Sari: Secara Administratif daerah penelitian terletak di daerah Sabbang Kecamatan Sabbang
Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Secara astronomis daerah penelitian terletak
pada12011'00"12013'00" Bujur Timur dan 0236'00"0238'00" Lintang Selatan dengan luas
wilayah 12,96 km2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis batuan granitoid,
kandungan unsur kimia batuan granitoid dan menginterpetasi tatanan tektonik batuan granitoid
pada daerah penelitian dengan menggunakan metode analisis X-Ray Fluorescence (XRF) dan
analisis petrografi. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, analisis petrografi dan geokimia, maka
batuan granitoid yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari batuan granit, granodiorit dan
granodiorit porfiri. Berdasarkan kandungan unsur SiO 2 batuan granitoid semakin ke arah selatan
daerah penelitian semakin bersifat asam karena kandungan SiO 2 semakin tinggi, termasuk dalam
seri magma High K Calc-Alkaline dengan tipe magma berupa magma asam, untuk tingkat saturasi
alumina (Shand, 1943 dalam Clarke, 1992) batuan granitoid termasuk dalam jenis metaluminous
dan merupakan granitoid tipe I (I-type Granitoid) yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral mafik
seperti piroksin, hornblende dan biotit dan terbentuk pada tatanan tektonik zona konvergen yakni
pada lingkungan active continental margin yang dicirikan dengan kenampakan petrografis berupa
mineral zirkon (ZrSiO4) sebagai mineral khas penunjuk tektonik active continental margin dan
umumnya memiliki bertekstur holokristalin dan kelimpahan mineral biotit, ortoklas, dan plagioklas
yang hadir dalam tekstur khusus zoning.
Kata kunci: Sabbang, batuan granitoid, analisis X-Ray Fluorescence (XRF), high k calc alkaline,
active continental margin.
Abstract: Administratively, study area is located in Sabbang, Sabbang District, North Luwu Regency
South Sulawesi Province and astronomically research area is located at 12011'00"12013'00" east
longitude and 0236'00"0238'00" south latitude with an area of 12,96 Km2. The purpose of this
research, want to know the kind of granitoid rocks, content of chemical element granitoid rocks and
interpretation genesis of granitoid rocks in research area with X-Ray Fluorescence Method. Based on
the field research, petrographic analysis, and geochemical analysis, the granitoid rocks in research
area include granite, granodiorite and granodiorite porphyry. Based on SiO2 element, in this research
area have more acid to the south because of the content of SiO2 is higher to the South included High K
Calc-Alkaline magma series with acid magma type, for the saturation level of alumina (Shand, 1943
in Clarke, 1992), the type of granitoid is metaluminous, beside that, granitoid in this areas is the I-
type granite (I-type) showed the present of mafic minerals such as pyroxene, hornblende and biotite
minerals and formed in convergen zone tectonic setting environment at active continental margin
with feature of the present of zircon mineral in petrographic analysis as special mineral at active
continental margin and generally holocristaline texture and abundace of biotite, orthoclase and
plagioclase in zoning texture.
Keywords: Sabbang, granitoid rocks, analysis X-Ray Fluorescence (XRF), high k calc alkaline, active
continental margin.
X Y
2. 1.
Gambar 2: Peta Geologi Daerah Penelitan
Foto 3: Kenampakan senolit Diabas (X) pada Foto 5: Kekar sistematik pada litologi granit
litologi Granodiorit porfiri pada stasiun 05. stasiun 9 difoto ke arah N170E
Difoto ke arah N130oE.
benua lebih dalam, zona subduksi dan bahkan Untuk klasifikasi batuan granitoid berdasarkan
mantel atas serta berhubungan erat dengan komposisi kimia kita dapat menggunakan unsur
aktifitas lempeng tektonik Batuan granit utama ataupun unsur minor dari suatu batuan,
mempunyai asosiasi mineralisasi, sehingga klasifikasi kimia menggunakan konsep alumina-
banyak dijumpai endapan-endapan yang bersifat jenuh berdasarkan perbandingan rasio A/CNK
ekonomis, yang dapat di pelajari lebih lanjut (Al2O3[molar/(CaO + Na2O + K2O)]) dapat
tentang proses pembentukan endapan tersebut disusun dari yang terbesar hingga yang paling
(Clarke,1992). rendah pada batuan beku. Pada sistem ini, jenis
batuan granit antara lain; peraluminous
3.1. Mineralogi dan Tekstur Batuan Granitoid (A/CNK> 1), metaluminous (A/CNK <1), dan
peralkaline (A<NK. Dalam menentukan sifat
Menurut Gill (2010) dalam Kurniawan (2014), khusus dari jenis batuan granitoid dapat dilihat
komposisi mineral utama batuan granitik adalah pada Gambar 2.3. Untuk Tabel 3.3.
