Anda di halaman 1dari 14

Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat

manusia belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka,
yaitu zaman tidak ada tulisan.

Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman
prasejarah setiap bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan setiap bangsa
tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu.

Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM,
bangsa Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM,
sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan zaman praaksara 400 M.

Sumber utama zaman pra sejarah adalah benda berupa fosil dan artefak.

*Fosil adalah sisa makhluk hidup baik berupa binatang, tumbuhan maupun
manusia yang telah membatu.
*Artefak adalah alat-alat yang dipergunakan manusia purba.
*Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman pra sejarah.

Pembagian Masa Pra Aksara Berdasarkan Geologi

Geologi atau ilmu bumi yaitu ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan.
Berdasarkan hal ini, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat
zaman. Zaman- zaman tersebut sekaligus merupakan pembabakan prasejarah yang
terdiri dari:
1. Zaman Arkeozoikum. Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta
tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi
masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.

2. Zaman Paleozoikum Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira


340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu
yang amat derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup
pertamakali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang
belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira
140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan
reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang
lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam.

Zaman ini di bagi menjadi beberapa:


a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah
memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.

b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia


purba.
Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai
mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000
tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung
sekitar 600.000 tahun yang lalu.

2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens,


merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar
20.000 tahun yang lalu.

Jenis-Jenis Manusia Purba pada Masa Pra Aksara

Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.

Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba
banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa
lampu telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah
Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Dia
daerah daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba. Di
Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus
paleojavanicus, Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).

1. Meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus artinya manusia


purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang
kekar, diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua diantara manusia purba
yang lain. Fosil manusia purba meganthropus paleojavanicus ditemukan dan
diteliti oleh Dr. G.H.R. von Koenigswaldpada tahun 1936 dan 1941. Pertama kali
fosil makhluk ini ditemukan di Sangiran, daerah lembah Bengawan Solo, dekat
Surakarta. Dari yang dapat dilihat ukuran fosil itu,meganthropus
paleojavanicus berbadan besar dengan rahang besar, kening menonjol, dan tulang
tebal. Dari keadaan itu, maka makhluk Sangiran tersebut dinamakan Meganthropus
Paleojavanicus (mega = besar, anthropos = manusia, paleo = purba, javanicus =
manusia jawa). Meganthropus hidup sekitar 2 juta tahun sebelum masehi dan hidup
dengan makan tumbuh-tumbuhan. Makhluk tersebut termasuk jenis Homo
Hobilis.
2. Pithacanthropus erectus. Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang
berjalan tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan memiliki
tinggi banadan antara 165-180 cm. Pithacanthropus erectus merupakan manusia
purba yang paling banyak di temukan di Indonesia diantaranya di Mojokerto,
Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali di
temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta,
tahun 1891.
3. Homo. Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih
sempurna di bandingkan dengan Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus
erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di Indonesia antara lain.

 Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-
1934, olah Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai
Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi
badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
 Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun
1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri
Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 130-210 cm,
tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan telah
memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
 Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari
manusia purba. Homo sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun
yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang sudah hampir sama dengan manusia
modern saat ini.

Periode masa Pra Aksara Berdasarkan Hasil Budaya

1. Zaman Batu

a. Zaman Batu Tua (Paleolithicum)

- Peralatannya terbuat dari batu yang masih kasar

- Alat yang digunakan terbuat dari tulang dan alat serpih

- Manusianya Pithecanthropus Erectus masih hidup secara nomaden

- Hidup dengan berburu dan meramu.

