Anda di halaman 1dari 49

KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

A. PENGERTIAN DAN KURUN WAKTU MASA PRA AKSARA


Masa pra aksara adalah zaman pada saat manusia belum mengenal tulisan ( pra =sebelum, aksara = tulisan).
Masa pra aksara juga disebut zaman nirleka (nir = tidak ada, leka = tulisan/aksara), juga disebut zaman
prasejarah. Kurun waktu zaman pra aksara dimulai sejak adanya manusia sampai manusia mengenal
tulisan.
Kahidupan manusia purba dapat diketahui dari sumber-sumber sebagai berikut :
1. Fosil
Fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, hewan maupun manusia yang telah membantu karena terpendam dalam
lapisan tanah.
2. Artefak
Artefak adalah alat-alat yang digunakan manusia purba untuk memenuhi kehidupannya.
3. Dapur Sampah atau Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang yang menggunung atau membentuk bukit.
4. Gua Bawah Karang atau Abris Sous Roches
Abris Sous Roches merupakan tempat tinggal manusia purba yang berbentuk gua dan bersifat sementara.
Cara mempelajari peninggalan sejarah zaman purba ada dua cara :
1. Cara stratigrafi adalah cara mempelajari peninggalan purba berdasarkan letaknya di dalam lapisan tanah
(sesuai lapisan tanah) benda tersebut ditemukan.
2. Cara Tipologi adalah cara mempelajari peninggalan purba dengan mengelompokkan benda-benda
purbakala ke dalam kelompok yang sejenis.

B. PROSES MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KEHIDUPAN AWAL MANUSIA

Berdasarkan geologi waktu terjadinya bumi sampai sekarang dibagi menjadi 4 zaman yaitu:
1. Zaman Arkeozoikum
merupakan zaman tertua dalam sejarah perkembangan bumi, berlangsung 2.500 juta tahun – 1.200 juta
tahun yang lalu dimana bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.
2. Zaman Paleozoikum
merupakan zaman permulaan adanya kehidupan, dimulai dengan adanya binatang-binatang terkecil yang
tidak bertulang belakang serta munculnya jenis ikan dan reptil.. Zaman ini disebut juga zaman primer.
3. Zaman Mesozoikum
disebut juga zaman sekunder. Pada zaman ini muncul dan berkembang dengan pesat berbagi jenis ikan
dan reptil. Reptil yang muncul merupakan reptil yang sangat besar, (dinosaurus dan atlantosaurus) serta
muncul juga jenis burung dan binatang menyusui.
4. Zaman Neozoikum
zaman ini terbagi menjadi dua yakni zaman tersier dan zaman kuarter.
a. zaman tersier,
jenis binatang menyusui berkembang lebih sempurna, reptil raksasa mulai lenyap dan pada zaman
tersier akhir, jenis kera muncul.
b. zaman kuarter,
yang terbagi menjadi zaman pleistosen dan zaman holosen, kehidupan manusia berkembang menjadi
lebih sempurna, demikian juga jenis flora dan fauna. Jenis fauna yang ada pada masa itu antara lain,
gajah, banteng, tapir, harimau, babi rusa, dan berbagi jenis burung, hanya saja mereka mempunyai
badan yang lebih besar.

C. MANUSIA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA


Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus,
Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).

1. Meganthropus paleojavanicus.
Meganthropus paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan tertua di Jawa. Fosil manusia purba
meganthropus paleojavanicus ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1936
dan 1941. Pertama kali fosil makhluk ini ditemukan di Sangiran, daerah lembah Bengawan Solo
2. Pithecanthropus
Pada tahuan 1890 Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di Desa Trinil, Ngawi Jawa Timur.
Berdasarkan penelitian, manusia pruba berbentuk kerangka mirip kera. Oleh karena itu manusia purba
ini dinamakan Pithecanthropus Erectus yang artinya manusia kera berjalan tegak.
Weidenreich pada tahun 1936 menemukan fosil serupa di Desa Perning, Mojokerto kemudian dinamakan
Pithecanthropus Robustus, sedangkan Koeningswald menamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
3. Homo.
Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan
Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di
Indonesia antara lain.
 Homo Soloensis,

1
Homo Soloensis artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, oleh Ter Haar dan Ir.
Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan
tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
 Homo Wajakensis
Homo wajakensis artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van Reitschoten di
Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan
130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan telah memiliki
kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
 Homo Sapiens
Homo Sapiens artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo
sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang sudah
hampir sama dengan manusia modern saat ini.

D. PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA


Perkembangan kehidupan manusia purba di Indonesia dibagi dalam tiga masa, yaitu masa
perkembangan kehidupan berburu dan meramu, masa bercocok tanam dan berternak, dan masa
perundagian.
1. Masa berburu dan meramu
Pada masa ini manusia purba hidup dengan berburu binatang dan mengumpulkan makanan dari hasil
hutan. Binatang yang biasa diburu antara lain; Banteng, kerbau, babi, rusa, burung, ikan dan lain-lain.
Sedangkan bahan makanan yang dikumpulkan antara lain; ubi,talas, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pada masa berburu dan meramu manusia purba menggunakan alat-alat dari batu, tulang maupun kayu,
antara lain:
a. Kapak perimbas : digunakan untuk merimbas kayu, menguliti binatang dan memecah tulang.
b. Alat serpih: berfungsi sebagai gundi, penusuk dan pisau
c. Kapak genggam: digunakan untuk mengambil ubi dan memotong daging buruan
d. Mata Tombak: untuk berburu binatang
Sebagai ciri kas alat kehidupan yang digunakan pada masa food gathering adalah kapak perimbas
atau chooper, yaitu sejenis kapak yang digenggam dan tidak bertangkai.
Pada masa hidup berburu dan meramu, memilih gua sebagai tempat tinggalnya.
2. Masa bercocok tanam
Pada masa bercocok tanam dapat dikatakan sebagai masa revolusi bagi kehidupan masa pra-aksara. Alat
yang digunakan utamanya adalah kapak lonjong dan kapak persegi. Dapat disimpulkan bahwa masa
bercocok tanam sebagai masa revolusi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Hidup dari berburu dan meramu berubah menjadi bercocok tanam dan berternak.
b. Cara bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden) berubah menjadi menetap (sedenter)
c. Bahan peralatan hidup dari batu besar berubah menjadi batu halus.
d. Sistem kepercayaan mulai berkembang
3. Masa Perundagian atau masa pertukangan
Pada masa ini manusia purba telah pandai membuat perkakas yang berasal dari logam. Mereka
memanfaatkan alat tersebut sebagai bagian dari kehidupannya. Teknik pembuatan barang dari logam ada
2 yaitu teknik cetak hilang(cire perdue) dan cetak ulang(bivalve). Penemuan pada masa ini kebanyakan
berupa artefak logam, perunggu dan besi. Alat-alat tersebut adalah:
a. Nekara
b. Moko
c Kapak Perunggu
d. Alat Perunggu
e. Bejana Perunggu
f. Perhiasan

E. HASIL KEBUDAYAAN PADA MASA PRAAKSARA DI INDONESIA


Kebudayaan zaman pra aksara dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu kebudayaan zaman batu dan
kebudayaan zaman logam.
a. Kebudayaan Zaman Batu.
Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Dibedakan menjadi empat yaitu :
i. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum)
Memiliki ciri-ciri :
(a) Peralatan terbuat dari batu
(b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
(d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e) Belum mengenal seni.
ii. Zaman Batu Madya (mesolithicum)
Memiliki ciri-ciri :
(a) Peralatan terbuat dari batu
(b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
2
(d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e) Ditemukannya Kjokkenmoddinger (bukit-bukit karang hasil sampah dapur)
(f) ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua sebagai tempat tinggal)
(g) Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan dan babi hutan)
(h) Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.
iii. Zaman Batu Muda (neolithicum)
Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi perubahan yang mendasar). Dan telah
mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut :
(a) Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai.
(b) Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong.
(c) Pakaiannya dari kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik.
(d) Telah bertempat tinggal menetap (sedenter)
(e) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
iv. Zaman Batu Besar (megalithicum)
Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Hasil benda-bendanya
sebagai berikut :
(a) Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja arwah leluhur)
(b) Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji
(c) Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat.
(d) Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus.
(e) Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung.
(f) Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat)
b. Kebudayaan Zaman logam
Yaitu zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang dibuat dari logam. Zaman ini
dibedakan menjadi tiga yaitu :
i. Zaman perunggu
Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, diantaranya :
(a) Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara mengundang
hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The
Moon Of Pejeng.
(b) Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara keagamaan
atau mas kawin.
(c) Kapak corong – kapak sepatu.
(d) Arca perunggu berbentuk orang atau binatang.
(e) Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai.
(f) Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.
ii. Zaman Tembaga
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah zaman perunggu Indonesia memasuki zaman
besi.
iii. Zaman Besi
Menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, antara lain tombak, mata panah, cangkul, sabit dan
mata bajak.

F. NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA


Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak di
daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan
pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan
secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan
menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500
SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh
pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke
selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya,
seperti:
1. Prof. Dr. H. Kern
dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin
Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia,
Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia.
2. Van Heine Geldern
berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung
oleh artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak
kesamaan dengan peninggalan-peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
3. Prof. Mohammad Yamin
berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini
didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefak-artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang

3
banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang
berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
4. Hogen
Berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa ini bercampur
dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto
Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan
bangsa
Bangsa Melayu yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bangsa Proto Melayu
Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia melalui 2 (dua) jalan, yaitu:
a. Jalan barat dari Semenanjung Malaka ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke beberapa daerah
di Indonesia.
b. Jalan timur dari Semenanjung Malaka ke Filipina dan Minahasa, serta selanjutnya menyebar ke
beberapa daerah di Indonesia.
Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari kebudayaan Homo
Sapiens di Indonesia. Kebuadayaan mereka adalah kebudayaan batu muda (neolitikum). Hasil-
hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik sekali
(halus).
Kapak persegi merupakan hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu yang masuk ke Indonesia
melalui jalan barat dan kapak lonjong melalui jalan timur. Keturunan bangsa Proto Melayu yang
masih hidup hingga sekarang, di antaranya adalah suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua.

2. Bangsa Deutro Melayu


Sejak tahun 500 SM, bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang
melalui jalan barat. Kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan bangsa Proto
Melayu. Hasil kebudayaan mereka terbuat dari logam (perunggu dan besi).
Kebudayaan mereka sering disebut kebudayaan Don Song, yaitu suatu nama kebudayaan di daerah
Tonkin yang memiliki kesamaan dengan kebudayaan bangsa Deutro Melayu. Daerah Tonkin
diperkirakan merupakan tempat asal bangsa Deutro Melayu, sebelum menyebar ke wilayah
Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang penting di Indonesia adalah kapak corong atau
kapak sepatu, nekara, dan bejana perunggu. Keturunan bangsa Deutro Melayu yang masih hidup
hingga sekarang, di antaranya suku bangsa Melayu, Batak, Minang, Jawa, Bugis.
Menurut Brandes, menjelang memasuki jaman sejarah nenek moyang Bangsa Indonesia sudah memiliki
10 macam kepandaian/keahlian, yaitu:
1) bersawah
2) berlayar
3) mengenal astronomi
4) mengatur masyarakat
5) seni macapat
6) seni wayang
7) seni gamelan
8) seni batik
9) membuat barang dari logam
10) berdagang

PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA HINDU-


BUDHA
A. PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA PENGARUH HINDU-BUDHA DI INDONESIA.
Beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.
a. Teori Brahmana
Teori ini mengungkapkan bahwa kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia di bawa kaum
brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur.
b. Teori Ksatria
Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia karena pengaruh
dari para bangsawan. Pendukung teori ini adalah C.C. Berg dan Majumdar.
c. Teori Waisya
Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang
antara India dan Indonesia. Pendukung teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka.
d. Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan
Sudra menjadi orang buangan. Kemudian mereka meninggalkan India mengikuti kaum Waisya.
e. Teori Arus Balik
Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang Indonesialah yang paling
berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara. Setelah di awali orang-orang India, penduduk
Indonesia yang ingin tahu lebih dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk
belajar. Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari.
4
Pengaruh budaya India terhadap budaya Indonesia.
a. Bidang agama dan filsafat
1) bidang agama, masyarakat yang semula animisme dan dinamisme mulai memeluk agama Hindu-
Budha
2) Bidang filsafat, masyarakat mengenal wanaprasta(meninggalkan kehidupan duniawi) kemudian
menjadi pertapa.
b. Bidang seni bangunan
Dibangunnya candi Hindu-Budha merupakan contoh akulturasi budaya asli Indonesia ( punden
berundak) dengan budaya Hindu-Budha.
1) Candi-candi yang bercorak Hindu: Candi Dieng, Gedongsongo, Sambisari, Sukuh,
Panataran, Prambanan (candi Hindu teranggun)
2) Candi-candi yang bercorak Budha : Candi Kalasan, Pawon, Muara Takus, Mendut, Borobudur
( candi Budha termegah.)
c. Bahasa dan seni sastra.
1. Masuknya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
2. Seni sastra yang berkembang di Indonesia banyak yang di sadur dari kitab Mahabharata dan
Ramayana.
a. karya sastra yang dipengaruhi agama Hindu :
- Arjunawiwaha, karya Empu Kanwa
- Arjunawijaya, karya Empu Tantular
- Bharatayuda , karya Empu Sedah dan Panuluh.
- Gatutkacasraya, karya Empu Panuluh
- Kresnayana , karya Empu Triguna.
b. Karya sastra yang dipengaruhi agama Budha :
- Sang Hyang Kamahayanikan ( anonim ) disusun pada masa Empu Sendok
- Kunjarakarna ( anonym )
c. Karya sastra yang dipengaruhi Hindu-Budha :
- Kitab Sutasoma ( Purusadashanta ), karya Empu Tantular, Disusun pada jaman Kerajaan
Majapahit.
d. Bidang politik pemerintahan
Masuknya agama Hindu Budha menyebabkan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Budha.
a. Kerajaan Hindu : Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu, Kahuripan,
Majapahit ( Kerajaan Hindu terbesar di Indonesia.)
b. Kerajaan Budha : Melayu, Mataram Budha, Sriwijaya ( Kerajaan Budha Terbesar di Indonesia )

B. PETA JALUR MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA


DI INDONESIA
Masuknya unsur Hindu-Budha ke Nusantara berlangsung secara damai yaitu karena adanya
hubungan dagang antara India dengan Cina melalui Indonesia. Oleh karena itu peta jalur masuk dan
berkembangnya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia dapat dikatakan sama dengan peta jalur perdagangan
yang terjalin pada masa itu.

Peta jalur masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha di Nusantara

Sejak abad tahun 500 SM ,kegiatan perdagangan di Asia dilakukan melalui jalur darat dimulai dari
Cina melalui Asia Tengah dan Turkistan sampai Laut Tengah . Sejak abad ke-1 M jalur perdaagangan
dialihkan melalui jalur laut karena beberapa alas an. Diantaranya alasan keamanan dan jalur darat dianggap
sudah tidak menguntungkan lagi.Pada jalur laut ini para pedagang dari India melalui perairan Indonesia
lewat Selat Malaka kemudian menuju ke Negeri Cina dan sebaliknya.Dalam perkembangan selanjutnya
5
para pedagang tidak hanya melalui selat Malaka tetapi ada yang menyusuri pantai barat Sumatera,
melewati Selat Sunda, pantai Jawa, pantai timir Pulau Kalimantan, terus ke Cina.

C. DAERAH-DAERAH YANG MENDAPAT DAN TIDAK MENDAPAT PENGARUH HINDU-BUDHA


Kebudayaan India lebih besar pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia dibanding kebudayaan lain.
Hal itu terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan bahasa sanskerta. Namun pengaruh
kebudayaan India itu hanya terjadi di Sumatera Selatan, seluruh Jawa, Bali dan Kalimantan.Dengan
demikian kuatnya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di suatu daerah sangat tergantung dari adanya
kegiatan perdagangan di daerah yang bersangkutan.

Dari peta diatas dapat diketahui daerah yang mendapat pengaruh kuat Hindu-Budha , antara lain
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan daerah-daerah yang tidak mendapatkan pengaruh Hindu-
Budha antara lain Irian dan beberapa kepulauan disekitarnya, Maluku dan sekityarnya, dan pulau-pulau
Nusa Tenggara dan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan Hindu-Budha
terutama banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Secara kronologis perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di berbagai wilayah Indonesia sebagai


berikut.
1. KERAJAAN KUTAI
Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Berdiri pada ± abad ke 5 M (400 M – 500 M) Kutai
terletak di Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber sejarah kerajaan Kutai
a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak
d) Prasasti-prasasti
berupa 7 buah prasasti yang disebut Yupa yaitu tugu peringatan upacara korban. Prasasti Yupa ditulis
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Pembangunan prasati tersebut diperintahkan oleh raja
Mulawarman.

Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kutai


Bidang politik
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya pengaruh Hindu di wilayahnya,
Kudungga kemudian mengubah struktur pemerintahannya menjadi pemerintahan kerajaan dan di perintah
oleh seorang raja.
Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman.
Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaan pada saat pemerintahan berada pada tangan Raja Mulawarman
yang tak lain adalah putra dari Raja Aswawarwan. Raja Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat,
dan berkuasa. Selain itu dia juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaumBrahmana, dengan
bukti Raja Mulawarman yang memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Bidang Sosial
Berdasarkan prasasti Yupa di Kutai telah berkembang masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil
perpaduan antara unsur budaya India dan budaya lokal. Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat
yang menguasai bahasa Sanskerta dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja Mulawarma. Selain ke dua
golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang pada umumnya adalah rakyat Kutai purba yang masih
memegang teguh agama asli leluhur mereka.

6
Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari
salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama
Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga
dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa.

Bidang Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti adanya kesanggupan pihak
kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Hal itu dapat juga
menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagian masyarakat Kutai adalah berternak, serta mengingat letak
Kutai yang berada ditepi sungai Mahakam yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan perdagangan
dan pertanian.

2. KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegara berkembang di tepi Sungai Citarum, sekitar kota Bogor , Jawa Barat. Raja
terbesar KerajaanTarumanegara adalah Purnawarman.
Bukti-bukti keberadaan Tarumanegara dapat diketahui dari :
a. Tujuh buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Adapun prasasti tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Tugu ditemukan di sekitar Jakarta, berisi tentang penggalian Sungai Gomati
2. Prasasti Lebak ditemukan di daerah Banten Selatan
3. Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Bogor, berisi lukisan telapak kaki gajah
4. Prasasti Ciaruteun ditemukan di tepi Sungai Cisadane, Bogor, berisi gambar telapak kaki Raja
Purnawarman yang dianggap sebagai telapak kaki Dewa Wisnu.
5. Prasasti Muara Cianten ditemukan di Muara Cianten, Bogor.
6. Prasasti Jambu ditemukan di Bukit Pasir Koleangkak, Bogor.
7. Prasasti Pasir Awi ditemukan Pasir Awi, Bogor. Prasasti ini ditulis dengan huruf ikal dan sampai
sekarang belum bisa dibaca.
Berdasarkan Prasasti Tugu, Kebon Kopi, dan Prasasti Ciaruteun dapat disimpulkan bahwa agama
yang dianut oleh raja maupun rakyat Tarumanegara adalah Hindu Wisnu / Hindu Waisnawa. Hal ini
dapat dimengerti karena kendaraan Raja Purnawarman disamakan dengan kendaraan dewa Wisnu
yaitu gajah Airawata.Demikian juga telapak kaki Purnawarman disamakan dengan telapak kaki
Dewa Wisnu.
b. Berita Cina yang ditulis oleh Fa-Hien, yang pernah tinggal di Ye-po-ti atau Pulau Jawa. Dikatakannya
bahwa masyarakat Taruma belum banyak yang beragama seperti dirinya (Budha), sebagian besar
beragama Hindu, dan sebagian kecil menyembah berhala.
Perkembangan Kerajaan Taruma tidak diketahui, mungkin pada abad ke-7 dikuasai oleh Kerajaan
Sriwijaya.

3. KERAJAAN MATARAM KUNO


Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad 8, berkembang di Jawa Tengah bagian selatan , pusatnya
berada di Lembah Sungai Progo.Sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui dari beberapa
prasasti antara lain:
a. Prasasti Canggal berangka tahun 732 M . Isinya menerangkan , bahwa : “ Raja Sanjaya mendirikan
Lingga di Bukit Kunjarakunja.”Pendirian Lingga dianggap sebagai suatu peringatan yang menandai
berdirinya Kerajaan Mataram Kuno. Selain itu disebutkan bahwa Pulau Jawa kaya akan padi dan
emas.
b. Prasasti Balitung atau Prasasti Kedu aatau Mantyasih.Berangka tahun 907 M. Berisi silsilah Dinasti
Sanjaya sampai dengan Balitung.
c. Prasasti Kalasan , berangka tahun 776 M.Berisi tentang pembangunan Candi Kalasan untuk umat
Budha oleh Rakai Panangkaran yang beragama Hindu dan sebuah biara untuk para pendeta. Raja
Panangkaran juga menghadiahkan sebuah tanah di Kalasan kepada para Sanggha.
d. Prasasti Kelurak ,berangka tahun 782 M. Berisi tentang pembuatan bangunan Suci oleh Raja Indra
( mungkin Candi Sewu) yang terletak di sebelah utara Candi Prambanan dan arca Manjusri. Prasasti
Kelurak ditulis dengan huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.
e. Prasasti Karang Tengah, berangka tahun 824 M. Berisi tentang pembangunan Candi Ngawen di
Wenuwana atas perintah Raja Smaratungga. Juga berisi tentang pembebasan tanah di sekitar Kamulan
Bhumi Sambara ( Borobudur) oleh Pramodawardani putrid Smaratungga.
Kerajaan Mataram Kuno dapat berkembang pesat pada masa Raja Panangkaran, wilayah-wilayah
seperti Galuh (Jawa Barat ,Selat Malaka, dan Semenanjung Malaya berhasil dikuasai.Dibawah
pemerintahanya agama Budha dapat berkembang dengan baik di Jawa Tengah. Setelah Panangkaran
wafat, Mataram Kuno pecah menjadi dua yaitu :
1. Dinasti Sanjaya beragama Hindu, berkuasa di Jawa Tengah bagian utara. Peninggalanya berupa :Candi
Gedong Songo, Candi Dieng dan lain-lain.
2. Dinasti Syailendra yang beragama Budha, berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Peninggalannya
berupa Candi Borobudur, Mendut, Pawon dan lain-lain.
Pada akhir abad k eke-8 M dinasti Sanjaya mulai terdesak oleh dinasti Syailendra. Nama-nama raja
Mataram Lama dari Dinasti Syailendra adalah sebagai berikut:
7
a. Raja Banu memerintah tahun ( 752-775 ) M
b. Raja Wisnu memerintah tahun ( 775-782 ) M.
c. Raja Indra,memerintah tahun (782-812) M.
d. Raja Smaratungga, memerintah tahun (812-833) M .
e. Raja Pramodhawardhani memerintah pada tahun (833-856)
Puncak kejayaan Dinasti Syailendra terjadi pada masa Raja Indra. Ia kemudian digantikan oleh
Smaratungga yang berhasil membangun candi Borobudur. Pada masa pemerintahan Smaratungga Dinasti
Syilendra mengalami kemunduran, maka untuk menyelamatkan kedudukannya Smaratungga mengadakan
mengadakan perkawinan politik antara Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan dari dinasti
Sanjaya.Sehingga perpecahan keluarga dapat disatukan kembali melalui perkawinan tersebut.Sepeninggal
Smaratungga di Mataram terjadi perang saudara antara Pikatan dengan adik Pramodhawardhani yaitu
Balaputradewa karena Balaputradewa merasa lebih berhak atas tahta kerajaan. Balaputradewa kalah
kemudian melarikan diri dan akhirnya menjadi raja di Sriwijaya.
Rakai Pikatan mendirikan bangunan suci untuk agama Hindu dan Agama Budha yaitu candi
Prambanan dan Candi Plaosan.Setelah Rakai Pikatan wafat kemudian digantikan oleh Balitung yang
merupakan raja terbesar Kerajaan Mataram Kuno.Raja Balitung juga membangun komplek Candi
Prambanan yang sudah dirintis oleh Rakai Pikatan.Pembangunannya baru selesai pada masa pemerintahan
Daksa. Setelah Balitung, Mataram Kuno berturut-turut diperintah oleh Daksa, Tulodhong, Wawa.
Pengganti Wawa adalah Mpu Sendok yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan Mataram
Lama dari Medang Kamulan di Jawa Tengah ke Watugaluh di Jawa Timur pada tahun 929 M. Hal ini
didasarkan pertimbangan karena ibukota Mataram di Jawa Tengah semakin tidak menguntungkan, sebab :
1. Sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang dan terancam oleh
Kerajaan Sriwijaya.
2. Tidak memiliki pelabuhan sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar. Maka kegiatan pokoknya
hanya bercocok tanam.
3. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi.
Sejak itu ia mendirikan dinasti baru ,yaitu Dinasti Isyana. Raja yang terkenal dari dinasti ini adalah
Dharmawangsa.
Pada tahun 1016 Medang Kamulan diserbu Kerajaan Wora-wari. Akibat serbuan itu Dharmawangsa
dan beberapa pembesar kerajaan gugur . Medang hancur hingga disebut “ Pralaya”.

