Anda di halaman 1dari 9

KELAS X MIPA 1

SMA NEGERI 1 RENGAT BARAT

2022

Guru pembimbing:

Syafwatul pikri irvansyah

Oleh:

1. DAFFA MIQRAB RAMANDHA NST


2. ELVIRA PUTRI SETIAWAN
3. DIVA AMELIA SASTRA
4. NAYLA AZEYKA
Zaman Paleolitikum

Zaman Paleolithic atau Zaman Batu Tua adalah periode prasejarah yang
diperkirakan elongation pada 600,000 tahun lalu. Pada periode ini, alat-alat yang
digunakan manusia purba terbuat dari batu kasar yang belum dihaluskan, seperti
kapak genggam atau chopper yang berfungsi untuk memotong kayu atau
membunuh binatang buruan. Kehidupan masyarakat pada zaman Paleolithic masih
sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia purba sepenuhnya
bergantung pada keadaan alam. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan
berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dispendersi saat itu,
atau disebut food gathering. Oleh karena itu, tempat tinggal mereka berpindah-
pindah atau nomads, tergantung pada daerah yang masih subur dan banyak
menyediakan bahan makanan seperti binatang buruan. Setelah bahan makanan di
tempat tersebut habis, mereka akan berpindah mencari tempat lain yang masih
subur, begitu seterusnya.

Ciri-ciri Zaman Paleolitikum:


 Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu yang masih kasar
 Pola hidup manusianya masih mengembara atau nomads
 Manusianya hidup dengan cara berburu dan meramu
 Ditemukannya Kebudayaan Ngandong dan Kebudayaan Pacitan
hasil kebudayaan Zaman Paleolitikum:

Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan Pacitan pertama kali ditemukan oleh GHR von Koenigswald pada 1935 di dekat
Punung, Kabupaten Pacitan. Alat-alat peninggalan dari zaman ini terbuat dari batu yang masih
sangat kasar.

Berikut ini beberapa hasil Kebudayaan pacitan yang ditemukan von Koenigswald.

 Kapak genggam
 Kapak perimbas
 Alat-alat serpih (flakes)

Kebudayaan Ngandong:
Kebudayaan Ngandong adalah hasil kebudayaan manusia praaksara yang berkembang di
daerah Ngandong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di daerah ini banyak ditemukan peralatan
manusia purba yang terbuat dari batu, tulang hewan dan tanduk rusa.
Berikut ini beberapa contoh peninggalan Kebudayaan Ngandong.
 Kapak genggam
 Alat-alat dari tulang hewan yang dibentuk menjadi semacam belati
 Ujung tombak dengan gigi-giri pada sisinya
 Alat-alat serpih (flakes)

System kepercayaan:
Sistem kepercayaan zaman paleolitikum adalah animisme dan dinamisme, serta pemujaan roh
nenek moyang.

animisme adalah percaya bahwa setiap benda memiliki roh. hal ini dibuktikan dengan
meletakkan tulang belulang orang yang sudah mati di goa.
sedangkan dinamisme adalah percaya bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. ini
dibuktikan dengan menhir.
pemujaan roh nenek moyang adalah percaya bahwa setiap orang yang mati akan menuju ke
tempat yang lebih baik.
manusia paleolitikum percaya bahwa setiap kejadian karena kemarahan nenek moyang.
contoh ketika gunung meletus. mereka percaya bahwa penunggu gunung sedang marah, atau
ketika gempa bumi. mereka percaya penunggu tanah sedang marah.
Manusia pendukung Zaman Paleolitikum:
Zaman Paleolitic diperkirakan didukung oleh jenis manusia purba yang ditemukan di Pulau
Jawa pada akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20.
Berikut beberapa manusia pendukung yang hidup pada Zaman Paleolitikum:

 Meganthropus paleojavanicus
 Pithecanthropus robustus
 Pithecanthropus Mojokertensis
 Pithecanthropus Erectus
 homo soloensis
 Homo Wajakensis
Zaman Mesolitikum

Sesuai dengan arti katanya dalam bahasa Yunani, yaitu “mesos” yang berarti “tengah”, dan “lithos”, yang
berarti “batu”; zaman mesolitikum berada diantara dua zaman batu.

Zaman Mesolitokum atau disebut juga Zaman Batu Madya, merupakan periode perkembangan teknologi
manusia setelah Zaman Batu Tua (Paleolitikum) dan sebelum Zaman Batu Muda (Neolitikum).

Zaman Mesolitikum diperkirakan berlangsung pada masa Holosen, sekitar 10 ribu tahun yang lalu.
Kehidupan manusia di zaman batu tengah ini tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua.

Manusia di zaman ini  masih mengumpulkan makanan, berburu, atau menangkap ikan. Mereka mulai
hidup menetap, seperti di gua, tepi sungai atau di tepi pantai.