mineral kuarsa, alkali feldspar, plagioklas, menunjukkan nilai dari komposisi kimia rata-
piroksin, hornblende, biotit, muskovit, turmalin. rata dari beberapa jenis batuan granitoid antara
Idenifikasi mineral pada batuan granitoid pada lain: peraluminous, metaluminous dan
umumnya mudah dilakukan pada hand peralkaline (Chayes, 1985 dalam Clarke, 1992).
specimen karena kristal pada batuan muda
dilihat dan dibedakan. Mineral adalah dasar dari Pembagian jenis granitoid yang lazim digunakan
suatu batuan kristalin dan mempunyai ciri-ciri yaitu berdasarkan karakteristik dan genesis
tersendiri dan membawa informasi petrogenetic. granit (Chappell dan White 1974; Chappell dan
Dalam batuan granitoid, mineral dapat Stephes, 1988 dalam Winter 2001) yang disebut
memberikan informasi, tidak hanya tentang alphabet yaitu (I-S-A-M) diantaranya :
proses magmatik dan setelah magmatik, tetapi 1. Granitoid I-tipe memiliki A/CNK <1.1,
juga berpotensi memberikan informasi 87Sr/86 Sri <0,705 dan 18O> 190/00,
sumbernya secara umum (Clarke,1992). Hal menyiratkan batuan berasal dari magma
tersebut sangat berguna untuk memahami yang bersifat basa dengan komposisi antara
informasi dari mineral yang akan menjabarkan derivasi infracrustal.
tentang kejadian dan asal batuan granitoid. 2. Granitoid S-jenis memiliki A/CNK> 1,1
87Sr/86 Sri> 0,707, dan 18O> 90/00,
3.2. Klasifikasi Batuan Granitoid. menyiratkan sumber batuan sedimen atau
supracrustal protoliths.
3.2.1 Klasifikasi Batuan Granitoid Berdasarkan
3. Granitoid M-tipe memiliki A/CNK <1,0
Komposisi Mineral.
87Sr/86Sri <0,705, dan 18O <90/00,
Batuan granitoid berdasarkan komposisi menyiratkan batuan sumber subduksi kerak
mineralnya dikelompokkan menjadi lima samudera, diluar proses kristalisasi
kelompok utama yaitu tonalit, granodiorit, granit fraksional.
dan alkali granit. Tonalit merupakan batuan
granitoid yang tersusun oleh mineral Na- Granitoid tipe-A memiliki range A/CNK> 1,0
plagioklas, kuarsa dan sedikit hidrous mineral. 87Sr/86Sri dan 18O, sebanding dengan yang di I,
Granodiorit merupakan batuan granitoid yang S dan M-jenis, selain mereka memiliki CaO
kaya akan kuarsa, Na-plagioklas, dan K- rendah, tinggi Fe / Mg, Ta tinggi, Nb, Zr, REE
Feldspar. Granit merupakan batuan granitoid dan F, dan anorgenic (cratons stabil dan zona
yang mengandung mineral utama kuarsa dan K- keretakan) dalam pengaturan tektonik (loiselle
Felsdspar. Alkali granit merupakan batuan dan wones 1979; Collins dkk, 1982; Cleaser dkk,
granitoid yang tersusun oelh mineral utama 1991 dalam winter 2001).
kuarsa, dan K-Feldspar namun mengandung
alkali piroksin atau alkali amfibol (Gill, 2010
dalam Kurniawan, 2014).
1. Constructive Plate Margin merupakan b. Tepi benua aktif atau Active Continental
tatanan tektonik yang terletak pada zona Margin merupakan daerah dimana terjadi
divergen yaitu zona antara dua lempeng atau tumbukan antara lempeng benua yang tebal.
lebih yang saling menjauh sehingga magma Magma dapat berasal dari pelelehan
dapat terbentuk pada dua daerah yakni sebagian mantel atas atau kerak benua
pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) bagian bawah. Pada daerah ini gunungapi
dan Back Arc Basin. jarang ditemukan. Batuan beku yang
terbentuk pada zona ini pada umumnya
a. Pematang tengah samudera (Mid Oceanic intermediet sampai felsik seperti granit atau
Ridge) merupakan daerah dimana dua diorit. Diferensiasi magma terjadi secara
lempeng samudera yang saling menjauhi, dominan dan lanjut sehingg butiran kristal
magma pada tektonik ini berasal dari yang terbentuk berukuran besar.
pelelehan sebagian mantel bagian atas 3. Within plate adalah lingkungan tektonik
karena adanya pelepasan tekanan oleh pada daerah pertengahan yaitu intra
batuan induk karena proses divergen. continental dan intraoceanic.
