2. Devi Eka Putri P (23) 3. Dianah Khoirun Nisa (24) 4. Dito Yudha Dharma (28) 5. Fuad Ardinansyah (34) • Indonesia Zaman Prasejarah Berdasarkan hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan di kepulauan Nusantara sebelum mengenal tulisan, maka kehidupan masyarakat paling awal di Indonesia oleh para ahli dibagi atas 2 (dua) zaman yaitu, Zaman Batu dan zaman Logam. Zaman Batu terdiri atas Zaman Batu Tua (Paleolitikum), Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum), dan Zaman Batu Besar (Megalithikum). Sedangankan zaman logam terdiri dari Zaman Tembaga, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Dari zaman-zaman tersebut hanya zaman tembaga yang tidak pernah berkembang di Indonesia. 1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum) Zaman batu tua ini berlangsung selama Kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman Glasial dan Interglasial datang silih berganti. Peninggalan Budaya 1. Kebudayaan Pacitan Alat-alat batu ditemukan oleh Van Koenigswald, pada tahun 1935 di kali Baksoko, Jawa Timur. Alat ini berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, flake. Alat-alat dari batu tersebut berasal dari lapisan Pleistosen Tengah. 2. Kebudayaan Ngandong Alat-alat zaman ini ditemukan di Ngandong dekat Ngawi Jawa Timur. Alat ini berupa kapak genggam dan flake. Disamping itu pada kebudayaan Ngandong ditemukan alat-alat dari tanduk. Alat dari tulang tersebut berupa alat penusuk (belati), ujung tombak dengan gergaji pada kedua sisinya dan alat pengorek ubi dan keladi. Manusia Pendukung Pithecanthropus Erectus, Homo Gambar Peninggalan Soloensis, Homo Wajakensis, Zaman Batu Tua. karena ditemukan di Pleistosen Tengah. Kehidupan Sosial Berdasarkan temuan mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Hewan bururan mereka antara lain : kerbau, banteng, kuda nil, badak, rusa, monyet, dll. Mereka hidup dengan cara berpindah-pindah. 2. Zaman Batu Madya (Mesolithikum) Zaman ini berlangsung Kala Holosen. Perkembangan budaya pada zaman ini lebih cepat karena mereka berasal dalam ktegori manusia cerdas. a. Peninggalan Budaya 1. Kebudayaan Tulang Sampung 2. Kebudayaan Toala 3. Kebudayaaan kapak genggam Sumatra b. Manusia Pendukung Pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah manusia dari ras papua melanosoid. c. Kehidupan Sosial Sebagian masih berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi sebagian lagi dari mereka sudah bertempat tinggal secara menetap di gua-gua dan bercocok tanam sederhana. • Gambar peningalan pada Zaman Batu Madya 3. Zaman Batu Muda (Neolithikum) Perkembangan zaman ini sudah sangat maju apabila dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto-melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. a. Peninggalan Budaya Kapak Persegi Kapak Lonjong Gerabah Manusia pendukung pada zaman ini memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Gerabah ada yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, untuk keperluan acara, da nada juga yang digunakan untuk wadah tulang tulang manusia. b. Manusia Pendukung Manusia pendukung pada masa ini bertempat tinggal di Indonesia bagian Timur. Mereka berasal dari ras Proto-Melayu, termasuk dari mereka suku Sasak, Batak, Dayak dan Toraja. c. Kehidupan Sosial Budaya Perubahan besar terjadi dalam bidang social budaya, perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan dan dari kehidupan berpindah- pindah menjadi menetap. • Gambar peninggalan Zaman Batu Muda (Neolithikum) 4. Zaman Batu Besar (Megalithikum) Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar masif. Bangunan megalithic ini digunakan untuk sarana penghormatan dan pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Adapun hasil-hasil dari kebudayaan Megalithikum sebagai berikut: a. Menhir Menhir yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada suatu tempat. Fungsi Menhir sebagai berikut: • Sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang • Sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal • Sebagai tempat menampung kedatangan roh. C. Dolmen e. Sarkofagus Dolmen adalah meja batu sebagai Sarkofagus atau keranda tempat sesaji. Ada dolmen yang adalah peti jenazah yang terbentuk seperti tulang atau berkakikan menhir seperti ditemukan lesung, tetapi mempunyai tutup. di Pasemah, Sumatra Selatan. Ada Sarkofagus banyak ditemukan pula dolmen yang juga digunakan di Bali dan Sumatra Barat. untuk kubur batu seperti yang f. Waruga ditemukan di Bondowoso dan di Waruga adalah peti jenazah Merawan, Jember, Jawa Timur. kecil yang berbentuk kubus dan D. Kubur Peti Batu ditutup dengan batu lain yang Kubur Peti Batu adalah peti jenazah selalu berbentuk atap rumah. Waruga banyak ditemukan di yang terpendam di dalam tanah Minahasa. berbentuk persegi panjang dan sisi- g. Arca Batu sisinya terbuat dari lempengan- lempengan batu. Kubur peti batu Arca-arca tersebut banyak ditemukan di Sumatra Selatan banyak ditemukan di Kuningan, Jawa diteliti oleh Van Heine Geldern. Barat. Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang, seperti gajah, harimau, babi, rusa dan kera. Peninggalan Zaman MegaLithikum TERBENTUKNYA KEPULAUAN DI INDONESIA Menurut kalender geologi, perkembangan bumi dapat dibagi menjadi empat zaman, yakni Arkaezoikum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum (Kenozoikum). 1. Masa Arkaezoikum Berlangsung sekitar 2,5 miliar tahun lalu, bumi masih seperti bola panas sehingga belum ada kehidupan. 2. Masa Paleozoikum Berlangsung sekitar 500–245 juta tahun lalu. Suhu bumi masih belum stabil, namun curah hujan cukup tinggi dan terdapat makhluk bersel satu. Paleozoikum dibagi menjadi lima periode, yaitu Kambrium (hewan- hewannya, yakni ubur-ubur dan ikan), Silur (makhluk hidupnya, yakni lumut, tanaman vaskular, dan jenis artropoda kecil di darat), Devon (hewan-hewannya, yakni beberapa jenis hiu dan amfi bi), Karbon (mulai muncul hewan jenis reptilia), dan Permian (berkembangnya hewan jenis amfibi dan hewan- hewan lain di darat dan air). 3. Masa Mesozoikum Berlangsung sekitar 245–65 juta tahun yang lalu. Suhu bumi sudah semakin stabil dan bermunculan hewan raksasa (dinosaurus). Periode ini dibagi tiga masa, yaitu Trias (didominasi oleh jenis reptilia), Jura (salah satu hewannya, yakni jenis reptilia), dan Kapur (muncul primata dan tumbuhan berbunga, periode terjadinya kepunahan massal dinosaurus). Masa ini berakhir ketika sebuah meteor menghantam bumi yang menyebabkan hampir 75% kehidupan di bumi mengalami kepunahan, sekaligus mengakhiri zaman dinosaurus. 4. Neozoikum Berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu dan keadaan alam bumi semakin stabil. Masa Neozoikum terbagi menjadi dua, yakni Zaman Tersier dan Zaman Kuarter. Zaman Tersier, muncul berbagai jenis mamalia, yakni sejenis kera dan monyet. Zaman Kuarter, berlangsung 600.000 tahun lalu. Mulai muncul tanda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman Kuarter dibagi menjadi dua masa, yakni Pleistosen (Diluvium) dan Holosen (Aluvium) • Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Sebagian kepulauan di wilayah Indonesia
merupakan titik temu antara tiga lempeng,yaitu lempeng Indo-Australia di selatan, lempeng Eurasia di utara dan lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas),obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng.