4. KERAJAAN SRIWIJAYA

Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 M. Pusat perkembangannya berada di Palembang.
Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar diantara tiga kerajaan di Sumatera.Dua kerajaan lain, seperti
disebutkan dalam berita Cina yaitu Kerajaan Melayu dan Tulang Bawang .
Sumber sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari beberapa prasasti, berita Cina dan
Persia.
a. Prasasti
1. Prasasti yang ditemukandalam negeri
 Prasasti Kedukan Bukit 683 M, ditemukan di Palembang. Isinya menjelaskan tentang seorang yang
bernama Dapunta Hyangyang melakukan perjalanan suci dari Minangatamwan (Minagkabau)
sambil menguasai daerah-daerah yang dilaluinya.
 Prasasti Talang Tuo 684 M, ditemukan di sekitar Palembang. Berisi tentang pembuatan taman
Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk.
 Prasasti Telaga Batu, ditemukan di sekitar Palembang. Prasasti ini menceritakan tentang kutukan-
kutukan yang seram bagi mereka yang hendak berbuat jahat dan tidak taat terhadap Sriwijaya.
 Prasasti Kota Kapur 686 M ditemukan di Bangka. Berisi tentang permintaan kepada para Dewa agar
menjaga persatuan Sriwijaya , menghukum setiap orang yang akan berbuat jahat atau mendurhakai
Sriwijaya
 Prasasti Karang Berahi 686 M ditemukan di Jambi. Isinya sama dengan Prasasti Kota Kapur.
 Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung. Isinya hamper sama dengan Prasasti Kota Kapur
dan Karang Berahi. Disebutkan pula tentang didudukinya daerah Lampung Selatan oleh Sriwijaya
sekitar abad ke-7 M.
Berdasarkan keterangaan diatas disimpulkan , bahwa mula-mula pusat Kerajaan Sriwijaya di daerah
Minangatamwan . Hal itu diperkuat dengan adanya Candi atau Stupa Muara Takus.Dalam perkembangan
selanjutnya Palembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.

2. Prasasti yang ditemukan di luar negeri


Prasasti Ligor 775 M ditemukan di Semenanjung Malaya,Malaysia.
Prasasti Nalanda ditemukan di India.

b. Berita Cina dan Persia


 Catatan Dinasti Tang menyebutkan bahwa Sriwijaya telah beberapa kali mengirim
utusannya ke negeri Cina.yaitu sekitar tahun 971 M, 972 M, 974 M, 975 M, 980 M,dan 983 M.

8
 Cataan I-Tsing yang menyebutkan bahwa ketika hendak berziarah ke India ia singgah di
Sriwijaya selama enam bulan. Ketika pulang ia singgah lagi di Sriwijaya untuk memterjemahkan kitab
agama Budha ke dalam bahasa Cina.
 Catatan Raihan Al Beruni dari Persia.
Sriwijaya kemudian tumbuh menjadi kerajaan maritim yang besar dan menjadi pusat perdagangan
di Asia Tenggara. Adapun factor-faktor pendorongnya adalah sebagai beriket :
1. Palembang terletak di muara Sungai Musi, dihadapanya terdapat pulau-pulau yang menjadi pelindung
pelabuhan sehingga baik sekali sebagai pusat perdagangan.
2. Letaknya strategis yaitu di jalur perdagangan baik nasional maupun internasional.
3. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberi kesempatan besar bagi Sriwijaya untuk
mengembangkan kekuasaanya di laut , terutama Asia Tenggara.
4. Sriwijaya mempunyai armada laut yang kuat.
Sriwijaya berhasil menguasai daerah sekitarnya, bahkan sampai ke daerah Ligor (Thailand).
Daerah-daerah yang dikuasai , antara lain Tulang Bawang, Kedah, Pulau Bangka,Jambi, Kra, Jawa
Tenggah, Tnjung Pura, Lampung dan daerah-daerah lainnya Karena wilayahnya yang luas dan menguasai
lautan, Sriwijaya disebut sebagai kerajaan bertaraf nasional pertama.
Disamping sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara, Sriwijaya juga berperan sebagai pusat
Agama Budha di Asia Tenggara. Beberapa pendeta Budha yang terkenal antara lain Sakyakirti,
Dharmakirti, Dharmapala.Di Sriwijaya banyak didirikan Vihara untuk tempat tinggal para Bhiksu. Juga
didirikan perguruan tinggi yang mengajarkan ilmu dan budaya India. Setiap orang yang memperdalam
agama Budha ke India dianjurkan untuk memperdalam ajaran-ajaran ilmu agama dan ilmu bahasa di
Sriwijaya sebagai persiapan.
Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain, misalnya :
a. Berdasarkan Prasasti Nalanda, pada sekitar abad ke-9 M terjalin hubungan yang baik antara Sriwijaya
dengan Kerajaan Pala di India. Disebutkan pula bahwa Raja Balaputradewa pernah mendapat hadiah
tanah dari Raja Dewapaladewa untuk mendirikan sebuah biara bagi kepentingan peziarah dari
Sriwijaya.
b. Sriwijaya menjalin hubungan dengan Kerajaan Colamandala. Hubungan kedua kerajaan ini semula
baik namun kemudian berubah menjadi permusuhan.
c. Seperti tertulis pada berita Cina, Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan Cina. Sriwijaya tercatat
beberapa kali mengirim utusan ke Cina.

Pada abad ke- 13 M Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Sebeb-sebab kemunduran Sriwi jaya
adalah sebagai berikut :
a. Faktor alam: kota Palembang makin jauh dari laut akibat pengendapan Lumpur yang dibawa oleh
Sungai Musi, sehingga tidak strategis lagi.
b. Faktor ekonomi: pendapatan dan pajak Sriwijaya makin berkurang karena kapal dagang yang singgah
juga berkurang.
c. Faktor politik: Perekonomian yang makin lemah menyebabkan Sriwijaya tidak mampu lagi
mengontrol daerah kekuasaannya. Akibatnya daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan
diri.
d. Faktor militer: Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan lain, diantaranya :
- Serangan Dharmawangsa pada tahun 992 M
- Serangan dari Kerajaan Colamandala pada tahun1023 M, 1030 M, dan 1068 M.
- Serangan Raja Kertanegara ( Singasari) dalam ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M
- Pendudukan oleh Majapahit sekitar tahun 1377 M, berhasil menamatkan Kerjaan Sriwijaya.

5. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri sebenarnya kelanjutan dari Kerajaan Airlangga. Kerajaan Kediri terletak di bagian
barat Jawa Timur dan beribukota di Daha. Untuk menghindari perebutan kekuasaan diantara putra-
putranya, Airlangga kemudian membagi kerajaan menjadi dua yaitu:
-Jenggala beribukota di Kahuripan terletak disebelah utara Sungai Brantas,diserahkan kepada Garasaka
-Panjalu (Kediri) beribukota di Daha terletak di sebelah selatan Sungai Brantas, diserahkan kepada
Samarawijaya.
Namun sepeninggal Airlangga , permusuhan antara kedua kerajaan itu tidak bisa dihindari. Raja Garasakan
dari Jenggala berusaha untuk menguasai Panjalu.
Kapan berdirinya Kerajaan Kediri dan siapa yang tidak diketahui dengan jelas. Dua kerajaan, Jenggala dan
Kediri akhirnya menjadi satu yaitu Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri akhirnya berkembang menjadi
kerajaan agraris yang sangat kuat dan satu-satunya kerajaan di Jawa Timur saat itu.

Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kediri ialah sebagai berikut:


1. Jayeswara
2. Bameswara
3. Jayabaya
4. Sarweswara
5.Aryeswara
6. Sri Gandra
9
7. Kameswara
8. Kertajaya (Dandang Gendis)
Kerajaan Kediri mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Raja Jayabhaya. Selain sebagai pemimpin
yang tangguh Jayabhaya juga sebagai peramal yang ulung.Keampuhan ramalannya yang biasa disebut
dengan “ Jangka Jayabhaya”, masih dipercayai orang sampai sekarang.Pada masa pemerintahannya Kediri
berkembang menjadi Kerajaan Maritim.
Pada masa Kerajaan Kediri banyak dihasilkan karya sastra yang terkenal antara lain :
a.Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya
b.Hariwangsa dan Gathutkacasraya, karya Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya
c.Smaradhahana, karya Mpu Dharmaja pada masa pemerintahan Kameswara
d.Lubdaka dan Wartasancaya, karya Mpu Tanakung pada masa pemerintahan Kameswara.
Kerajaan Kediri mengalami kemunduran dan runtuh pada masa pemerintahan Raja Kertajaya karena
mendapat serangan dari Ken Arok pada tahun 1222 M.

6 . KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singasari terletak di kawasan hulu Sungai Brantas, tepatnya di daerah Malang, Jawa Timur.
Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari daerah Tumapel, yang ketika itu dikuasai oleh seorang Akuwu
(bupati) yang bernama Tunggul Ametung. Setelah Ken Arok merebut kekuasan di Tumapel, kemudian
melanjutkan ambisinya untuk menjadi raja dengan mengalahkan Kertajaya di Kerajaan Kediri. Ken Arok
kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.
Sumber sejarah tentang Singasari dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Negarakertagama. Berikut
adalah silsilah raja-raja Singasari.

Pada masa pemerintahan Kertanegara Singasari mencapai puncak kejayaan. Kertanegara mempunyai
cita-cita yang besar untuk mempersatukan seluruh wilayah Nusantara, sehingga istilah “Wawasan
Nusantara” atau “Penyatuan Nusantara” sudah dirintis sejak masa pemerintahan Kertanegara. Usaha-usaha
yang dilakukan Kertenagara untuk mewujudkan cita-citanya itu antara lain :
a. Politik dalam negeri :
1. Mengganti pembantu-pembantunya yang menentang politiknya, seperti Banyak Wide yang
dipindahkan ke Sumenep dengan gelar Arya Wiraraja.
2. Berbuat baik dengan lawan-lawan politiknya ,misalnya Jayakatwang diangkat sebagai raja Kediri,
Ardharaja (anak Jayakatwang) dijadikan menantu. Demikian pula Raden Wijaya juga dijadikannya
menantu.
3. Memperkuat angkatan perangnya.
4. Memperlancar pemerintahannya dengan mengangkat tiga orang mahamentri yaitu : I-Hino, I-
Sirikan, I-Halu
b. Politik luar negeri :
1. Melakukan ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 M, dalam rangka membendung ekspansi Kubilai
Khan dari Mongol.
2. Mengadakan ekspedisi ke Bali tahun 1284 M
3. Pada tahun 1286 M, mengirim sebuah patung Amoghapasa beserta 14 pengiringnya kepada raja
Melayu yaitu Mauliwarmadewa segai tanda persahabatan
4. Menguasai Sunda,Jawa Barat pada tahun 1289 M
5. Menguasai Pahang dan Tanjungpura
Pada akhir abad ke-13, Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan . Anehnya keruntuhan Singasari
ini juga terjadi pada masa pemerintahan Kertanegara yang berhasil mengantarkan Singasari ke puncak
kejayaan. Keruntuhan Kerajaan Singasari, antara lain disebabkan hal-hal berikut ini :
1. Raja Kertanegara terlalu berambisi memperluas jajahan ke luar pulau Jawa tanpa memperhatikan
perkembangan dalam negeri.
2. Terjadinya konflik dengan Kubilai Khan raja Mongol
3. Serangan Jayakatwang untuk menegakkan kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
4. Watak dan pendirian Kertanegara sangat keras dan sulit menerima saran dari pembantu-pembantunya.

10
5. Kertanegara banyak membuat kecewa para pejabat penting, diantaranya patih Raganatha dan Banyak
Wide.

7. KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit terletak sekitar Sungai Brantas, dan berpusat di Tarik,Mojokerto. Berdiri pada
tahun 1293 M oleh Raden Wijaya. Majapahit merupakan Kerajaan terbesar di Indonesia . Oleh karena itu
Mr. Moh. Yamin menyebutnya sebagai Negara kesatuan Indonesia kedua atau Kerajaan bertaraf nasional
yang ke-2.
Munculnya Majapahit sebagai kerajaan yang besar didorong oleh faktor-faktor berikut :
1. Secara geografis letakya sangat baik yaitu ditengah-tengah Nusantara
2. Terletak di tepi Sungai Brantas, sehingga mudah dilayari oleh kapal-kapal
3. Tanahnya subur sehingga banyak menghasilkan barang-barang ekspor
4. Munculnya tokoh-tokoh negarawan seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
5. Tidak saingan kerajaan lain di Indonesia.
6. Diluar Indonesia tidak lagi kerajaan besar.

Adapun raja-raja yang pernah memerintah Majapahit adalah sebagai berikut :


a. Raden Wijaya
Pada tahun 1292 Jayakatwang (raja Kediri) menyerang ibukota Singasari. Dalamserangan itu
Jayakatwang berhasil menguasai Singasari dan membunuh Kertanegara.
Ketika Jayakatwang menyerbu Singasari, menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya berhasil
melarikan diri ke Madura untuk meminta bantuan kepada Arya Wiraraja. Atas nasehat Arya Wiraraja , Raden
Wijaya kembali ke Kediri untuk mengabdi kepada Jayakatwang dan diterima dengan baik, bahkan Raden
Wijaya diberi hadiah sebidang tanah di hutan Tarik yang kemudian berhasil dibangun menjadi sebuah desa
ramai dengan nama Majapahit.
Pada perkembangan selanjutnya, datanglah tentara Kubilai Khan untuk menghukum raja Kertanegara
(Singasari). Hal ini karena ,Kubilai Khan merasa terhina atas perbuatan Kertanegara yang telah menciderai
utusannya yang bernama Mang Ki. Namun mereka tidak tahu, Raja Kertanegara telah gugur akibat serbuan
Jayakatwang. Kesempatan ini digunakan oleh Raden Wijaya dengan mengajak tentara Kubilai Khan untuk
menyerang Jayakatwang.Bersama tentara Mongol , Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang.
Setelah itu, dengan berbagai cara Raden Wijaya berhasil memukul mundur tentara Tar-tar ( Mongol).Raden
Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit, dan naik tahta pada tahun 1294 M sebagai raja pertama
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M dan dimakamkan di Candi Simping Sumberjati (Blitar)
sebagai Siwa. Arca perwujudannya berupa Harihara, yaitu Wisnu dan Siwa dalam satu arca

b. Sri Jayanegara (Kala Gemet)


Jayanegara sebenarnya anak dari Raden Wijaya dengan Putri Melayu yang bernama Dara Petak yang
diangkat anak oleh permaisuri Tribhuana. Oleh karena itu pada masa pemerintahannya banyak diwarnai
dengan pemberontakan.Pemberontakan itu antara lain :
1. Pemberontakan Ranggalawe tahun1309 M, dapat ditumpas oleh Kebo Anabrang
2. Lembu Sora, tahun 1311 M
3. Juru Demung, tahun 1313 M
4. Mandana dan Wagal, tahun 1314 M
5. Nambi, tahun 1316 M
6. Lasem dan Semi, tahun 1318 M
7. Kuti,tahun 1319 M. Merupakan pemberontakan yang terbesar.
Pada tahun 1319 M Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanegara terpaksa melarikan diri
ke Bedandder. Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.

c. Tribhuwanatunggadewi / Bhre Kahuripan


Jaya Negara tidak memiliki anak sehingga tahta diserahkan kepada Gayatri, putri Kertanegara yang
masih hidup. Namun karena Gayatri lebh memilih sebagai Bhiksuni, maka tahta kerajaan kemudian
diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi ( putri Gayatri) dan bergelar Tribhuwanatungga dewi
Jayawisnuwardhani.
Pada masa pemerintahannya timbul pemberontakan Sadeng dan Keta (1331). Pemberontakan tersebut
berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Keberhasilan Gajah Mada itulah yang kemudian mengantarkannya
menjadi Patih Amangkubumi. Pada upacara pelantikan ia mengucapkan “Sumpah Palapa”, yang
menyatakan bahwa ia tidak akan bersenang-senang sebelum berhasil mempersatukan nusantara dibawah
kekuasaan Majapahit.
d. Hayam Wuruk / Rajasanegara
Pada tahun 1350 M Tribhuwanatunggadewi turun tahta dan digantikan putranya yang bernama Hayam
Wuruk dan bergelar Rajasanegara. Hayam Wuruk yang masih berusia 16 tahun ketika itu didampingi oleh
Maha Patih Gajah Mada. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan. Di

11
dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca, disebutkan bahwa wilayah kekuasaan Majapahit saat
itu sangat luas meliputi seluruh RI seperti sekarang ini.
Pada masa pemerintahannya bidang sastra mengalami kemajuan, misalnya Kitab Sutasoma atau
purusadashanta yang digubah Mpu Tantular yang didalamnya terdapat kalimat ”Bhineka Tunggal Ika tan
hana dharma mangrwa” artinya diantara puspa ragam, adalah kesatuan, tidak ada agama agama yang
mendua. Hal itu menunjukan adanya toleransi hidup beragama yaitu antara Hindu dan Budha.
Satu-satunya daerah yang belum berhasil dikuasai adalah Kerajaan Sunda. Dalam upaya menguasai
Sunda , Gajah Mada menghendaki adanya perkawinan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka putri Sri
Baduga Maharaja. Maka terjadilah perang yang disebut “Peristiwa Bubat” pada tahun 1357 M. Dalam
peristiwa itu Sri Baduga Maharaja gugur dan Dyah Pitaloka sendiri akhirnya bunuh diri.

b. Wikramawardhana
Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya dari permaisuri yaitu Kusumawardhani yang menikah
dengan Wikramawardhana. Sedangkan Bhre Wirabumi putra dari selir telah diberi kekuasaan didaerah timur
(sekitar Blambangan). Hal itu membuat Bhre Wirabhumi menjadi iri dan akhirnya memuncak menjadi
perang saudara atau “ perang Paregreg” pada tahun ( 1401 M – 1406 M ).Perang dimenangkan oleh
Wikramawardhana, sedangkan Bhre Wirabhumi terbunuh. Peristiwa ini dijadikan dasar cerita “Damar
Wulan-Menak Jinggo”.
Setelah Wikramawardhana , raja-raja yang memerintah Kerajaan Majapahit berturut-turut sebagai
berikut :
1. Suhita : (1429-1447) M
2. Ketawijaya : (1447-1451) M
3. Rajasawardhana : (1451-1453) M
4. Purwawisesa : (1456-1466) M
5. Singhawikramawardhana : (1466-1478) M
Kerajaan Majapahit juga menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga dengan baik
(mitreka satata) seperti : Siam, Burma, Campa dan Anam.
Sepeninggal Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan Majapahit runtuh, antara lain :
1. Pengganti Hayam Wuruk dan Gajah Mada tidak ada yang cakap
1. Terjadinya perang Paregreg ( perang saudara)
2. Banyak daerah taklukan yang melepaskan diri.
3. Masuknya agama Islam.

PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA ISLAM


DI INDONESIA, SERTA PENINGGALANNYA

A. PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA


Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena :
a. Syarat masuk Islam sangat mudah cukup dengan dua kalimat syahadat
b. Islam merupakan agama yang demokaratis (tidak mengenal sistim kasta)
c. Ajaran Islam mudah dipelajari dan dipahami
d. Islam disebarkan dengan cara damai dan sesuai dengan fitrah manusia
e. Islam mengatur seluruh kehidupan manusia untuk menuju kebahagiaan
f. Agama Islam yang masuk melalui Gujarat mengandung ajaran Tasawuf yang sesuai dengan budaya
Indonesia yang mistis sehingga sangat menarik
g. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad 15 memberi peluang untuk tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam

Kapan Islam masuk ke Indonesia


Ada beberapa pendapat tentang kapan Islam mulai masuk dan berkembang di Indonesia, pendapat tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Abad ke 7 (Hamka, Zaenal Arifin Abbas, Agus Salim, Wan Hussein Azmi) dengan dasar pada abad
tersebut para pedagang Islam telah memegang peranan penting di Selat Malaka, berita Cina juga
menyebutkan tahun 674 telah dijumpai orang Islam di Jawa, adanya wilayah Ta Chi sebagai sebutan
Tionghoa untuk orang Islam, dan berita dari Arab yang menyebutkan pada abad ke 7 telah melakukan
kegiatan perdagangan dengan penduduk Indonesia masa perekembangan Sriwijaya (Zabag/Sribusa)
b. Abad ke 11, berdasarkan bukti makam Fatimah binti Maemoon yang terdapat di Leran Gresik Jawa
Timur berangka tahun 1082 M
c. Abad ke 13 (Snouck Hurgronye, NJ Kroom, Soekmono) dengan dasar adanya catatan Marcopolo
seorang musafir ddari Venesia yang mengatakan bahwa pada abad ke 13 Islam telah berkembang di
Sumatra Utara, dan ditemukanya nisan Sultan Malik Al Saleh yang berangka tahun 1297 M
Dari mana asal Islam yang berkembang di Indonesia juga banyak pendapat ada yang menyebut dari India,
Coromandel, Arabia, Cina, dan Persia.

B. Saluran Saluran Islamisasi Di Indonesia


12
a Melalui Perdagangan
b Melalui Pendidikan
c Melalui Dakwah
d Melalui Perkawinan
e Melaui Unsur Seni

B. Cara Yang Digunakan Oleh Wali Songo/Ulama Lainya Dalam Menyebarkan Islam
Cara yang dilakukan oleh tokoh penyebar Islam, baik di Jawa (Wali Songo), di Sumatera (Hamzah Fansuri,
Nurudin Ar Raniri, Nurudin As Samatrani, Abdul Rauf), di Kalimantan dan Sulawesi (Datuk Ri Bandang,
Tuan Tunggang Parangan), dan di Maluku (Sunan Giri, Penghulu Demak) dilakuakn dengan cara-cara
damai. Dengan memanfaatkan tradisi dan adat istiadat setempat yang dicampur dengan tradisi Islam.
Contohnya tradisi “Selamatan Orang Meninggal”, Tabur Bunga yang mencampurkan antara tradisi
kepercayaan terhadap roh nenek moyang dengan doa doa Islam, melalui lagu “Ilir Ilir”, Wayang, Sekaten,
Rebana,dsb.
Peran Wali Songo dan para Ulama disamping berperan dalam bidang agama, juga berperan dalam bidang
politik (penasehat Raja, panglima perang, bahkan Raja), serta berperan dalam bidang social budaya dengan
mengubah kehidupan social budaya pra Islam menjadi tata masyarakat Islam dengan tidak menimbulakan
keguncangan dalam masyarakat.

C. JALUR DAN DAERAH PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA


Peta jalur masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia identik dengan peta jalur pelayaran dan
perdagangan yang telah ada jauh sebelum Islam berkembang di Indonesia.
a Sumatera
b Jawa
c Kalimantan
d Sulawesi
e Maluku
f Nusa Tenggara

D. PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI BERBAGAI WILAYAH INDONESIA


1. Perlak
Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, didukung dengan bukti naskah tua
berbahasa melayu dan peninggalan sejarah yang berupa mata uang emas (dirham), mata uang perak
(kupang), Stempel Kerajaan, dan Makam Raja Benoa. Letak Perlak di Aceh Timur dengan ibu kota
Bandar Kalifah (Peureulak Baroh). Raja pertama Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang
kemudian dilanjutkan oleh dinasti Azizah yang berkuasa lebih dari lima generasi. Pada waktu
pemerintahan Sultan Muhammad Amin Syah, putrinya yang bernama Ganggang Sari dinikahkan
dengan Meurah Silu yang kemudian bernama Malik As Shaleh.
2. Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai terletak di sekitar Lhokseumawe Aceh, didirikan oleh Sultan Malik As
Shaleh. Nama Samudra Pasai diduga berasal dari nama dua kota yaitu Samudra dan Pasai yang
disatuka oleh Meurah Silu dengan nama Samudra Pasai. Meurah Silu masuk Islam berkat bertemu
dengan Syeh Ismail seorang utusan dari Mekah. Beliau dapat mengembangkan kekuasaan sampai
kedaerah pedalaman.
3. Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada awal abad ke 16. Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim yang
disebut juga Ali Mughayat (1514 - 1518). Kerajaan Aceh makin berkembang pesat setelah Malaka
jatuh ke tangan Portugis, karena para pedagang Islam dari Gujarat dan Arab yang tidak mau dengan
praktek monopoli Portugis mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Aceh yang tidak jauh dari
Malaka. Akibatnya Aceh menjadi kerajaan yang makmur, sehingga dapat mengangkat prajurit yang
berasal dari Turki, Arab, dan Abessinia. Aceh mencapai puncak kejayaanya masa pemerintahan
Iskandar Muda (1607 - 1636) dengan wiolayah sampai ke Deli, Nias, Bintan serta wilayah di
semenanjung Malaka.
Corak pemerintahan Aceh memiliki cirri kusus yang didasarkan atas pemerintahan sipil dan
keagamaan, dengan berlandaskan ajaran agama Islam yang disebut adat Makuta Alam.Seorang Sulatan
harus memnuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam hokum Islam, hokum adat, dan persetujuan
dari para Ulama. Kemajuan dalam bidang pendidikan ditandai dengan adanya lembaga seperti : Balai
Seutia Ulama (Jawatan Pendidikan), Balai Jamaah Himpunan Ulama, Balai Seutia Hukama (Lembaga
Pengembang Ilmu Pengetahuan), dan jenjang pendidikan dari Meunasah, Rangkang, Dayah, dan
Dayah Teuku Cik (Perguruan Tinggi).
4. Demak
Berdasarkan kitab Babad Tanah Jawa dan Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa R Patah
adalah keturunan raja Majapahit Prabu Brawijaya V. R Patah resmi mendirikan kerajaan Demak
dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fatah setelah mengalahkan Girindrawardana dari kediri yang
menduduki Majapahit, kemudian memindahkan pusat kekuasaanya ke Demak.
Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, yang telah memiliki struktur
pemerintahan dan juga memiliki kekuatan angkatan perang baik darat maupun laut. Demak lebih
13
dikenal sebagai kerajaan maritime, selain angkatan lautnya kuat juga berfungsi sebagai daerah
penghubung atau transit perdagangan rempah rempah dari Indonesia bagian Timur dengan Malaka.
Pada saat Malaka diserang Portugis Demak juga mengirimkan armadanya yang dipimpin oleh Pati
Unus.
Masa pemerintahan Sultan Trenggono Demak mencapai puncak kejayaan, Demak dijadikan pusat
kekuasaan dan salah satu pusat penyebaran Islam di Indonesia. Sultan Trenggono menugaskan
Fatahillah membuat pertahanan di pesisir Jawa dan merintis berdirinya kerajaan Banten dan Cirebon,
serta menggagalkan masuknya Portugis ke Sunda Kelapa, yang kemudian diganti menjadi Jayakarta
tahun 1527.
5. Pajang
Dengan dipindahkanya pusat kerajaan dari Demak ke Pajang, berarti Hadiwijaya menjadilkan
kerajaanya bercorak agraris. Dibawah Hadiwijaya kerajaan Pajang mengalami kemajuan, meskipun
wilayahnya tidak seluas Demak. karena wilayah Banten dan Cirebon memisahkan diri ketika di Demak
sedang terjadi kekacauan politik.
Kekuasaan Pajang selanjutnya dipegang oleh Sultan Benowo (1575 - 1586), pada masa itu terjadi
pembrontakan Arya Pengiri seorang putra angkat Hadiwijaya, kemudian dapat dipadamkan.
Pemerintahan P Benowo tidak berlangsung lama karena tahta kerajaan diserahkan kepada Sutawijaya,
yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram
6. Mataram
Puncak kejayaan Kerajaan Mataram dicapai masa kekuasaan Mas Rangsang atau Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613 - 1645) dengan wilayah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagiab
Jawa Barat. Pada masa ini pengaruh kekuasaanya sampai ke Palembang, Banjarmasin, Gowa, Makasar.
Kemajuan yang dicapai mencakup berbagai bidang al :
a. Politik
Berhail menyatukan kerajaan Islam di Jawa (Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,
Pasuruhan, Surabaya) dan anti penjajahan Belanda (menyerang VOC di Batavia tahun 1628 dan
1629).
b Ekonomi
Mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfatkan irigasi sungai di Jawa dan melakukan
kegiatan perdagangan dan pelayaran.
c Sosial Budaya
Mengadakan upacara Grebeg yang merupakan perpaduan budaya asli, Jawa, dan Islam. Menyusun
tarik Jawa, serta memajukan kesusasteraan Jawa seperti Sastra Gending, Nitisuri, Nitisastra,
Astabrata.
7. Cirebon
Pendiri dan sekaligus raja pertama adalah Faletehan yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Setelah Faletehan menyerahkan tahta Banten pada putranya, ia pergi ke Cirebon dan mendirikan
kerajaan disana dan masa ini agama Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat
Cirebon menjalin hubungan baik dengan Mataram, dan Mataram sangat menghormati Kerajaan
Cirebon karena segan dengan Faletehan. Hal ini disebabkan disamping Faletehan sebagai seorang wali,
juga sebagai tokoh yang sangat berjasa bagi kejayaan Demak. Abad ke 17 Cirebon pecah menjadi
Kaepuhan dan Kanoman
8. Banten
Banten pada mulanya merupakan wilayah kekuaaan Demak. Dibawah Faletehan Banten memisahkan
diri kaarena sepeninggalannya Sultan Trenggono aterjadi perebutan kekuasaan sehingga Faletehan
tidak mau kembali ke Demak dan mendirikan kerajaan Banten.
Pada masa kekuasaan Hasanudin putra dari Faletehan berhasil memperluas sampai ke Lampung dan
Bengkulu. Dengan demikian pemerintahan Hasanudin tidak hanya mengalami kemajuan dalam bidang
politik , ekonomi, juga bidang penyebaran agama
Pada masa kekuasaan Sultan Muhammad yang baru berusia 9 tahun dtanglah bangsa Belanda ke
Banten dibawah Cornelis de Houtman.
9. Makasar
Kerajaan ini semula terdiri dari kerajaan Gowa- Tallo yang beribukota di Sombaopu, oleh masyarakat
lebih dikenal sebagai kerajaan Makasar.
Kerajaan Makasar dapat berkembang menjadi pusat perdagangan karena factor berikut :
a. Letaknya strategis, sebagai penghubung pelayaran Malaka, Jawa dengan Maluku
b. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan dengan pedalamanberjalan baik
c. Didepan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang dapat menahan gelombang laut
d. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari asal rempah-rempah
e. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar.
Kejayaan Makasan tercapai masa kekuasaan Hasanudin (Ayam Jantan dari Timur) karena kegiihanya
melawan upaya kekuasaan Belanda.
Pada tahun 1667 Makasar menyerah pada Belanda (Perjanjian Bongaya) yang dibantu Aru Palaka,
yang membawa akibat sebagai berikut :
a. Peranan Makasar sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Indonesia Timur berakhir
b. Belanda menguasai Makasar dan mendirikan benteng New Roterdam