Batuan yang terbentuk pada tatanan ini
6 - Vol. 11 No. 02 2015
GEOSAINS
tersusun atas mineral ortoklas 28%-43%, kuarsa feldspar dimana Ca-feldspar dibagian inti
25%-32%, plagioklas 10-15 yang hadir dalam dikelilingi oleh Na-feldspar menunjukkan bahwa
tekstur khusus zoning, biotit 7-16%, hornblende selama proses kristalisasi larutan magma terjadi
5%, piroksin 5-6% jenis klinopiroksin dan perubahan komposisi, perubahan temperatur
ortopiroksin, dan mineral muskovit 7%, terdapat yang sangat cepat sehingga menghambat
mineral aksesoris berupa mineral apatit dan perubahan yang sempurna dari Ca-feldspar
zirkon yang merupakan mineral penciri batuan menjadi Na Feldspar dan perubahan dari
pada tatanan tektonik active continental margin. tekanan H2O (Clarke, 1992).
Tekstur zoning ini memperlihatkan mineral
5a 5c
Tabel 1: Hasil analisis geokimia Major Element sampel batuan pada daerah penelitian
Major
ST.5/99A/SM/S ST.7/19/SM/ ST.16/85A/SM/ ST.26/103A/S
Element
KP SKP SKP M/SKP
(wt%)
banyaknya oksida yang berfungsi pada berat batuan yaitu pada zona tumbukan antara
persen SiO2 (Wilson, 1989). lempeng (konvergen) magma primer menerobos
lempeng kontinen yang disusun oleh batuan
beku (igneous type) kemudian terjadi fase
kristalisasi fraksional yaitu proses-proses yang
terjadi sepanjang diferensiasi magma pada fase
ini terbentuk unsur-unsur penyusun batuan
seperti mineral plagioklas, hornblende serta
apatit, pada sayatan ST.5/99A/SM/SKP
memperlihatkan mineral plagioklas jenis
Labradorit yang hadir sebagai fenokris terjadi
penurunan temperatur disertai dengan
penambahan unsur potasium membentuk
pertumbuhan mineral feldspar yaitu ortoklas
(KAlSi3O8) dan biotit {K(MgFe)3AlSi3O10(OH, F)2}.
Tatanan Tektonik.
Gambar 9: Plotting kandungan major element Berdasarkan hasil pengamatan petrografi pada
terhadap SiO2 ke diagram variasi (Harker, 1909 batuan granitoid di daerah penelitian umumnya
dalam Rollinson, 1993). memperlihatkan tekstur holokristalin dengan
kelimpahan dari mineral biotit
Diagram Harker memperlihatkan korelasi
{K(MgFe)3AlSi3O10(OH, F)2} sekitar 7%-16%, k-
negatif pada unsur Al2O3, FeO, CaO, Na2O,
feldspar yaitu ortoklas (KAlSi3O8) sekitar 28%-
MgO, P2O5, TiO2 terhadap SiO2, terjadi proses
43%, serta plagioklas sekitar 10%-15% yang
kristalisasi fraksinasi unsur Al2O3, Na2O dan
hadir dalam tekstur zoning dan juga terdapat
CaO membentuk mineral plagioklas
mineral aksesoris berupa zirkon (ZrSiO4) dan
(Na,Ca,AlSiO3O8), unsur MgO dan FeOt
apatit (Ca4(PO5)3(OH)) yang kehadirannya
terkristalisasi fraksinasi membentuk mineral
sangat jarang pada suatu batuan, mineral zirkon
hornblende Ca2(MgFeAl)5(OH)2{(Si,Al)4O11}2
(ZrSiO4) tersebut merupakan penciri khas dari
dan unsur Ca, TiO2 dan P2O5 membentuk
batuan yang terbentuk pada tatanan tektonik
mineral apatit (Ca5(PO4)3F) sedangkan untuk
active continental margin. Secara umum
unsur K2O yaitu terjadi korelasi positif
lingkungan tektonik active continental margin
menunjukkan bahwa terjadi penambahan unsur
yang dicirikan dengan tekstur mineral yang
potasium pada magma sehingga terjadi
holokristalin dengan mineral utama pembentuk
kristalisasi fraksinasi membentuk mineral
batuan yaitu plagioklas, alkali feldspar, kuarsa,
ortoklas (KAlSi3O8) dan biotit
piroksin, ampibol, biotit dan magnetit.
