Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Penemuan Artefak di Indonesia

Pada umumnya peninggalan artefak di Indonesia berasala dari zaman pra-aksara. Praaksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara
berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum
manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan
masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan.
Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga
dengan masa aksara atau masa sejarah.

1.
2.
3.
4.

Kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari peninggalanpeninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu
dapat berupa artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala. Bendabenda tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan
kehidupan manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia,
hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada kita mengenai
pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara. Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia,
tumbuhan, dan binatang yang telah membatu itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
Secara umum peninggalan-peninggalan pada zaman praaksara dapat dibagi menjadi
dua yaitu peninggalan zaman batu dan peninggalan zaman logam(besi dan perunggu).
Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa pra aksara pada dasarnya dibagi menjadi
empat, yaitu:
Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat awal
Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut
Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa bercocok tanam
Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Perundagian (pertukangan)
Pada saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah
maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan
makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulah
kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan
berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah
(nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang menetap.
Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.

1.

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Manusia pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup
mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan
mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindahpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan.

Binatang apa yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain babi,
rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan yang mereka
lakukan di hutan-hutan, disekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil
ditangkap biasanya mereka bakar sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu,
mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuhtumbuhan yang bisa dimakan.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan
makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat menyediakan makanannya
sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu memproduksi tumbuhtumbuhan dan
mengembangbiakan binatang ternak. Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan
yang semula tumbuh liar, seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah
tumbuhan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti
halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam,
manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindahpindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi.
3. Masa Megalithikum
Pada masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya
bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum. Bangunan megalithikum ini
diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok tanam dan masa perundagian.
Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut.
a.
Menhir
b. Dolmen
c.
Sarkopagus atau keranda
d. Kubur batu
e.
Punden berundak-undak
f.
Waruga
g. Arca.
4. Masa Perundagian
Ciri utama zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam
pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari logam.
Walaupun sudah mengenal logam, tidakberarti penggunaan barang-barang dari batu tidak
digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.
Barang-barang yang dihasilkan pada masa perundagian ini dengan cara dicetak. Proses
pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a.
teknik bivolve
b. teknik a cire perdue
Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu adalah sebagai berikut:
nekara
kapak corong

bejana perunggu
arca-arca perunggu
perhiasan.
Karen Zaman prasejarah tidak meninggalkan tulisan,tetapi meninggalkan bendabenda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan tersebut dinamakan artefak.
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi
menjadi:
1. ZAMAN PALAEOLITHIKUM
Pada jaman palaeolithikum, manusia telah berusaha memperlengkapi tubuhnya untuk
bertahan hidup. Dari situlah mereka mulai menggunakan alat-alat yang mereka temukan dari
alam, Hasil-hasil kebudayaan yang tertua di Indonesia ditemukan di sekitar daerah Pacitan
dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan di tahun 1935, ditemukan alat-alat semacam kapak yang
dinamakan kapak genggam oleh von Koenigswald di dekat Pacitan.
Alat itu serupa kapak tetapi tidak bertangkai dan digunakan dengan cara digenggam
dalam tangan. Kapak-kapak yangditemukan dikerjakan dengan kasar. Alat-alat pacitan ini
disebut chopper (alat penetak). Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak
perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.Pembuatan
kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan
sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur)
ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut
bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun
fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta
menangkap ikan.
Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat
alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih.
Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna
seperti calsedon.
2. ZAMAN MESOLITHIKUM
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan
Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut
sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan
sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger
dan Abris sous Roche.
Kjokkenmoddinger Suatu corak istimewa dari jaman ini adalah peninggalan yang
disebut sebagai Kjokkenmoddinger yang diambil dari bahasa Denmark kjokken yang berarti
dapur danmodding yang berarti sampah yang kemudian arti harafiahnya berarti sampah