14
c. Pejuang Makasar banyak yang pergi keluar daerah untuk melanjutkan perjuangan melawan
Belanda.
10. Banjar
Kerajaan Banjar terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Berkat bantuan Demak berhasil
menguasai Negardana, dengan pendirinya Pangeran Samudra yang bergelar Sultan Suryanullah.
Kerajaan Banjar terletak dimuara sungai Negara sehingga sangat strategis untuk kegiatan pelayaran
dan perdagangan. Kerajaan Banjar juga berperan dalam menyiarkan agama Islam, banyak ulama Jawa
yang dating ke Banjar untuk mengajarkan agam Islam. Hubungan antara Banjar dengan Demak terjalin
sangat erat seingga sampai sekarang para ulama di Kalimantan mendapat sebutan penghulu Demak.
11. Ternate
Kerajaan Ternate berdiri abad 13 dengan ibu kota kerajaan di Sampalu. Terletak di Maluku bagian
Utara. Islam mulai disebarkan abad 14 pada masa kerajaan Demak, salah satu pemuda Ternate yang
belajar sampai ke Demak adalah Sultan Zaenal Abidin raja Ternate.
Karena kaya akan rempah - rempah banyak para pedagang datang kesana, ramainya perdagangan
rempah-rempah si Maluku mendorong timbulnya persekutuan dagang sebagai berikut :
a. Uli Lima anggotanya Obi, Bacan, Seram, Ambon, dan Ternate sebagai ketuanya.
b. Uli Siwa anggotanya Pulau Malian, Halmahera, Mare, Moti, dan pulau kecil lainya denga Tidore
sebagai ketuanya.
12. Tidore
Kerajaan Tidore berdiri bersamaan dengan kerajaan Ternate, juga kaya akan rempah rempah.
Sultan Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku (1780-1805), berhasil memperluas wilayahnya hingga
ke Halmahera, Seram, Kai, dan Misol di Irian. Berkat jasa kerajan Tidore maupun Ternate Islam dapat
menyebar ke wilayah Nusantara bagian Timur

E. PENINGGALAN PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM DIBERBAGAI DAERAH


1. Masjid
Masjid peninggalan Islam di Indonesia memiliki cirri-ciri sebagai berikut
a. Atapnya berbentuk tumpang (bersusun dengan jumlah ganjil, dengan tingkat paling atas
bebrbentuk limas
b. Mimbar berbentuk teratai
c. Hiasanya berbentuk teratai
d. Terletak di dekat istana (sebelah barat alun alun) atau dekat makam yang dianggap keramat
e. Terdapat kolam atau parit berair mengelilingi serambi
Contohnya Masjid Indra Pura di Aceh, Masjid Limo Kaum di Tanah Datar,Masjid Demak, Masjid
Menara Kudus, Masjid Sendang Duwur, Masjid Kasepuhan, Masjid Sunan Ampel, Masjid Ketangka di
Makasar, Masjid Marunda di Jakarta.
2. Keraton
Keraton merupakan tempat dilakukan kegiatan kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan,
dan di kraton raja beserta keluarganya tinggal. Keraton dibangun sebagai lambang kekuasaan
pemerintahan. Bangunan utama keraton biasanya dikelilingi pagar tembok, parit. atau sungai kecil.
Peninggalan keraton jaman Islam antara lain:
a. Kasultanan dan Pakualaman di Yogyakarta
b. Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta
c. Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon
d. Kasultanan Aceh, Istana Deli, Istana Maemun di Sumatera
e. Raja Gowa di Sulawesi
f. Istana Kerajaan Ternate di Maluku
3. Makam
Nisan sebagai tanda makam seseorang yang biasanya memuat keterangan identitas seseorang, kadang
didirikan semacam rumah yang diberi nama cungkup. Pada tokoh tokoh besar cungkup sering dibuat
secara indah dan megah, seperti terlihat pada makam sunan Kudus, Kalijaga dan sunan besar lainya.
Beberapa contoh makam adalah :
a. Makam Sultan Malik As Saleh di Lhoksumawe
b. Makam Fatimah binti Maemun di Gresik
c. Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
d. Makam Sulatan Hasanudin di Sulawesi Selatan
4. Seni Ukir
Dalam agama Islam terdapat larangan untuk melukiskan sesuatu yang hidup, apalagi manusia. Padahal
pada jaman pra Islam (Hindu Budha) seni pembuatan patung berkembang sangat pesat. Para pengukir
yang telah menganut Islam ternyata tetap melanjutkan aktivitas seninya dengan mengambil pola daun-
daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan, dan geometri. Sementara pola mahluk
hidup distilir atau disamarkan dengan gambaran yang tidak lagi menyerupai mahluk hidup.
5. Seni Kaligrafi
Kaligrafi merupakan seni tulisan indah yang biasanya digunakan sebagai hiasan, dengan menulis ayat-
ayat Al`quran dengan pola tertentu. Seni kaligrafi banyak ditemukan di dinding dinding masjid,
terutama pada bagian mihrab dan menara. Juga banyak ditemukan dalam makam-makam kuno
peninggalan sejarah perkembangan Islam.
15
6. Karya Sastra
Karya sastra banyak berkembang di Jawa dan Sumatera, antara lain :
a. Suluk adalah karya sastra yang berisi ajaran Tasawuf. Contohnya Suluk Wujil dari Sunan Bonang,
Suluk Syarab al Asyiqi, Suluk Sukarasa.
b. Syair yang merupakan karya satra yang berupa sajak-sajak yang terdiri dari empat baris, yang
mirip dengan pantun. Contohnya Syair Abdul Muluk, Gurindam Dua Belas.
c. Hikayat merupakan karya satra yang berisi cerita atau dongeng yang dikaitkan dengan tokoh
sejarah. Contohnya Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Hang Tua, Hikayat Hasanudin.
d. Babad merupakan karya satra yang berisi cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan
kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Contoh Babad Tanah Jawi, Babad Demak,
Babad Cirebon, Babad Giyanti.

PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA


KOLONIAL EROPA

A. PROSES MASUKNYA BANGSA-BANGSA EROPA KE INDONESIA


Latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia, antara lain :
1. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki tahun 1453
2. Keinginan untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah
3. Adanya teori Heliocentris dari Copernicus yang mengatakan bahwa pusat peredaran tata surya adalah
matahari
4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yaitu ditemukannya mesiu untuk persenjataan kompas
serta mesin uap sebagai penggerak kapal.
5. Adanya buku Imago Mundi berisi tentang kisah perjalanan Marcopolo dari Venesia, Italia.
menceritakan dunia timur yang kaya akan emasdan rempah-rempah
6. Adanya semangat Reconguesta, yaitu semangat pembalasan bangsa Eropa terhadap kekuasaan Islam.
Upaya orang-orang Eropa melakukan penjelajahan samudera untuk mencari jalan menuju ke Indonesia,
dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Antara lain dilakukan oleh:
1. Bangsa Portugis
a. Bartholomeus Diaz pada tahun 1486, hanya sampai ujung selatan Benua Afrika karena diterjang
badai topan dan tempat itu kemudian diberi nama Tanjung Pengharapan.
b. Vasco da Gama pada tahun 1498, pelayarannya dengan membawa batu padrao (batu bertulis
dengan gambar bola dunia lambang Kerajaan Portugis).Batu tersebut akan diletakkan disetiap
daerah yang disinggahi sebagai tanda daerah jajahannya. Pelayarannya hanya sampai Calicut India.
c. Alfonso d’ Albuquerque, berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511. Jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis , membawa akibat lain seperti berikut ini :
- Berpindahnya jalur pelayaran dari Selat Malaka, menyusuri pantai Barat Sumatera
kemudian melalui Selat Sunda.
- Pusat-pusat perdagangan di Makasar, Aceh, dan Banten mengalami perkembangan pesat.
2. Bangsa Spanyol
a. Christoporus Columbus tahun 1492, pertama kali sampai di kepulauan Bahama. Pelayarannya
bersama dengan Amerigo Vespuci yaitu seorang penyelidik, akhirnya menemukan benua baru yang
diberi nama Amerika.
b. Ferdinand Magelhaens beserta wakilnya yang bernama Yuan Sebastian Del Cano dan
rombongan berangkat dari Lisabon tahun 1519 dengan menyeberangi samudera Atlantik dan
Samudera Pasifik , akhirnya sampai di Kepulauan Massava tahun 1520. Karena yang mengirim
mereka adalah raja Philip II dari Spanyol maka Kepulauan itu diberi nama Philipina.Selanjutnya
tiba di kepulauan Maluku pada tahun 1521.Pelayaran mereka sering disebut ekspedisi Magelhaens-
Cano dan dianggap sebagai ekspedisi mengelilingi dunia pertama kali, sekaligus membuktikan
bahwa bumi itu bulat.
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang
merupakan pusat-pusat perdagangan, seperti Kerajaan Aceh, Banten, Demak, Cirebon Banjar, Makasar,
Ternate dan Tidore. Beberapa factor yang mendorong perkembangan perdagangan Indonesia dengan bangsa
lain, yaitu :
1. Letak Indonesia yang strategis yaitu terletak pada jalur pelayaran dan perdaganganantara India dan
Cina.
2. Indonesia dilalui oleh angin musim/muson yang dimanfaatkan oleh para pedagang asing untuk
berlayar.
3. Indonesia kaya akan hasil-hasil alam yang banyak dibutuhkan dalam dunia peragangan.

B. TERBENTUKNYA KEKUASAAN KOLONIAL BARAT DI INDONESIA


1. Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
16
Hubungan perdagangan antara Asia – Eropa yang berlangsung selama berabad-abad mengalami
gangguan dengan adanya Perang Salib ( 1096 – 1291 M ), puncaknya terjadi setelah kota Konstantinopel
dikuasai oleh Turki Usmani tahun 1453 yang berakibat hubungan perdagangan tersebut terputus total.
Akibatnya bangsa Eropa terpaksa mencari jalan sendiri menuju ke daerah penghasil rempah-rempah yaitu
Hindia ( Indonesia ), sehingga dimulailah “ Jaman Penjelajahan Samudera”.
Negara Eropa yang mempelopori penjelajahan samudera adalah Portugis dan Spanyol, yang kemudian
diikuti oleh Inggris, Perancis dan Belanda.
Adapun tokoh-tokoh penjelajah samudera yang terkenal adalah sebagai berikut :
a. Portugis : Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Alfonso d’ Albuquerque.
b. Spanyol : Christoper Columbus, Ferdinand Magelhaez, Juan Sebastian Del Cano.
c. Inggris : Sir Francis Drake, Sir James Lancaster, James Cook.
d. Belanda : Cornelis de Houtman, Jacob van Neck, Abel Jan Tasman.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DI INDONESIA


1. Kebijakan Pemerintah Kolonial Portugis
Portugis berkuasa di Maluku cukup lama yaitu dari tahun 1512 sampai tahun 1641, selama berkuasa
mereka menerapkan kebijakan-kebijakan yang sangat berpengaruh bagi rakyat di daerah Maluku, yaitu
a. Berusaha menanamkan pengaruh kekuasaannya di Maluku.
b. Menyebarkan agama Katolik di daerah-daerah yang dikuasai.
c. Mengembangkan bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
d. Sistem monopoli perdagangan cengkih dan pala di Ternate.
Akibat dari kebijakan tersebut menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat, yang selanjutnya
menumbuhkan benih-benih kebencian dan perlawanan terhadap Portugis. Namun ada juga sisi
positifnya seperti dikenalnya musik keroncong dan peninggalan berupa bangunan yang berarsitektur
Portugis, serta peninggalan senjata berupa meriam.

2. Kebijakan VOC di Indonesia


VOC dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 di Ambon, Maluku dengan tujuan untuk
menghindari persaingan di antara perusahaan dagang Belanda dan memperkuat diri agar dapat bersaing
dengan perusahaan dagang negara lain. Oleh pemerintah Kerajaan Belanda, VOC diberi hak-hak
istimewa yang dikenal dengan nama “ hak oktroi”, seperti:
a. hak monopoli perdagangan,
b. hak untuk membuat uang sendiri,
c. hak untuk mendirikan benteng pertahanan,
d. hak untuk membentuk tentara,
e. hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada masa VOC dan pengaruhnya bagi bangsa Indonesia :

a. Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli


perdagangan.
b. Melaksanakan politik devide et impera (memecah belah dan menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
c. Membangun pangkalan/markas VOC yang semula di Ambon, dipindah ke Batavia.
d. Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi tochten) untuk mengawasi perdagangan gelap dan
penyelundupan rempah-rempah di Maluku.
e. Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
Akibat salah urus dan terjadinya korupsi oleh para pegawainya, akhirnya VOC mengalami
kebangkrutan dan akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.

3. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda


Kekuasaan di Indonesia diambilalih langsung oleh kerajaan Belanda yang saat itu ada di bawah
kekuasaan Perancis ( Republik Bataafche ). Untuk memerintah Hindia Belanda
( Indonesia), diangkatlah Gubernur Jendral Herman Williem Daendels (1808 – 1811 ). Tugas utama yang
diemban adalah mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman serangan Inggris. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Daendels menerapkan kebijakan seperti :
a. Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan kegiatan
perdagangan.
b. Melaksanakan contingenten yaitu pajak dengan penyerahan berupa hasil bumi.
c. Menetapkan verplichte leverentie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada pemerintah
Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
d. Menerapkan sistem kerja paksa (rodi) dan membentuk tentara dengan melatih pribumi.
e. Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan ( 1.000 km ) untuk kepentingan
pertahanan.
e. Mewajibkan Prianger stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan untuk menanam kopi.
17
f. Melakukan penjualan tanah milik negara kepada pihak swasta (asing).

Akibat kebijakan yang diterapkannya tersebut menimbulkan pengaruh bagi rakyat, yaitu :
a. Kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa daerah maupun rakyat,
b. Munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
c. Perlawanan oleh para penguasa maupun rakyat,
d. Kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan.
Selama berkuasa Daendels dikenal sebagai seorang yang kejam, disiplin dan bertangan besi, oleh karena
dipandang sangat otoriter maka Daendels ditarik kembali dan kedudukannya digantikan oleh Gubernur
Jendral Janssen tahun 1811. Namun dia tidak setangguh Daendels, sehingga harus mengakui kekuasaan
Inggris dengan menandatangani Perjanjian/Kapitulasi Tuntang pada tanggal 17 September 1811 dan
sejak itu Indonesia jatuh ke tangan Inggris.

A. Kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris

Sebagai Gubernur Jendral diangkat Thomas Stamford Raffles ( 1811 – 1816 ), selama berkuasa dia
menetapkan kebijakan sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem sewa tanah atau Landrent, dimana para petani harus membayar pajak sebagai
uang sewa tanah, karena tanah dianggap milik negara.
b. Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan, dengan maksud untuk mempermudah koordinasi
dan pengawasan atas daerah kekuasaan.
c. Memperbaharui sistem peradilan dengan mengadopsi sistem yang berlaku di Inggris.
d. Merintis pembangunan Kebun Raya Bogor dan menemukan bunga Rafflesia arnoldi.
e. Menulis buku sejarah Jawa yang berjudul “ History of Java “.
Masa kekuasaan Inggris di Indonesia tidak berlangsung lama, karena terjadi perubahan politik di
Eropa seiring jatuhnya Napoleon Bonaparte ( Perancis ) sehingga dalam Konvensi London tahun 1814
status Hindia Belanda dikembalikan seperti sebelum perang yaitu kembali menjadi milik Kerajaan
Belanda. Penyerahan kekuasaan dilakukan di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816.

B. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda


Setelah penyerahan kekuasaan tersebut, maka Hindia Belanda kembali dikuasai oleh
pemerintah kolonial Belanda yang menunjuk Van der Capellen sebagai Komisaris Jendral ( 1817-
1830 ) yang beraliran liberal ( menghendaki urusan ekonomi diserahkan kepada swasta ). Tugasnya
sangat berat dalam menutup hutang-hutang pemerintah Belanda yang dipakai untuk membiayai perang.
Terjadi penentangan oleh golongan konservatif yang menghendaki urusan ekonomi dipegang langsung
oleh pemerintah. Situasi perekonomian Belanda yang tidak kunjung membaik menyebabkan golongan
liberal kalah, sehingga golongan konservatif mengambilalih kekuasaan. Dalam perkembangannya
kedua golongan tersebut silih berganti berkuasa, sehingga kebijakan yang diterapkan di Hindia
Belanda juga berubah-ubah. Adapun kebijakan yang diterapkan antara lain :

1. Sistem Tanam Paksa/Cultuur Stelsel ( 1830 – 1870 )


Setelah mengambil alih kekuasaan golongan konservatif mengangkat Van den Bosch sebagai
Gubernur Jendral. Dia menerapkan Cultuur Stelsel dengan harapan dapat memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif singkat sehingga hutang-hutang Belanda dapat ditutup.
Rakyat dipaksa untuk menanam tanaman ekspor yang saat itu sangat laku dalam perdagangan
internasional seperti kopi, teh, kina, dan tembakau ( disebut tanaman wajib ).
Secara singkat pokok-pokok aturan Tanam Paksa adalah sebagai berikut :
1) Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.
2) Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor dianggap sebagai pajak
3) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.
4) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh
melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
5) Rakyat yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun di
perkebunan atau pabrik milik pemerintah.
6) Jika terjadi kerusakan atau gagal panen, menjadi tanggung jawab pemerintah.
Jika dilihat aturan tersebut cukup baik, tapi dalam pelaksanaannya terjadi banyak penyimpangan yang
sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Adapun penyimpangan yang terjadi antara
lain :
1. Tanah yang harus diserahkan rakyat lebih dari 1/5 bagian.
2. Tanah yang ditanami tanaman wajib tetap dikenai pajak.
3. Kelebihan hasil panen ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
4. Rakyat yang tidak punya tanah, wajib kerjanya lebih dari 66 hari.
5. Jika terjadi gagal panen ternyata menjadi tanggung jawab petani.
Penyimpangan tersebut terjadi akibat diterapkannya aturan yang disebut Cultuur Procenten,
yaitu persen atau hadiah yang diberikan oleh pemerintah Belanda bagi pelaksana Tanam Paksa yang
bisa menyerahkan hasil panen melebihi target dan tepat waktu. Namun demikian muncul pula

18
golongan yang menentang penindasan yang dilakukan terhadap rakyat Indonesia, mereka dari
golongan liberal dan kaum humanis. Beberapa diantaranya adalah :
a. Baron van Hoevel seorang anggota parlemen Belanda.
b. Edward Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli melalui bukunya yang berjudul “ Max
Havelaar “.
c. Frans van Der Putte dengan artikelnya yang berjudul “ Suiker Contracten “.
Akibat kritikan tersebut secara bertahap Tanam Paksa dihapus, dan diakhiri dengan
dikeluarkannya UU Agraria ( Agrarische Wet ) tahun 1870. Bagi rakyat Tanam Paksa walaupun lebih
banyak dampak negatifnya, ada juga sisi positifnya seperti mereka mulai mengenal jenis tanaman baru
dan cara penanaman yang baik.

2. Politik Pintu Terbuka ( Open Door Policy )


Dikeluarkannya Agrarische Wet tahun 1870, menunjukkan kemenangan golongan liberal
sehingga haluan politik di Indonesia mengalami perubahan dari Sistem Tanam Paksa diganti “ Politik
Pintu Terbuka” yaitu membuka kesempatan kepada swasta asing untuk ikut serta menanamkan modal
khususnya dalam bidang perkebunan di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang disebut
Koeli Ordonnantie yaitu persyaratan hubungan kerja kontrak antara majikan dan buruh yang mengatur
tentang perlindungan bagi pekerja dan ancaman untuk pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Ancaman
hukuman bagi pekerja yang melanggar kontrak dikenal sebagai “ Poenale Sanctie “.

3. Politik Etis ( Balas Budi )


Melihat penderitaan rakyat tersebut kemudian muncul gagasan baru untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Gagasan ini disebut Politik Etis atau Balas Budi karena Belanda dianggap
mempunyai hutang budi kepada rakyat Indonesia yang telah membantu meningkatkan kemakmuran
negeri Belanda. Gagasan tersebut disampaikan oleh tokoh yang bernama Van Deventer, dalam
tulisannya pada majalah De Gids dengan judul Een Eereschuld yang artinya hutang budi. Belanda
telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia, dan untuk mengembalikannya Belanda harus
memperbaiki nasib rakyat dengan memakmurkan dan mencerdaskan mereka. Gagasan tersebut dikenas
sebagai “ Trilogi van Deventer”: yang berisi :
a. Irigasi (pengairan), yaitu diusahakan pembangunan irigasi untuk mengairi sawah-sawah milik
penduduk untuk membantu peningkatan kesejahteraan penduduk.
b. Edukasi (pendidikan), yaitu penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat pribumi agar mampu
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
c. Emigrasi (perpindahan penduduk), yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat
penduduknya ( khususnya Pulau Jawa) ke daerah lain yang jarang penduduknya agar lebih merata.

C. Perbedaan Pengaruh Kolonial

Pengaruh kolonialis Barat mencakup beberapa aspek yaitu aspek ekonomi, politik, sosial, dan
kebudayaan. Namun tingkat pengaruhnya sangat bervariasi antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau lain dan
antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Perbedaan pengaruh ini disebabkan oleh beberapa hal
berikut :
a. Kompetisi atau persaingan di antara bangsa Eropa sehingga Belanda perlu menguasai
beberapa daerah untuk mencegah masuknya kekuatan lain.
b. Letak daerah jajahan yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
c. Perbedaan persebaran sumber daya alam dan sumber daya manusia.
d. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial.

PERLAWANAN RAKYAT MENENTANG KOLONIALISME BARAT


1. Perlawanan Terhadap Portugis
a. Perlawanan Demak
Setelah berhasil menguasai Malaka, Portugis mendominasi perdagangan di wilayah
tersebut sehingga merugikan jaringan pedagang Islam di Indonesia. Untuk melawan
dominasi tersebut maka Raden Patah mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di
bawah pimpinan putranya Adipati Unus pada tahun 1513. Penyerangan ini mengalami
kegagalan karena faktor jarak yang terlalu jauh dan juga kalah dalam persenjataan dan
strategi perang. Ketika Portugis menguasai pelabuhan Sunda Kelapa, Demak melakukan
penyerangan kembali pada tahun 1527 di bawah pimpinan Fatahillah, Serangan ini berhasil dengan
gemilang, sehingga Portugis harus menunggalkan Sunda Kelapa yang namanya kemudian diganti
menjadi Jayakarta.
b. Perlawanan Ternate
Perlawanan Ternate didorong oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang-wenang
dan merugikan rakyat. Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun, Portugis sempat kewalahan
sehingga kemudian menggunakan siasat licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding namun
kemudian dibunuh. Peristiwa ini membuat marah rakyat Ternate yang kemudian mengadakan

19
serangan terhadap Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah putra Sultan Hairun. Portugis
mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri menyingkir ke Timor Leste.
c. Perlawanan Aceh
Untuk melawan dominasi Portugis di Malaka, Kesultanan Aceh meminta bantuan dari Turki dan
India. Dengan bantuan dari Turki maupun kerajaan-kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan
terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568 di bawah pimpinan Sultan Alaudin Riayat Syah,
namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan terhadap Portugis dilakukan
kembali pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh menggempur
Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang melibatkan 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak
terelakkan yang kemudian berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.