Perkembangan kebudayaan di zaman mesolitikum berlangsung lebih cepat di banding masa zaman
paleolitikum. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keadaan alam serta manusia
pendukung zaman ini.

Keadaan alam di zaman mesolitikum lebih stabil, sehingga manusia bisa hidup dengan lebih tenang.
Selain itu manusia pendukung zaman ini adalah Homo Sapien, yang lebih cerdas dari manusia
pendahulunya.

Di zaman ini alat-alat perkakas yang digunakan memang hampir sama dengan zaman sebelumnya,
namun bentuknya sudah lebih dihaluskan. Selain kapak gengam, alat dari tulang, serta flakes; manusia
zaman ini juga sudah mempu membuat gerabah dari tanah liat.

Manusia yang hidup di zaman mesolitikum ini memiliki kehidupan semi-sendenter. Mereka tinggal di gua-
gua di tebing pantai (abrissousroche). Di tempat tersebut juga ditemukan tumpukan sampah dapur
(kjokkenmoddinge
Ciri ciri zaman mesolitikum

 Manusia di zaman ini sudah mulai hidup menetap. Mereka tinggal di gua-gua, di pinggir sungai,
ataupun di pinggir pantai.
 Memiliki kemampuan bercocok tanam, namun dengan teknik yang masih sangat sederhana .
 Sudah mengenal kerajinan; mampu membuat gerabah dari tanah liat.
 Menerapkan sistem mengumpulkan makanan (food gathering)
 Ditemukan kjokenmondinger (tumpukan sampah dapur). Berupa tumpukan fosil kulit kerang atau
siput, yang membentuk bukit setinggi +7 meter.
 Tekstur perkakas atau peralatan dari yang dibuatnya sedikit lebih halus dibanding zaman
sebelumnya
 Alat-alat kebudayaan zaman ini antara lain: flakes (alat serpiih), ujung mata panah, pipisan (batu
giling), kapak gengam (pebble), kapak pendek (hachecourte), alat-alat dari tulang (bone culture).
 Memiliki peninggalan lukisan pada diding gua. Lukisan tapak tangan ini diperkirakan merupakan
bagian dari ritual agama, untuk keperluan ilmu dukun, atau untuk memperingati peristiwa penting
yang terjadi dilingkungan sekitar mereka.

Kebudayaan zaman mesolitikum:


1. Kebudayaan kapak Genggam (Pebble Culture) dalam Kjokkenmoddinger

Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian pada Kjokkenmoddinger yang
ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, tepatnya pantai antara Langsa dan Medan.
Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur peninggalan manusia purba zaman mesolitikum.

Kjokkenmoddinger atau sampah dapur tersebut berupa tumpukan fosil kulit kerang dan siput, yang
membentuk bukit setinggi ± 7 meter. Selain fosil kulit kerang, Dr. P.V. Van Stein Callenfels  juga
menemukan banyak kapak genggam dalam Kjokkenmoddinger.

Kapak genggam yang ditemukan tersebut berbeda dengan kapak genggam zaman Paleolitikum.
Penemuan Kjokkenmoddinger ini disebut dengan kapak genggam Sumatra (Sumatralith).

Kapak genggam ini memiliki tekstur yang lebih halus dari chopper (kapak genggam zaman paleolitikum).
Bahan pembuatnya adalah batu kali yang dipecah-pecah.

2. Kebudayaan Alat Tulang di Sampung (Sampung Bone Culture)

Dalam penelitian di goa Lawa, Sampung, Jawa Timur (daerah Ponorogo-Madiun) pada tahun 1928 –
1931 ditemukan alat-alat kehidupan manusi purba di zaman mesolitikum. Alat-alat kehidupan tesebut
berupa alat-alat yang terbuat dari batu, seperti ujung panah, flakes, kapak genggamSelain alat-alat dari
batu, ditemukan pula alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, serta alat-alat dari perunggu dan besi.
Sebagian besar alat kehidupan yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah ala-alat dari tulang.
Sehingga dinamakan Sampung Bone Culture.
3. Kebudayaan Alat Serpih (Flakes Culture) dari Peradaban Abris Sous Roche

Peradaban Abris Sous Roche, berasal dari kata “Abris” = Tinggal, “Sous” = Dalam, dan “Roche” = Gua.
Peradaban Abris Sous Roche merupakan peradapan dimasa dimana manusia telah tinggal dalam
gua.Contohnya peradaban yang ditemui di gua Lawa, Sampung, Jawa Timur; di Lamoncong, Sulawesi
Selatan; di gua Raha, pulau Muna, Sulawesi Tenggara; serta danau Sentani di Papua.Abris Sous Roche
atau gua tempat tinggal manusia pada zaman ini berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan
binatang buas. Di tempat ini banyak ditemukan alat serpih (flakes culture), alat-alat dari tulang dan
tanduk, serta tulang manusia jenis papua melanisoid.

