TUJUAN
GEOLOGI REGIONAL
METODE
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gua Pawon berada di Kawasan perbukitan batugamping Citatah - Padalarang dan
terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Bandung.
Gua Pawon merupakan salah satu situs geoarkeologi yang belum terlalu popular,
walaupun dalam beberapa tahun ke belakang telah ditemukan manusia purba
yang cukup tua ( diperkirakan generasi pertama Manusia Mongoloid ).
Bukan hanya manusia purba, tetapi juga artefak-artefak seperti peralatan batu,
tulang-tulang binatang, cangkang siput, dan gerabah. Fakta ini menandakan bahwa
kemungkinan ada kehidupan di masa silam.
Mengetahui sejarah terbentuknya Gua Pawon.
Mengetahui artefak-artefak yang ada di Gua Pawon
Mengetahui potensi wisata Gua Pawon
Metoda penulisan yang digunakan adalah Studi Literatur. Studi literatur adalah cara
yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur
bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka.
Secara geografis Gua Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung.
Terletak di Ketinggian 716 diatas permukaan laut.
Formasi Rajamandala tersingkap di bagian Selatan Jawa Barat mulai daerah
Padalarang sampai Sukabumi (Siregar, M. Safei, 2007)
Di daerah Padalarang yakni mulai daerah Cikamuning (dibagian timur) sampai
Sanghiang Tikoro (barat), formasi ini dibagi menjadi dua satuan yaitu Anggota
Batugamping dan Anggota Lempung – Napal yang saling menjari.
4. Fasies Boundstone
Terbentuk oleh 20 Koral utama yang bertipe subfasies boundstone berupa framestone,
bafflestone dan bindstone
Fasies ini terbentuk mulai dari lingkungan reef crest-reef front
Tersingkap di G. Hawu, Pasir Pawon, Pr. Bende, Pr. Tanggulan dan Pr. Batununggal
5. Fasies Miliolid packstone
Tersusun oleh lapisan-lapisan packstone
Butiran foraminifera adalah Miliollid, Alveolinid dan Orbitoid
Terbentuk dari lingkungan surge channel, lagoon sampai back reef
Tersingkap di G. Masigit, Pr. Lampegan dan G. Manik
GEOLOGI
ARKEOLOGI
GEOARKEOLOGI
• Peran proses geologi dalam
Geologi pembentukan goa
2. Lapisan B
Lapisan lempung kehitaman bercampur kerikil.
Fragmen keramik makin menghilang
Diteukan fragmen tulang hewan, alat tulang, serpih, perkutor, dan moluska
Kedalaman sekitar 35-70 cm dari permukaan tanah
3. Lapisan C
Lapisan lempung pasiran bercampur blok gamping dibagian bawah dan kumpulan tanah campuran
fosfat
Ditemukan fragmen tembikar hingga kedalaman 65 cm
Terdapat sisa-sisa arang pada kedalaman 70-100 cm
Temuan lain hamper serupa dengan lapisan B ditambah jasper dan batu hijau
4. Lapisan D
Batulempung halus terdapat banyak bongkahan lepas batugamping
Terdapat dua rangka yang sudah rapuh tapi masih dapat dilihat masing-masing bagiannya
Rangka manusia ketiga relative utuh pada kedalaman 143 cm terkubur dengan orientasi utara-selatan
dengan kepala disisi selatan
Dibagian bawah terdapat lapisan tanah bercampur fosfat
Berdasarkan analisis C-14 dengan sampel R-I, R-II, R-III dan R-IV (R adalah rangka)
(Yondri, 2005) :
R-I dan R-II menghasilkan pertanggalan 5660 + 170 BP
R-III menghasilkan pertanggalan 7320 + 180 BP
R-IV menghasilkan pertanggalan 9525 + 200 BP
Gambar 6. Stratigrafi kotak ekskavasi di Gua Pawon (Dok. Lutfi Yondri, 2005)
Obsidian merupakan gelas volkanik alami yang secara luas digunakan selama
masa prasejarah untuk memotong. Hal ini karena obsidian berkilau dan atraktif dan
dapat diolah menjadi benda tajam.