dapur.Peninggalan ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra Timur Laut. Bekasbekas ini menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumahrumah bertonggak. Hidupnya terutama dari siput dan kerang. Kulit-kulit dari siput dan
kerangitu dibuang selama bertahun-tahun sehingga membentuk bukit kerang yang tinggi.
Bukit inilah yang disebut sebagai kjokkenmoddinger. Dari dalam bukit-bukit kerang itu
ditemukan banyak kapak genggam yang berbeda dari chopper. Kapak tersebutselanjutnya
disebut pebble atau kapak Sumatra. Terbuat dari batu kaliyang dipecah atau dibelah. Sebuah
kapak lagi ditemukan yang terdapat hanya di jaman mesolithikum, yangdisebut sebagai hache
courte. Kapak ini kira-kira berbentuk setengah lingkaran danseperti kapak genggam juga
dibuatnya dengan memukuli dan memecahkan batu, dantidak diasah. Sisi tajamnya berada
pada sisi lengkung.
Selain kapak-kapak yangditemukan di bukit kerang tersebut, ditemukan pula berbagai
pipisan (batu penggiling serta landasannya). Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk
menggiling makanan tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang ada dari bekasbekasnya.
Abris Sous Roche gua yang dipakai sebagai tempat tinggal. Gua-gua itu sebenarnya
lebih menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan
terhadap hujan dan panas. Di dalam dasar gua itu didapatkan banyak peninggalan
kebudayaan dari jenis palaeolithikum hingga permulaan mesolithikum walaupun sebagian
besar dari jaman mesolithikum. Alat-alat yang ditemukan banyak sekali seperti alat-alat batu,
seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah, alatalat dari tulang dan tanduk rusa dan juga alat-alat dari perunggu atau besi. Begian terbesar
dari alat-alat yang ditemukan itu terdiri dari alat-alat tulang,sehingga timbul istilah Sampung
Bone-Culture.
Di daerah Bandung ditemukan hasil-hasil kebudayaan berupa flakes yang dibuatdari
batu indah yang hitam warnanya, yaitu obsidian. Flakes obsidian tersebut biasa disebut
microlith yang artinya batu kecil. Karena flakes juga banyak yang berukurankecil, maka
dibuat perbedaan antra microlith dengan flakes kecil. Maka yang dinamakan microlith adalah
alat-alat betu kecil yang bentuknya geometris (segitiga, trapezium, atau setengah lingkaran)
sedangkan yang sisinya tidak tajam diberi gerigi. Selain flakes dari obsidian, ditemukan
pula pecahan tembikar dan benda-benda perunggu.
Hasil-hasil Kesenian
Di antara alat-alat batu yang ditemukan di kjokkenmoddinger ada dua buah
kapak yang diberi hiasan, yang satu digambar dengan garis-garis sejajar dan yang lain
digambar dengan semacam gambar mata. Di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan
ditemukangambar berwarna seekor babi hutan sedang lari dan di beberapa gua lainnya
terdapat cap tangan yang berwarna merah.

3. ZAMAN NEOLITHIKUM
Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di seluruh
kepulauan kita. Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan
Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan Mesolithikum yang
ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.
Dikatakan bahwa Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam
peradaban Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud
dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal bercocok
tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan kepandaian membuat
rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala
peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan
cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan
membuat periuk belanga,sangat mendapat kemajuan. Menurut alat-alatnya yang ditemukan
dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan
besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong.
KAPAK PERSEGI
Nama kapak Persegi itu berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada
penampang-alang dari alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk
Trapesium.Yang dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi
banyak lagi alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu
beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan
kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung sedikit, dan diberi bertangkai
yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu. Untuk kapak biasa dibuat dari batu api. Untuk
kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat upacara,tanda
kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.
Kapak Chalcedon
Kapak-kapak persegi ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra,Jawa,dan
Bali.Di bagian Timur Negeri kita,ialah Nusa Tenggara,Maluku,Sulawesi ,dan juga di
Kalimantan,di Malaysia barat dan Hindia Belakang,sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita dari daratan Asia melalui
jalan barat.
Kapak Lonjong
Nama Kapak Lonjong itu didasarkan atas penampang-alangnya yang berbentuk
lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bundar telor.Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di
tangkai dan ujung lainnya yang bulat diasah sehingga tajam. Diantara kapak-kapak Lonjong
itu ada pula yang rupanya hanya dipergunakan untuk Upacara Saja.Dibuatnya dari batu yang
lebih bagus dari yang untuk perkakas biasa,dan dikerjakannya lebih halus pula. Daerah pusat
kapak Lonjong di Kepulauan kita ialah Irian.Tetapi kapak itu juga ditemukan di
Seram,Gorong,Tanimbar,Leti,Minahasa,dan Serawak(Kalimantan Utara).

