Fosil adalah bagian makhluk hidup yang telah membatu. Gambar : ronalys.blogspot.com
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara
adapt sebagai benda pusaka.
Nekara. Sumber : zulkhanbrambang.blogspot.com
c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib.
Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua,
keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan
membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut
sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
c. Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi
sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping
yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
Sarkofagus. Sumber : bilisitungkir.wordpress.com
e. Punden Berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi.
Digunakan untuk upacara pemujaan.
f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup
lempengan batu yang lebar.
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan erat
dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal
tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakansimbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf.
Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama
dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol
seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu
dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan
tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut
menggunakan huruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di
Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-
Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk
melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian
tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian
kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga
berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk
benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang
tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak
manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga,
sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah
mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus
dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna
daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan
sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin
maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan
dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1. Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut
terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang
digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di
daratan Cina;
2. Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu
memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
3. Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat
peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4. Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
1. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
3. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair
dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat
dari logam.
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat
berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk
keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya aturan-aturan
dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan
kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat memilih
seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari
gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila
seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang
keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu
tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak di tengah-tengah wilayah
yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru
terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara.
Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang
dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam
pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan setelah mendapat
pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan
upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut
canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya.
Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire
Perdueadalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk
mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai
dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah
liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin
cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang
ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
Peninggalan masa prasejarah
Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di
dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.
Kehidupan Manusia Purba Masa perundagian- Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal
pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam,
tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga
menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas
sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki
barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut.
Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan
tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagiantelah mengadakan hubungan dengan luar.
a. Sistem sosial-ekonomi Manusia Purba Masa perundagian
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari
pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak
semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari
logam. Dengan demikian pada masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan
pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat
hidup diikat oleh norma-norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati
dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya. Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan,
pada masa ini sudah ada pemimpin dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan ada kalau dilihat dari
penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai
bekal bagi mayat.
Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para pemimpin. Sistem mata pencaharian pada masa perundagian sudah
mengalami kemajuan. Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam mulai berkurang.
Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani
berhuma sudah mulai berubah menjadi bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma
dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya sudah
tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara permanen. Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi
berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan
pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya.
Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya alat-alat pertanian dari logam, seperti bajak, pisau,
dan alat-alat yang lainnya.
b. Benda-benda yang dihasilkan Manusia Purba Masa perundagian
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam hal teknik pembuatan. Teknik
pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur, yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Ada dua teknik pencetakan logam yaitu bivolve dan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara
menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian (kadang-
kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Kedalam rongga cetakan itu dituangkan perunggu cair.
Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya mengering.
Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan
model benda dari lilin. Cetakan tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi
lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar
yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan
tanah liat dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga
yang ada dalam tanah liat. Pada masa perundagian dihasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu, yaitu sebagai
berikut.
1) Bejana Manusia Purba Masa perundagian
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias
anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
Gambar 4.25 Gelang dan cincin dari perunggu ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan
Gambar 4.26 Manik-manik
5) Perunggu Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini
dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk
manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang
memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan
kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang,
Palembang, dan Bogor.