- Kebudayaan Pacitan dan Ngandong


Pacitan = menurut Von Koenigswald pada th. 1935 menemukan alat-alat

batu berupa kapak genggam. Alat Pacitan disebut dengan chopper (alat penetak)

Ngandong = alat yang terbuat dari tulang atau tanduk binatang

b. Zaman Batu Madya (Mesolithicum)

- Peralatan dibuat dari batu yang mulai dihaluskan

- Alatnya berupa kapak Sumatera

- Bertempat tinggal di gua semi nomaden

- Sudah mengenal seni = lukisan hewan dan cap tangan berwarna merah)

- Sudah mengenal kepercayaan

- Sudah mengenal bercocok tanam dan berladang

- Hasil budaya berupa Kjokkenmodinger (tumpukan kerang) dan Abrissous roche (cap
tangan)

c. Zaman Batu Muda (Neolithicum)

- Peralatan dibuat dari batu yang sudah di haluskan

- Alat yang digunakan kapak lonjong dan persegi

- Manusianya jenis Homo dan hidup sudah menetap dan berkelompok

- Mengenal bercocok tanam, bersawah, dan berladang.

- Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

- Hasil budaya berupa kapak lonjong dan persegi.

d. Zaman Batu Besar (Megalithicum)

- Batu yang digunakan berukuran besar

- Peninggalannya berdasarkan kepercayaan yaitu:

Menhir : kaki meja


Dolmen : meja dari batu

Waruga : peti kubur kubus (bongkar pasang)

Sarkofagus : peti kubur lesung

Punden Berundak : untuk melakukan upacara

Arca

2. Zaman Logam

a. Zaman Perunggu

Teknik pembuatan barang-barang dari perunggu ada 2 yaitu:

Teknik a cire perdue = teknik cetak hilang

Teknik bivalve = teknik cetak ulang

Adapun barang peninggalannya yaitu:

Nekara

Moko

Kapak corong

Arca

b. Zaman Besi

Peninggalannya berupa

Mata panah

Mata tombak

Periodesasi Masa Pra-Aksara Berdasar Corak Kehidupan


1. Mas Berburu Mengumpulkan Makanan tingkat sederhana

a. Kegiatan pokok berburu dan mengumpulkan makanan


b. Alat yang digunakan batu, kayu,dan tulang. Seperti kapak perimbas untuk
menguliti kulit binatang

c. Masih terganntung alam sekitar biasanya tinggal di tepi sungai dan masih
nomaden

d. Manusianya Pithecanthropus

e. Pada masa Paleolithicum

2. Masa Berburu Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

a. Alat yang digunakan memasuki tradisi serpih biah alat-alatnya yaitu alat dari
tulang dan kapak genggam

b. Manusianya Pithecanthropus hidup dengan nomaden secara berkelompok

c. Biasa hidup di gua

d. Termasuk dalam masa Mesolithicum

3. Masa Bercocok Tanam

a. Sudah membentuk perkampungan kecil

b. Manusianya berjenis Homo soloensis dan wajakensis sudah mengenal berladang


tetapi tidak menetap

c. Alat-alatnya berasal dari batu yang sudah di haluskan dan sudah mengenal
gerabah, seperti kapak lonjong untuk mencangkul dan beliung persegi untuk
mencangkul dan menebang kayu

d. Mengenal sistem kepercayaan

e. Termasuk masa Neolithicum

4. Masa Perundagian / Masa Pertukangan

a. Menyempurnakan pertanian dan peternakan dari masa bercocok tanam

b. Membuat perkampungan yang lebih besar dan sudah menetap (sedenter)


c. Manusianya berjenis Homo Sapiensis yang

d. Alat-alatnya dari logam seperti Moko

e. Solidaritasnya tinggi yang merupakan warisan nenek moyang.