Pergerakan mendatar berupa pergeseran
lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda.Namun semuanya telah menyebabkan wilayah kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu. • Pada masa Paleozoikum keadaan geografis kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini.Pada kala itu wilayah ini masih berupa bagian dari samudra yang sangat luas,hampir seluruh bumi.Pada fase berikutnya,yaitu pada akhir masa Mesozoikum,sekitar 65 juta tahun lalu.Kegiatan tektonis itu menjadi aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo- Australia,Eurasia,Pasifik.Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis,sehingga menyebabkan daratan terpecah- pecah. • Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra,Jawa,Kalimantan,Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda.Hal yang sama juga terjadi di Australia.Sebagian pecahanya bergerak ke utara membentuk pulau Timor,Kepualuan NTT,dan sebagian Maluku tenggara.Pergerakan pulau- pulau hasil pemisahan kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil.Kegiatan tektonis sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian kepulauan Indonesia pada masa Tersiersekitar 65 juta tahun yang lalu. • Evolusi Manusia Purba Di Indonesia Evolusi biologis bukanlah perubahan suatu organisme dari tahapan telur – lahir – dewasa– tua – mati. Evolusi biologis adalah perubahan satu takson menjadi takson lain atau takson lama berubah sedikit. Jadi, sudut pandang evolusi bukanlah individu, tetapi populasi. Darwin pada abad ke-19 mengemukakan teori evolusi biologinya yang cukup terkenal. Teori evolusi tersebut mencetuskan pola pikir baru, yaitu bahwa takson itu tidak statis, melainkan dinamis, melalui masa yang panjang, dan semua makhluk hidup ini berkerabat. • Darwin dalam bukunya The Origin of Species mengemukakan teori bahwa spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa yang silam dan terjadi melalui seleksi alam. Salah satu teori yang banyak diterima adalah evolusi manusia dari Australopithecus melalui Homo erectus ke Homo sapiens. • Australopithecus yang berperan dalam hal ini adalah Australopithecus africanus, kemudian melalui Australopithecus habilis (disebut pula Homo habilis). Antara Homo erectus dan Homo sapiens terdapat Homo neaderthalensis, lagi pula telah ada manusia yang lebih umum cirinya dari Neanderthal yang mendekati jenis Homo sapiens. Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia • Manusia Purba Jenis Meganthropus Meganthropus adalah sekumpulan koleksi Fosil mirip Manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran. Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah. Ciri ciri tubuhnya kekar, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu, pada masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia purba lainnya Manusia Purba Jenis Meganthropus • Manusia Purba Jenis Pithecanthropus Pithecanthropus artinya manusia kera. Fosilnya banyak ditemukan di daerah Trinil (Ngawi), Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun, Jawa Timur). Seorang peneliti manusia purba Tjokrohandojo bersama ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak di lapisan Pucangan, yakni pada lapisan Pleistosen Bawah di daerah Kepuhlagen, sebelah utara Perning daerah Mojokerto. Mereka memberikan nama jenis Pithecanthropus mojokertensis, yang merupakan jenis Pithecanthropus paling tua. Jenis Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tubuh dan kehidupan sebagai berikut. 1. Memiliki rahang bawah yang kuat. 2. Memiliki tulang pipi yang tebal. 3. Keningnya menonjol. 4. Tulang belakang menonjol dan tajam. 5. Perawakannya tegap, 6. Tidak berdagu. 7. Memakan jenis tumbuhan. • Manusia Purba Jenis Homo Secara fisik dan kualitatif manusia purba jenis Homo ini sudah lebih maju dan sempurnya jika dibandingkan dengan jenis manusia purba Meganthropus maupun Pithecanthropus. Secara fisik, ciri-ciri manusia homo sudah mirip dengan manusia modern sekarang, seperti bentuk kepalanya yang sudah tidak lonjong. Secara kualitatif, tingkat kecerdasannya sudah lebih tinggi karena sudah mampumenggunakan alat-alat dari batu dan tulang. Di samping itu dalam berburu merekatelah menggunakan alat-alat perburuan. Mereka juga telah mengenal api karenabinatang hasil buruannya dikuliti dahulu sebelum dibakar. Demikian pula jenis