Anda di halaman 1dari 10

A.

KEADAAN ALAM DAN PESEBARAN BINATANG SERTA MANUSIA PURBA INDONESIA Berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi) waktu sejak mulai terjadinya bumi sampai sekarang, dapat dibagi menjadi beberapa zaman sebagai berikut : 1. Archaeikum atau Azoikum. 2. Paleozoikum (zaman kehidupan tua). 3. Mesozoikum (zaman kehidupan pertengahan). 4. Neozoikum atau kainozoikum (zaman kehidupan baru) berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. 5. Zaman neozoikum ini dibagi atas dua zaman yaitu : 6. Zaman Tersier (zaman ke tiga). 7. Zaman Kwarter ( zaman ke empat).

B. MANUSIA PURBA INDONESIA Dalam hal penemuan manusia purba, Indonesia menempati posisi yang penting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia berasal dari semua kala Plestosen. Sehingga nampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia dari yang tertua adalah sebagai berikut : Meganthropus Paleojavanicus (Manusia Raksasa dari Jawa Purba) Pithecanthropus (Manusia Kera)

Macam-macam Pithecanthropus sebagai berikut : a. b. c. d. Pithecanthropus Mojokertensis. Pithecanthropus Robustus (Manusia kera yang kuat) Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berdiri tegak) Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)

Homo Wajakensis (Manusia Purba dari Wajak)

C.PERIODISASI KEHIDUPAN MASYARAKAT AWAL DI INDONESIA Kehidupan masyarakat awal di Indonesia sebelum mengenal tulisan pengaruh Hindu-Budha disebut dengan Zaman Prasejarah. Kehidupan masyarakat awal tersebut dibagi dalam periodisasi sebagai berikut : 1. a. b. c. 2. a. b. c. Zaman Batu, dibagi menjadi: Zaman Batu Tua (Paleolithikum) Zaman Batu Madya (Mesolithikum) Zaman Batu Muda (Neolitikum) Zaman Logam, dibagi menjadi: Zaman tembaga Zaman Perunggu Zaman Besi

A.

ZAMAN BATU

Zaman Batu Tua (Paleolithikum) a. Peninggalan Budaya Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong. b. Manusia Pendukung

Berdasarkan

penemuan

yang

ada

dapat

disimpulkan

bahwa

pendukung sebagai

kebudayaan Pacitan adalah

Pithecanthropus Erectus.

Sedangkan

pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

c.

Kehidupan Sosial Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).

Alat-alat batu dari zaman batu tua pada zaman batu madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan, sehingga memunculkan corak tersendiri. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah.

a) Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture) Banyak alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ditemukan di abri sous roche. Penelitian pertama terhadap abri sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur dari tahun 1928 sampai 1931. Alat-alat mesolithik yang ditemukan dari gua tersebut adalah : alatalat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Bersamaan dengan alat-alat dari Sampung ini, ditemukan pula fosil manusia Papua Melanesoide.

b)

Kebudayaan TOALA (Flake Culture) Penelitian di gua-gua di Lumancong, yang masih didiami oleh suku bangsa Toala, berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Van Stein Callenfels memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.

c) Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera (Peble Culture) Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini disebut

Kjokkenmoddinger (sampah dapur). Bersama-sama Kjokkenmoddinger ini, Van Stein Callenfels pada tahun 1925, juga menemukan : peble (kapak genggam Sumatera) hache courte (kapak pendek) batu-batu penggiling alu dan lesung batu pisau batu, dan sebagainya

b.

Manusia Pendukung

Pendukung kebudayaan mesolithikum adalah manusia dari ras Papua melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras papua melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang di Sumatera. Sedangkan pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan adalah nenek moyang orang Toala sekarang yang merupakan keturunan orang Wedda dari Srilangka (Ras Weddoid).

c.

Kehidupan Sosial

Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolithikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan tetapi sebagian sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Adapula pendukung kebudayaan zaman batu madya yang hidup di pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput dan kerang.

c.

Seni

Lukis

Penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M. Heeren Palm pada tahun 1950 di Leang Patta E. Menurut Van Heekeren gambar babi hutan di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan berumur sekitar 4000 tahun.

d.