4. Kebudayaan Bacson Hoabinh

Kebudayaan Bascon Hoabinh merupakan kebudayaan yang ditemukan dalam bukit kerang serta gua di
Indo-china, Sumatra Timur, serta di Melaka. Dalam peninggalan ini, mayat seseorang yang meninggal
akan diposisikan dengan kondisi berjongkok.Selain diatur posisinya, mayat peninggalan zaman ini juga di
beri cat warna merah. Konon, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan hayat kepada
mereka yang masih hidup. Dalam kebudayaan ini, ditemukan pula batu giling.

5. Kebudayaan Toala

Kebudayaan Toala merupakan kebudayaan dimana alat-alat kehidupan manusianya berasal dari batuan
yang menyerupai batu api dari Eropa. Contohnya batu kaleson, jaspis, obsidian atau batu kapur.Pada
kebudayaan Toala, mayat orang yang meninggal akan dikuburkan dalam gua. Setelah tulang mayat
mengering, akan diambil kembali dan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Kaum
perempuan dimasa itu biasanya menjadikan tulang-tulang tersebut sebagai kalung.

System kepercayaan zaman mesolitikum

Manusia purba di zaman Mesolitikum sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Mereka
menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme.Bukti kepercayaan ini terlihat dalam lukisan di
goa Leang-Leang Sulawesi. Berupa gambar telapak tangan wanita serta hewan, yang diyakini dapat
mengusir roh jahat.Lukisan manusia zaman ini yang ditemukan di pulau Seram dan Papua berupa
gambar nenek moyang. Gambar ini juga dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat.
Gambar kadal dianggap sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala suku, dan merupakan lambang
kekuatan magis.Bukti adanya penguburan pada zaman mesolitikum ditemukan di gua Lawa, sampung,
Jawa Timur serta di kjokkenmodinger. Mayat-mayat zaman tersebut di bekali dengan kapak=kapak yan
ginda, perhiasan, serta keperluan sehari-hari lainnya.Juga terdapat mayat yang diberi cat berwarna
merah, tujuannya untuk memberikan kehidupan baru di alam baka .
Manusia pendukung zaman mesolitikum

Manusia pendukung zaman mesolitikum adalah bangsa melanosoid, yang diperkirakan merupakan nenek
moyang orang Sakai, Aeta, Aborigin serta Papua. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil ras papua
melanosoid katau austromelanosoid, di situs Sampung tempat kebudayaan alat tulang (bone culture) di
ketemukan.Fosil manusia ras papua melanosoid juga di ketemukan di bukit-bukit kerang yang merupakan
tumpukan sampah dapur (kjoken mondinger) manusia zaman ini di Sumatra. Sedangkan menurut
Sarasin, pendukung kebudayaan Toala  adalah nenek moyang suku Toala, yaitu keturunan ras Wedda
dari Srilangka.Manusia di zaman ini memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan manusia purba
zaman sebelumnya, zaman paleolitikum. Tananan kehidupan sosial mereka juga lebih rapi, tertata dan
maju di banding dengan pendahulunya. Mereka juga memiliki peninggalan lukisan gua, misalnya lukisan
gua di daerah papua yang diteliti oleh dua bersaudara Roder dan Galis. Menurut penelitan mereka,
lukisan goa tersebut di buat dengan tujuan tertentu.

Lukisan goa ini diperkirakan merupakan bagian dari ritual agama. Misalnya sebagai ucapan untuk
menghormati nenek moyang, untuk upacara inisiasi,  upacara meminta hujan, atau juga upacara
memohon kesuburan.Selain itu, lukisan tersebut juga diperkirakan dibuat untuk keperluan ilmu dukun
atau untuk memperingati peristiwa penting yang terjadi dilingkungan sekitar mereka.Lukisan tapak tangan
peninggalan zaman ini tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia, terutama di wilayah Indonesia
timur. Tema serta bentuk lukisan ini menunjukkan kemiripan satu sama lain. Juga sudah mengenal teknik
pewarnaan sederhana.Lukisan cap jari tangan berwarna merah diperkirakan sebagai simbol kekuatan,
perlindungan dari gangguan roh-roh jahat. Cap tangan dengan jari tidak lengkap diperkirakan sebagai
ungkapan duka atau perkabungan. Sedangkan gambar binatang diangga memiliki kekuatan magis.Untuk
teknik pewarnaan terdapat 3 warna, yaitu: hitam, putih, dan merah. Warna merah diambil dari oksida besi
atau orker merah (hematite), warna putih dari kapur (kaolin), dan warna hitam dari arang (mangan
dioksida).

Anda mungkin juga menyukai