2. Perlawanan Terhadap VOC


a. Perlawanan Mataram
Pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokro Kusumo, Mataram dua kali menyerang kedudukan
VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan
Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628,
kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara
Dipati Mandurorejo dan Upasanta. Serangan pertama mengalami kegagalan yang
disebabkan beberapa faktor yaitu : kurangnya perbekalan, kalah dalam persenjataan
dan kurang teliti dalam memperhitungkan medan pertempuran.
Serangan kedua, pasukan Mataram dipimpin Adipati Juminah, K.A. Puger, dan
K.A. Purbaya. Serangan dimulai tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629.
Serangan kedua inipun gagal,karena lumbung padi persediaan makanan banyak yang dibakar oleh
VOC.
b. Perlawanan Kesultanan Gowa ( Makassar )
Dalam lalu lintas perdagangan,Gowa menjadi bandar utama jalur perdagangan antara
Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa sampai ke Malaka,
maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya. Dengan posisi yang sangat strategis tersebut
VOC tentu saja ingin menguasai Makasar. Menghadapi. perkembangan yang semakin genting itu,
maka raja Gowa, Sultan Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan untuk
menghadapi VOC. Sementara itu VOC menjalin hubungan dengan raja Bone yang bernama Aru
Palaka.
Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 Juli 1667. Tentara VOC dipimpin Spelman yang
dibantu oleh Aru Palaka menggempur Gowa. Karena kalah dalam
persenjataan, Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Aru Palaka. Perang diakhiri dengan ditandatanganinya perjanjian Bongaya yang isinya
sebagai berikut :
a) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC
b) Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa.
c) Gowa harus membayar biaya perang.
d) Di Makasar dibangun benteng-benteng VOC

c. Perlawanan Banten
VOC ingin memperoleh monopoli atas perdagangan lada di Banten, namun ditentang oleh raja
Banten Sultan Ageng Tirtayasa sehingga pecah pertempuran pada tahun 1656 yang diakhiri dengan
perdamaian tahun 1659. Untuk mengalahkan Banten VOC menerapkan siasat adu domba dengan
memanfaatkan konflik internal dalam tubuh kerajaan Banten. VOC membantu putra Sultan Ageng
yang bernama Sultan Haji, sehingga karena kalah dalam persenjataan Sultan Ageng mengalami
kekalahan dan akhirnya ditangkap. Perlawanan dilanjutkan oleh Ratu Bagus Boang dan Kyai Tapa.

3. Perlawanan Terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda


Perlawanan Oleh Kerajaan atau Elite Lokal

1. Perang Paderi ( 1803 – 1837 )


Diawali munculnya Gerakan Paderi yang bertujuan ingin memurnikan ajaran Islam di
Minangkabau, Sumatera Barat yang mendapat perlawanan dari golongan adat. Tokoh kaum
Paderi antara lain : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Nan
Cerdik.
Secara garis besar dibagi dalam 3 periode perang :
1). Periode 1803 – 1821
Tahap ini murni perang saudara antara Kaum Paderi dan Kaum Adat karena
mempertahankan keyakinan masing-masing.Dalam perkembangannya kaum
Adat terdesak sehingga akhirnya meminta bantuan kepada Belanda.
2). Periode 1821 – 1832
Kaum Paderi menghadapi dua musuh sekaligus yaitu kaum Adat dan Belanda,
Dalam periode ini Belanda mengalami kesulitan karena kekuatannya sedang
dipusatkan di Pulau Jawa untuk menumpas perlawanan Diponegoro, sehingga
20
mereka menawarkan perdamaian yang ditandai terjadinya Perjanjian Masang.
Setelah perlawanan Diponegoro berakhir, Belanda kembali ke Minangkabau
dengan pasukan yang lebih kuat di bawah pimpinan Letkol Elout dan Mayor
Michiels untuk menggempur kaum Paderi.
3). Periode 1832 -1837
Kaum Adat menyadari kesalahannya kemudian bersatu dengan kaum Paderi
melawan Belanda. Namun karena persenjataan pasukan Belanda lebih lengkap
dan kuat akhirnya satu persatu wilayah kaum Paderi dapat diduduki dan
puncaknya Benteng Bonjol dapat direbut Belanda yang memaksa Tuanku
Imam Bonjol dan pasukannya menyerah kemudian ditangkap dan diasingkan.

2. Perlawanan Pattimura ( 1817 )


Perlawanan dilatarbelakangi berkuasanya kembali Belanda di Maluku setelah diserahkan oleh
Inggris sesuai hasil Konvensi London. Belanda kembali memberlakukan sistem penyerahan
wajib ( verplichte leverentie ) dan kerja paksa (rodi) yang menyebabkan kesengsaraan rakyat
Maluku. Adapun tokoh perlawanan antara lain : Thomas Matulessi atau Pattimura, Anthony
Rheebok, Lukas Latumahina, Christina Marta Tiahahu, dll. Perlawanan meletus ditandai dengan
penyerbuan Benteng Duurstede di Saparua pada tanggal 15 Mei 1817, yang berhasil membunuh
residen Van den Berg beserta seluruh pasukannya. Belanda mengirimkan pasukan bantuan dari
Ambon yang akhirnya berhasil menguasai kembali Benteng Duurstede dan mendesak pasukan
Pattimura sehingga satu persatu pimpinan pasukannya tertangkap termasuk Pattimura sendiri
yang akhirnya dihukum gantung.

3. Perlawanan Diponegoro ( 1825 – 1830 )


1). Sebab-Sebab Umum :
 Wilayah Mataram semakin sempit dan terpecah menjadi kerajaan kecil.
 Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal
pergantian raja dan birokrasi kerajaan.
 Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam.
 Hak para bangsawan dan pegawai kerajaan dikurangi.
 Penderitaan rakyat akibat adanya kerja paksa dan dibebani berbagai pajak
2). Sebab Khusus :
 Pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan
makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin.

3). Jalannya Perang :


Dalam perlawanan Pangeran Diponegoro dibantu oleh tokoh-tokoh seperti
Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, Pangeran
Dipokusumo, Nyi Ageng Serang dll. Diponegoro menerapkan taktik perang
gerilya dan markas pasukannya juga berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain, awalnya di Goa Selarong, kemudian pindah ke Plered, Dekso dan
Pengasih sehingga menyulitkan Belanda untuk menumpasnya. Berbagai
siasat diterapkan Belanda seperti mendatangkan pasukan dari Belanda, siasat
Benteng Stelsel yaitu membangun benteng di daerah yang telah dukuasai dan
antar benteng dihubungkan oleh pasukan gerak cepat dengan tujuan
mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Posisi pasukan Diponegoro
semakin terjepit sehingga satu persatu para pembantunya menyerah.
Akhirnya Belanda menerapkan tipu muslihat yaitu mengajak Pangeran
Diponegoro berunding di Magelang,tapi kemudian ditangkap dan selanjutnya
diasingkan ke Menado dan dipindah ke Makassar sampai wafat.
4. Perlawanan Aceh ( 1873 – 1912 )
Penandatanganan Traktat Sumatra antara Inggris dan Belanda pada tahun 1871 membuka
kesempatan kepada Belanda untuk mulai melakukan intervensi
ke Kerajaan Aceh. Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh karena Kerajaan Aceh
menolak dengan keras untuk mengakui kedaulatan Belanda.
Ekspedisi pertama dikirim ke Aceh dan mendarat tanggal 5 April 1873 yang selanjutnya
menyerang Masjid Raya namun dapat digagalkan pasukan Aceh. Tokoh perlawanan Aceh terdiri
dari Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Dien, Cut Mutia,dll.
Belanda mencoba menerapkan siasat konsentrasi stelsel yaitu sistem garis pemusatan di
mana Belanda memusatkan pasukannya di benteng-benteng sekitar
kota termasuk Kutaraja. Belanda tidak melakukan serangan ke daerah-daerah tetapi cukup
mempertahankan kota dan pos-pos sekitarnya. Namun, siasat ini tidak berhasil mematahkan
perlawanan rakyat Aceh.
Selanjutnya Belanda mengirim seorang ahli tentang Islam yang bernama
Dr. Snouck Hurgronye untuk menyelidiki kehidupan sosial budaya rakyat Aceh dan hasilnya
dituangkan dalam buku yang berjudul De Atjehers. Berdasarkan pendapat Dr. Snouck Hurgronye
21
pemerintah Belanda memutuskan bahwa untuk menumpas perlawanan Aceh harus dengan siasat
kekerasan.
Pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan mengadakan
Serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Serangan-serangan tersebut dipimpin oleh
van Heutz. Tanpa mengenal perikemanusiaan, pasukan Belanda membinasakan semua penduduk
daerah yang menjadi targetnya. Satu per satu para pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah
dan terbunuh. Akhirnya Aceh terpaksa mengakui kekuasaan Belanda setelah menandatangani
Plakat Pendek ( Korte Verklaring ).
a. Gerakan Rakyat / Gerakan Sosial
Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda menciptakan kondisi yang
memungkinkan rakyat melakukan pergolakan sosial. Karena dalam sistem tidak ada lembaga-
lembaga untuk menyalurkan ketidakpuasan rakyat, maka jalan yang ditempuh adalah dengan
mengadakan gerakan sosial sebagai protes sosial.
Adapun ciri-ciri umum gerakan sosial tersebut adalah :
1). Tradisional arkais, artinya organisasi, program dan strategi yang digunakan
masih sederhana.
2). Gerakannya mudah ditindas oleh kekuatan militer kolonial.
3). Bersifat abortif, artinya gerakan tersebut umurnya sangat pendek.
4). Merupakan pergolakan lokal atau regional tanpa koordinasi satu dengan lainnya
5). Orientasi tujuannya masih kabur, karena tidak ada gambaran untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara umum gerakan sosial ini menurut Sartono Kartodirjo dibagi menjadi tiga bentuk yaitu
1). Gerakan melawan kekerasan/peraturan yang tidak adil, misalnya :
- Kerusuhan di Ciomas, Jawa Barat tahun 1886.
- Kerusuhan di Condet, yang dipimpin Entong Gendut tahun 1916.
- Kerusuhan di Tangerang, yang dipimpin Kaiin, tahun 1924.
- Kerusuhan di Genuk,yang dipimpin oleh Sukaemi tahun 1935.
2). Gerakan Ratu Adil
Gerakan ini mempercayai akan datangnya seorang tokoh yang akan membebaskan mereka dari
penderitaan, yang disebut sebagai Ratu Adil atau disebut juga Imam Mahdi. Tokoh –tokoh
pemimpin gerakan ini biasanya mengaku menerima panggilan sebagai pemimpin agama, nabi
atau juru selamat.
Contoh gerakan Ratu Adil :
- Gerakan di desa Gedangan, Sidoarjo, yang dipimpin Kasan Mukmin pada tahun 1903.
- Gerakan di desa Bendungan, Kediri, yang dipimpin oleh Kyai Dermojoyo tahun 1906.
- Gerakan di desa Bergas Kidul, Semarang oleh Dietz tahun 1918.
3). Gerakan Sekte Kegamaan
Gerakan keagamaan timbul sebagai protes terhadap kebobrokan moral akibat pengaruh budaya
Barat yang dibawa oleh Belanda.
Contoh gerakan keagamaan :
- Gerakan Budiah di desa Kalisalak, Pekalongan yang dipimpin Haji Muhammad
Rifangi tahun 1850.
- Gerakan Keagamaan Jawa-Pasundan, di daerah Cirebon yang dipimpin oleh Sadewa
atau dikenal sebagai Madrais.

A. PERSEBARAN AGAMA KRISTEN DI INDONESIA

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia selain untuk kepentingan perdagangan, mereka juga mengemban
misi suci ( Gospel ) yaitu menyebarkan agama Nasrani.
Bangsa Spanyol dan Portugis yang menganut agama Katolik membawa serta para Misionaris yaitu
tokoh penyebar agama Katolik, misalnya Fransiskus Xaverius yang menyebarkan agama Katolik di
Maluku, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Kedatangan bangsa Belanda membawa agama Kristen Protestan melalui lembaga yang disebut Zending.
Adapun tokoh-tokoh penyebar agama Kristen Protestan antara lain adalah : Dr. Nomensen di daerah
Tapanuli, Sumatera Utara, Sebastian Danchaerts di daerah Ambon, Maluku, Heurnius di Saparua dan
Jakarta.
Selain itu muncul pula tokoh-tokoh lokal sebagai penyebar agama Kristen, misalnya Kyai Tunggul
Wulung di Mojowarno, Jawa Timur dan Kyai Sadrach di daerah Bagelen, Jawa Tengah. Tokoh-tokoh
lokal ini mempertemukan budaya dan kepercayaan lokal dengan agama Nasrani, sehingga persebarannya
bisa sampai di pelosok pedesaan.

KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

22
A.PENGARUH PERLUASAN KEKUASAAN KOLONIAL , PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BARAT
DAN ISLAM TERHADAP MUNCULNYA NASIONALISME INDONESIA
Politik Ethis melalui programnya yang terkenal yaitu irigasi, edukasi dan emigrasi.
Di bidang pendidikan, Belanda mendirikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah sampai perguruan
tinggi. Secara garis besar diuraikan berikut ini :
1. Pendidikan Dasar ( setingkat SD ) :
a. Sekolah Kelas Satu berpengantar Bahasa Belanda, untuk golongan menengah ke atas dan
bangsawan, contoh : ELS (Europechse Leger School) dan HIS (Hollandsch Inlandsche School).
b. Sekolah Kelas Dua berpengantar bahasa daerah, untuk golongan masyarakat biasa, contohnya :
Sekolah Desa ( Volkschool ) Sekolah Angka Dua ( Tweede Klasse School ).
2. Pendidikan Menengah ( setingkat SMP ) :
a. MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs ).
b. HBS (Hogere Burger School ).
3. Pendidikan tingkat Atas ( setingkat SMA/SMK ) :
a. AMS (Algemene Middelbare school).
b. Kweek Schoolen (guru pribumi)
c. Technish Onderwijs ( sekolah teknik )
d. Handel Onderwijs ( sekolah dagang )
4. Perguruan Tinggi :
a. Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
b. Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Ondewijs
Nederlandsch Indie).
c. GHS (Geeneeskundige Hoogeschool) Sekolah Tinggi Kedokteran.
d. STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsenschool) Sekolah Kedokteran
Pribumi.
Selain sekolah yang didirikan oleh Belanda, ada juga sekolah swasta yang didirikan oleh
bangsa Indonesia dan organisasi Islam, contohnya :
a. Perguruan Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara
b. Perguruan Muhamadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan
c. Kesatrian School didirikan oleh Douwes Dekker
d. INS Kayutanam oleh Mohammad Syafei, dll.

B. Peranan Golongan Terpelajar, Profesional, Dan Pers Dalam Menumbuh Kembangkan Kesadaran
Nasional Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan dalam perkembangannya telah melahirkan golongan terpelajar yang
selalu menyebarkan semangat nasionalisme, dan menjadi pelopor lahirnya pergerakan kebangsaan
Indonesia menentang kolonialisme Belanda.
Di masyarakat juga muncul golongan profesional yaitu kelompok pekerja yang memiliki keahlian dan
ketrampilan tertentu. Mereka menggerakkan organisasi dan juga menulis di surat kabar untuk memberi
kesadaran kepada rakyat pentingnya nasionalisme dalam mencapai kemerdekaan.
Selain itu pers atau media komunikasi massa juga berperan penting dalam menyadarkan rakyat
Indonesia untuk bersatu berjuang bersama menghadapi penjajah. Pers digunakan untuk menyebarluaskan
pemikiran tokoh-tokoh pergerakan nasional dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pers pada saat itu
umumnya berupa surat kabar dan majalah, adapun yang terkenal antara lain :
a. Bintang Soerabaja (1861) di Surabaya.
b. De Expres (1912) di Bandung milik organisasi Indische Partij.
c. Oetoesan Hindia (1913) di Surabaya milik Sarekat Islam.
d. Hindia Putera (1916) milik tokoh Tiga Serangkai ketika dibuang di Belanda.
e. Indonesia Merdeka (1924) milik organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda, dll.

C. Perkembangan Pergerakan Nasional Dari Yang Bersifat Etnik, Kedaerahan , Keagamaan Sampai
Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
Secara umum faktor pendorong lahirnya pergerakan nasional dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Faktor Intern (dari dalam) :
a. Penderitaan rakyat akibat penjajahan.
b. Kenangan kejayaan sejarah masa lampau yang gemilang.
c. Lahirnya golongan terpelajar
2. Faktor Ekstern (dari luar) :
a. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905.
b. Kebangkitan nasional di negara-negara Asia seperti India, Philipina, China dan Turki.
c. Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.
Perkembangan Pergerakan Nasional :
Secara kronologis perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.Masa Pembentukan/Awal (1908 – 1920), ditandai lahirnya organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam dan
Indische Partij.
b.Masa Radikal/Non Kooperasi (1920 – 1930), berdiri Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis
Indonesia(PKI) dan Partai Nasional Indonesia(PNI).
23
c.Masa Moderat/Kooperasi (1930 - 1942), muncul organisasi Partai Indonesia(Partindo), Partai
Indonesia Raya (Parindra), Gerakan Rakyat Indonesia(Gerindo), Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Selain itu berkembang juga organisasi keagamaan pada masa itu, contoh :
a. Muhammadiyah; berdiri 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan.
b. Nahdatul Ulama (NU); berdiri 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Gerakan Pemuda dan Organisasi Kewanitaan :


a. Tri Koro Dharmo; didirikan 7 Maret 1915 di Jakarta oleh dr. Satiman Wiryosanjoyo, kemudian
diubah menjadi Jong Java pada tanggal 12 Juni 1918.
b. Jong Sumatranen Bond; berdiri 9 Desember 1917 di Jakarta, tokohnya Muhammad Hatta dan
Muhammad Yamin.
c. Jong Ambon; berdiri tahun 1918, tokohnya Mr. Johanes Latuharhary.
d. Selanjutnya antara tahun 1918-1919 banyak bermunculan organisasi pemuda seperti Jong Minahasa,
Jong Celebes, Pemuda Betawi,dll.
Adapun perkembangan organisasi kewanitaan antara lain :
a. Dipelopori RA. Kartini (1879-1904) yang mendirikan Sekolah Kartini di Jepara.
b. Putri Mardika; didirikan oleh Budi Utomo tahun 1912.
c. Kautaman Istri; didirikan oleh Dewi Sartika di Tasikmalaya tahun 1913.
d. Kerajinan Amai Setia; didirikan oleh Rohana Kudus di Kota Gadang tahun 1914.
e. Aisiyah; bagian dari Muhammadiyah didirikan oleh Siti Wardah 22 April 1917.
f. Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT); didirikan oleh Maria Walanda Maramis tahun
1917 di Minahasa, dll.

D. Peran Manifesto Politik 1925, Konggres Pemuda 1928, Dan Konggres Perempuan Pertama

1.Manifesto Politik 1925


Merupakan prinsip-prinsip yang harus dikembangkan oleh pergerakan kebangsaan
(Perhimpunan Indonesia) dalam mencapai kemerdekaan, yang meliputi empat pokok ideologi yaitu :
a. Kesatuan Nasional; mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit yang berkaitan dengan
kedaerahan serta perlunya dibentuk kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan negara
kebangsaan Indonesia.
b. Solidaritas; terdapat perbedaan mendasar antara penjajah dengan yang dijajah, sehingga harus
mempertajam konflik antara kulit putih dan sawo matang tanpa melihat perbedaan di antara
orang Indonesia.
c. Non Kooperasi; harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah oleh karena itu
hendaknyadilakukan perjuangan sendiri.
d. Swadaya; perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan sendiri.
Dari sini terlihat bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi pergerakan nasional yang
pertama kali menggabungkan semua unsur seperti ide kesatuan (unity), kesetaraan (equality) dan
kemerdekaan (liberty), untuk menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu dalam memaksakan
kemerdekaan kepada Belanda.

2.Konggres Pemuda 1928


Dalam perjalanannya organisasi kepemudaan yang jumlahnya sangat banyak, menginginkan suatu
upaya penyatuan peletakan dasar untuk mencapai kemerdekaan. Untuk itu diselenggarakan Konggres
Pemuda sebanyak dua kali, yaitu :
a. Konggres Pemuda I :
- Tempat : Jakarta
- Waktu : 30 April – 2 Mei 1926
- Ketua : M. Tabrani
- Hasil : 1. Mempersiapkan Konggres Pemuda Indonesia II
2. Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam
satu wadah organisasi pemuda Indonesia.
b. Konggres Pemuda II :
- Tempat : Gedung Indonesische Club, Jakarta
- Waktu : 27-28 Oktober 1928
- Ketua : Sugondo Jayopuspito
- Hasil : 1. Mengucapkan Ikrar Sumpah Pemuda.
2. Menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
3. Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia
4. Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama
Indonesia Muda.
Ada beberapa makna yang terkandung dari peristiwa Sumpah Pemuda, yaitu :
1. Terjadi perubahan pola pikir di kalangan tokoh pergerakan dari pola etnis kedaerahan menuju
cakrawala nasional.

24
2. Melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara
menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia.
3. Untuk kjepentingan persatuan, digunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.
Konggres Pemuda II sangat penting dalam terbentuknya identitas sebagai bangsa yang terwujud
dalam : tanah air, bangsa dan bahasa persatuan dengan nama Indonesia.
3. Konggres Perempuan I :
Dalam perkembangannya sejak tahun 1920, organisasi-organisasi kewanitaan mulai terlibat dalam
gerakan politik. Kemudian diadakan Konggres Perempuan I, di Yogyakarta pada tanggal 22
Desember 1928 dengan ketua RA. Sukanto.
Tujuan Konggres Prempuan I :
a. Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.
b. Menyatukan organisasi wanita yang beraneka ragam.
Hasil keputusan terpenting : mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI).
Arti penting Konggres perempuan I :
a. Menunjukkan peran penting wanita di samping urusan keluarga dan masyarakat, juga terlibat
dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.
b. Membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang di bidang pendidikan dan kebudayaan,
sosial, ekonomi dan politik.

PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

A. PEMBENTUKAN BPUPKI
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik,
maka pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji pemberian
kemerdekaan kepada Indonesia kelak di kemudian hari. Janji ini dikenal sebagai janji kemerdekaan
Indonesia.
Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso, maka pemerintah
pendudukan Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Dokuritsu Junbi Coosakai.
Tugas BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan
berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka.
BPUPKI beranggotakan 60 orang, ditambah beberapa pimpinan. Sebagai ketua adalah
Dr. Rajiman Widyodiningrat. Wakil ketuanya dijabat oleh Ichibangase yang sekaligus sebagai kepala
Badan Perundingan dan RP. Suroso sebagai Kepala Sekretariat. Sebagai
kepala sekretariat, RP. Suroso dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. AG. Pringgodigdo. Anggota
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon Jakarta (sekarang
gedung Departemen Luar Negeri).

B. PENYUSUNAN DASAR DAN KONSTITUSI NEGARA INDONESIA


Sebagai realisasi tugasnya, BPUPKI mengadakan sidang dua kali yaitu sidang pertama tanggal 29
Mei - 1 Juni 1945 dan sidang kedua tanggal 10 - 17 Juli 1945.
1. Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945;
Membicarakan mengenai dasar negara. Tampil tiga orang pembicara yang masing-masing menyampaikan
rancangan dasar negara Indonesia, yaitu Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
a. Sidang tanggal 29 Mei 1945, tampil Mr. Mohammad Yamin yang mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia Merdeka yang disebutnya “Lima Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”. Berikut ini lima rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Moh. Yamin:
1). Peri Kebangsaan.
2). Peri Kemanusiaan.
3). Peri Ketuhanan.
4). Peri Kerakyatan.
5). Kesejahteraan Rakyat.

b. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Supomo mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia
merdeka yaitu:
1). Persatuan,
2). Kekeluargaan,
3). Keseimbangan lahir dan batin,
4). Musyawarah, dan
5). Keadilan Sosial.

c. Pada tanggal 1 Juni 1945 giliran Ir. Soekarno menyampaikan lima rancangan dasar negara Indonesia
Merdeka, yaitu:
1). Kebangsaan Indonesia,

25
2). Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
3). Mufakat atau Demokrasi,
4). Kesejahteraan Sosial, dan
5). Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tanggal 1 Juni 1945 merupakan hari terakhir dari rangkaian Sidang BPUPKI I, dalam akhir pidatonya
Ir. Soekarno menjelaskan bahwa lima asas yang diusulkanya diberi nama Pancasila sehingga tanggal 1
Juni 1945 sering disebut sebagai hari lahirnya Pancasila.
Untuk menindaklanjuti usulan-usulan dari sidang tersebut, BPUPKI kemudian membentuk
panitia kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang dikenal sebagai Panitia Sembilan. Anggota-
anggotanya adalah Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis,
Abdulkadir Muzakir, Wakhid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Pada tanggal 22
Juni 1945 Panitia Sembilan melahirkan rumusan yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta
Charter). Rumusannya sebagai berikut :
1). Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2). Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3). Persatuan Indonesia.
4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sidang II tanggal 10 Juli – 16 Juli 1945 ;


Sidang ini membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia Perancang UUD diketuai
oleh Ir. Soekarno. Panitia Perancang membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan rancangan UUD dengan
segala pasal-pasalnya. Panitia Kecil ini dipimpin oleh Mr. Supomo. Sebelum membahas rancangan Undang-
Undang Dasar, mereka membahas bentuk negara. Setelah diadakan pemungutan suara, mayoritas anggota
memilih negara kesatuan yang berbentuk republik.
Bahasan berikutnya adalah UUD dan pembukaannya. Pada rapat tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang
UUD secara bulat menerima Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD. Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI
melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari Panitia Perancang UUD. Tiga hal penting yang dilaporkan
oleh Ir. Soekarno selaku ketua Panitia Perancang UUD sebagai berikut:
a. Pernyataan Indonesia merdeka
b. Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta)
c. Batang tubuh UUD
Dalam setiap persidangan BPUPKI selalu muncul beberapa perbedaan pendapat mengenai
rumusan dasar negara, mukadimah, dan batang tubuh undang-undang dasar (UUD). Dalam
sidang BPUPKI I terdapat dua golongan yang berbeda pendapat yaitu :
a. Golongan Islam yang menginginkan Indonesia ditegakkan menurut syariat Islam.
b. Golongan Nasionalis yang menginginkan Indonesia ditegakkan berdasarkan paham kebangsaan.
Dalam sidang BPUPKI II muncul perbedaan pendapat mengenai bentuk negara. Mereka memperdebatkan
bentuk negara kerajaan (monarki), negara Islam, negara federal, dan negara
Republik, namun dengan kesepakatan bersama akhirnya dipilihlah bentuk negara republik.
Demikianlah dinamika perjuangan selalu ada perbedaan dan perdebatan, namun dengan semangat persatuan
dan dilandasi oleh musyawarah untuk mufakat akhirnya semua masalah bisa terselesaikan.