Kepercayaan

Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Demikian halnya gambar kadal di wilayah tersebut, dianggap sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala suku sebagai lambang kekuatan magis.

Ringkasan

Kebudayaan

Mesolithikum

Hasil -

kebudayaan Kapak Alat-alat

Cara genggam tulang dan

Hidup Sumatera tanduk

Pendukung (pebble (Bone Culture) Culture)

Kapak

Alat-alat pendek

serpih (Hache

(flakes) courte) Gerabah

Lukisan dinding gua Mulai

Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut tanam secara sederhana

bercocok

Sebagian masih nomaden, sebagian sudah mulai menetap bertempat tinggal di

gua-gua Sebagian hidup di pesisir menangkap ikan dan kerang moyang dari Papua Melanesoid, suku: Papua Sakai Semang Atca Aborigin (Siak) (Malaysia) (Filipina (Australia)

nenek -

Zaman

Batu

Muda

(Neolithikum)

a.

Hasil

kebudayaan

Alat-alat batu yang dipergunakan pada zaman batu muda sudah sangat halus pembuatannya, karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong.

b.

Manusia

Pendukung

Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada zaman Neolithikum

bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka adalah dari ras proto-melayu (Melayu - Tua) yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan Perahu Bercadik. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah Papua Melanesoide.

c.

Kehidupan

Sosial

Budaya

Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada zaman batu muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing), dari kehidupan berpindah-pindah (nomaden) menjadi kehidupan menetap.

d.

Kepercayaan

Masyarakat zaman Neolithikum mempercayai adanya kekuatan diluar kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan Animisme yaitu

kepercayaan tentang adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan dari ruh.

Kehidupan

Zaman

Neolithikum

Hasil -

Kebudayaan

Cara

Hidup Kapak Kapak Kapak

Manusia

Pendukung persegi Lonjong bahu Gerabah

Perhiasan

(gelang

dan

manik-manik)

Alat

pemukul

kulit

kayu

Revolusi

Neolitik

Hidup menetap bertempat tinggal di rumah-rumah sederhana / mulai memperkampungan Hidup dengan bercocok tanam dan berternak

bentuk -

Menggunakan bahasa Melayu-Polinesia (Austronesia)

Indonesia Barat

Proto Melayu 2000 SM nenek moyang dari suku bangsa : Nias, Toraja, Sasak, Batak Papua Indonesia Timur Melanesoide

Megalithikum

Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan Megalithikum muncul pada zaman neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam. Adapun hasil-hasil 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Punden Kubur peti terpenting dari kebudayaan megalithikum adalah :

Menhir Dolmen Sarkofagus batu Waruga Berundak Arca.

B.

ZAMAN

LOGAM

(ZAMAN

PERUNGGU)

Pada zaman logam ini penduduk Indonesia telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan Perunggu di Asia Tenggara

yang

menyebar

ke

Indonesia

sekitar

tahun

500

SM.

a.

Hasil-hasil

kebudayaan

Pada zaman logam manusia sudah mampu melebur dan mengolah logam menjadi alat-alat untuk keperluan sehari-hari atau alat upacara. Hasil-hasil kebudayaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Benda-benda Benda-benda perunggu Bejana dari zaman logam Kapak diantaranya sebagai berikut :

Corong Nekara Perunggu Arca-arca lain besi Gerabah

b.

Teknologi

Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan b. c. Teknik Teknik a cire 2 teknik, Bivalve perdue yaitu : (Setangkap) (cetakan lilin)

c.

Manusia

pendukung

Pendukung utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.

d.

Kehidupan

sosial

budaya

Pada zaman logam manusia di Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai. Mereka hidup dalam perkampunganperkampungan yang makin teratur dan terpimpin. Bukti-bukti sisa tempat kediaman mereka ditemukan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Sumba dan di beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

e.

Pelayaran

Pengetahuan manusia pada zaman logam dalam berbagai bidang meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan (astronomi) dan iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran. Hornell menyimpulkan bahwa perahu bercadik atau perahu bersayap adalah perahu khusus dari Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai