Anda di halaman 1dari 17

SUMBER SEJARAH

MASA PRAAKSARA

PRAAKSARA
ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM

ABDUL GHOFUR PUTRA SUSANTO


X IPS 3/03

Tahun 2020 – 2021


Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara
berarti tulisan. Sebutan ‘masa praaksara’ ada untuk menggantikan ‘masa prasejarah’ yang dirasa
kurang tepat karena meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba yang hidup pada masa
tersebut sudah memiliki sejarah serta telah menghasilkan kebudayaan.

 PEMBAHASAN MASA PRAAKSARA

Pembagian masa praaksara selama periode waktu yang berbeda berdasarkan dengan
peninggalan alat yang ada. Oleh karena itu, zaman praaksara dibagi menjadi beberapa periode,
yaitu

 Zaman batu, di masa ini semua alat yang digunakan untuk bertahan hidup terbuat dari
batu, masa ini dibagi menjadi palaeolithikum, mesozoikum, neolithikum dan
megalithikum.
 Zaman logam, di masa ini semua alat yang digunakan sudah berubah menjadi logam,
masa ini dibagi menjadi periode zaman tembaga, perunggu, dan besi.

1. Zaman Batu

Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari
batu. Zaman batu juga bisa disebut zaman sebelum manusia mengenal logam sehingga
menggunakan batu sebagai bahan utama untuk membuat peralatan.

Di masa ini semua alat yang digunakan untuk bertahan hidup terbuat dari batu, masa ini dibagi
menjadi 4 yaitu, palaeolithikum, mesozoikum, neolithikum dan megalithikum.

A. Paleolithikum  (Zaman Batu Tua)

Zaman batu ini merupakan zaman batu yang paling awal dari kehidupan prasejarah, di mana
semua alat-alat yang digunakan untuk melestarikan kehidupan terbuat dari batu dan masih
dibangun di sekitar manusia.
Masa ini sudah terjadi sekitar 600.000 tahun lalu atau terjadi pada akhir masa Pleistosen.
Menurut sejarah, bahwa didalam kehidupan di masa ini masih sangat mudah. Dimana orang-
orang hidup secara berkelompok yang terdiri dari 10 sampai 15 orang.

Periode ini juga disebut sebagai konsep hidup nomaden atau berpindah-pindah, karena mereka
masih mencari tempat dimana sumber makanan atau hewan buruan berada.

Sehingga, cara mereka untuk bertahan hidup pada waktu itu hanya mengandalkan keahlian
berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering).

B. Mesolithikum  (Zaman Batu Tengah)

Pada zaman ini diperkirakan berlangsung kurang lebih sekitar 20.000 tahun lalu, dimana pada
masa ini kehidupan manusia tidak berbeda jauh dengan kehidupan di masa Paleolithikum.

Manusia yang hidup dimasa ini mendapatkan sumber makanannya dengan cara berburu,
mengumpulkan makanan, dan juga menangkap ikan di sungai. Namun, di masa ini mereka
sudah tinggal secara menetap, seperti di dalam gua, pinggir sungai dan juga tepi pantai.

Dalam masa ini, manusia sudah mengenal istilah bercocok tanam dan melakukan pembagian
tugas dalam kehidupan, seperti kaum laki – laki mencari hewan buruan dan wanita memasak.

C. Neolithikum  (Zaman Batu Muda)

Pada masa ini, kehidupan praaksara yang dialami oleh manusia sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat, bahkan mereka sudah berevolusi dimana sudah tidak lagi
yang mengandalkan hasil buruan.

Namun, mereka sudah mulai meningkatkan metode penanaman, ternak dan lainnya. Tidak
hanya itu saja, kehidupan pada masa itu juga sudah berkembang dengan beralihnya budaya
nomaden menjadi hunian yang permanen di satu tempat.

D. Megalithikum  (Zaman Batu Terakhir)

DIdalam masa ini, dimana manusia sudah terikat dengan ritual-ritual keagamaan. Hal ini sangat
berhubungan dengan masa Neolithikum dimana tidak hanya alat untuk bertahan hidup saja
yang dibuat, tetapi sudah adanya kepercayaan dari manusia yang hidup di zaman ini.
Kehidupan di masa Megalithikum ini sudah mulai dibuatnya alat-alat yang akan digunakan oleh
manusia untuk upacara-upacara ke agamaan, misalnya seperti :

 Peti Kubur Batu, merupakan sebuah potongan batu yang ditumpuk menyerupai peti
mayat yang digunakan untuk prosesi penguburan jenazah.

 Sarkofagus, merupakan sebuah keranda mayat yang terbuat dari batu utuh dan konon
dianggap memiliki kekuatan.

 Waruga, merupakan sebuah peti mayat yang berbentuk seperti kubus atau bulat.

 Menhir, merupakan sebuah tugu besar yang terbuat dari batu, biasanya tugu ini dipakai
untuk menyembah arwah leluhur.
 Dolmen, merupakan sebuah meja batu dengan kaki-kaki yang terbuat dari batu menhir.
Dibuatnya alat ini untuk menempatkan sebuah persembahan atau sesaji dan sebagai alat
kubur atau peti mati.

 Punden Berundak, merupakan sebuah bangunan batu yang berbentuk seperti limas


ataupun piramid yang berfungsi sebagai tempat menaruh sesajian.
2. Zaman Logam

Zaman logam merupakan zaman yang ditandai dengan kemampuan manusia yang pada saat
itu untuk membuat alat alat dari logam. Kemampuan manusia membuat alat alat dan benda
benda dari logam ini menunjukkan bahwa kebudayaan manusia terus berkembang, khususnya
jika dibandingkan dengan zaman batu. Namun demikian, pada zaman itu alat alat dari batu
tidak ditinggalkan sama sekali.

Zaman logam dimana masa ini semua alat yang digunakan sudah berubah menjadi logam, masa
ini dibagi menjadi periode zaman tembaga, perunggu, dan besi.

a) ZAMAN TEMBAGA

Zaman Tembaga adalah satu tahapan pada Zaman Perunggu dimana proses penambahan
timah terhadap tembaga yang menghasilkan perunggu belum diketahui oleh para ahli metalurgi
pada zaman itu. Zaman Tembaga didefinisikan sebagai masa transisi antara Neolithik dan
Zaman Perunggu.

b) ZAMAN PERUNGGU

Zaman Perunggu adalah periode dalam pengembangan peradaban manusia yang ditandai
dengan adanya penggunaan teknik peleburan tembaga dari produk pertanian dan
mengubahnya menjadi perunggu.

Hasil temuan dari masa ini berupa nekara, perhiasan, kapak, bejana, arca, dan juga senjata-
senjata seperti golok dan lainnya.

c) ZAMAN BESI

Zaman Besi merupakan salah satu perkembangan dari peradaban budaya manusia di mana
besi sudah digunakan secara dominan untuk pembuatan alat dan juga senjata.

Penggunaan dari matrial baru ini didalam masyarakat sering mengaitkannya dengan perubahan
dalam praktik pertanian, kepercayaan agama, serta gaya artistik, walaupun hal tersebut tidak
terjadi secara terus-menerus.
Apa saja jenis Manusia Purba di Indonesia?
a. Meganthropus Paleojavanicus, merupakan salah satu jenis manusia prasejarah yang
memiliki ukuran besar dan paling primitif.

Penemuan fosil manusia purba lain yang agak tua usianya di Indonesia adalah
Meganthropus palaeojavanicus (manusia besar tua dari Jawa). Setelah diteliti, jenis fosil
Meganthropus ternyata memiliki tulang rahang bawah yang tegap dan bergeraham
besar. Bila dibandingkan dengan ukuran dan bentuknya, fosil Meganthropus ternyata
lebih besar dan berpawakan lebih tegap dibandingkan Pithecanthropus erectus.
  
Fosil Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Mereka
hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala,
tetapi makanannya belum dimasak. Pithecanthropus terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:

a) Pithecanthropus Mojokertensis

  
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh Von Koenigswald di desa Perning, Lembah
Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur pada lapisan Pleistosen Bawah. Temuan tersebut berupa
fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis Berbadan tegap, mukanya menonjol ke
depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.

b) Pithecanthropus Robustus
 

Jenis fosil ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil,
Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von Koenigswald
menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

c) Pithecanthropus Erectus

  
Jenis fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun
1890 yang berasal dari lapisan Plestosen Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu
setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang
tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900
cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600
cc.

