DISUSUN OLEH :
Arizalfarhan Syukur
410016107
TEKNIK GEOLOGI
YOGYAKARTA
2017
I. Pendahuluan
Moluska merupakan kelompok hewan bertubuh lunak, tidak
bersegmen, dan biasanya dilapisi oleh bagian tubuh yang keras
(cangkang). Bagian keras itulah yang terawetkan menjadi fosil. Kadang-
kadang hanya ditemukan berupa cetakan, tetapi masih dapat diidentifikasi.
Saat ini diperkirakan ada 35 ribu jenis moluska dalam bentuk fosil. Hewan
yang termasuk dalam kelompok invertebrata ini, dapat hidup di berbagai
lingkungan, baik lingkungan terestrial (darat) maupun lingkungan akuatik
(tawar, payau, maupun laut).
Filum terbesar kedua setelah Artropoda ini merupakan kelompok
hewan yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dengan ukuran
dan bentuk tubuh bervariasi. Kemunculannya dimulai sejak Zaman
Kambrium hingga sekarang. Penemuan fosilnya sangat penting khususnya
untuk merekonstruksi lingkungan purba dan umur suatu lapisan batuan,
karena beberapa kelompok moluska hanya hidup pada lingkungan dan
rentang umur tertentu. Dan sebagian besar fosil moluska dapat dikenali
langsung di lapangan. Fosil moluska makro berguna untuk mengetahui
posisi stratigrafi, sedangkan moluska mikro dimanfaatkan untuk penelitian
biostratigrafi bawah permukaan.
Museum Geologi sebagai tempat yang menyimpan berbagai jenis
koleksi fosil memiliki puluhan ribu spesimen fosil moluska. Koleksinya
meliputi koleksi sejak Zaman Penjajahan Belanda hingga koleksi dari
kegiatan lapangan saat ini. Koleksi fosilnya sebagian besar disimpan di
storage dan didominasi oleh fosil dari Kelas Gastropoda dan Pelecypoda.
Lokasi penemuannya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Di Jawa
Barat ditemukan 70.272 sampel, Jawa Tengah 6830, Jawa Timur 2431,
Sumatra 31593 sampel, Kalimantan 4814, Sulawesi 780, Maluku 412,
Flores 190, Papua 370, dan Timor 931 sampel. Koleksi didominasi oleh
koleksi yang berasal dari Pulau Jawa, karena Tim Moluska Museum
Geologi ingin fokus melengkapi koleksi berdasarkan pembagian jenjang
Neogen Pulau Jawa.
II. Pembahasan
Jenjang Cirebonian
Pembagian jenjang Neogen Pulau Jawa ini disusun oleh Oostingh
(1938) berdasarkan fosil indeks Gastropoda dari Famili Turritellidae.
Fosil ini dipilih sebagai fosil indeks karena Gastropoda berkembang
cukup baik di daerah tropis. Pada setiap jenjang yang disusun oleh
Oostingh terdapat fosil penunjuk/penciri yang berasal dari Famili
Turritellidae.
Lingkungan Pengendapan
Lokasi penelitian terdiri dari dua satuan batuan yaitu satuan
batupasir karbonatan (Formasi Kalibiuk) yang berumur Pliosen Awal
dan satuan perselingan konglomerat dan batupasir kasar non
karbonatan (Formasi Cijolang) yang berumur Pliosen Tengah. Satuan
batupasir karbonatan termasuk dalam Formasi Kalibiuk yang menurut
Silitonga, dkk. (1996) berumur Pliosen Awal sampai awal Pliosen
Tengah.
Daftar Isi
\Ringga Anita galih, dan Rahajeng Ayu Permata Sari. Staf peneliti pada
Seksi Dokumentasi dan Konservasi Museum Geologi. Bandung : Badan
Geologi KESDM.