Disusun oleh :
Wahyu Ageng Haryanto
XI IPS
1. MUSEUM GEOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Penggolongan batuan
1. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang berasal dari hasil pembekuan magma. Magma adalah massa
batuan dalam keadaan cair, bersuhu sangat tinggi (1000o-2000oC).
Komposisi mineral batuan beku tidak selalu sama dengan magma asalnya karena ada
kemungkinan bereaksi dengan batuan yang dilalui atau diterobos.
a. Batuan beku dalam (intrusive rocks)
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terjadi dari magma yang membeku di dalam
bumi.Batuan beku dalam ada berberapa macam bentuk, yaitu batolit, lakolit, diatrema, gang,
dan urat.
b. Batuan beku luar (extrusive rocks)
Batuan beku luar/ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi dari magma yang membeku di
permukaan/luar bumi.Magma yang mengalir ke permukaan bumi melalui lubang kawah
gunungapi disebut lava.Magma yang keluar permukaan bumi masih mempunyai suhu yang
tinggi yaitu 800ohingga 1200o C.
Mineral
Mineral adalah benda alam yang bersifat homogen dan mempunyai sifat fisik dan kimia
tertentu. Sifat fisik mineral antara lain : warna, cerat, kilap, kekerasan, belahan, pecahan,
berat jenis, struktur dan sifat optik. Sifat kimia mineral antara lain kandungan unsur atau
senyawa kimia.
Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi :
1. Mineral utama
2. Mineral tambahan
3. Mineral penyerta
Mineral utama sebagai penyusun utama batuan antara lain : kuarsa (SiO2), felspar (ortoklas
KalSiO2 dan plagioklas (Na,Ca) AlSi3O8) , mika (muskovit KAl2(OH)2(AlSi3O10) dan
biotit K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10) ), amfibol (Ca2 (MgFeAl)3 (OH)2 (SiAl14O11)2,
piroksen (Ca (MgFe)(SiO3)2 ((AlFe)2O3), olivin (FeMg)2SiO4), kalsit (CaCO3), grafit (C).
Mineral tambahan merupakan mineral yang berfungsi sebagai tambahan, berasal dari hasil
pelapukan atau metamorfose, antara lain klorit (Mg5(AlFe)(OH)8(AlSi4O10) yang berasal
dari metamorfose mineral biotit, amfibol, dan piroksen.
Mineral penyerta berfungsi sebagai penyerta di dalam batuan, terdapat dalam jumlah sangat
sedikit di dalam batuan, antara lain magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3).
2. Fosil Tumbuhan
a. Fosil daun
b. Fosil Batang
c. Fosil Kayu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan ini mempunyai latar belakang masalah tentang sejarah Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA, kadang juga
di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara – negara baru saja
memperoleh kemerdekaan.
Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua
Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang dunia II
pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa -- bangsa
di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di belahan bumi di beberapa
peloksok dunia masih ada masalah dan muncul masalah yang mengakibatkan permusuhan
yang terus berlangsung.
Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia Afrika, sedang
di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa
memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa negara Asia Afrika yang telah
merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa
penjajahan ( politik devide et impera ) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa –
Bangsa ( PBB ) yang berfungsi menangani masalah – masalah dunia, namun nyatanya badan
ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
di timbulkan oleh masalah – masalah ini, sebagian besar di derita oleh bangsa – bangsa di
Asia Afrika.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia sebagaimana amanat
Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Karenanya, bangsa Indonesia selalu ingin
menciptakan perdamaian dunia. Usaha Indonesia ternyata mendapat dukungan dari empat
negara Asia, yaitu India, Pakistan, Burma (Myanmar) dan Srilanka yang kemudian
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika antara 18 – 24 April 1955, di Gedung Merdeka,
Bandung yang di koordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario dengan
tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia – Afrika dan melawan
kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis
lainnya.
Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara yang baru merdeka untuk
menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia dan
memelihara perdamaian.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?
2. Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?
3. Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi Indonesia dan Negara – Negara Asia Afrika
lainnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka merupakan Museum
Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Asia Afrika No. 65
Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata pameran museum dibangun pada tahun
1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences.
Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan
selanjutnya secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi
kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang sekarang. Pembangunan gedung
ini dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan
CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di
gedung inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau kerap bertatap muka dan
berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan
tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung.
Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat
mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka. Terilhami oleh hal tersebut, maka
muncullah gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955
sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan
pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga
mereka ingin bernostalgia mengunjungi tempat diselenggarakannya.
Gagasan tersebut di aktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di Gedung
Merdeka Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA
tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio
sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dilontarkanlah gagasan
pendirian museum tersebut . Gagasan tersebut memperoleh sambutan baik, terutama dari
Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25
tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan rencana tersebut.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua
Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu (1980-
1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda Provinsi Jawa Barat dan Universitas
Padjadjaran. Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung.
Museum KAA diresmikan oleh Presiden Soehato pada tanggal 24 April 1980, sebagai
puncak Peringatan 25 Tahun KAA.
1. Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika
Latar belakang di bangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari para
pemimpin bangsa – bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka
dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar
Negeri Republik Indonesi, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide
untuk membangun sebuah museum. Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia
Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal
Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan
dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
2. Nama, Status dan Sifat
Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika. Nama tersebut di
gunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber inspirasi
dan motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.
Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah
wewenang Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara pengelolalanya di bawah
koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.
Pada 18 Juni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di
bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri. Pada tahun
2003 di lakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi
Asia Afrika di alihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasionnal.
Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat
Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi perjuangan politik luar negeri
Indonesia.
3. Tujuan
Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin – poin kalimat sebagai
berikut :
a. Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi yang berkaitan dengan KAA, termasuk
latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, social budaya, da peran bangsa – bangsa,
Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik da kehidupan dunia
b. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku – buku, majalah, surat kabar, naskah,
dokumen, dan penerbian lainnya yang berisi uraian dan informasi mengenai kegiatan dan
peranan bangsa – bangsa Asia Afrika dan Negara– Negara berkembang dalam percaturan
politik dan kehidupan dunia serta social budaya Negara – Negara tersebut
c. Melakukan penelitian tentang masalah – masalah Asia Afrika dan Negara– Negara
berkembang guna menunjang kegiatan peendidikan dan penelitian ilmiah di kalangan pelajar,
mahasiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta bangsa– bangsa Asia Afrika pada umumnya,
dan member masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri
d. Menunjang upaya – upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional, pendidikan
generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan
e. Menunjang upaya – upaya untuk menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat serta
meningkatkan volume kerjasama di antara bangsa – bangsa Asia Afrika dan bangsa – bangsa
lainnya di dunia.
4. Fasilitas
Fasilitas yang ada di museum Konferensi Asia Afrika sebagai berikut :
a. Ruang pameran tetap
Museum Konferensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang memamerkan
sejumlah koleksi berupa benda – benda tiga dimensi dan foto – foto dukumenter peristiwa
pertemuan Tug, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun
1955. Selain itu di pamerkan juga foto mengenai :
Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika
Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia Internasional
Gedung Merdeka dari masa ke masa
Profil Negara – Negara peserta konferensi Asia Afrika yang di muat dalam multimedia
Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan
Nonblok tahun 1992 di mana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut dan
menjadi Ketua Gerakan Nonblok, di buatlah diorama yang menggambarkan situasi
pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Seperti penataan kembali Ruang Pameran,
dan sebagainya. Berikut ini uraiannya :
1. Penataan kembali Ruang Pameran Tetap “ Sejarah Konferensi Asia Afrika 1955”
Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50 Tahun
Konferensi Asia Afrika 1955 pada 22 – 24 April 2005, tata pameran Museum Konferensi
Asia Afrika di renovasi atas prakarsa Menteri Lar Negeri Dr. N. Hasan Wirajuda. Penataan
kembali Museum tersebut di laksanakan atas kerja sama Departemen Luar Negeri dengan
Sekretariat Negara dan Pemerintah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan
Wirajuda. Provinsi Jawa Barat. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico
Design dan Wika Realty.