{K(MgFe)3AlSi3O10(OH, F)2}.
Berdasarkan hasil analisa geokimia berupa
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan dari
major element yang dipadukan dengan hasil
keempat sampel batuan granitoid pada diagram
analisa petrografi maka dapat diinterpretasikan
Harker maka dapat diinterpretasikan bahwa
bahwa batuan granitoid yang berada pada
batuan tersebut berasal dari sumber magma
daerah penelitian dapat diinterpretasikan
yang sama.
terbentuk pada lingkungan tektonik zona
Petrogenesis konvergen yakni pada zona Active Continental
Margin.
Urutan pembentukan batuan granitoid daerah
penelitian ada beberapa fase pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
Bakosurtanal., 1991. Peta Rupa bumi Lembar Malili nomor 2013-13, Cibinong, Bogor.
Bemmelen, V. R. W., 1949. The Geology of Indonesia Vol. IA General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes, Government Printing, The Hague.
Best, M. G., 2003. Igneous And Metamorphic Petrology Second Edition, Blackwell Science Ltd,
Brigham Young University, USA.
Clarke, D. B., 1992. Granitoid Rocks, Departement of earth sciences Dalhousie University Halifax,
Nova Scotia, Canada.
Maulana, A., Watanabe, K., Imai, A., Yonezu, K., 2012. Petrology and Geochemistry of Granitic
Rocks in South Sulawesi, Indonesia: Implication for Origin of Magma and Geodynamic
Setting World Academy of Science, Engineering and Technology.
Farih, S. L. N., dan Hendratno, A., 2014. Studi Karakteristik Petrologi, Geokimia dan Sifat
Keteknikan Andesit Formasi Arjosari Di Daerah Tanjungsari dan Sekitarnya, Kecamatan
Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Frost, B. R., dan Frost, C. D., 2008. A Geochemical Classification For Feldspathic Igneous Rocks,
Department Of Geology And Geophysics, University Of Wyoming, Laramie, USA.
Keer, P. F., 1958, Optical Mineralogy, Mc Graw Hill Book Co.Inc., New York.
Kurniawan, A., 2014. Geologi Batuan Granitoid di Indonesia dan Distribusinya, Masyarakat Ilmu
Bumi Indonesia, Vol. 1/E-3, Yogjakarta.
Mackenzie, W. S., dan Guildford, C., 1980. Atlas of Rock-Forming Minerals in Thin Section,
Longman Group Ltd, England.
Masrukan., Rosika., Anggraini, D., dan Kisworo, J., 2007 Komparasi Analisis Komposisi Paduan
AlMgSI1 dengan Menggunakan Teknik X-Ray Fluorocency (XRF) dan Emission
Spectrometry, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Batan, Yogyakarta.
Mulyono., Sukadi., Sihono., Rosidi., dan Irianto, Bambang., 2012. Kalibrasi Tenaga dan Standar
Menggunakan Alat X-Ray Fluoresence (XRF) untuk Analisis Zirkonium dalam Mineral,
Penelitian dan Pengelolahan Perangkat Nuklir, Yogyakarta.
Rollinson, H. R., 1993. Using Geochemical Data: Evaluation, Presentation, Interpretation, J. Wiley
& Sons Inc., New York, USA.
Sampotan, F. A., 2012, Struktur Geologi Sulawesi Perpustakaan Sains Kebumian Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Simandjuntak, T.O dkk., 1991. Peta Geologi Lembar Malili, Sulawesi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Direktorat Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan
Energi, Bandung, Indonesia.
Sukamto, R., 1975. Perkembangan Tektonik Sulawesi dan Sekitarnya yang Merupakan Sintesis
yang Berdasarkan Tektonik Lempeng, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung,
Indonesia.
Sukamto, R., Simandjuntak., 1983, Hubungan Tektonik Ketiga Mandala Geologi Sulawesi yang
Ditinjau dari Aspek Sedimentologinya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung,
Indonesia.
Surono., Sukamto, R., Ratman, N., Priadi, B., Permana, H., Sardjono., Sidarto., dan Bachri, S., 2013.
Geologi Sulawesi, LIPI Press, Bandung.
Thornbury, W. D., 1969. Principles of Geomorphology, Second edition, John Willey & Sons, Inc, New
York, USA.
Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach, Department of Earth Sciences,
University of Leeds, The Netherlands.
Winter, 2001. Introduction Igneous and Metamorphic Petrology, Phil, Trans, Roy, Soc, London,
Prentice Hall.