terumbu (Gambar 4.5). Jika dikelompokkan ke dalam
terminologi asosiasi fasies yang digunakan penulis pada daerah penelitian, fasies mudstone,
wackestone, peloid packstone, mixed skeletal packstone,dan Halimeda packstone - grainstone
termasuk ke dalam Asosiasi Fasies Paparan Bagian Dalam sedangkan fasies coralgal grainstone
termasuk ke dalam Asosiasi Fasies Batas Paparan. Namun, Asosiasi Fasies Muka Lereng – Kaki
Lereng dan Asosiasi Fasies Paparan Laut Terbuka tidak ditemukan karena diendapkan di
kedalaman laut yang lebih besar. Oleh karena itu, Secara umum jenis dan penyebaran fasies
batugamping di Pulau Bora – Bora hampir serupa dengan fasies batugamping di daerah
penelitian yang juga sama – sama merupakan paparan karbonat di atas pulau vulkanik.
64
Gambar 4.5 Peta penyebaran fasies batugamping (atas)
dan peta interpretatif berdasarkan foto udara (bawah)
Pulau Bora – Bora (Gischler,2011).
65