Sistem Kepercayaan Manusia Purba


Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia
purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar
dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba
malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia
pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme,
totemisme, dan shamanisme.

a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun


roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang
dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah
dengan memberikan sesaji.

b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-


benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan
menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris,
azimat, dan patung.

c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap


suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual
pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan
membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran
yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum
(kebudayaan batu besar).
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia| Nenek
monyang bangsa indonesia memiliki asal-muasal nenek
monyang bangsa indonesia itu dari mana ??.Serta Proses
datangnya ke Indonesia, Nenek Monyang bangsa indonesia
terdapat dari rumpun-rumpun seperti Rumpun Melayu
Austronesia, Masyarakat tani di yunan, dan adapula cara
kedatangan nenek monyang bangsa indonesia yaitu Kedatangan
Proto Melayu, Kedatangan Duetro Melayu, Dalam Kedatangan
nenek monyang memiliki jalur-jalur dalam
kedatangannya atau dari mana mereka berasal serta dalam
kedatangan nenek monyang bangsa indonesia membawa
berbagai alat-alat atau peralatan-peralatan. Untuk mengetahui
asal nenek monyang bangsa indonesia dapat menggunakan dua
cara yaitu persebaran rumpun bahasa dan persebaran
budaya bercocok

A. Nenek Moyang Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia-manusia
jenis Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecantropus Erectus,
Homo Soloensis, atau Homo Wajakensis. Walaupun terdapat di
Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah. Untuk
mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita dapat
menggunakan dua cara, yakni persebaran rumpun bahasa dan
persebaran kebudayaan bercocok tanam.

1. Rumpun Bahasa Melayu Austronesia


Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa
Melayu Austronesia. Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang
luas: dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia dan Polinesia
di Samudera Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke Indonesia.
Penggunaan bahasa Melayu Austronesia di wilayah yang luas itu
erat kaitannya dengan persebaran penduduk yang menggunakan
bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat bahwa
bahasaMelayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000
SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa yang disebut
Proto Austronesia (Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan
beternak. Masyarakat itu kemudian menyebar ke sebelah
selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia.
Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah
kepulauan di Indonesia dan Samudera Pasifik.

2. Masyarakat Tani di Yunan


Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan
pada kebudayaan bercocok tanam merupakan perubahan
amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh
penduduk asli Indon esia yang sudah terbiasa dengan kehidupan
berburu dan mengumpulkan makanan. Para pakar sejarah
menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok
tanam diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka ini
sudah terbiasa dengan bercocok tanam dan beternak di tempat
asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di
Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek moyang bangsa
Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar
Indonesia, yaitu dan daerah Yunan, di sebelah selatan Cina
(sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan
artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak
prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan,
tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah
mengenal cocok tanam.

Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah


sekitar Teluk Tonkin, sebelah utara Vietnam. Di tempat itu
mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam.Dari
tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia.
Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang yang satu
dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
B. Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis
Meganthropus, Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia
dihuni oleh manusia dan ras Austromelanosoid. Belum dapat
dipastikan apakah mereka penduduk asli atau pendatang.
Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan
dengan artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa
mereka berasal dan Teluk Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di
Teluk Tonkin).

1. Kedatangan Proto-Melayu
Proto Melayu ini diyakini sebagai nenek moyang orang-orang Melayu
Polinesia yang mana mereka tersebar dari Madagaskar hingga pulau-pulau
yang berada di paling timur pada kawasan Pasifik. Diperkirakan, orang-
orang Proto Melayu ini datang dari Cina bagian selatan.

Ciri-ciri Proto Melayu :

 Rambut yang lurus


 Kulit berwarna kuning kecokelat-cokelatan
 Memiliki mata yang sipit
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan
Teluk Tonkin bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa
disebut Proto melayu atau Melayu Tua. Kedatangan mereka itu
mendesak penduduk dan ras Austromelaneoid ke pedalaman,
bahkan ke Indonesia bagian timur. Penduduk ras itu menjadi
nenek moyang menduduk Papua sekarang.