C. PEMBENTUKAN PPKI
Keadaan Jepang semakin kritis, pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dibom atom oleh Amerika
Serikat. Menghadap situasi ini, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas PPKI adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan
persiapan kemerdekaan dan pembentukan negara/pemerintahan RI. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno,
sedangkan wakilnya Drs. Moh. Hatta. PPKI beranggotakan 21 orang dan semuanya orang Indonesia yang
berasal dari berbagai daerah yaitu :
1. Jawa 12 wakil, Sumatera 3 wakil, Sulawesi 2 wakil, Kalimantan 1 wakil, Sunda Kecil 1 wakil,
Maluku 1 wakil, Golongan penduduk Cina 1 wakil.
2. Tanpa sepengetahuan Jepang ditambah 6 orang lagi, sehingga semua berjumlah 27.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat dipanggil
oleh Jenderal Terauchi ke Dalath (Vietnam Selatan). Pada pertemuan tersebut, Jenderal Terauchi
menyampaikan bahwa pemerintah kemaharajaan Jepang telah memutuskan untuk memberi kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia.
Untuk pelaksananya ditunjuk PPKI, yang pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapan selesai.
Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Para anggota PPKI diizinkan melakukan kegiatan menurut pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia
sendiri, tetapi dengan syarat harus memerhatikan hal-hal berikut ini :
1. Menyelesaikan perang yang sekarang sedang dihadapinya. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus
mengerahkan tenaga yang sebesar-besarnya dan bersama-sama dengan pemerintah Jepang
meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya.
2. Negara Indonesia itu merupakan anggota Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia
26
Timur Raya.

PERISTIWA DI SEKITAR PROKLAMASI DAN TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN RI


A. PERBEDAAN PERPEKTIF ANTAR KELOMPOK DI SEKITAR PROKLAMASI
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II mencapai puncaknya dengan dijatuhkannya bom atom oleh
Sekutu tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945. Kejadian tersebut
akhirnya memaksa Jepang menandatangani penyerahan kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945. Berita
penyerahan tersebut didengar oleh para pejuang dan pemuda di Jakarta melalui siaran radio. Mereka kemudian
mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia selagi terjadi
kekosongan kekuasaan ( vacuum of power ).
Golongan tua terdiri atas tokoh-tokoh anggota BPUPKI dan PPKI seperti Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. Moh. Yamin, dll. Sedangkan golongan muda terdiri atas pemuda,
pelajar dan mahasiswa gerakan bawah tanah yang anti Jepang seperti Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah,
Wikana, Syahrir, dll. Desakan atau keinginan dari golongan muda tersebut ditolak oleh golongan tua, sehingga
terjadi perselisihan antara kedua golongan tersebut. Perbedaan perspektif atau pendapat tentang proklamasi
kemerdekaan antara kedua golongan tersebut secara garis besar menyangkut dua hal , yaitu :

1. Tentang cara memproklamasikan kemerdekaan :


a. Golongan tua : proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan sesuai perjanjian dengan Jepang yaitu
melalui wadah PPKI, sehingga tidak akan menimbulkan pertumpahan darah.
b. Golongan muda : proklamasi kemerdekaan harus diperoleh dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri
tanpa melalui PPKI, karena kalau ada campur tangan PPKI berarti sama saja
kemerdekaan tersebut sebagai hadiah dari Jepang

2. Waktu pelaksanaan proklamasi :


a. Golongan tua : proklamasi kemerdekaan harus dipersiapkan dulu secara matang dan akan
dibicarakan dulu dalam rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
b. Golongan muda : proklamasi harus sesegera mungkin dilaksanakan, sebab dikhawatirkan
Sekutu akan segera datang untuk mengambilalih kekuasaan Jepang di
Indonesia.
Peristiwa ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua dengan kelompok muda yang
memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya
berhenti pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan muda, sehingga
melahirkan “ Peristiwa Rengasdengklok “.

B. KRONOLOGI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

1. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini dilatar belakangi adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda tentang
proklamasi kemerdekaan yang tidak terselesaikan. Golongan muda berpikir bahwa kukuhnya pendapat
golongan tua dikarenakan mereka mendapat pengaruh dari Jepang, oleh karena itu pada tanggal 16
Agustus 1945 dini hari mereka membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta ke kota kecil Rengasdengklok
di sebelah utara Karawang, Jawa Barat. Adapun tujuan kedua tokoh tersebut dibawa ke Rengasdengklok
adalah :
a. Agar keduanya terbebas dari pengaruh Jepang.
b. Mendesak keduanya agar segera memproklamasikan kemerdekaan yang terlepas dari
segala bentuk ikatan dengan Jepang.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno – Hatta, karena secara geografis
letaknya terpencil sehingga dengan mudah dilakukan deteksi terhadap gerakan tentara Jepang yang
akan menuju Rengasdengklok baik dari arah Jakarta, Bandung maupun Jawa Tengah. Kemudian sore
harinya dari Jakarta datang menyusul Ahmad Soebardjo untuk menengahi perselisihan tersebut. Beliau
berhasil meyakinkan golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan
harinya di Jakarta tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 wib, dengan nyawanya sebagai
jaminan. Atas jaminan dari Ahmad Soebardjo tersebut, akhirnya para pemuda bersedia melepas kedua
tokoh nasioanal itu kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.
Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para
pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini
dapat dikabulkan dengan jaminan nyawa sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta
setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang
dekat dengan golongan tua maupun muda, bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka
angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya
sebagai tempat yang aman dan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik
yang sudah lama ditunggu-tunggu.

1. Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan

27
Setelah tiba di Jakarta dari Rengasdengklok, mereka lalu menemui Mayjen Nishimura untuk
memberitahu bahwa malam itu PPKI akan mengadakan sidang, namun Nishimura tidak mengijinkan.
Kemudian mereka pergi ke rumah Laksamana Maeda, orang Jepang yang bertugas sebagai Wakil
Pimpinan Angkatan Laut Jepang di Jakarta, yang memberi respek dan bersimpati atas perjuangan bangsa
Indonesia.
Anggota-anggota PPKI kemudian berkumpul di rumah Laksamana Maeda Jl. Imam Bonjol No. 1
Jakarta, setelah diberitahu oleh Ahmad Soebardjo melalui telepon. Setelah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta datang, sidang segera dimulai yang diawali dengan cerita pembicaraan mereka dengan Mayjen
Nishimura. Kemudian mereka pindah ke ruang makan, yang terdiri atas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Ahmad Soebardjo, Sayuti Melik, Soekarni,Sudiro dan beberapa orang Jepang. Di ruang makan inilah
mereka menyusun konsep naskah proklamasi kemerdekaan.
Setelah penyusunan naskah proklamasi selesai ( bentuk klad/tulisan tangan ), kemudian mereka
kembali ke tempat berkumpulnya anggota PPKI yang lain. Soekarno melanjutkan sidang dengan membaca
naskah tersebut berulang-ulang. Semua yang hadir menyetujui isinya, kemudian Drs. Moh. Hatta
mengusulkan agar semua yang hadir menandatangani naskah tersebut, tetapi Soekarni usul agar naskah
tersebut ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Soekarni
diterima dan disetujui, sehingga akhirnya naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sebelum naskah proklamasi ditandatangani, naskah tersebut
diketik dahulu oleh Sayuti Melik. Naskah yang sudah diketik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta inilah yang dikenal sebagai naskah proklamasi yang otentik atau resmi. Adapun tahun ‘
05 yang tertera dalam naskah proklamasi adalah tahun Jepang 2605, karena pada saat itu Indonesia masih
menggunakan kalender Jepang.
Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam perumusan teks proklamasi:
a. Ahmad Subardjo, mengusulkan konsep kalimat pertama yang berbunyi; “ Kami rakyat Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.
b. Ir. Soekarno, menuliskan konsep kalimat kedua yang berbunyi; “Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan, dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya
serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
c. Mohammad Hatta, menggabungkan kedua kalimat di atas dan disempurnakan sehingga berbunyi
seperti teks proklamasi yang otentik.
2. Upacara Pembacaan Teks Proklamasi
Perumusan teks proklamasi berakhir hingga pukul 03.00 dini hari tanggal 17 Agustus 1945,
selanjutnya diadakan persiapan untuk pelaksanaan upacara pembacaan teks proklamasi. Mula-mula
direncanakan di Lapangan Ikada, tetapi karena di sana sudah berkumpul pasukan Jepang bersenjata
lengkap sehingga dikhawatirkan terjadi bentrokan, maka akhirnya dipindah ke halaman rumah Ir.
Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Upacara dimulai pukul 10.00 wib, tanggal 17 Agustus
1945 yang dihadiri oleh tokoh pejuang dengan pengawalan para pemuda. Adapun susunan acara yang
telah direncanakan sebelumnya urutannya sbb :
a. Pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno.
b. Pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat.
c. Sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan dr. Muwardi.

C. PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI KEMERDEKAAN


Wilayah Indonesia sangat luas, sarana komunikasi dan transportasi di sekitar tahun 1945 masih sangat
terbatas. Selain itu adanya hambatan dan larangan untuk menyiarkan berita proklamasi oleh tentara
Jepang, menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan untuk diterima di sejumlah daerah.
Usaha yang ditempuh untuk menyebarluaskan berita proklamasi antara lain :
1. Menyelundupkan naskah proklamasi ke kantor berita Jepang ( Domei ) yang kemudian disiarkan
melalui radio Hoso Kanri Kyoku ( sekarang menjadi RRI ). Tokoh-tokoh yang terlibat dan berjasa
besar dalam peristiwa ini terdiri atas : Syahrudin ( wartawan Domei yang membawa salinan teks
proklamasi ), Waidan B. Panelewen (Kepala bagian radio dari kantor berita Domei), F. Wuz
( penyiar radio ), Yusuf Ronodipuro ( penyiar radio ), dll.
2. Menyiarkan melalui surat kabar, seperti Suara Asia di Surabaya, Cahaya di Bandung, dll. Beberapa
tokoh yang berjuang melalui media cetak ini antara lain : B.M. Diah, Sayuti Melik, Manai
Sophian, Sukarjo Wiryo Pranoto dan Sumanang.
3. Melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding, tembok, gerbong kereta api, dll.
4. Penyebaran berita secara langsung ke daerah masing-masing oleh para utusan daerah yang
menghadiri Sidang PPKI, seperti :
a. Teuku Moh. Hassan ke Sumatera
b. Dr. Sam Ratulangie ke Sulawesi
c. I Gusti Ktut Pudja ke Sunda Kecil ( Bali dan Nusa Tenggara )
d. Mr. J. Latuharhary ke Maluku, dll.
D. TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN DAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Negara RI yang baru diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna
sebagai suatu negara. Untuk membentuk dan mendirikan suatu negara, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu :
1. Syarat Konstitutif : meliputi wilayah, penduduk dan pemerintahan yang berdaulat.
28
2. Syarat Deklaratif : adanya pengakuan dari negara lain.
Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah dengan menetapkan
konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI menggelar sidang sebanyak tiga
kali, yaitu :
1. Sidang tanggal 18 Agustus 1945, hasilnya :
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar ( UUD 1945 ).
b. Memilih presiden dan wakil presiden ( Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ).
c. Membentuk sebuah Komite Nasional, untuk membantu presiden selama MPR dan DPR
belum terbentuk.
2. Sidang tanggal 19 Agustus 1945, hasilnya :
a. Membagi wilayah RI menjadi 8 propinsi dan menunjuk gubernurnya.
b. Menetapkan 12 kementerian untuk membantu presiden menjalankan pemerintahan.
3. Sidang tanggal 22 Agustus 1945, hasilnya :
a. Membentuk Komite Nasional Indonesia ( KNI ) yang berfungsi sebagai DPR sebelum
diselenggarakan pemilu. KNI terdiri atas Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP) yang diketuai
oleh Mr. Kasman Singodimejo dan Komite Nasional Indonesia Daerah ( KNID ) di tiap-tiap propinsi.
b. Membentuk Partai Nasional Indonesia ( PNI ).
Awalnya PNI dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia, tetapi kemudian ditunda
dengan adanya Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945. Bahkan pada tanggal 3 Nopember
1945, pemerintah mengeluarkan Maklumat yang isinya memberi kesempatan kepada rakyat untuk
mendidikan partai politik.
c. Membentuk Badan Keamanan Rakyat ( BKR ).
Pemerintah memang belum membentuk tentara nasional dengan pertimbangan untuk menghindari
permusuhan dengan pihak Sekutu, karena menurut perhitungan kekuatan tentara kita belum mampu
untuk menghadapi Sekutu. Di lain pihak Sekutu dan Belanda ternyata bertindak agresif di berbagai
daerah sehingga dikhawatirkan membahayakan keberadaan NKRI. Akhirnya tanggal 5 Oktober 1945
dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ),
dengan panglimanya Supriyadi yang kemudian digantikan oleh Kolonel Soedirman, sedang Oerip
Soemohardjo menjabat sebagai Kepala Staf Umum.

E. DUKUNGAN SPONTAN DAN TINDAKAN HEROIK DI BERBAGAI DAERAH

Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, rakyat di segala penjuru tanah
air menyambutnya dengan penuh sukacita. Dukungan secara sukarela dan spontan ditunjukkan antara lain
berupa :
1. Rapat Raksasa di lapangan Ikada tanggal 19 September 1945.
Rapat dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31, sebagai wujud ungkapan tekad dan
dukungan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ( 5 September 1945 ).
Intinya berisi dukungan dari pihak Kesultanan Yogyakarta terhadap kemerdekaan RI dan
menyatakan bahwa Yogyakarta merupakan bagian dari NKRI sebagai Daerah Istimewa.
3. Raja Bone dan Makassar dari Sulawesi Selatan mendukung NKRI dengan mengakui
kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah RI sebagai gubernur Sulawesi.
4. Tindakan heroik melawan Jepang dan usaha perlucutan senjata.
Tujuan bangsa Indonesia melucuti senjata milik Jepang adalah :
a. Senjata sebagai modal dalam perjuangan selanjutnya.
b. Agar senjata tersebut tidak jatuh ke tangan Sekutu.
c. Agar senjata tersebut tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
Adapun tindakan heroik ini antara lain terjadi di :
a. Semarang : terjadi Pertempuran Lima Hari ( 15-20 Oktober 1945 ).
b. Bandung : merebut 9 panser Jepang, gudang dan pabrik senjata serta lapangan
terbang Andir.
c. Jakarta : menyerbu gudang senjata di Cilandak.
d. Lampung : perlucutan senjata di Telukbetung dan Kalianda.
e. Surakarta : merebut kantor jawatan radio dan lapangan terbang Panasan.
f. Surabaya : merebut gudang senjata dan stasiun radio di Embong, Malang.

MEMAHAMI KONDISI PERKEMBANGAN NEGARA DI DUNIA

A. PERANG DUNIA I (1914-1919)


a. Sebab-sebab Perang Dunia I
Sebab umum
29
1) Kemajuan Industri
2) Politik Kolonialisme dan Imperialisme
3) Politik Mencari kawan, Eropa terbagi menjadi dua blok, yaitu Triple Alliance tahun 1882
(Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia) dan Triple Entente 1907 (Perancis,Inggris dan Rusia)
4) Perlombaan Bersenjata
5) Adanya pergerakan rakyat di Semenanjung Balkan

Sebab Khusus
Terbunuhnya Putra Mahkota Austria Francis Ferdinand di Sarjevo pada tanggal 28 Juni 1914 oleh
Gavrilo Princip (anggota gerkan Serbia Raya ). Kejadian tersebut telah menyulut meletusnya
Perang Dunia I .
1 Agustus 1914, Jerman mengumumkan perang dengan Rusia.
3 Agustus 1914,Perancis melancarkan serangan kepada Jerman.
14 Agustus 1914, Inggris menyerang jerman

b. Jalannya Perang Dunia I


Pihak pihak yang terlibat dalam Perang Dunia I adalah sebagai berikut:
Pihak Sentral (blok Jerman) yang terdiri dari 4 negara yaitu Jerman,Turki,Bulgaria,Autria-
Hongaria.
Pihak Sekutu (blok Perancis) yang terdiri dari 23 negara yang antara lain: Perancis, Rusia, Inggris,
Italia, Amerika Serikat, Serbia, Belgia, Rumania, Yunani, Portugal, Jepang, dan lain-lain.
Perang Dunia I yang melanda wilayah Eropa terbagi atas beberapa front atau wilayah peperangan
seperti:
Front Barat,
Jerman menduduki Belgia dan Perancis. Namun, Perancis berhasil memukul mundur Jerman
dalam Perang di tepi Sungai Marne. Jerman mengumumkan “Perang Parit” di Vedum namun tetap
dapat dipukul mundur Perancis.
Front Timur,
Jerman berhasil memukul mundur Rusia di dekat Danau Masuri tetapi akhirnya Rusia dan Jerman
membuat perjanjian perdamaian di Brest Litowsk.
Front Italia, Italia dikalahkan oleh Jerman
Front Balkan,
awalnya Jerman mengalami kemenangan. Rumania dan Serbia menyerah terlebih dahulu kepada
Jerman.
Inggris menyerang Dardanella, tetapi dalam pertempuran di Gallipolli, Inggris berhasil dikalahkan
oleh Turki.
Akhirnya Inggris mundur dari Turki ke Yunani.
Inggris menghantam Bulgaria dan menyerah tahun 1918.
Kemudian Turki diserang oleh Inggris dari daerah Arabia, Palestina, dan Irak.
Turki menyerah pada tahun 1918.
Front laut,
terjadi di Jutland antara pihak Inggris dengan Jerman. Jerman mengumumkan perang kapal selam
tak terbatas. Semua kapal yang dianggap musuh oleh Jerman ditembak.

c. Akhir Perang Dunia I (11 November 1918)


Jerman menghadapi dua serangan sekaligus yaitu serangan dari sekutu dan pemberontakan dari
kaum komunis. Karena serangan itu, Jerman terpaksa menyerah pada tahun 1918. Setelah Perang
Dunia I berakhir diadakan perjanjian perdamaian, seperti:
1. Perjanjian Versailles (28 Juni 1919) antara pihak Jerman dengan Sekutu
Isi perjanjian :
a) Jerman harus menyerahkan Elzas-Lotharingen kepada Perancis dan Eupen-Almedy kepada
Belgia.
b) Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdeka di bawah LBB
c) Daerah Saar diperintah oleh LBB selama 15 tahun dan kemudian akan dilakukan plebisit
d) Jerman kehilangan semua tanah jajahannya
e) Jerman harus mengganti kerugian perang sebesar 132 milyar Mark emas
f) Angkatan perang Jerman harus dikurangi
g) Semua kapal dagang Jerman harus diserahkan kepada Inggris sebagai ganti rugi perang

30
h) Sekutu menduduki daerah jerman sebelah barat sungai Rhein selama 15 tahun sebagai
jaminan Jerman mematuhi perjanjian Versailles.

2. Perjanjian St. Germain (10 September 1919) antara Sekutu dengan Austria
Tidak diperkenankan adanya persekutuan antara Jerman-Austria, Tirol selatan dan Istria
diberikan kepada Italia dan Bohemia, Moravia diberikan kepada Cekoslovakia.
3. Perjanjian Meuilly (27 November 1919) antara pihak Sekutu dengan Bulgaria
Bulgaria harus menyerahkan pantai laut Aegea
4. Perjanjian Trianon (4 Juni 1920) antara Sekutu dengan Hongaria
Daerah Hongaria diperkecil dan keluarga Napsburg tidak boleh menjadi raja Hongaria
5. Perjanjian Sevres (20 Agustus 1920) antara Sekutu dengan Turki

d. Akibat Perang Dunia I


- Membawa perubahan dan kehancuran baik bagi negara-negara yang menang maupun yang kalah
- Muncul sistem baru yaitu sistem demokrasi dan diktatorisme seperti Fasisme Mussolini (Italia),
Nazi Hitler (Jerman), Nasionalisme Etatisme (Turki) dan Diktator Proletariat (Rusia).
- Egoisme ekonomi negara-negara yang menang dalam perang saling berebut dalam menuntut
ganti rugi.
- Timbul paham-paham politik ekonomi di antaranya komunisme (Rusia), Fasisme (Italia), Nazi
(Jerman), Etatisme (Turki).
- Lahirnya Liga Bangsa Bangsa (League of Nations)

B. PERANG DUNIA II ( 1939-1945)


I. Sebab-sebab umum perang dunia ke II antaralain :
1. Adanya politik mencari kawan ( Pilitiak Aliansi ) seperti blok Sentral/Poros yang meliputi
Jerman, Italia dan Jepang, serta blok Sekutu yang meliputi Perancis, Inggris, Rusia
2. Adanya politk Balance of power ( Perimbangan kekuatan ) yang mengakibatkan terjadinya
perlombaan senjata di beberapa Negara untuk memperkuat negaranya masing-masing/sendiri.
3. Lahirnya politik expansi yang dilakukan Negara-negara industry besar seperti Jerman dengan
semboyan “ Libensraum “, Italia dengan semboyannya “ La Italia Prima / Italia Iredenta “, dan
Jepang dengan lahirnya politik “ Hokko I Chiu”( ingin menyatukan dunia dibawah satu
pimpinan Negara Jepang ).
4. Adanya politik “ Revanche Idea” ( politik balas dendam ) oleh Negara-negara yang pernah
dihancurkan dalam perang dunia ke I. seperti Negara Jerman, Italia dll.
5. Akibat perjanjian versailes yang mengakibatkan tersudutknya Jerman dan akhirnya jerman
mengobarkan perasaan anti ras yang berlanjut dengan pembantaian terhadap ras Yahudi yang
dianggap sebagai penyebab rusaknya ekonomi Negara Jerman.
6. Kegagalan Liga bangsa-bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia .
II. Sebab khusus / utama meletusnya Perang Dunia ke II yakni :

1. Di medan Eropa , Jerman menuntut kembalinya Danziq yang dikuasai Liga Bangsa-bangsa,
tetapi ditolak oleh Polandia. Karena itu pada tangal 1 September 1939 Jerman melakukan
penyerbuan ke Polandia untuk menerapkan politik Libensraum ( Politik perluasan wilayah ).
Penyerbuan ini menyebabkan Inggris dan Perancis menyatakan perang kepada Jerman.
2. Di medan Pasifik , Penyerbuan tentara Jepang kepangkalan militer Angkatan Laut Amerika
Serikat , Perarl Harbour di kepulauan Hawai tanggal 7 Desember 1941.

B. KRONOLOGI JALANNYA PERANG DUNIA II


Perang Dunia ke II ini pada dasarnya merupakan perang antar dua kekuatan besar ( Blok ) yakni
Blok Poros/AS/Sentral yang meliputi Negara Jerman, Jepang,dan Italia melawan blok Sekutu yang
meliputi Negara Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Rusia,Belanda, Australia, dan Cina.
Jika ditinjau dari waktu berlangsungnya perang (1939-1945),Perang dunia ke II ini terbagi dalam
tiga tahap yakni :
 Tahap permulaan (1939-1941)dimenangkan oleh blok sentral/poros
 Tahap ke 2 (1942) merupakan titik balik atau the turning point yang ditandai dengan kekalahan
Jepang dalam pertempuran di Laut karang 4 Mei 1942 dan kekalahan jerman di El al Amin
(Afrika utara)12 Oktober 1942 dan di Stalinggrad (Rusia) 19 November 1942.
 Tahap ke 3 (1943-1945) merupakan tahap-tahap kemenangan sekutu dalam berbagai
pertempuran.
Jika ditinjau dari medan pertempuran , maka perang dunia ke IIdapat dibagi dalam tiga medan tempur
yakni :
 Medan Eropa (1939-1945)
Di Eropa perang dunia II dapat dibagi lagi dalam tiga fron pertempuran yakni :

31
 Front Timur : diawali dari seruan Jerman ke Polandia pada tanggal 1 September 1939
yang kemudian dilanjutkan ke Rusia 22 Juni 1941.
 Front Barat : Setelah menguasai Polandia Jerman menyerang Norwegia, Belanda,
Belgia, Luxemburg, dan Perancis bagian Utara.
 Front Tenggara : Serangan Jerman bersama Italia ke semenanjung Balkan (Yugoslavia).
 Medan Afrika Utara (1940-19430
Dari arah Eropa Tenggara (Balkan) Jerman dan Italia bergerak keselatan dengan sasaran utama
menguasai wilayah Mesir (terusan Suez) dan Afrika Utara, akan tetapi usaha rencana tersebut
berhasil digagalkan oleh gabungan pasukan Inggris, Amerika serikat dan Perancis.
 Medan Asia- Pasifik (1941-1945)
Diawali serbuan Jepang kepangkalan militer Amerika Serikat Pearl Harbour di Kepulauan Hawai
tanggal 7 Desember 1941 dan dilanjutkan kekawasan Asia Tenggara yang pada saat itu masih
dibawah kekuasaan Negara-negara blok Sekutu (Vietnam/Indocina, Philipina, Indonesia,
Burma/Myanmar) dibawah pimpinan Jendral Yama Shita dan Jendral Imammura

C. AKHIR PERANG DUNIA KE II

Pada awal tahun 1943 kekalahn demi kekakalahan dalam brbagai prtempuran mulai dialami oleh
Blok Sentral terhadap tentara Sekutu baik dimedan tempur Afika utara maupun di medan tempur
Asia Pasifik , yang ditandai dengan kekalahan Jerman di Rusia dan sebagai puncaknya adalah
kekalahan Jerman dalam pertempuran di kota Berlin pada tanggal 7 Mei 1945. Sementara di medan
Asia Pasifik sejak pertengahan tahun 1944, Amerika Serikat mulai melakukan seranagn balasan
terhadap Jepang dan berhasil mengalahkan di Selat Guadal canal Kepualuan Solomon /Laut Karang.
Sejak itu satu persatu daerah yangdikuasai Jepang dapat direbut kembali pasukan sekutu dan
puncaknya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dua
kota besar Hirosima dan Nagasaki dijatuhi Bom Atom tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.