umbi-umbian yang menjadi makanan mereka juga telah dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan. Meskipun demikian, manusia purba jenis Homo ini masih hidupsecara berpindah-pindah (nomaden) mereka hidup berpindah bergantung pada persediaan makanan yang ditemukan di alam sekitanya (food gathering). • Manusia Jenis Homo Soloensis • Manusia Jenis Homo Wajakensis pada tahun 1931-1934, ahli Homo wajakensis termasuk ras yang purbakala yang bernama G.H.R. sulit ditemukan karena memiliki ciri- VonKoeningswald dan wedewnrich ciri ras Mongoloid dan juga menemukan fosil-fosil manusia Austromelanesoid atau mungkin purba di Lembah Sungai berasal dari subras Melayu Indonesia Bengawan Solo di dekat Desa dan turut berevolusi menjadi ras Ngadong. Jenis manusia purba Austromelanesoid sekarang. Ras dari LembahBengawan Solo wajak mungkin juga meliputi manusia tersebut dinamakan homo soloensis yang hidup sekitar 25.000 – 40.000 atau manusia purba dari Solo. tahun yang lalu di AsiaTenggara. Berdasarkan penelitian fosil-fosil Fosil homo wajakensis ditemukan oleh yang ditemukan, Homo Van Riestchoten pada tahun 1889 di Soloensis mempunyai cirri-ciri Desa Wajak Tulungagung fosil ini sebagai berikut. kemudian diteliti oleh Eugene Dubois, 1.Otak kecilnya lebih besar temuan fosil ini merupakan temuan daripada otak fosil manusia purba pertama yang kecil Pithecanthropus Erectus. dilaporkan berasal dari Indonesia. 2. Tengkoraknya lebih besar Fosil homo wajakensis mempunyai daripadaPithecanthropus Erectus. tinggi badan sekitar 130-210 cm 3. Tonjolan kening agak terputus dengan berat badan antara 30-150 ditengah (di atas hidung). kg. volume otaknya mencapai 1300 cc. manusia purba jenis ini hidup 4. Berbadan tegap dengan antara 40.000- 25.000 tahun yang ketinggiankurang lebih 180 c lalu pada lapisan pleistosen atas. • Daerah Ditemukannya Manusia Purba Di Indonesia 1. Sangiran • Dalam buku Sangiran Menjawab Dunia yang ditulis oleh Harry Widianto dan Truman Simanjuntak dijelaskan bahwa sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari kala pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Situs Sangiran mempunyai luas 8 x 7 kilometer. Situs Sangiran ni merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah tersebut diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi tersebut meyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang. • Sangiran ditemukan pertama kali pada tahun 1864 oleh P. E. C Schemulling, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari kalioso, bagian dari wilayah sangiran. • Eugene Dubois pernah datang juga ke Sangiran, namun Dubois kurang tertarik dengan temuan-temuan dari wilayah Sangiran. G. h. r. von Koeningswald pada tahun 1934 menemukan artefak litik I wilayah Ngebung, sekitar 2 kilometer di barat laut kubah Sangiran. Semenjak penemuan Von Koeningswald tersebut, situs sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo Erectus secara sporadic dan berkesinambungan. • Fosil homo erectus ini adalah takson paling penting dalam sejarah manusia sebelum masuk pada tahapan homo sapiens (manusia modern). • Situs sangiran ini tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, tetapi juga memberikan gambaran nyata mengenai evolusi budaya, binatang dan lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis- stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun menunjukkan tentang hal tersebut. 2. Trinil, Ngawi • Trinil adalah salah satu situs paleoantropologi di Indonesia yang lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat in terletak di desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kira-kira 13 kilometer sebelum pusat kota Ngawi dri arah kota Solo. Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba (tepatnya zaman pleistosen tengah). Pada tahun 1891 Eugene Dubois (seseorang ahli anatomi) menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba. Di trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hetare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecanthropus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaesondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Teuku Jacob. • Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil ini sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inidvidu ini teah mencapai usia dewasa. SEKIAN DAN TERIMA KASIH