Obsidian terbentuk akibat pembekuan yang cepat dari lava dome bersilika tinggi
yang mengalir.
Sangat jarang ditemukan dan berharga sebagai alat pertukaran atau jual-beli saat
masa pra-sejarah.
Artefak obsidian ditemukan di beberapa daerah Cekungan Bandung termasuk di
Gua Pawon
Di Gua Pawon, hasil dating menunjukkan umur obsidian 5600 BP dan 9500 BP
(Yondri, 2004,2005)
Gambar 7. Beberapa bentuk artefak obsidian hasil analisis Bandi, 1950 (Heekeren, 1972
1. Penelitian dilakukan oleh pada 26 sampel obsidian dimana 21 dari artefak dan 5
merupakan sumber obsidian. 21 sampel artefak berasal dari :
Gua Pawon (12 sampel)
Dago (5 sampel)
Bukit Karsamanik (4 sampel)
2. Sampel sumber obsidian berasal dari Gunung Kendan (Nagreg) dan Kampung
Rejeng (Garut)
3. Metode yang dilakukan yaitu membandingkan artefak dengan sumber obsidian
dari hasil analisis SEM di University of Science, Penang, Malaysia. Beberapa sampel
dianalisis menggunakan Cameca MBX Electron Microprobe di University of Malaya,
Kuala Lumpur.
Berdasarkan hasil statistik data element obsidian pada penelitian, element-elemen
obsidian di Gua Pawon sangat tersebar dan overlap di bawah data Gunung Kendan
di Nagreg dan Kampung Rejen di Garut.
Hal ini menunjukkan adanya kesamaan komposisi kimia yang tidak dapat
dibedakan
Diduga ada kemungkinan artefak Gua Pawon berasal dari Nagreg atau Garut atau
keduanya.
Kemungkinan lain masih sangat banyak dikarenakan sampel sumber obsidian
yang digunakan hanya dari dua tempat.
Metode Trace element sangat dianjurkan untuk dapat membedakan komposisi
kimia secara lebih detail
Grafik 1. Plot Bivariat Al vs Ca (Yondri, dkk., 2007)
Grafik 2. Plot Bivariat Al vs Na (Yondri, dkk., 2007)
Grafik 3. Plot Bivariat Al vs Si (Yondri, dkk., 2007)
Gambar 7. Distribusi artefak obsidian dan sumbernya di Cekungan Bandung
Gua Pawon Terletak di Formasi Rajamandala pada fasies batugamping boundstone
Gua Pawon terbentuk
Penemuan Gua Pawon berdasarkan anomali bawah permukaan dari hasil
geomagnetic
Terdapat 4 lapisan tanah yaitu lapisan A, B, C, dan D
Umur kerangka adalah R-I dan R-II 5660 + 170 BP; R-III menghasilkan pertanggalan
7320 + 180 BP; R-IV menghasilkan pertanggalan 9525 + 200 BP
Artefak Obsidian yang ada di Gua Pawon sama dengan yang ada di Nagreg dan
Garut (diduga berasal dari sana)
Begitulah warisan yang dititipkan alam kepada kita untuk kita jaga Bersama.
Bentang alam kars Citatah telah memberikan kehidupan sejak dari masa
prasejarah yang kehidupan manusianya sangat bergantung kepada kemurahan
alam, sampai masa kini pada suatu masa yang kehidupan manusianya membuat
alam ternyata begitu murah! Apakah kita akan selalu tidak peduli dan selalu
mengingkari atas kemurahan yang telah selama ini diberikan alam? Amanat alam
sebenarnya adalah amanat Sang Maha Pencipta. Namun masih banyak dari kita
yang berani mengingkarinya. – Budi Brahmantyo