2. Pithecanthropus Erectus, merupakan manusia kera yang berjalan dengan tegak dan


memiliki tinggi sekitar 165 samapi 180 cm.

 Pada tahun 1889, seorang geolog Belanda bernama B.D van Rietschoten
menemukan tengkorak manusia di daerah Wajak, dekat Tulungagung (Jawa Timur).

 Dr. Eugene Dubois yang datang ke Pulau Jawa menemukan fosil di daerah Trinil,
dekat Ngawi (Jawa Timur). Fosil pertama yang ditemukan tersebut diberi nama
Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak, dikenal
juga dengan Manusia Jawa
 Dufjes dan Von Koenigswald berhasil menemukan fosil Pithecanthropus erectus di
Perning, Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Hasil temuan tersebut kemudian
diberi nama Pithecanthropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus. Para
peneliti menganggap ini fosil manusia purba paling tua usianya di Indonesia

  
 Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran,
lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen
Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan
kuat. Mereka hidup dengan cara mengumpulkan (food gathering) makanan mereka
terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. sebagian menganggap
bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang
besar.

3. Homo
merupakan manusia purba yang sudah mulai sempurna dari segi akal serta pikiran

1. Homo Mojokertensis

  
Kaum Homo Mojokertensis
Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941.Fosil kaum homo yang
ini ditemukan Von Koenigswald..

2. Homo Robustus

  
arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia kera yang besar dan kuat ditemukan pada tahun
1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum homo yang ini ditemukan Von
Koenigswald..

3. Homo Sapiens

  
Jenis kaum homo yang ini telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang
dan juga memiliki sifat seperti manusia sekarang memiliki Kehidupan yang sangat sederhana,
dan tentunya hidup mengembara(nomaden). Jenis Kaum Homo sapiens yang ditemukan di
Indonesia ada 2 yaitu:
- homo Soloensis
- homo sapiens wajakensis

 Homo soloensis

  
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen,
oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan
Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang
lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus
Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo
Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan
Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

 Homo Wajakensis
  
Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak,
Tulungagung. Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois. Temuan fosil ini merupakan
temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia.

Fosil Homo Wajakensis memiliki tinggi badan sekitar 130—210 cm, dengan berat badan antara
30-150 kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc Manusia purba jenis ini hidup antara 40.000 —
25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Jika dibandingkan jenis sebelu mnya,
Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan.

Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo Wajakensis


memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia, Aborigin. Oleh karena
itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo Wajakens Termasuk dalam ras Australoide, bernenek
leluhur Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo Wajakensis juga
memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan,
Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari Cina Selatan, dan Australia Selatan.
PERALATAN ZAMAN PURBA MASA PRAAKSARA

1. KAPAK GENGAM

Kapak genggam (sumber: upload.wikipedia.org)

Pertama adalah kapak genggam yang digunakan oleh manusia jenis Pithecanthropus untuk


berburu. Struktur dan bentuknya masih sangat sederhana, ada satu bagian yang tajam yaitu
hanya terdapat di satu sisi saja. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam dan ditemukan di
beberapa tempat, yaitu di Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda
(Lampung).

2. ALAT SERPIH
Alat serpih (Sumber: satujam.com)

Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong
dan melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan
serpihan-serpihan dari batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di
Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).

3. KAPAK PERSEGI

Kapak persegi (Sumber: jurnalponsel.com)

Ketiga adalah kapak persegi, kapak ini merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan
oleh manusia untuk mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk
segi empat yang kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang
untuk tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan
di berbagai tempat di Indonesia lho, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
4. KAPAK LONJONG

Kapak lonjong ( Sumber: satujam.com)

Keempat adalah kapak lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam, sedangkan ujungnya
runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang telah diasah sampai halus.
Kapak lonjong zaman praaksara pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

8. ARCA

Arca merupakan batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.

9. BEJANA PERUNGGU
Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang terbuat dari perunggu.
Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat
yaitu di Madura dan Sumatra.

10. KAPAK CORONG

Kapak corong (Sumber: fixcomart.com)

Kesepuluh, sekaligus terakhir adalah kapak corong yang terbuat dari perungu dan bentuk
bagian atas mirip dengan corong. Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.

Anda mungkin juga menyukai