Setelah Perang dunia ke II berakhir dengan kemenangan pihak Sekutu maka segera dilanjutkan
dengan penandatanganan perjanjian antaralain :
1. Perjanjian Postdam (17 Juli – 2 Agustus 1945)
antara Jerman dengan Sekutu yang isinya :
a. Jerman dan kota Berlin dibagi menjadi 4 daerah pendudukan yakni Jerman dan Kota Berlin
Bagian Timur diduduki Uni Soviet , sedangkan Jerman dan Kota Berlin bagian barat diduduki
Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
b. Danzig (Daerah Jerman sebelah timur sungai Oder) dan Niesse diberikan kepada Polandia
c. Jerman harus membayar kerugian perang kepada Sekutu
d. Partai Nazi Jerman dan segala unsur pendukungnya harus dihapus
e. Tokoh-tokoh Nazi diadili sebagai penjahat perang
2. Perjanjian San Fransisco 8 September 1951 antara Jepang dengan Sekutuyang isinya :
a. Untuk sementara Jepang diduduki Sekutu (yang diwakili oleh Amerika Serikat)
b. Jepang harus membayar ganti kerugian perang
c. Tokoh-tokoh fasisme Jepang diadili sebagai penjahat perang
d. Jepang harus melepaskan kembali daerah yang dikuasai selama perang dunia II
e. Kep.Kuril dan Sakhalin diserahkan kepada Rusia, Manchuria dan Taiwan diserahkan kepada
China, Korea dibagi dua bagian utara diduduki Uni Soviet dan bagian selatan diduduki
Amerika serikat
3. Konfrensi Paris 29 Juli – 15 Oktober 1945 perjanjian antara Italia, Rumania, Bulgaria, Hongaria
dan Austria dengan Negara-negara Sekutu yang isinya :
a. Masing-masing Negara yang kalah perang harus membayara ganti rugi
b. Jajahan Italia di Afrika utara diberikan kepada Sekutu ( Inggris )
c. Abessynia dan Albania dimerdeakan kembali
d. Negara yang kalang perang akan didemiliterisasi dan menyerahkan sisa-sisaperlengkapan
Perang
e. Menghukum penjahat perang.

D. DAMPAK PERANG DUNIA KE II


1. Bidang POLITIK :
a. Tampilnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai Negara adidaya/adi kuasa/ Super Power
b. Timbulnya perang dingin antara blok barat (Amerika Serikat dan sekutunya yang
berfaham Capital Liberal) dan Blok Timur ( Uni Soviet dan sekutunya yang berfaham
Sosialis Komunis)
c. Munculnya persekutuan –persekutuan militer seperti
 NATO ( North Atlantic Treaty Organization)Yang terdiri dari Amerika serikat, Inggris,
Perancis, Belanda, Jerman Barat dll
 SEATO ( South East Asia Treaty Organization )
 METO ( Midlle East Treaty Organization )

32
 Paktawarsawa yang beranggotakan Negara-negara Komunis seperti Unoi Soviet,
Jerman Timur, Polandia, Bulgaria, Hongaria dll
d. Munculnya Negara-negara baru merdeka baik di Asia maupun Afrika ( Indonesia, Philipina,
Malasyia, Libia dll)
e. Banyaknya negar-negara yang mengalami perpecahan sepeti Korea, Jerman, Vietnam, Yaman,
China, dll
2. Bidang Ekonomi :
a. Hancurnya ekonomi dunia keculi Amerika Serikat
b. Bangkitnya Jepang dan Jerman menjadi Negara Industri maju setelah dapat bantuan Amerika
Serikat .
c. Tampilnya Amerika serikat sebagai Negara kriditor
3. Bidang sosial :
a. Kemiskinan, kelaparan dan wabah penyakit melanda dunia
b. Lahirnya badan-badan social untuk menolong korban perang
c. Golongan cendikiawan mulai menduduki posisi penting

MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

A. KEDATANGAN JEPANG DI INDONESIA


Tujuan Jepang datang dan menduduki Indonesia :
1. Menjadikan Indonesia sebagai daerah penyuplai bahan-bahan baku untuk keperluan Industrinya,
2. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil-hasil Industri Jepang
3. Menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah bersama wilayah Asia Tenggara lainya dalam
kemakmuran berasama Asia Timur Raya pimpinan Jepang.
4. Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah
yang relatif murah
5. Perasaan sentimen Jepang terhadap imperialisme barat
Untuk menarik simpati dan dukungan terhadap bangsa Indonesia, Jepang menyampaikan propaganda-
propaganda sebagai berikut :
1. Jepang adalah “Saudara Tua”bagi bangsa Asia dan berjanjia akan membebaskan bangsa Asia dari
penjajahan bangsa Barat
2. Jepang memperkenalkan” Gerakan 3A” yakni Nipon cahaya Asia, Nipon Pelindung Asia dan
Nipon Pemimpin Asia
3. Bendera Merah Putih dan Lagu Indonesia raya boleh dikibarkan dan dinyanyikan berdampingan
dengan pengibaran bendera Hinomaru dan Lagu Kimigayo

B. PEMERINTAHAN SEMENTARA JEPANG DI INDONESIA


Setelah menguasai Indonesia Jepang segara membentuk pemerintahan militer di Indonesia yang
terbagi dalam tiga wilayah yakni :
1. Wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia/Jakarta diperintah oleh Angkatan Darat /
Gunseibu ( Tentara ke 16 )
2. Wilayah Samatra dan pulau disekitarnya berpusat di Bukit Tinggi diperintah oleh Angkatan
Darat / Gunseibu( Tentara ke 25 )
3. Wilayah Sulawesi, Kalimantan Makuku dan Nusatenggara berpusat di Ujung Pandang diperintah
oleh Angkatan Laut ( Armada Laut Selatan / Minseibu )
Susunan pemerinahan di Jawa terdiri dari:
1. Syu – Daerah Karesidenan dipimpin oleh Syucho
2. Si – Daerah Kotamadya dipimpin oleh Sicho
3. Ken – Daerah Kabupaten dipimpin oleh Kencho
4. Gun – Daerah Kawedanan dipimpin oleh Guncho
5. Son – Daerah Kecamatan dipimpin oleh Soncho
6. Ku – Daerah kelurahan / Desa dipimpin oleh Kuncho
7. Tonarigumi – Daerah lingkungan Rukun Tangga (RT)
Pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia semua organisasi politik yang pernah berdiri pada masa
pendudukan Belanda dibubarkan , selanjutnya dibentuk organisasi-organisasi baru yang diharapkan
mau membantu dan bekerjasama dengan pemerintahan militer Jepang di Indinesia baik organisasi
sosial keagamaan, organisasi semi militer maupun organisasi militer untuk mengahadapi Sekutu.
Organisasi-organisasi tersebut antara lain :
1. Organisasi sosial dan keagamaan meliputi :
a. Gerakan 3A didirikan pada bulan April 1942 dipimpin oleh Mr.Syamsudin, dengan semboyan
Nipon Pemimpin Asia, Nipon Pelindung Asisa dan Nipon Cahaya Asia. Tetapi tahun 1943
gerakan 3A dibubarkan karena dianggap kurang menguntungkan Jepang.
b. PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat) didirikan tanggal 1 Maret 1943 dipimpin oleh empat serangkai
yakni KH.Mas Mansyur, Ir.Sukarno,Drs.Muh.Hatta dan Ki Hajar Dewantara , tetapi pada
tahun 1944 dibubarkan.

33
c. Jawa Hokokai (Gerakan kebaktian Jawa)merupakan organisasi resmi Jepang dibentuk tanggal
1 Maret 1944 yang kegiatannya meliputi:
- Melaksanakan ssgala sesuatu dengan nyata dan iklas untuk menyumbangkan segenap
tenaga kepada pemerintah jepang
- Memperkokoh pembelaan tanah air
- Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarka semangat
persaudaraan antar bangsa
Selain itu Jawa Hokokai juga bertugas mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, besi
tua, permata dan menanam jarak untuk diserahkan kepada Jepang
d. Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) dibentuk sebagai pengganti MIAI pada akhir
Oktober 1943 dipimpin oleh KH.Hasyim Ashari dan KH.Mas Mansyur
e. Cuo Sangi in (Badan Penasehat Pusat) dibentuk 5 September 1943 atas anjuran Jend Hideki
Todjo dengan ketua Ir.Sukarno bertugas mmberikan nasehat atau pertimbangan kepada Saiko
shikikan (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia)
2. Organisasi Semi militer meliputi :
a. Seinendan (Barisan Pemuda) dibentuk 9 Maret 1942 terdiri dari pemuda berusia antara 14 – 22
th
b. Fujinkai (Barisan Wanita) dibentuk Agustus 1943 terdiri dari wanita usia 15 tahun keatas
c. Keibodan (Barisan pembantu Polisi) dibentuk 29 April 1943 terdiri dari pemuda berusia 23 –
35 th
d. Syuisyintai (Barisan Pelopor) dibentuk pada tanggal 14 September 1944 merupakan bagian
dari Jawa Hokokai dipimpin oleh Ir. Sukarno, RP.Soroso, Otto Iskandar Dinata, dr.Buntaran
Marto Atmodjo
e. Gokukotai (barisan Pelaja) dibentuk 15 Desember 1944
f. Jibakutai (Barisan Berani mati)
3. Organisasi militer meliputi :
a. Heiho (organisasi Pembantu Prajurit Jepang) didirikan April 1943 untuk membantu tentara
Jepang melawan Sekutu yang kemudian banyak dikirim ke Malaysia, Birma dan Kep.Solomon
b. PETA (Pembela Tanah Air)didirikan 3 Oktober 1944 atas uasulan Gatot Mangkuprojo kepada
Letjend.Kumakichi Harada, di Sumatra disebut Giyugun (Tentara Sukarela)
Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia banyak dilakukan ekploitasi baik sumber kekayaan
alam mauupun tenaga kerja paksa baik dari kalangan pemuda ataupun wanita diantaranya :
1. Romusha merupakan kerja paksa tanpa upah diproyek-proyek untuk kepentingan perang
Jepang , seperti membuat jalan raya, jembatan, benteng pertahanan, dan lain-lain.Sedangkan
panitya pengerah tenaga romusha disebut Romukyokai
2. Kinrohosi merupakan wajib kerja tanpa upah bagi tokoh masyarakat seperti pamong desa dan
para pegawai rendahan.
3. Jugun Ianfu merupakan pengerahan para wanita untuk dijadikan penghibur para tentara Jepang
Selain itu masyarakat masih diwajibkan menyetorkan hasil panen (padi, jagung) dan ternak untuk
dalam jumlah besar untu memenuhi logistik tentara Jepang serta wajib menanam pohon jarak untuk
diambil minyaknya guna untuk pelumas mesin-mesin perang Jepang. Hal ini mengakibatkan
penderitaan yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia

C. BENTUK-BENTUK PERJUANGAN RAKYAT TERHADAP PEMERINTAH PENDUDUKAN


JEPANG.
Masa pendudkan jepang di indonesia yang berlangsung hanya tiga setengah tahun tetapi menimbulkan
penderitaan yang sangat mendalam begi rakyat Indonesia sehingga tak heran jika kemudian muncul
bentuk-bentuk perjuangan baik yang bersifat kooperatif , nonkooperatif maupun perjuangan bersenjata:
1. Perjuangan melalui kooperatif (mau bekerja sama dengan pemerintah penjajah)
Lembaga-lembagaresmi itu diantaranya adalah Gerakan Tiga A , Putera, Jawa Hokokai, MIAI,
Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Chuo Sangi In dan Barisan Pelopor.
2. Perjuangan melalui non kooperatif (Tidak mau bekerjasama dengan penjajah)
Para pemimpin Nasional yang tidak bersedia bekerjasama dengan dengan Jepang memilih
melakukan gerakan bawah tanah, yaitu bentuk perjuangan yang dilakukan secara rahasia dan
sembunyi-sembunyi, mereka menghimpun kekuatan dan menanamkan semangat persatuan
nasional dikalangan rakyat diantaranya :
- Kelompok Sutan Syahrir
- Kelompok Pemuda Menteng
Tokoh tokoh terkenal dari kelompok ini antara lain Sukarni,ChaerulSaleh, A.M. Hanafi, Adam
Malik, Pandu Kartawiguna, Maruto Nitimihardjo, Khalid Rasjidi dan Djamhari. Kelompok ini
bermarkas di gedung Menteng 31 Jakarta.
- Kelompok Kaigun Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan LautJepang. Kelompok
Pelajar dan Mahasiswa yang dipimpin oleh Syarif Thoyib, Chairul Saleh, Eri Sadewo dll
3. Perjuangan Bersenjata
Perjuangan muncul sebagai reaksi terhadap kesewenang-wenangan Jepang. Salah satu bentuk
kesewenang-wenangan Jepang terhadap bangsa Indonesia adalah orang-orang dipaksa untuk
membungkukkan badan menghormati kaisar Jepang yang dianggap sebagai keturunan Dewa
34
matahari (syaikirei). Hal ini sangat menyinggung perasaan umat Islam di Indonesia. Selain itu,
penindasan Jepang diwujudkan dengan kerja paksa (romusha) dan berbagai kewajiban lainnya
sehingga mncul perlawanan-perlawanan bersenjata seperti :
- Perlawanan di Cot Plieng (Aceh) pada tanggal10 November 1942. Pemberontakan itu
dipimpinoleh Tengku Abdul Jalil. Tengku Abdul Jalilditangkap dan ditembak mati.
- Perlawanan di Sukamanah (Jawa Barat) padatanggal 25 Februari 1944. Pemberontakan
diSukamanah dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa.
- Perlawanan di Kaplangan (Jawa Barat) yangterjadi antara bulan April sampai Agustus
1944.
- Perlawanan di Lohbener dan Sindang (JawaBarat) terjadi pada bulan Mei 1944. Para
petani menolak pungutan padi yang terlalu tinggi. Perlawanan dipimpin oleh H. Madrian
- Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945) Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco
Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan
pengumpulan padi,Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas
perikemanusiaan.
Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Disamping itu
sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit
Indonesia. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan
pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajakberunding. Empat
perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco
Supriyadi berhasil meloloskan diri.
- Perlawanan PETA di Meureudu, Aceh (November 1944)Perlawanan ini dipimpin oleh
Perwira Gyugun T. Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang
angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
- Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945) Perlawanan ini dipimpin oleh
pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang
direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap
pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena
Jepang terdesak oleh Sekutu.

USAHA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Latar Belakang konflik Indonesia - Belanda


Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari(South East
Asia Command) SEAC.
Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan kenegaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yangdianggap sebagai penjahat perang.
Kedaatangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk
mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-
daerah.

1. Pertempuran di Surabaya meliputi :


a. Insiden Bendera tanggal 19 September 1945
Insiden ini berpangkal pada tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera merah
putih biru di atas Hotel Yamato di jalan Tunjungan. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan
rakyat. Mereka menyerbu hotel dan menurunkan bendera Belanda tersebut. Bagian yang berwarna
biru dirobek. Mereka mengibarkannya kembali sebagai bendera Merah Putih.
b. Pertempuran 10 November 1945
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang dipimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di
Surabaya dan di sambut Gubernur Jawa Timur R.M.T.A.Suryo Pada tanggal 30 Oktober 1945
terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu
menewaskan Brigjen Mallaby.Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby,pada tanggal 9 November
Inggris melalui Mayor Manserg member ultimatum yang isinya agar rakyat Surabaya menyerah
kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum
Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan
pasukan infantri dengan senjat senjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun
udara. Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio.
Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya
gugur. Untuk mengenang peristiwa itu maka setiap tanggal 10 November diperingatai sebagai
“Hari Pahlawan “
2. Pertempuran Ambarwa.
35
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara
pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa
dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20
November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor
Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman,
Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman.
Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang
telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju
Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa 15 Desember kemudian diperingati
sebagai “ hari Infantri”
3. Pertempuran Medan Area 13 Oktober 1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka
dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di
Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).
Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang
penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan
penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak
Sekutu memasang papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota
Medan. Sejak saat itulah pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur
Republik yang berada di kota Medan, semenrtara itu pemuda Medan membentuk devisi TKR dibawah
pimpinan Ahmad Tahir dan terus melakukan perlawanan.
4. Bandung Lautan Api 23 Maret 1946
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota
Bandung bagian Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para
pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang. Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946
Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama.
Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang
berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara
markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang
mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung.
Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumi hanguskan kota Bandung. Tujuannya
agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal
dengan Bandung Lautan Api.

5. Perang Puputan Margarana di Bali 18 Desember 1946


Peristiwa ini diawali dari kekecewaan rakyat bali setelah mendengar keputusan perjanjian Linggajati
yang memisahkan Bali dari wilayah RI. Letkol I Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen Nusa
Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di
Tabanan tanggal 18 Desember 1946 dengan nama pasukan Ciung Wanara ditempatkan di Desa Adeng
Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung
Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap
kedudukan Ngurah Rai di desa Marga. Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan”
yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end). Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur
beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut. Pertempuran tersebut terkenal dengan
nama Puputan Margarana.
6. Peristiwa Merah putih di Manado 14 Februari 1946,
Kedatangan pasukan sekutu di Sulawesi yang diboncengi NICA melarang rakyat minahasa
mengibarkan mendera merah putih para pejuang dibawah pimpinan C.H. Taulu menyerbu markas
NICA di Teling. Mereka berhasil menawan komandan NICA beserta pasukannya. Selanjutnya, para
pejuang merobek bendera merah putih biru Belanda dan menjadikannya bendera merah putih. Bendera
itu kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal dengan
nama peristiwa merah putih di Manado. Para pejuang dapat mengusir NICA dari Sulawesi Utara. Pada
tanggal 16 Februari 1946, pemerintah sipil terbentuk dibawah pimpinan B. W. Lapian sebagai residen.

7. Pertempuran 5 hari di Semarang


Peristiwa ini dipicu pada tanggal 14 Oktober 1945. veteran AL Jepang akan dipekerjakan untuk
mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak Mereka menyerang polisi
Indonesia yang mengawal mereka. Mereka melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di
Jatingaleh. sebuah batalyon Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido. Mereka bergerak melakukan
perlawanan. Situasi bertambah panas dengan adanya desasdesus bahwa cadangan air minum di Candi
telah diracuni. Pertempuran mulai pecah pada dini hari tanggal 15 Oktober 1945. Pertempuran
berlangsung selama lima hari dan menewaskan seorang ahli kesehatan yakni dr Karyadi, Pertempuran
baru berhenti setelah Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan
tentara Jepang serta Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu. Pada tanggal 20 Oktober 1945

36
pasukan Sekutu melucuti senjata dan menawan pasukan Jepang. Untuk mengenang pertempuran di
Semarang, maka didirikan Monumen Perjuangan Tugu Muda.

8. Serangan Umum 1 Maret 1949


Dalam agresi militer II, Belanda berhasil menangkap para pemimpin politik dan menduduki ibukota RI
di Yogyakarta. Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1
Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan
koordinasi terlebih dahulu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai system wehrkreise. Untuk memudahkan penyerangan,
maka dibentuk beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan
dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai
batas Jalan Maliobor dengan dibantu rakyat. Dalam waktu enam jam kota Yogyakarta berhasil dikuasai
TNI. Pada pukul 12.00 WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana
yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja
serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan. Serangan umum telah mencapai
tujuannya.
Berikut ini tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk mengadakan
ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.
Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah
Yogyakarta membangun“Monumen Yogya Kembali

B. Peran Dunia Internasional dalam Konflik Indonesia - Belanda


1. Peranan PBB
a. KTN ( Komisi Tiga Negara)
Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Militer I terhadap Republik Indonesia menimbulkan
reaksi dunia luar.. Australia mendukung Indonesia karena ingin menegakkan perdamaian dan keamanan
dunia sesuai dengan piagam PBB. Sedangkan India mendukung Indonesia karena solidaritas sama-sama
bangsa Asia juga senasib karena sebagai bangsa yang menentang penjajahan. Hubungan Indonesia
dengan India terjalin baik terbukti pada tahun 1946 Indonesia menawarkan bantuan padi sebanyak
500.000 ton untuk disumbangkan kepada India (Diplomasi Beras) yang sedang dilanda bahaya
kelaparan. Sebaliknya India juga menawarkan benang tenun, alat-alat pertanian, dan mobil.
Pada tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB menerima usul Amerika Serikat tentang
pembentukan Komisi Jasa-Jasa Baik (Committee of Good Offices) untuk membantu menyelesaikan
pertikaian Indonesia-Belanda. Komisi inilah yang kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN),
yang terdiri atas :
a. Australia (diwakili oleh Richard C. Kirby), atas pilihan Indonesia,
b. Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), atas pilihan Belanda,
c. Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter Graham), atas pilihan Australia dan Belgia.
Pada tanggal 27 Oktober 1947 KTN tiba di Jakarta dan akhirnya KTN berhasil mempertemukan
Indonesia-Belanda dalam suatu perundingan yang pada tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang
Amerika Serikat “Renville” yang berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini dikenal dengan perundingan
Renville yang mengakibatkan wilayah Rl semakin sempit.

b. UNCI (United Nation Commission for Indonesia)


Perundingan Renville yang sudah ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda akhirnya dilanggar oleh
Belanda dengan melancarkan Agresi Militer ke II dengan sasaran ibukota Republik Indonesia
(Yogyakarta). Untuk yang kedua kalinya PBB kemudian turun tangan mengatasi konflik Indonesia -
Belanda dengan membentuk UNCI . Melalu UNCI yang di pimpin oleh Merle Cochran berhasil
menyelenggarakan perundingan Roem Royen yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 oleh
Moh.Roem (wakil Indonesia) dan H.J.Van Royen (wakil Belanda) Salah satu pernyataan Roem-Royen
adalah segera diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB).

2. Peranan bangsa Asia –Afrika


Aksi militer Belanda tanggal 21 Juli 1947 terhadap Republik Indonesia menimbulkan reaksi dunia luar.
India mendukung Indonesia karena senasib dan solidaritas sama-sama bangsa Asia. Sedangkan Agresi
militernya yang kedua yakni pada tanggal 19 Desember 1948, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal
37
Nehru dan Perdana Menteri Birma (Myanmar) U Aung San memprakarsai Konferensi Asia. Konferensi
ini diselanggarakan di New Delhi dari tanggal 20 - 23 Januari 1949 yang dihadiri oleh utusan dari
negara-negara Afganistan, Australia, Burma (Myanmar), Sri Langka, Ethiopia, India, Iran, Iraq,
Libanon, Pakistan, Philipina, Saudi Arabia, Suriah dan Yaman. Hadir sebagai peninjau adalah wakil
dari negara-negara Cina, Nepal, Selandia Baru, dan Muangthai. Wakil-wakil dari Indonesia yang hadir
antara lain Mr. A.A. Maramis, Mr. Utojo, Dr. Surdarsono, H. Rasjidi, dan Dr. Soemitro
Djojohadikusumo. Konferensi Asia tersebut menghasilkan resolusi yang kemudian disampaikan
kepada Dewan Keamanan PBB. Isi resolusinya antara lain sebagai berikut.
a. Pengembalian Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
b.Pembentukan perintah ad interim yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar negeri, sebelum
tanggal 15 Maret 1949;
c. Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia
d. Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat pada
tanggal 1 Januari 1950.

C. Pengaruh konflik Indonesia – Belanda terhadap keberadaan Negara Kesatuan RI


1. Keberadaan Indonesia pada waktu Agresi I
Tujuan Belanda dalam agresi I adalah Belanda harus mencapai sasaran sebagai berikut.
- Bidang Politik : Pengepungan ibu kota RI dan penghapusan RI dari peta .
- Bidang Ekonomi: perebutan daerah- daerah penghasil bahan makanan (daerah beras di Jawa
Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor (perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Sumatera serta pertambangan dan perkebunan di Sumatera)
- Bidang Militer: Penghancuran TNI.
Untuk menghancurkan TNI mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang rakyat
semesta dengan bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian Belanda hanya menguasai dan
bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan di luar itu masih dikuasai TNI. Dalam
Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan RI akan
tetapi secara politis Republik Indonesia naik kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa
simpati seperti Liga Arab yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Dengan
demikian dapat menguatkan kedudukan RI terutama di kawasan Timur Tengah. Dengan adanya agresi
militer pertama maka Dewan Keamanan PBB ikut campur tangan dengan membentuk Komisi Tiga
Negara. Melalui serangkaian perundingan yakni Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang
Sebagai negara yang cinta damai Indonesia bersedia berunding, namun Belanda menjawab lagi dengan
melakukan agresinya yang kedua.

2. Keberadaan Indonesia pada waktu Agresi II


Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan
menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Para pimpinan RI ditawan oleh Belanda seperti Presiden
Soekarno, Moh. Hatta, Syahrir, Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau
Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka.
Dr. Beel kemudian menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Belanda akan membentuk
Pemerintah Federal Sementara tanpa keikutsertaan Republik Indonesia. Padahal Republik Indonesia
tetap ada dengan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Sebelum pasukan pasukan
Belanda tiba, pemerintah RI telah mengutus Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang
sedang berkunjung ke Sumatera untuk mendirikan Pemerintah Darurat RI (PDRI). Seandainya
Syafruddin gagal maka Presiden Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar, dan Mr.
A.A. Maramis yang sedang di New Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian (Exile Government)
di India. Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil mendirikan Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra. Rakyat dan TNI terus berjuang melawan
Belanda dengan siasat perang gerilya. Jenderal Sudirman walaupun dalam keadaan sakit masih
memimpin perjuangan dengan bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemerintah Darurat RI
menyampaikan kepada PBB bahwa RI bersedia menghentikan tembak menembak dan memasuki meja
perundingan. Ketika Belanda tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari
1949 tentang penghentian tembak menembak, maka dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949.
Dalam serangan ini pihak RI berhasil memukul mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6
jam. Dengan kenyataan-kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu konflik Indonesia-Belanda
maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak Belanda menganggap RI sudah tidak ada.