2. Rencana Pembuatan Ruang Pameran Tetap “Sejarah Perjuangan Asia Afrika” dan
Ruang Identitas Nasional Negara-negara Asia Afrika (2008).
Departemen Luar Negeri RI mempunyai rencana untuk mengembangkan Museum
Konperensi Asia Afrika sebagai simbol kerja sama dua kawasan dan menjadikannya sebagai
pusat kajian, pusat arsip, dan pusat dokumentasi. Salah satu upayanya adalah dengan
menambah beberapa ruang pameran tetap, yang memamerkan sejumlah foto dan benda tiga
dimensi mengenai Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic
Partnership/NAASP) serta berbagai materi yang menggambarkan budaya dari masing-masing
negara di kedua kawasan tersebut.
Pengembangan museum ini direncanakan terwujud pada April 2008, bertepatan dengan
Peringatan tiga tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
5. Perpustakaan
Untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia Afrik, pada 1985 Abdullah Kamil (
waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London memprakarsai di
buatnya sebuah perpustakaan.
Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, social, politik, dan budaya
Negara – Negara di Asia Afrika, dan Negara – Negara lainnya. Dokumen mengenai
Konferensi Asia Afrika dan Konferensi – konferensi lainnya, serta surat kabar yang
bersumber dari sumbangan / hibah dan pembelian.
6. Audio Visual
Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, di siapkan pula ruang audio visual pada
tahun 1985. Ruang tersebut juga di prakaesai oleh Abdullah Kamil.
Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film – film documenter mengenai kondisi
dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika da Konferensi – konferensi lanjutannya,
serta film – film mengenai kebudayaan dari Negara – Negara Asia Afrika.
7. Riset
Museum Konferensi Asia Afriak meningkatkan berbagai studi mengenai Asia Afrika dan
luar negeri serta memfasilitasi penelitian – penelitian dalam luar negeri yang di lakukan oleh
para penelitian dan mahasiswa.
8. Aktivitas
Museum Konferensi Asia Afrika Menyelenggarakan :
Pemandu. Pemandu dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resm tamu pemerintah
maupun kunjungan kelompok / umum.
Pameran temporer. Museum konferensi Asia Afrika menyelenggarakan pameran temporer dalam
upaya mengedukasi public berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah
diplomasi Indonesia. Pameran temporer ini di lakukan juga di lokasi – lokasi di luar Museum
Konferensi Asia Afrika.
Komunitas. Di museum ini terdapat komunitas masyarakat yang di bentuk dan di dukung oleh
Museum Konferensi Asia Afrika. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan mwngwnai
sejarah, politik Internasional, wawasan kebangsaan mengingat tantangan yang di hadapi
dalam politik luar negeri Indonesia dimasa yang akan dating, dalam diplomasi public naupun
diplomasi antarwarga ( citizen diplomacy ). Beberapa kegiatan yang di selenggarakan
bekerjasama dengan komunitas diantaranya : Diskusi Buku, Diskusi Film, berbagai Festival,
Klab Budaya, Pameran, dan lain – lain.
9. Koleksi Museum
Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah 4.000 buah. Penataannya dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Koleksi benda-benda tiga dimensi :
Suasana Sidang Pembukaan Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka 18 April 195.
Kursi rotan yang diduduki para delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan
mempererat persahabatan
Kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai selama konferensi berlangsung
Terbitan prangko-prangko yang berhubungan dengan konferensi Asia Afrika
b. Gallery foto mengenai : Gedung merdeka dari masa ke masa
Sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan suasana dunia internasional
sebelum pelaksanaan konferensi, konferensi-konferensi pendahuluan, persiapan dan
pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konferensi tersebut terhadap perkembangan
dunia internasional.