PERHIASAN,GERABAH,DAN PAKAIAN
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga
terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang
banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu
permata atau juga terbuat dari kulit kerang.Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada
zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya
menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang.
Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat
diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan
Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari
kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku
Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
4. JAMAN LOGAM
Jaman Logam yaitu dimana orang sudah dapat membuat alat-alat dari Logam,yang
ternyata lebih kuat dan lebih mudah dikerjakan daripada batu. Jaman Logam terbagi atas:
a.Jaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai bahan pembuatan alat-alat nya.Tidak semua
daerah di Dunia mendapat jaman ini.Asia Tenggaratermasuk Indonesia, langsung mengalami
jaman perunggu.
b.Jaman Perunggu
Orang telah mendapatkan logam campuran yang lebih keras dari tembaga untuk
pembuatan alat-alatnya, yaitu perunggu, hasil pencampur dari tembaga dan timah. Hasil-hasil
yang terpenting dari kebudayaan Perunggu negeri kita adalah Kapak Corong dan Nekara.

c.Jaman Besi
Orang telah dapat merebus besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.
Peleburan besi minta panas yang jauh lebih tinggidaripada tembaga atau perunggu, maka
alat-alat dari jaman besi lebihsempurna. Jaman besi merupakan jaman terakhir dari jaman
prasejarah.Dengan berakhirnya jaman ini, maka jaman sejarah telah dimulai.
5.MEGALITHIKUM (JAMAN BATU BESAR)
Yang dimaksudkan dengan kebudayaan Megalithikum ialah Kebudayaan yang terutama
menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar.Batu-batu ini biasanya tidak
dikerjakan halus,hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan.
Adapun hasil-hasil yang terpenting dari kebudayaan Megalithikum adalah:

a.Menhir
Menhir rupanya seperti tiang atau tugu,yang didirikan sebagai tanda peringatan dan
melambangkan arwah nenek moyang,sehingga menjadi benda pujaan.
b.Dolmen
Dolmen rupanya seperti meja batu berkakikan menhir.Ada Dolmen yang menjadi tempat saji
dan pemujaan kepada nenek moyang,ada pula yang dibawahnya terdapat kuburan.
c.Sarcophagus atau Keranda
Sarcophagus atau Keranda rupanya seperti Palung atau Lesung, Tetapi mempunyai Tutup.
d.Kubur Batu
Kubur Batu sebenarnya tak berbeda dengan peti mayat dari batu.Keempat sisinya
berdindingkan papan-papan batu,begitu pula alas dan bidang atas nya dari papan
batu.Bedanya dari Keranda ialah bahwa Keranda itu adalah satu buah batu besar yang
dicekungkan bagian atasnya seperti lesung dan dibuatkan tutup batu tersendiri,sedangkan
kubur batu merupakan peti yang papan-papan nya lepas satu dari lainnya.
e.Punden Berundak-Undak
Punden Berundak-Undak yaitu bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.
f.Arca-Arca
Di antaranya ada yang mungkin melambangkan Nenek Moyang dan Menjadi Pujaan.

Anda mungkin juga menyukai