D. Aktifitas Diplomasi Indonesia di dunia Internasional dalam mempertahankan kemerdekaan.

1. Pertemuan Sukarno - Van Mook


Pertemuan antara wakil-wakil Belanda dengan para pemimpin Indonesia diprakarsai oleh Pang lima
AFNEI Letnan Jenderal Sir Philip Christison pada tanggal 25 Oktober 1945. Dalam pertemuan tersebut
pihak Indonesia diwakili oleh Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Sobardjo, dan H. Agus Salim,
sedangkan pihak Belanda diwakili Van Mook dan Van Der Plas. menurut Van Mook bahwa pemerintah
Belanda akan memasukkan Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tindakan Van Mook
tersebut disalahkan oleh Pemerintah Belanda terutama oleh Parlemen, bahkan Van Mook akan dipecat dari
38
jabatan wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Indonesia) sehingga perundingan belum membuahkan
hasil.

2. Pertemuan Syahrir – Van Mook


Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 1945 di Markas Tentara Inggris di Jakarta
(Jalan Imam Bonjol No.1). Pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jenderal Christison, pihak Belanda oleh Dr.
H.J. Van Mook, sedangkan delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Sebagai pemrakarsa pertemuan, Christison bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda di
samping menjelaskan maksud kedatangan tentara Sekutu, akan tetapi pertemuan ini tidak membawa hasil.

3. Perundingan Syarir – Van Mook


Sir Archibald Clark Kerr sebagai penengah. Pada tanggal 10 Februari 1946 perundingan Indonesia-
Belanda dimulai. Pada waktu itu Van Mook menyampaikan pernyataan usulan
a. Indonesia akan dijadikan negara Commonwealth berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan sendiri
di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi antara lain
sebagai berikut.
a. Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia
Belanda.
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar negeri dan pertahanan
diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan Belanda. Usul dari pihak
Indonesia tidak diterima sehingga pertemuan ini pun tidak membuahkan hasil

4. Perundingan Hooge Value


Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 - 25 April 1946 di Hooge Veluwe (Negeri Belanda),
yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang telah disepakati Sjahrir dan Van Mook
sedangkan Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.
Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa hasil sebab Belanda menolak
konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia
memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura serta
dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu.

5. Perundingan Linggajati
Perundingan ini diadakan sejak tanggal 10 November 1946 di Linggajati, sebelah selatan Cirebon.
Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Scermerhorn, dengan anggotanya Max Van Poll, F. de Baer dan H.J.
Van Mook. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sjahrir, dengan anggota- anggotanya Mr.
Moh. Roem, Mr. Amir Sjarifoeddin, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Dr. A.K. Gani, dan Mr. Ali Boediardjo.
Sedangkan sebagai penengahnya adalah Lord Killearn. Hasil Perundingan Linggajati ditandatangani pada
tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya adalah sebagai
berikut.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat
tanggal 1 Januari 1949.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketuanya.

6. Perundingan Renville
Belanda melakukan Agresi Militer pertama terhadap Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947. Komisi Tiga
Negara (KTN), kemudian mempertemukan antara pihak Indonesia dengan Belanda dalam sebuah
perundingan yang dilakukan di atas kapal Angkatan Laut Amerika Serikat “USS Renville” yang sedang
berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan Renville ini dimulai pada tanggal 8 Desember
1947 Indonesia mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin, sedangkan Belanda
dipimpin oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo, seorang Indonesia yang memihak Belanda. Hasil
perundingan Renville baru ditandatangani tanggal 17 Januari 1948 yang intinya sebagai berikut.
a. Pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda sampai pada waktu yang
ditetapkan oleh Kerajaan Belanda untuk mengakui Negara Indonesia Serikat (NIS).
b. Akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah berbagai penduduk di daerah-daerah
Jawa, Madura, dan Sumatera menginginkan daerahnya bergabung dengan RI atau negara bagian lain
dari Negara Indonesia Serikat.
c. Tiap negara (bagian) berhak tinggal di luar NIS atau menyelenggarakan hubungan khusus dengan NIS
atau dengan Nederland.

39
Akibat dari perundingan Renville ini wilayah Republik Indonesia yang meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatera menjadi lebih sempit lagi. Akan tetapi, RI bersedia menandatangani perjanjian ini karena
beberapa alasan di antaranya adalah karena persediaan amunisi perang semakin menipis sehingga kalau
menolak berarti belanda akan menyerang lebih hebat. Di samping itu juga tidak adanya jaminan bahwa
Dewan Keamanan PBB dapat menolong serta RI yakin bahwa pemungutan suara akan dimenangkan pihak
Indonesia.

7. Perundingan Roem-Royen
Agresi militer yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948 pada pukul 06.00 pagi dengan menyerang ibu
kota Rl di Yogyakarta. Mendorong Komisi Tiga Negara (KTN) mengubah nama menjadi UNCI (United
Nations Commission for Indonesian). Komisi ini bertugas membantu melancarkan perundingan antara
Indonesia-Belanda. Atas desakan UNCI pada tanggal 7 Mei 1949 diadakan perundingan Rom Royen. yang
ditanda tangani oleh Mr. Moh. Roem ketua delegasi Indonesia dan Dr. Van Royen ketua delegasi Belanda
yang isinya :
a. Segera menghentikan tembak menembak (gencatan senjata).
b. Menyetujui diadakan KMB di Den Haag
c. Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
d. Pembebasan semua tahanan politik yang ditahan sejak Agresi Militer ke II
e. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang berada di daerah-daerah yang dikuasai RI
sebelum tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan
Republik
d. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.

8. Perundingan KMB
Sebelum dilaksanakan KMB diadakanlah Konferensi Inter – Indonesia antara wakil-wakil Republik
Indonesia dengan BFO (Bijjenkomst voor Federaal Overleg) atau Pertemuan Permusyawarahan Federal.
Konferensi ini berlangsung dua kali yakni tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan pada tanggal 31 Juli
- 2 Agustus 1949 di Jakarta. Salah satu keputusan penting dalam konferensi ini ialah bahwa BFO
menyokong tuntutan Republik Indonesia atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun
ekonomi.
Pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949 diadakanlah Konferensi Meja Bundar di Den Haag
(Belanda). Sebagai ketua KMB adalah Perdana Menteri Belanda, Willem Drees. Delegasi RI dipimpin oleh
Drs. Moh. Hatta, BFO di bawah pimpinan Sultan Hamid II dari Pontianak, dan delegasi Be1anda dipimpin
Van Maarseveen sedangkan dari UNCI sebagai mediator dipimpin oleh Chritchley. Pada tanggal 2
November 1949 berhasil ditandatangani persetujuan KMB. Isi dari persetujuan KMB adalah sebagai
berikut.
1. Belanda mengakui kedaulatan RIS pada akhir bulan Desember 1949.
2. Mengenai Irian Barat penyelesaiannya ditunda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai Ratu Belanda.
4. Segera akan dilakukan penarikan mundur seluruh tentara Belanda.
5. Pembentukan Angkatan Perang RIS (APRIS) dengan TNI sebagai intinya.
6. RIS harus membayar semua hutang-hutang yang diderita pemerintah Hindia Belanda
7. RIS harus memberikan hak konsensi terhadap perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda.
Pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang
Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Pada waktu
yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi Mahkota AH.J. Lovink
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka
Indonesia berubah bentuk negaranya menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).

E. Faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia.


1. Adanya boikot dari negara-negara di Asia
2. Adanya tekanan keras dari Amerika Serikat.
3. Adanya dukungan dari negara-negara boneka Belanda terhadap RI
4. Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan umum terhadap
Belanda.

PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

A. PROSES KEMBALINYA RI KE BENTUK NEGARA KESATUAN.


Sesua hasil keputusan Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den hag, Belanda, maka bentuk negara
Indonesia menjadi serikat dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat) yang terdiri dari 7 negara
bagian dan 9 daerah otonom.
7 negara bagian tersebut meliputi :
40
1. Negara Sumatra Timur dengan Wali negaranya Tengku Mansyur
2. Negara Sumatra Selatan dengan Wali negaranya Abdul Malik
3. Negara Pasundan dengan Wali negaranya R.A.A. Wiranata Kusuma
4. Negara Jawa Timur dengan Wali negaranya R.Achmad Kusumonegoro
5. Negara Madura dengan Wali negaranya R.A.A.Cakraningrat
6. Negara Indonesia Timur dengan Wali negaranya Cokorda Gede Raka Sukowati
7. Negara Republik Indonesia (RI) dengan Wali negaranya Mr.Asaat

Sedangkan 9 daerah otonomi RIS meliputi Riau, Bangka, Balitung, Kalimantan Barat, Dayak Besar,
Banjar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Jawa Tengah
Pengakuan kedaulatan RIS secara resmi dilakukan antara Belanda dengan Pemerintahan RIS pada
tanggal 27 Desember 1949 dilakukan secara bersamaan di dua tempat yakni :

1. Di Istana De daam, Amsterdam , Belanda dilakukan oleh Ratu Juliana, P.M. Dr. Willem Drees,
Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen,(wakil Belanda) dan Mohammad Hatta (wakiol
Indonesia)
2. Di Istana Merdeka Jakarta, Indonesia dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono IX (wakil
Indonesia) dan A.H.J. Lovink (wakil Belanda)

Sejak itulah RIS berdiri dengan Ir.Sukarno sebagai presiden dan Drs.Muh.Hatta sebagai Perdana mentrinya.
Namun kurang lebih RIS baru berumur enam bulan, beberapa daerah dibeberapa negara bagian RIS timbul
gerakan-gerakan yang ingin bergabung dengan RI kembali seperti bentuk negara yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 yakni NKRI. Factor-faktor penyebabnya adalah :
1. Bentuk negara RIS bertentangan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Pembentukan negara RIS tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
3. Bentuk RIS pada dasarnya merupakan warisan dari kolonial Belanda yang tetap ingin berkuasa di
Indonesia.
4. Berbagai masalah dan kendala politik, ekonomi, sosial, dan sumber daya manusia dihadapi oleh
negara-negara bagian RIS

Ada beberapa tahap dan proses kembalinya negara RIS ke NKRI.


a. Negara Pasundan tanggal 11 Maret 1950 bergabung ke RI.
b. Tanggal 22 April 1950 tinggal RI, NST, dan NIT.
c. Tanggal 19 Mei 1950 ditanda tangani piagam persetujuan pembentukan NKRI antara RIS dan RI
d. Tanggal 14 Agustus 1950 Senat dan DPR mengesahkan UUDS 1950.
e. Tanggal 15 Agustus 1950 Soekarno membacakan Piagam Persetujuan Kembali ke NKRI.
f. Tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi RIS berakhir dan terbentuk NKRI.

B. Pemilihan umum 1955 di tingkat pusat dan daerah


1. Keadaan NKRI sebelum Pemilu 1955
Kondisi perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 ada dua ciri yang
menonjol, yaitu munculnya banyak partai politik (multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/
pemerintahan. Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan, sistem demokrasi yang dianut adalah
Demokrasi Liberal Sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer. Pada masa ini perkembangan
partai politik diberikan ruang yang seluas-luasnya. Dari tahun 1950-1959, terdapat tujuh kabinet yang
memerintah. Yakni :
a. Kabinet Mohammad Natsir (7 September 1950 – Maret 1951)
b. Kabinet Sukiman (April 1951- Februari 1952)
c. Kabinet Wilopo (April 1952- Juni 1953)
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)
e. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret 1957)
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957 – April 1959)
2. Pelaksanaan Pemilu 1955
Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dilaksanakan oleh bangsa Indonesia.
Pemilu diselenggarakan pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap, dilaksanakan dalam dua tahap
yaitu tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR, dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota Badan Konstituante (Badan Pembentuk UUD). Hasil pemilu tahun 1955 memunculkan empat partai
yang memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57 wakil), Masyumi (57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI (39
wakil). Dari segi penyelenggaraan, pemilu tahun 1955 dapat dikatakan berjalan dengan bersih dan jujur karena
suara yang diberikan masyarakat mencerminkan aspirasi dan kehendak politik mereka.

3. Dampak persoalan hubungan pusat dan daerah terhadap kehidupan politik nasional dan daerah
sampai th 1960 an

Pemilu tahun 1955 ternyata tidak mampu menciptakan stabilitas poltik seperti yang diharapkan. Bahkan
muncul perpecahan antara pemerintahan pusat dengan beberapa daerah. Kondisi tersebut diperparah dengan
41
ketidakmampuan anggota Konstituante mencapai titik temu dalam menyusun UUD . Anggota Konstituante
terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok Islam dan kelompok nasionalis, kedua kelompok sulit mencapai
kata sepakat dalam pembahasan isi UUD. Dalam sidang sering terjadi perpecahan pendapat. Setiap wakil partai
memaksakan pendapatnya. Akibatnya gagal menghasilkan UUD. Hal ini mendorong presiden menganjurkan
konstituante untuk kembali menggunakan UUD 1945. Untuk mewujudkan anjuran tersebut maka, diadakan
pemungutan suara sampai tiga kali. Akan tetapi hasilnya belum mencapai batas quorum, dua pertiga suara.
Akibatnya Dewan Konstituante gagal mengambil keputusan.Untuk mengatasi masalah tersebut pada tanggal 5
Juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit. Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yaitu:
a. pembubaran Konstituante;
b. berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c. akan dibentuk MPRS dan DPAS.
Keluarnya Dekrit Presiden menandai berakhirnya Demokrasi Liberal dan dimulainya Demokrasi
Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuasaan presiden sangat besar sehingga cenderung ke arah otoriter.
Akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945. Berikut ini beberapa penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 yang terjadi semasa Demokrasi Terpimpin.
a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat
oleh presiden.
b. Pembentukan DPAS berdasarkan penpres No 3 th 1959 yang anggotanya di tunjuk oleh presiden
c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955. Karena menolak RAPBN yang diajukan oleh
pemerintah. Sebagai gantinya presiden membentuk DPR-GR yang anggotanya ditunjuk oleh
presiden.
d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita” yang dikenal sebagai ”Manipol” yang berintikan USDEK (UUD 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia)
ditapkan presiden pada penpres No.1 th 1960 tgl 29 Januari 1960.
e. Pengangkatan Ir.Sukarno sebagai presiden seumur hidup.
Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha menempatkan dirinya
sebagai golongan yang Pancasilais. Kekuatan politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden
Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di sampingnya. Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan
Presiden Soekarno sangat menguntungkan PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai unsur yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia. Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat PKI semakin
meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra sebagai partai yang paling manipolis dan
pendukung Bung Karno yang paling setia. Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan
program-programnya secara revolusioner. Bahkan mampu menguasai konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI
adalah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30 September 1965.

PERJUANGAN PEMBEBASAN IRIAN BARAT


A. Latar belakang perjuangan pengembalian Irian barat.
Berdasarkan hasil KMB di Denhaag(Belanda), status Irian barat masih merupakan daerah perselisihan
yang akan diselesaikan dalam waktu satu tahun setelah pengakuan kedaulatan. Tetapi ternyata pihak Belanda
tidak menepati janjinya, karena itu pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan
Irian barat kedalam wilayah Negara RI. Perjuangan tersebut dilakukan melalui dua cara yakni Perjuangan
Diplomasi dan Perjuangan Bersenjata (Konfrontasi).
1. Perjuangan Diplomasi.
Perjuangan diplomasi adalah perjuangan yang dilakukan melalui meja perundingan, yang pernah
ditempuh dengan berbagai usaha antara lain:
a. Konfrensi tingkat mentri Uni Indonesia-Belanda di Jakarta tanggal 24 Maret 1950 dan di Denhaag
Belanda Desember 1950, belum menghasilkan kesepakatan.
b. Diplomasi melalui forum PBB, belum dapat dukungan internasional.
c. Menjadi penyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 – 24 April
1955, semua yang hadir mendukung perjuangan Indonesia merebut Irian barat.
2. Perjuangan Bernjata (Konfrontasi)
Perjuangan Bersenjata (Konfrontasi) yang dilakukan bangsa Indonesia dalam usaha pembebasan Irian
Barat dapat dibedakan menjadi dua yakni :
a. Konfrontasi Ekonomi meliputi :
1. Pemogokan kaum buruh perusahaan Belanda tanggal 2 Desember 1957.
2. Pelarangan peredaran film, buku berbahasa Belanda serta penerbangan KLM di Inonesia.
3. Pemutusan hubungan konsulat dengan Belanda tanggal 5 Desember 1957.
4. Pengambil alihan perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia diatur dalam PP No.23 tahun
1958.
b. Konfrontasi politik dan militer meliputi :
1. Pembatalan hasil perundingan KMB secara sepihak oleh Indonesia pada tanggal 3 Mei 1956
yang diperkuat dengan dikeluarkannya UU no. 13 tahun 1956.
2. Mengadakan rapat-rapat umum pembebasan Irian Barat tanggal 18 November 1957 di Jakarta.

42
3. Pembentukan propinsi Irian Barat pada tanggal 17 Agustus 1957 dengan Ibukota Soasiu dan
mengangkat Sultan Tidore Muhammad Zaenal Abidin Syah sebagai Gubernur tanggal 23
September 1957.
4. Pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda tanggal 17 Agustus 1960 melalui pidato
Presiden Sukarno yang berjudul “Jarek”
5. Dalam pidatonya di Yogyakarta 19 Desember 1961 presiden Sukarno mengeluarkan intruksi
yang dikenal dengan “TRIKORA”(Tiga Komando Rakyat) yang isinya :
a. Gagalkan pembentukan boneka Papua buatan kolonial Belanda.
b. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat tanah air kita.
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air
Indonesia.

B. Pelaksanaan TRI KORA

Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dibentuk tanggal 2 Januari 1962 dengan Mayjend Suharto
sebagai pimpinan pelaksana (panglima) dibantu oleh Kol.Subono, Kol.Leo Watimena, Kol.Ahmad Tahir
sebagai Kepala Staf yang bermarkas di Ujung Pandang opersi Jaya Wijaya dimulai tanggal 14 Agustus 1962
meliputi 3 fase yakni :
1. Fase Infiltrasi yakni dengan melakukan penyusupan ke pos-pos pertahanan musuh.
2. Fase exploitasi yakni dengan melakukan serangan secara terbuka untuk merebut dan menduduki
pos-pos pertahanan musuh.
3. Fase konsilidasi yakni menegakkan kekuasaan RI secara mutlak diseluruh wilayah Irian Barat.
Pada tanggal 15 Januari 1962, tiga kapal Motor Torpedo Boat (MTB) berpatroli di laut Aru yakni KRI
Macan Tutul, KRI Harimau, dan KRI Macan Kumbang, turut serta pejabat Mabes.AL.Komodor Yos
Sudarso, Kol.Sudomo, Kol.Mursid dan para perwira staf lainnya, secara mendadak diserang oleh
pasukan Belanda yang mengakibatkan tenggelamnya KRI Macan Tutul beserta Komodor Yos Sudarso,
Kapten Wiratno dan awak kapal lainnya. Para sukarelawan ikut serta andil dalam perjuangan
pembebasan Irian barat, salah satunya adalah seorang wanita yakni Herlina yang kemudian
mendapatkan penghargaan pending emas.

C. Tanggapan Dunia Internasional terhadap masalah Irian Barat:


1. Seorang diplomat dari Amerika Serikat Ellswort Bunker mengusulkan “Rencana Bunker” pada bulan
Maret 1962, yang intinya meminta kepada Belanda agar Irian barat diserahkan kepada pemerintah
Republik Indonesia.
2. Tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani persetujuan New York antara Mentri Luar negeri Indonesia
Subandrio dan wakil Belanda Van Royen .
3. PBB membentuk UNSF (United Nation Security Foerces) yang bertugas untuk menjaga keamanan di
wilayah Irian Barat dipimpin oleh Brigjend Said Udin Khan dari Pakistan.
4. PBB membentuk UNTEA (United Nation Temporary Executive Authority) yang merupakan
pemerintahan sementara PBB di Irian Barat dibawah pimpinan Jalal Abduh dari Iran. Pada tanggal 1 Mei
1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia dan mengangkat E.J.Bonay
menjadi Gubernur di Irian Barat.
5. Sidang Umum PBB pada tanggal 19 November 1969 mengakui hasil Pepera (penentu pendapat rakyat)
yang menyatakan bahwa Irian barat bagian dari wilayah Indonesia

D. Penentu Pendapat Rakyat (PEPERA)


Pepara (penentu pendapat rakyat) ditempuh melalui 3 tahap yakni :
1. Tanggal 24 Maret 1969 berupa konsultasi dengan Dewan-dewan Kabupaten di Jayapura mengenai
tatacara penyelenggaraan Pepera.
2. Juni 1969 diadakan pemilihan anggota Dewan Musyawarah Pepera, berakhir pada Juni 1969.
3. Pelaksanaan Pepera yang diberlakukan di Kabupaten-kabupaten mulai tanggal 14 Juli 1969 di
Kabupaten Merauke dan berakhir tanggal 4 Agustus 1969 di Jayapura.

Pelaksanaan Pepera dalam setiap tahapnya disaksikan oleh Ortis Sanz (utusan sekjend PBB), dihadiri
Duta besar Belanda dan Australia. Hasilny dibawa oleh Ortis Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum
PBB 19 November 1969, atas resolusi Malaysia, Thailand, Belgia, Luxemburg dan Indonesia maka Sidang
Umum PBB menerima hasil-hasil Pepera yakni “Irian Barat tetap merupakan bagian dari Republik
Indonesia”.

STRATEGI NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERISTIWA MADIUN, DI/TII, G 30 S/PKI DAN


KONFLIK INTERNAL LAINYA

A. Peristiwa PKI / Madiun 1948 dan cara pemerintah menanggulanginya.


Pemberontakan PKI Madiun dipimpin oleh Muso. Ia seorang tokoh PKI yang pernah melakukan
pemberontakan pada tahun 1926. Dalam aksinya ia dibantu Amir syarifudin. Melalui propaganda anti
imperialisme barat dan dukungan terhadap Uni Soviet, Muso berusaha mempengaruhi masa, hingga
43
akhirnya usahanya berhasil menggabungkan Fron Demokrasi Rakyat (FDR), Partai Sosialis,Partai Buruh
dan sebagian anggota TNI bergabung kedalam PKI. Pemberontakan ini dimulai tanggal 18 September
1948 mereka meproklamasikan berdirinya Soviet RI di Madiun dengan menguasai beberapa daerah seperti
Madiun, Trenggalek, Purwodadi, Blora, Rembang, Pati dan Kudus. Penumpasan dilakukan melalui
operasi militer gabungan dari Jawa Tengah di pimpin Kol.Gatot Subroto, Jawa Timur (Kol.Sungkono),
Jawa Barat (Kol.Ali Sadikin) dan akhirnya tgl 30 September 1948 Madiun dapat direbut kembali, Muso
tertembak mati sedangkan Amir syarifudin ditangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, Purwodadi.
B. Peristiwa DI/TII dan cara pemerintah menanggulanginya
Pemberontakan DI/TII terjadi beberapa daerah seperti:
1. Pemberontakan DI/TII di Jawa barat diawali dengan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) di
pimpin oleh Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo pada tanggal 7 Agustus 1949 dengan pusat
Tasikmalaya. Penumpasan pemberontakan ini memerlukan waktu yang lama karena medannya
sulit,bergunung-gunung, dan penuh hutan rimba. Pada tanggal 4 Juni 1962 melalui operasi pagar betis
dan Bratayudha pasukan siliwangi berhasil menangkap Kartosuwirya dan dihukum mati pada tanggal
16 Agustus 1962.
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah semula terjadi di Jawa Tengah bagian utara (Brebes, Tegal dan
Pekalongan) dipimpin Amir Fatah Tgl 4 Desember 1951, kemudian meluas ke wilayah Selatan
(Kebumen, Gombong) di pimpin Mahfudh Abdul Rahman (Kyai Somalangu/Romo Pusat) dengan
mendirikan gerakan AUI (Angkatan Umat Islam), gerakan ini dibantu oleh Batalyon 423 dan 426.
Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh pasukan TNI melalui operasi Gerakan Banteng
Negara(GBN) oleh pasukan Banteng Reders yang dipimpin Let.Kol. Sarbini, Let.Kol Bakhrun dan
Let.Kol. Ahmad Yani.
3. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan selatan di pimpin Ibnu Hajar dengan membentuk pasukan
Kesatuan Rakyat Tertindas (KRYT) menyerang pos-pos polisi dan membuat kekacauan. Pada tahun
1959 gerakan ini dapat ditumpas sedangkan Ibnu Hajar menyerahkan pada Juli 1963 dan dihukum
mati.
4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin Kahar Muzakar, pada tanggal 30 April 1950 ia
menuntut agar KGSS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam APRIS dengan nama
Brigade Hasanudin, tetapi ditolak sehingga pada bulan Agustus 1951 mereka mengadakan
pemberontakan dan pada januari 1952 ia menyatkan SulaWESI Selatan sebagai bagian dari NII
Kartosuwiryo. Penumpasan dilakukan pasukan TNI gabungan dipimpin …..dan pada tanggal 3
Februari Kahar Muzakar tertembak mati.
5. Pemberontakan DI/TII di Aceh berawal dari ditetapkannya Daerah Istimewa Aceh menjadi
karesidenan dibawah propinsi Sumatra Utara oleh pemerintah. Karena itu pada tanggal 20 September
1953 Daud Beureueh dan pengikutnya memproklamasikan Aceh sebagai bagian dari NII Kartosuwiryo.
Atas usul pangdam 1 M.Yasin akhirnya pemberontakan ini dapat diselesaikan melalui musyawarah
kerukunan rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962.
C. Peristiwa APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) dan cara pemerintah menanggulanginya.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling pada tanggal 23 Januari 1950
mengultimatum pemerintah agar APRA diakui sebagai tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya
Negara Pasundan. Setelah menyerang Bandung dan menguasai Devisi Siliwangi, Westerling lari ke
Jakarta untuk menangkap dan membunuh beberapa mentri RIS seperti Mentri Pertahanan Sultan
Hamenkubuono IX tetapi gagal. Tidak lama kemudian diketahui Sultan Hamid II merupakan otak dan
dalang dari pemberontakan tersebut, pada tanggal 4 April 1950 Sultan Hamid II ditangkap sedangkan
Raemond Westerling berhasil melarikan diri keluar negeri dengan menggunakan pesawat Angkatan Laut
Belanda Catalina.