Memasuki Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu menempuh dua


jalur, sesuai dengan jenis kebudayaan yang dibawa.
a. Jalur pertama menyebar ke Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Masyarakat Proto Melayu yang menempuh jalur ini membawa
kebudayaan Neolithikum berupa kapak lonjong. Itulah
sebabnya, di bagian timur Indonesia banyak ditem ukan artefak
Neohithikum berupa kapak lonjong. Keturunan Proto-Melayu yang
menempuh jalur ini antara lain masyarakat Toraja.

b. Jalur kedua menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,


dan Nusa Tenggara. Masyarakat Proto-Melayu yang menempuh
jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa beliung
persegi. Itulah sebabnya, di bagian barat Indonesia banyak
ditemukan artefak
c. Neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto-Melayu
yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Nias, Batak,
Dayak, dan Sasak.
2. Kedatangan Deutero-Melayu
Deutero Melayu merupakan ras yang datang atau berasal dari Indocina
dari bagian utara. Mereka sendiri membawa kebudayaan baru yang berupa
perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia atau Kebudayaan
Dongson. Seringkali, mereka juga disebut dengan orang-orang Dongson.

Mereka sering disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban


yang mereka miliki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ras Proto
Melayu. Mereka mampu membuat berbagai macam perkakas dari
perunggu. Peradaban mereka juga ditandai dengan adanya keahlian untuk
mengerjakan logam dengan sempurna.
Ciri-ciri Deutero Melayu :

 Berkulit sawo matang agak kuning


 Tubuh yang tak terlalu tinggi
 Memiliki rambut yang lurus

Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu
Austronesia dan Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut
Deutero-Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka mendesak penduduk
keturunan Proto-Melayu yang telah lebih dahulu menetap. Memasuki Kepulauan
Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu menyebar ke sepanjang pesisir. Ada juga di
antara mereka yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu antara lain
masyarakat Minang, Jawa, dan Bugis.

Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu,


yang dikenal dengan sebutan Kebudayaan Dong Son. Donon son
adalah tempat di Teluk Tonkin tempat asal kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di
Indonesia serupa dengan artefak perunggu dan Dong Son.

3. Melanesoid
Ras yang lain yang juga ada di Kepulauan Indonesia merupakan ras
Melanesoid. Mereka itu tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang mana
terletak di sebelah timur Papua dan benua Australia.

Di Kepulauan Indonesia, mereka sendiri tinggal di Papua. Bersama dengan


Papua Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka
semua itu termasuk ke dalam ras atau rumpun Melanesoid.

Ciri-ciri Melanesoid :

 Berbadan kekar
 Kulit yang berwarna kehitam-hitaman
 Rambut keriting
 Bibir tebal
 Hidung yang mancung
Menurut dari Daldjoeni, suku bangsa Melanesoid sekitar sebanyak 70%
menetap di Papua, sedangkan 30% yang lain tinggal di beberapa
kepulauan yang ada di sekitar Papua dan Papua Nugini.

Pada awal mulanya, kedatangan dari bangsa Melanesoid yang ada di


Papua ini berawal di saat zaman es terakhir, yakni pada tahun 70.000 SM.
Di saat itu, Kepulauan Indonesia masih belum berpenghuni.

Di saat suhu turun hingga mencapai kedinginan yang maksimal, air laut
menjadi membeku. Permukaan laut bahkan menjadi lebih rendah 100
meter dibandingkan dengan permukaan yang ada saat ini. Pada saat itulah
muncul pulau-pulau yang baru. Adanya pulau yang muncul tersebut
memudahkan makhluk hidup untuk bisa berpindah tempat dari Asia menuju
ke kawasan Oceania.

Bangsa Melanesoid itu sendiri melakukan perpindahan ke timur hingga


mencapai ke Papua, selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya
menjadi satu kepulauan yang terhubung dengan Papua.

Pada saat itu, Bangsa Melanesoid mencapai hingga sebanyak 100 ribu
jiwa dengan meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban dari bangsa
ini dikenal dengan nama paleolitikum.

Pada saat masa es berakhir dan air laut yang mulai naik lagi di tahun 5000
SM, kepulauan Papua dan Benua Australia menjadi terpisah seperti yang
bisa kita lihat saat ini.

Anda mungkin juga menyukai