D. Pemberontakan Andi Azis


Pemberontakan ini terjadi di Sulawesi Selatan dipimpin Kapten Andi Azis mantan perwira KNIL
dengan tujuan mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT) dan menolak kedatangan TNI
dari Jawa yang dipimpin Mayor H.V.Worang. Tanggal 5 April 1950 andi Azis menyerang pos-pos militer
dan menawan panlima territorial Indonesia Timur Letkol.Achmad Yunus Mokoginta. Pasukan gabungan
AD,AL,AU dan Kepolisian dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang akhirnya berhasil menangkap
Andi Azis pada tahun 1953 dan Mahkamah Militer menjatuhi hukuman 15 tahun penjara. Pemberontakan
ini didalangi oleh Mr.Dr.CH.Soumokil mantan jaksa agung NIT.

E. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Terjadi di Maluku Maluku selatan di pimpin oleh Mr.Dr.CH.Soumokil setelah gagal dalam
pemberontakan Andi Azis. Pada awalnya pemberontakan diselesaikan dengan cara damai melalui
Dr.Leimena tetapi gagal, akhirnya pemerintah mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Kolonel Alex
Kawilarang. November 1950 Kota Ambon dapat dikuasai oleh TNI dan mengepung benteng New Victoria
yang menjadi benteng pertahanan RMS, dalam peristiwa ini gugur Kolonel Slamet Riyadi. TAnggal 2
Desember 1963 Mr.Dr.CH.Soumokil berhasil ditangkap dan Mahkamah Militer menjatuhi hukuman mati.

F. Pemberontakan PRRI/Permesta
Pemberontakan ini berawal dari pertentanga antara pusat dan daerah mengenai masalah otonomi dan
perimbangan keuangan dan berlanjut dengan munculnya beberapa dewan daerah seperti :
44
a. Dewan Banteng di Sumatra Barat 20 Desember 1956 oleh Letkol Achmad Husain
a. Dewan Gajah di Medan 22 Desember 1956 oleh Kolonel Maludin Simbolon.
b. Dewan Garuda di Sumatra Selatan oleh Kolonel Berlian
c. Dewan Manguni di Sulawesi Utara (Manado) 18 Februari 1957 oleh Letkol.Ventje Sumual
Tgl 10 Februari 1958 Achmad Husain menyampaikan ultimatum pada pemerintah pusat yang isinya :
a. Dalam waktu 5 x 24 jam Kabinet Juanda harus menyerahkan mandatnya kepada presiden atau presiden
mencabut cabinet Juanda.
b. Presiden menugaskan Drs.Moh.Hattadan Sultan Hamengkubuono IX untuk membentuk Zaken
Kabinet.
c. Meminta kepada presiden supaya kembali kedudukannya sebagai presiden konstitusional.

Sementara itu tanggal 2 Maret 1957 Vantje Sumual telah memproklamasikan berdirinya Permesta
(Perjuangan Rakyat Semesta). Tanggal 11 Februari 1958 Pemerintah menolak ultimatum tersebut dan
memecat denga tidak hormat Letkol Achmad Husain, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dahlan Jambek,
Kolonel Ventje Sumual dan Kolonel Maludin Simbolon. Karena itu pada tanggal 15 Februari 1958
Achmad Husain memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
dengn Safrudin Prawira Negara sebagai Perdana Mentri. Pada tanggal 17 Februari 1958 Letkol D.J.Somba
Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah menyatakan bergabung dalam PRRI.Penumpasan
Pemberontakan PRRI oleh pemerintah dilakukan melalui berbagai operasi yakni :
a. Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution berhasil merebut kembali daerah Riau dan Pakan
Baru tanggal 12 Maret 1958.
b. Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani berhasil merebut daerah Padang dan Bukit Tinggi
pada 21 Mei 1958.
c. Operasi Sapta Marga dipimpin oleh Brigjend Jati Kusumo mengamankan daerah Sumatra Utara
d. Operasi Sadar dipimpin oleh Letkol Dr.Ibnu Sutowo mengamankan daerah Sumatra Selatan.
Pada tanggal 29 Mei 961 Letkol Achmad Husain menyerah dan diikuti tokoh-tokoh PRRI lainya.
Sedangkan untuk menumpas pemberontakan Permesta, pemerintah mengirimkan pasukan gabungan
melalui operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat melakukan Operasi Sapta
Marga I,II,III dan IV serta melakukan Operasi Mina I dan II. Melaui operasi tersebut Gerakan Permesta
berhasil ditumpas meskipun mendapat bantuan dari Amerika Serikat, terbukti dengan ditembak jatuhnya
pesawat yang dikemudikan Allan Pope warga Negara AS. Peristiwa yang berkaitan dengan
Pemberontakan PRRI dan Permesta adalah peristiwa penembakan Istan Bogor dan Istana Merdeka yang
dilakukan oleh Mauka. Mereka menuntut agar pemerintah mau mengadakan perundingan dengan pihak
PRRI dan Permesta. Pada tanggal 16 Juli 1960 aksin ya berhasil dilumpuhkan dan Maukar dijatuhi
hukuman mati.

G. Pemberontakan G 30 S/PKI
Sudah menjadi rahasia umum bahwa komunis dimana saja mempunyai tujuan akhir merebut kekuasaan,
termasuk di Indonesia beberapa kali usaha perebutan kekuasaan dilakukan PKI, diantaranya pada tahun
1926 di Jawa dan Sumatra, tahun 1948 di Madiun, tahun 1955 melalui Pemilu dan tahun 1965 di Jakarta,
Yogyakarta dan sekitarnya. Pada akhir tahun 1963, PKI melancarkan sebuah gerakan yang disebut “aksi
sepihak”. Para petani dan buruh, dibantu para kader PKI, mengambil alih tanah penduduk, melakukan aksi
demonstrasi dan pemogokan. Untuk melancarkan kudeta, maka PKI membentuk Biro Khusus yang diketuai
oleh Syam Kamaruzaman. Biro Khusus tersebut mempunyai tugas-tugas berikut :
a. Menyebarluaskan pengaruh dan ideologi PKI ke dalam tubuh ABRI.
b. Membentuk Ormas PKI seperti: Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani),
Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Pemuda Rakyat, Lembaga Kesenian Rakyat
(Lekra) dll.
c. Menyatakan PKI sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan menaikkan gaji dan upah
buruh, pembagian tanah dengan adil
d. Menghancurkan lawan-lawan politiknya dengan mendukung pemerintah untuk membubarkan Masyumi,
Murba dan Manikebu (Manifesto Kebudayaan)
e. Menghasut rakyat untuk melakukan aksi-aksi sepihak, seperti Perampasan tanah di Bandar Betsy
Sumatra Utara, Penganiayaan terhadap pelajar Islam Indonesia (PII) di Kanigoro Jawa Timur
Memasuki tahun 1965 pertentangan antara PKI dengan Angkatan Darat semakin meningkat. D.N. Aidit
sebagai pemimpin PKI beserta Biro Khususnya, mulai melakukan siasat-siasat untuk melawan komando
puncak AD , seperti :
a. Memojokkan dan mencemarkan komando AD dengan tuduhan terlibat dalam persekongkolan
(konspirasi) menentang RI, karena bekerja sama dengan Inggris dan Amerika Serikat.
b. Menuduh komando puncak AD telah membentuk “Dewan Jenderal” untuk menggulingkan Presiden
Soekarno.
c. Mengisolir komando AD dari angkatan-angkatan lain.
d. Mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari para buruh dan
petani yang dipersenjatai.
Ketegangan politik antara PKI dan TNI AD mencapai puncaknya setelah tanggal 30 September 1965 dini
hari, atau awal tanggal 1 Oktober 1965. Pada saat itu terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para
perwira Angkatan Darat. Peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira AD, kemudian
45
dikenal Gerakan 30 S/PKI yang di pimpin oleh Letkol Untung Komandan Bataliyon I Cakrabirawa. Korban
penculikan PKI ada 10 orang, yaitu 8 orang di Jakarta dan 2 orang di Yogyakarta. Mereka diangkat sebagai
Pahlawan Revolusi. Berikut ini para korban keganasan PKI.
a. Di Jakarta
1) Letjen Ahmad Yani, Men/Pangad.
2) Mayjen S.Parman, Asisten I Men/Pangad.
3) Mayjen R. Suprapto, Deputi II Men/Pangad.
4) Mayjen Haryono, M.T, Deputi III Men/Pangad.
5) Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad.
6) Brigjen Sutoyo S, Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD.
7) Lettu Piere Andreas Tendean, Ajudan Menko Hankam/ Kepala Staf Angkatan bersenjata.
8) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun, Pengawal rumah Wakil P.M. II Dr. J. Leimena.
Jenderal Nasution berhasil meloloskan diri. Akan tetapi putrinya Ade Irma Suryani tertembak yang
akhirnya meninggal tanggal 6 Oktober 1965
b. Di Yogyakarta
1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072 Yogyakarta.
2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem 072 Yogyakarta.

Pada hari Jum’at pagi tanggal 1 Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah menguasai dua buah sarana
komunikasi vital, yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di
Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15 disiarkan pengumuman
tentang Gerakan 30 September. Dalam pidatonya, Letkol Untung mengatakan bahwa :
a. Telah terjadi Kudeta yang dilakukan Dewan Jendral tetapi berhasil digagalkan oleh TNI AD
b. Untuk sementara waktu Kabinet Dwikora Didemisioner, sebagai gantinya di bentuk Dewan Revolusi
dibawah pimpinan Letkol Untung.
c. Penghapusan Pangkat Jendral, pangkat tertinggi dalam TNI adalah Letkol.
d. Bebrapa TNI yang
Untuk menumpas kekuatan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Setelah berhasil menghimpun
pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Kaveleri, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang
dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, Panglima Kostrad, mulai memimpin operasi penumpasan. Pada
tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan Telkom telah dapat diambil alih oleh
pasukan RPKAD tanpa pertumpahan darah. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa
hal penting berikut melalui RRI:
a. Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.
b. Dewan Revolusi Indonesia didemisioner.
c. Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali Bandara Halim
Perdanakusuma. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama Sukitman berhasil
ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan jenazah para perwira AD. Pada tanggal 5 Oktober
1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi. Untuk
menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang dipimpin
oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah memakan waktu
yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat dan sulit mengidentifikasi
antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30 S/PKI di beberapa daerah dilakukan
operasi-operasi militer berikut:
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel Wetermin.
Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N. Aidit dapat ditembak mati diBoyolali
dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.

PERISTIWA POLITIK ORDE BARU DAN LAHIRNYA REFORMASI


A. PERISTIWA POLITIK PENTING PADA MASA ORBA (ORDE BARU)
Setelah terjadinya drama berdarah Gerakan 30 September 1965 yang notabene dilakukan oleh PKI,
pihak-pihak yang masih loyal dan setia terhadap Pancasila dan UUD 1945 terus melakukan reaksi baik
dari kalangan mahasiswa yang kemudian membentuk KAMI, kalangan pelajar KAPI, kalangan pemuda
pelajar KAPPI , organisasi profesi (KAGI, Petani dll), maupun organisasi massa yang lain, mereka terus
menuntut pemerintah untuk segera mengatasi kemelut yang terjadi , bahkan mereka bersatu membentuk
“Fron Pancasila” dan mengajukan tiga tuntutan yang dikenal dengan “TRI TURA” (Tiga Tuntutan
Rakyat) yakni
1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya
2. Bersihkan kabinet dari unsur G.30.S.PKI.
1. Turunkan harga dan perbaikan ekonomi
Tanggal 11 Maret 1966 pada saat sidang Kabinet Dwi Kora sedang berlangsung , muncul laporan bahwa
diluar gedung siding terdapat beberapa pasukan yeng tidak menggunakan tanda pengenal (mencurigakan).
Karena itu presiden Sukarno segera meninggalkan siding dan pergi ke Istana Bogor bersama Waperdam I
46
Subandrio yang kemudian disusul Waperdam II Dr.J.Leimena setelah menutup sidang kabinet Dwikora.
Tiga perwira TNI angkatan darat yakni Mayjend.Basuki Rahmat, Brigjend M.Yusuf dan Brigjend.Amir
Mahmud setelah minta ijin Letjend Suharto selaku Pangkostrad dan Pangkomkamtib segera menyusul
presiden Sukarno ke Istana Bogor dan menyampaikan pesan dari Letjend Suharto yang intinya TNI
Angkatan Darat masih tetap setia kepada Presiden , siap untuk menyelesaikan masalah dan kemelut
politik serta siap memulihkan keamanan dan ketertiban jika diminta.
Karena perkembangan situasi politik dan ekonomi yang semakin genting, Presiden Soekarno kemudian
mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letjen.Suharto selaku PANGAD (Panglima Angkatan
Darat) untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memulihkan keamanan dan
kewibawaan pemerintah. Surat perintah ini yang kemudian dikenal dengan “SUPER SEMAR” yang
kemudian menjadi tonggak awal Orde Baru yang bertekad meletakkan kembali landasan Konstitusionil
dan landasan Idiil ( UUD.1945 dan Pancasila ).
Tanggal 12 Maret 1966 berdasarkan Kepres.No.1/ 3/ 1966 . Letnan Jendral Suharto selaku Panglima
Komando keamanan dan ketertiban dan pengemban Super Semar segera membubarkan PKI dan ormas-
ormasnya serta melarang idiologi (faham) Komunis tumbuh di Indonesia .Tanggal 18 Maret 1966 mulai
dilakukan pembersihan Kabinet dari pengaruh unsure-unsur PKI serta mengadili orang-orang yang terlibat
dalam gerakan 30 September PKI. Tanggal 5 Juli 1966 MPRS 1966 mengukuhkan Surat perintah 11
Maret 1966 dalam Tap MPRS. N0.IX / MPRS / 1966, serta mengeluarkan Tap MPRS. N0. XIII / MPRS /
1966 tentang mandate yang diberikan kepada Letnan Jendral Suharto untuk membentuk Kabinet Ampera
yang tugas pokoknya disebut DWI DHARMA dan CATUR KARYA yakni :
DWI DHARMA (dua tugas pokok) meliputi :
1. Mengusahakan stabilitas politik
2. Menmgusahakan stabilitas ekonomi
CATUR KARYA (empat program) meliputi :
1. Perbaikan ekonomi rakyat
2. Pelaksanaan pemilihan umum yang berazaskan LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan
Rahasia)
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif
4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme.
Tanggal 11 Agustus 1966 dilakukan Normalisasi hubungan dengan Malaysia dan mengakhiri segala
permusuhan dengan Negara tetangga tersebut. Normalisasi hubungan ini ditandai dengan
penandatanganan kerja sama Indonesia Malaysia tanggal 11 Agustus 1966 oleh Mentri Luar negeri
Indonesia Adam Malik dan Mentri luarnegeri Malaysia Tun Abdul Razak.
Tanggal 28 September 1966 Indonesia aktif kembali menjadi anggota PBB yang dulu pada masa
pemerintahan Presiden Sukarno pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 7
Januari 1965 karena kecewa terhadap masuknya Malaysia sebagai anggota Dewan keamanan PBB tidak
tetap dan menuduh bahwa PBB telah dipengaruhi oleh kelompok kapitalis liberal.
Tanggal 12 Maret 1967 MPRS mencabut kekuasaan Pemerintahan Presiden Sukarno setelah pidato
pertanggung jawaban Presiden Sukarno yang berjudul “Nawak Sara” ditolak oleh MPRS dan mengankat
Jendral Suharto sebagai Pejabat Presiden hingga terpilihnya presiden dari hasil pemilu. Pengangkatan
jabatan ini berdasarkan pada Tap MPRS.N0.XXXIII / MPRS / 1967.
Tanggal 8 Agustus 1967 dilakukan penandatanganan kerjasama Negara-negara Asia Tenggara (Indonesia,
Malaysia, Singapura, Philipina dan Thailand) dalam konfrensi yang di selenggarakan di Bangkok oleh lima
menteri luar negeri negara-negara diatas yakni Adam Malik (Indonesia) Tun Abdul Razak
(Malaysia)Thanat Koman(Thailand), Simothi Rajaratnam(Singapura) ,Narsisco Ramos(Philipina).
Tanggal 3 Juli 1971 dilaksanakan Pemilu I masa orde Baru yang diikuti 9 partai politik dan Galongan
Karya yang di atur dengan UU no 15 th 1969.
Tanggal 2 Maret 1977 dilaksanakan Pemilu ke II masa orde baru yang diikuti oleh tiga organisasi peserta
pemilu yang terdiri dari dua partai politik yakni PDI dan PPP dan satu golongan kekaryaan (GOLKAR)
yang selanjutnya pemilu pada masa orde baru ini selalu diikuti oleh tiga peserta kontestan pemilu diatas
yakni tanggal 4 Mei 1982, 23 April 1987, 9 Juni 1992 serta pemilu tahun 1998 yang selalu dimenangkan
oleh GOLKAR.
Tanggal 21 Maret 1978 presiden Suharto mengusulkan agar Pancasila yang sudah menjadi dasar idiologi
bangsa ntuk lebih diresapi, dihayati dan diamalkan sebagaimana mestinya sehinga tidak terjadi tindakan
penyimpangan lagi kemudian ditetapkan oleh MPR RI N0.II/MPR/1978 tentang P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

B. PERKEMBANGAN EKONOMI PADA MASA ORDE BARU


Sistem ekonomi terpimpin yang diterapkan selama masa demokrasi terpimpin ternyata membawa
akibat kerusakan ekonomi di Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin Negara, beserta aparatur ekonomi
negara sangat mendominasi penuh kegiatan ekonomi, sehingga mematikan potensi dan daya kreasi unit-
unit ekonomi diluar sektor Negara, pada masa itu semua kebijakan ekonomi diatur oleh pusat (satu tangan)
dan mengarah pada struktur ekonom “Etatisme”seperti struktur ekonomi yang diterapkan pada Negara-
negara sosialis yang justru berakibat menurunya kegiatan-kegiatan perekonomian. Pada akhirnya keadaan
perekonomian mengalami inflasi yang cukup parah. Bahkan pada akhir tahun 1965 inflasi telah mencapai
65% yang diikuti dengan kemerosotan ekonom disegala bidang. Secara khsus sebab-sebab pokok
kemerosotan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin adalah :
47
1. Penanganan atau penyelesian ekonomi yang tidak rasional dan lebih bersifat politis.
2. Tidakadanya kontrol/pengawasan yang efektif dari DPR terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.
3. Tidakadanya ukuran yang obyektif dalam menilai suatu hasil usaha.
Keluarnya Tap MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembaharuan kebijakan landasan ekonomi,
keuangan dan pembangunan, pada hakekatnya merupakan konsepsi strategis dan tepat untuk
menanggulangi kemerosotan ekonomi tersebut. Oleh karena itu MPRS menggariskan 3 macam program
yang harus diselesaikan secara bertahap yakni :
1. Program penyelamatan.
2. Program stabilitasi dan rehabilitasi dengan skala prioritas :
a. Pengendalian inflasi.
b. Pencakupan kebutuhan pangan.
c. Rehabilitasi prasarana ekonomi
d. Peningkatan kegiatan ekspor.
3. Program pembagunan.
Untuk merealisasi program-program tersebut pada tanggal 11 Agustus 1966 dibentuk DSEN
(Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional) yang bertugas merumuskan kebijakan-kebijakan dibidang
ekonomi, menyusun program dan mengendalikan pelaksanaan dengan tujuan mewujudkan stabilitas
ekonomi nasional secepatnya.
Pembangunan nasional yang dilakukan berpedoman pada TRILOGI PEMBANGUNAN dan delapan (8)
jalur pemerataan yakni :
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2. Pertumbuhanekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.
8 Jalur Pemerataan yakni :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat (pangan, sandang, papan).
2. Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan bagi generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh wilayah Indosesia.
8. Pemerataan memperoleh keadilan
Inti dari kedua pedoman diatas adalah Kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil. Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukakan secara bertahap baik
pembangunan jangka panjang maupun pembangunan jangka pendek. Pembanunan nasional jangka
panjang mencakup kurun waktu 25,sedangkan pembangunan jangka pendek dalam kurun waktu 5 tahun
yang dikenal dengan PELITA (Pembanunan Lima Tahun) yang dimulai sejak 1 April 1969 sampai 31
Maret 1974 yang menitik beratkan sektor pertanian. Secara garis besar pelaksanaan dan keberhasilan
pembangunan nasional berencana sejak tahun 1969-1997 (PELITA I sampai PELITA IV) digambarkan
oleh pemerintah orde baru sebagai berikut:
1. Naiknya produksi dan jasa disegala bidang.
2. Naiknya pendapatan dan kemakmuran sebagian besar rakyat.
3. Meningkatnya kemampuan Negara dalam menghimpun dana baik dari dalam maupun luar negeri.
4. Makin bertambahnya sarana pendidikan, kesehatan, olah raga, ibadah, perumahan dan lain-lain.

C. MASA ORDE REFORMASI


Krisis moneter yang terjadi di beberapa Negara Asia Tenggara sejak Juli 1977 berimbas juga ke Indnesia.
Terjadinya krisis moneter yang meluas menjadi krisis ekonomi di Indonesia di sebabkan antara lain:
1. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
2. Harga-harga barang yang melambung naik.
3. Banyaknya kredit macet
4. Banyaknya bank-bank bermasalah yang dilikuidasi.
5. Maraknya praktek Koropsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
6. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan pasal 33 UUD 1945.
7. Adanya politik sentralisasi.
Gejala yang mengarah pada terjadinya krisis berawal dari situasi politik yang semakin memanas, apalagi
setelah pemilu 1997 dimenangkan kembali oleh Golkar sebagai single mayority partai dan dicalonkannya
Presiden Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan berikutnya, banyak penyimpangan yang terjadi dibidang
poltik antara lain:
1. Demokrasi tidak di laksanakan sebagaimana mestinya.
2. Banyak anggota DPR/ MPR yang lebih menekankan pada system keluarga (nepotisme).

48
3. Terjadinya ketidak adilan dalam bidang hukum, hukum sering dijadikan sebagai pembenaran atas
kebijaksanaan penguasa, sehingga sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan.
4. Orientasi politik pemerintah orde baru yang lebih dekat dengan Negara-nagara barat.

Tujuan reformasi adalah memperbaharui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam bidang politik, ekonomi dan hukum. Sedangkan
agenda reformasinya adalah :
1. Adili Suharto dan kroni-kroninya.
2. Amandemen UUD 1945.
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI.
4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya.
5. Penegakan supremasi hukum
6. Pemerintahan yang bersih dari KKN.

LATAR BELAKANG DAN JALANNYA REFORMASI


Reformasi yang digerakkan oleh para mahasiswa disebabkan karena banyaknya penyelewengan dan
penyimpangan terhadap pancasila dan UUD 1945 yang dilakukan oleh para penguasa orde baru selama
berkuasa. Melihat semakin terpuruknya perekonomian dan menggilanya praktek KKN dan ketidakadilan maka
pada bulan Mei 1998 mahasiswa diberbagai daerah di Indonesia menggelar unjukrasa dan aksi keprihatinan
yang menuntut penurunan harga sembako, diberantasnya KKN sampai keakar-akarnya dan turunnya Presiden
Suharto dari kursi kepresidenan. Arus demonstrasi semakin memanas setelah terjadinya peristiwa Semanggi 12
Mei 1998 dengan gugurnya 4 mahasiswa dari Universitas Trisakti yakni Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto,
Hendriawan Sil, Hafidin Royan. Akibat tewasnya 4 mahasiswa TriSakti tersebut menyulut terjadinya
kerusuhan massa tanggal 13 dan 14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya. Tanggal 14 Mei 1998 para mahasiswa
berhasil menduduki gedung DPR/MPR di Jakarta. Akibat desakan dan tuntutan para mahasiswa dan
masyarakat, maka pada tanggal 21 Mei 1998 jam 10.00WIB, presiden Suharto meletakkan jabatannya dan
mennjuk BJ. Habibi menjadi presiden.
Langkah-langkah yng ditempuh Habibi setelah menjadi presiden yakni :
1. Memberikan kebebasan pers
2. Melepaskan narapidana politik
3. Memberikan kebebasan mendirikan partai politik.
4. Pemisahan TNI & POLRI.
5. Pemberian otonomi luas bagi Timor timur.
Reformasi yang dilakukan luas oleh Habibi pada awalnya memberi harapan baru, tetapi dilain pihak
muncul masalah-masalah baru seperti penegakan supremasi hukum, HAM, kerusuhan Ambon, kerusuhan di
Sambas(Kalimantan), Baligate, GAM dan lain-lain. Pada saat pidato pertanggungjawaban presiden tanggal 15
Oktober 1999 akhirnya ditolak oleh sidang umum MPR karena dinilai tidak akurat dan cenderung
manipulatife. Selanjutnya diadakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden untuk masa jabatan tahun
1999-2004 dan yang terpilih sebagai presiden adalah Abdurahman Wahid (Gus Dur) sedangkan Megawati
Sukarno Putri sebagai Wakil Presiden. Namun ditengah-tengah kepemimpinan Gus Dur terjadi penyimpangan
kekuasaan dengan membekukan DPR dan MPR. Oleh karena itu MPR segera mengadakan sidang istimewa
dan miencabut mandatnya Gus Dur dari presiden RI yang kemudian digantikan oleh Megawati Sukarno Putri
dan mengangkat Hamzah Haz sebagai wakilnya.
Pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati ternyata justru muncul persoalan-persoalan baru seperti:
1. Ancaman disintegrasi diberbagai daerah.
2. Konflik antar etnik dan anta elit politik.
3. Semakin meningatnya jumlah pengangguran dan utang luar negri.
4. Menurunnya kepercayaan investor asing.

49

Anda mungkin juga menyukai